Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156177 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muharsjah
"Kabupaten Dati II Serang mempunyai luas sawah 63339.32 ha atau 33,56%
dari luas wilayah kabupaten dengan tingkat kesuburan tanah relatif dari sedang
sampai baik. Keadaan ini ditunjang dengan posisinya yang dekat dengan lbu Kota
Negara sehingga dapat memudahkan pemasaran hasil - hasil pertanian baik di
wilayah sendiri maupun ke luar wilayah Kabupaten Dati II Serang. Namun jika
dibandingkan luas tanah sawah dengan jumlah petani yang memiliki tanah sawah di
Kabupaten Dati II Serang, rata- rata petani di kabupaten tersebut tergolong petani
gurem.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang dikemukakan
sebagaiberikut:
1. Bagaimanakah taraf hidup petani di Kabupaten Serang ?
2. Apakah faktor pengairan, frekwensi kunjungan penyuluhan dan keadaan fisik
mempengaruhi taraf hidup petani ?
Batasan - batasan dalam penulisan ini adalah :
- Taraf hidup petani adalah tingkat kemampuan petani untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum dari penghasilannya mengolah tanah sawah.
- Petani adalah orang yang mata pencaharian utamanya bekerja dengan cara
menanam atau memelihara tanaman pangan di sawah ( padi dan palawija) dengan
sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual atau memperoleh pendapatan atau
keuntungan atas resiko sendiri dan bukan sebagai buruh atau kuasa usaha
(BPS). Dalam penulisan penelitian ini yang dimaksud petani adalah khusus
hanyalah petani pemilik, petani penggarap dan buruh tani tidak dimasukkan ke
dalam tulisan ini.
Sawah adalah tanah yang berpematang,sering digenangi air, dengan tujuan
utama ditanami padi dan atau bergiliran dengan palawija.
Untuk mengetahui tingkatan taraf hidup petani ini di hitung berdasarkan
pendapatan per kapita per tahun dari keluarga petani yang dinyat akan dengan
jumlah setara dengan beras,yaitu I. A
K =
X. r
Taraf K = taraf hidup rumah tangga petani
I = pendapatan bersih petani tanah sawah (rp/ha/th)
A = luas rata - rata tanah sawah setiap rumah tangga petani (ha)
r = rata - rata jumlah anggota keluarga tiap rumah tangga petani.
X = nilai harga beras sebesar 240 kg
Apabila nilai :
- K < 1 disebut sebagai kelompok petani miskin sekali, dengan pendapatan
per kapita per tahun kurang dari 180 kg setara beras.
- K = 0,6- 1 disebut sebagai kelompok petani miskin, dengan pendapatan per
kapita per tahun antara 180 - 240 kg setara dengan beras.
- K = 1 - 1,6 disebut kelompok petani hampir miskin, dengan pendapatan
perkapita per tahun antara 240- 320 kg setara dengan beras.
- K > 1 ,6 disebut kelompok petani cukupan, dengan pendapatan perkapita
pertahun lebih besar dari 320 kg setara dengan beras.
Untuk menjelaskan faktor - faktor yang paling berpengaruh terhadap taraf
hidup petani dilakukan korelasi peta. Dari hasil analisa maka ringkasan penelitian ini
adalah:
1. Taraf hidup petani di Kabupaten Serang lebih banyak terdapat pada golongan
miskin sekali dengan persentase 43,3 % atau 13 kecamatan. Untuk golongan
taraf hidup petani yang cukup terdapat di 5 kecamatan atau 16,7% dari seluruh
kecamatan. Sedangkan 40% lainnya termasuk dalam golongan petani yang
taraf hidupnya miskin dan hampir miskin.
2. a: Taraf hidup petani cenderung semakin baik bila berada pada kondisi wilayah
dengan kepadatan pengairan yang padat, frekwensi kunjungan penyuluhan
yang tinggi, kemiringan lereng 0- 2% dan ketinggian antara 3-25m dpl.
b. Dari keempat faktor yaitu kepadatan pengairan, frekwensi kunjungan
penyuluhan, ketinggian dan lereng temyata yang paling berpengaruh
terhadap taraf hidup petani tanah sawah padi dan palawija di Kabupaten
Serang adalah faktor kepadatan pengairan. Hal ini .disebabkan tingkat
klasifikasi yang sesuai antara taraf hidup petani padi dan palawija dengan
kepadatan pengairan lebih besar jumlahnya ( 53,3% ) dibandingkan ke tiga
faktor lainnya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arimuladi Setyo Purnomo
"Indonesia dari pengiinpor beras terbesar di dunia menjadi negara berswasembada beras. Dengan adanya swaswmbada beras apa kah taraf hidup petaninya juga meningkat ? Untuk mengukur pendapatan petani dari hasil tanah sawahnya digunakan ganis kemiskinan dari Sajogyo yaitu, pendapatan yang disetarakan dengan beras 240 kg per kapita per tahun. Di Propinsi Java Timur salah satu penghasil beras adalah kabupaten Nganjuk, penggunaan tanah p.ertanian terbesar (47 %), mata pencahanian terbesar (61 %) sebagai petani. Jika dibandingkan luas sawah dengan jumlah petani maka rata-rata petani di Kabupaten Nganjuk adalah petani gurern (0,4 ha). Tujuan penulisan ingin mengetahui taraf hidup petani yang rata-rata petani gurem, apakah mereka dapat mencapai taraf hidup diatas 240 kg setara beras per kapita per tahun ? Séhubungan dengan tujuan, maka masalahnya adalah : wilayáh mana taraf hidup petaninya cukup ?, wilayah inana taraf hidup petaninya miskin?, mengapa demikian ?, apakah wilayah benpengairan padat taraf hidup petaninya dapat mencapai Cukup? Atas dasar masalah, maka hipotesanya adalah : Taraf hidup petani akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya produktivitas, luas sempitnya tanah sawah, besar kecilnya jumlah keluarga petani dan ada tidaknya pengairan di wilayah tersebut. Untuk menjawab masalah dan hipotesa digun.akan perhitrngan K=I.A/X.r, K = taraf hidup petani, I produktivitas, A = luas X.r sàwah, r = jumlah keluarga, X = harga beras 240 kg. Apabila K <1 miskin, K = 1-1,50 hampir miskin, K = 1,50 cukup. Air yang cukup menentukan kehidupan tanaman di sawah, maka pengairan menentukan taraf hidup petani, korelasinya kuat (r=0,71). Pengairan menentukan tinggi rendahya produktivitas sawah yang mempengaruhi taraf hidup petani, korelasinya kuat (R = 0,72), intensita pengusahaan tanah sawah oleh petani dan banjir mempengaruhi produktivitas sawah pula. Luas dan sempitnya sawah petani disamping ada tidaknya pengairan mempengaruhi taraf hidup petani, korelasinya kuat (R = 0,76). Lereng dan ketinggian menentukan bisa tidaknya pengairan."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feny Brillianti
"Kabupaten Kediri sebagai salah satu penghasil padi dan palawija terbesar di Propinsi Jawa Timur telah berhasil swasembada beras. Tercapainya swasembada beras ini tentu tidak lepas dari usaha dan kerja keras para petani. Namun jika dibandingkan luas tanah sawah dengan jumlah petani Yang ada di Kàbupaten Kediri, rata-rata petani di Kabupaten tersebut tergolong petani gurem. Sehubungan dengan hal tersebut, masalah yang akan dibahas adalah : Daerah mana yang taraf hidup petaninya mencapai cukup dan miskin sekali dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ?
Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa:
- Taraf hidup petani di Kabupaten Kediri berada pada golongan miskin sekali sampai dengan cukup. Daerah yang taraf hidup petaninya miskin sekali terdapat di Kecamatan Kras, Mojo, Ngancar Plosoklaten dan Puncu. Sedangkan daerah yang taraf hidup petaninya mencapai cukup terdapat di Kecamatan Gampengrejo, Kunjang, Fagu, Papar dan Pleinahan.
- Ada pengaruh antara faktor pengairan, jumlah pemakaian pupuk, frekwensi kunjungan penyuluhan, lereng dan ketinggian terhadap taraf hidup petani. Dan kontribusi yang diberikan oleh kelima faktor tersebut sebesar 84 %.
- Dari kelima faktor yang mempengaruhi taraf hidup petani di Kabupaten Kedini, ternyata faktor yang paling berpengaruh adalah faktor pengairan ( r = 0,83 ), dimana semakin padat pengairan pada tanah sawah, taraf hidup petani cenderung semakin cukup."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustanti Rachmi
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarumpaet, Cornelius G. C. R.
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S33456
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Toersilaningsih
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1985
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S8539
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1994
S7549
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suripto
"Untuk mendorong pelaksanaan pembangunan Daerah, Pemerintah Pusat melalui berbagai Program telah mengalokasikan berbagai dana bantuan yang dikemas ke dalam Bantuan Sektoral maupun Bantuan Inpres, yang salah satunya berbentuk Program Bantuan Pembangunan Daerah Tingkat II (Inpres Dati II). Penyaluran dana Program Bantuan Inpres Daerah Tingkat II kepada Daerah Tingkat II diberikan ke dalam 4 (empat) tahap, yaitu triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 25% dari sisa bantuan, triwulan III sebesar 25%, dan triwulan IV sisanya sebesar 25%.
Dalam implementasinya, dana bantuan tersebut harus dapat terserap secara optimal yaitu pada triwulan I sebesar 25% dari total bantuan, triwulan II sebesar 50%, triwulan III sebesar 75%, dan pada triwulan IV sebesar 100%. Data yang ada pada Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung dan Kabupaten Daerah Tingkat II Bekasi dalam 5 (lima) tahun anggaran yang lalu yaitu 1991/1992 - 1995/1996 menunjukkan, bahwa realisasi daya serap keuangan tidak sesuai target.
Berangkat dari permasalahan tersebut, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui lambannya daya serap keuangan Program Bantuan Inpres Dati II dan mengkaji secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu koordinasi, desentralisasi, dan mutulkualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat dalamnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisa kinerja faktor yang mempengaruhi tersebut.
Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sementara untuk mendapatkan data dalam melakukan analisa dilakukan 2 (dua) pendekatan, yaitu pengkajian literatur, data, laporan (data sekunder) dan mengkaji informasi yang terjaring melalui wawancara yang sangat mendalam dan tidak terstruktur dengan para pejabat yang terlibat langsung sebagai key informan.
Hasil penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi lambannya realisasi daya serap keuangan Program Inpres Dati II, menunjukkan mekanisme koordinasi antar satuan kerja/dinas yang terkait tidak berjalan sebagaimana mestinya, belum ada pemberian kewenangan (desentralisasi) yang lebih besar kepada Pemerintah Daerah Tingkat II, dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlibat belum memadai, dan belum tersebar secara merata sesuai kebutuhan daerah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
T7432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>