Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94020 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1998
S33736
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Karim
"Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy adalah salah satu dari enam DAS kritis dan prioritas penanganan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sub-DAS Citanduy Hulu dengan luas 270.918,26 ha terdapat permasalahan sedimen dan penurunan kualitas air yang semakin hari semakin meningkat, sehingga memicu permasalahan lain seperti banjir, kekeringan dan kekurangan air baku serta permasalahan kesehatan penduduk sekitar yang memanfaatkan aliran air Sungai Citanduy. Studi ini menerapkan Model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) dengan menggunakan data historis aliran dan meteoroli untuk mengevaluasi kondisi sedimentasi Sub-DAS Citanduy Hulu sekaligus menyusun strategi pengendalian sedimen dengan menggunakan bangunan pengendali sedimen. Kalibrasi model dilakukan secara manual dengan metode coba-coba. Hasil kalibrasi menunjukkan 13 parameter yang sensitif terhadap debit aliran dan sedimen. Berdasarkan hasil perhitungan model SWAT diperkirakan volume sedimen di outlet Sub-DAS Citanduy Hulu sebesar 81.351.783,23 ton/tahun. Sedimen di outlet Sub-DAS Citanduy Hulu ini dapat direduksi hingga mencapai 29.557.556 ton/tahun atau menurun lebih dari 64% dengan menggunakan check dam sebagai bangunan pengendali sedimen."
Bandung: Kementrian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Said Karim
"Daerah aliran sungai (DAS) Citanduy adalah salah satu dari enem DAS kritis dan prioritas penanganan yang terdapat di Provinsi Jawa Barat. Sub-Das Citanduy Hulu dengan luas 270.918,26 ha terdapat permasalahan sedimen dan peneurunan kualitas air yang semangkin hari semangkin meningkat, sehingga memicu permasalahan lain seperti banjir. kekeringan dan kekurangan air baku serta permasalahan kesehatan penduduk sekitaryng memanfaatkan aliran air tersebut. Studiinin menerapkan model soil and water assessment tool (SWAT)..."
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air - Badan Penelitian dan Pengembangan - Kementerian Pekerjaan Umum, 2014
627 JTHID 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bonifacius Kardono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
S33765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bernardinus Realino S
"Rice fields located in Citarum Hilir watershed of Karawang district are more and more affected by growth of residential and industrial areas. This resulted in the need to have supporting rice fields elsewhere including in the upstream region. ln Citarum Hulu watershed, 19,5% fiom the existing rice fields is non-irrigated with 32,l9% of population work in the agriculture sector. But productivity of' non-irrigated rice fields of Citanim Hulu watershed is still low, which is below 25 kwintal/ha. One of the efforts to increase its productivity is to look at the local climate model. The low productivity may also be caused by factors such as slope and altitude, which are used as variables in Wilayah Tanah Usaha (WTU). Sandy (1985) wrote that growth and death of any plant in Indonesia depend on water. Awarding to Chang (1968) every process in a plant is affected by water. Furthermore, FAO believed that the growth requirement of a rice plant is also depended on water availability. Mohr, Schimdt-Ferguson, and Oldeman made climate classifications based on rainfall in relation with plant needs of irrigation. Spatial climate model and planting time/season are important factors in management of non-irrigated rice fields in Citarum Hulu watershed. These rice fields are nou-unifonnly found in the center down to the south. Rice production varies from 22 to 4l kw/ha where the majority produces 30-40 kw/ha. Productivity model for the northem part is varied, and to the south is more stable with productivity of 30-40 kw/ha. The annual average rainfall in Citarum Hulu watershed is 1770-3458 mm/yr where the majority of the region has in the range of 2000-3000 mm/yr. Maximum monthly rainfall is 558 mm and a minimum of 6 mm on average. Rainfall is high in the months of November to April and dry period is fiom June to August. Mol-rr?s climate classification is around class III - Vb where the majority is in class III-IV. Schmidt-Ferguson?s climate classification for this area is type C to type A, where the majority is in the wet type (A). 0Ideman?s climate classification varies from D3 to Bl where the majority ofthe region is in climate group C-B (humid-wet). ln general, climate model for Citarum Hulu watershed is as follows: in the center (around the city of Bandung) is almost always drier than its surrounding areas, specifically in the northem and southem parts that are mountainous. The distribution of non-irrigated rice fields has a strong correlation with the annual rainfall model of Schimdt-Ferguson and Oldeman, because as an area has more precipitation there tend to be non-irrigated rice fields. But it is not true with Mohr climate. A strong correlation in productivity of non-irrigated rice fields with rainfall model, Mohr, Schmidt-Ferguson, and Oldeman climate models mean that as a region receives more precipitation then 'there is a tendency of higher rice productivity. But there is also a tendency that if an area is extremely wet, the productivity will decrease. Planting season in the Citarum Hulu watershed is from October and May with 4 planting time models: October/February, October/March, November/March, and December/April. In the November/March, planting time is dominant in almost all of the watershed area. Part of the non-irrigated rice fields in Citarum Hulu watershed are still according to the WTU conception, that is 65,87%, which the majority is in the center. As for the rest of this region, they should be converted into protected forest areas (especially in the south) and hard plant agriculture (in the cast). Keywords: DAS Citarum Hulu, non-irrigated rice fields, rainfall, climate model, Mohr, Schmidt-Ferguson, Oldeman, WTU conception, planting time."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
T6376
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyono
"Daerah Aliran Sungai I nk I Jlo HnIn yang bersumber dan Pegwmngan Serayn Selatan path
tahun-tahun belakangan mi terutama pada musim penghujan dirnana curah hujannya cukup linggi,
suing mengalami banjir.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam tulisan mi
aclalah hagaimana huhmgan antara hentnk medan, penggunaari tanah clan ounih hujan terhaclap
banjir di Daerah Aliran Sungai Luk Ulo Hulu path tanggal 11 Oktober 1992?
Yang dimaksud dengan banjir adalah air tergenang yang melebihi debit rata rata, tidak
dibudidayakan dan menipakan bencana yang merugikan penduduk path wilayah yang relatif luas
serta te1genang secara tempnrer atnu pertodik.
Analisa dilakukan dengan metode korelasi peta daii variabel-vaiiabel bentuk medan, curah
hujan dan penggunaan tanah terhadap wilayah banjir. Hasil dan analisa menunjukkan bahwa
penyebab teijadmya banjir di Daerah Aliran Sungai Luk Ulo Hulu tanggal 11 Oktober 1992 adalah:
1. Ranjir terjadi di I emhah Tlepnk pada ketinggian 25 meter di atas permnkaan laut clan path
kerniringan 0 - 2 %, yang melanda desa-desa Logandu, Kalibening, Wonotirto, Kebakaian,
Karangrejo, Karangsambung, Langse dan kaligending. Dimana wilayah mi mempunyai bentuk
medan yang datan yang nierupakan cekungan yang dikelilingi oleli perbukitan. Dilihat daii jaringan
sllngainya wilayah hanjir terdapat path pertemuan alur sungai antarn Sungai I .uk I un, Simgai
Cacaban, Sungai Gebang dan Sungai Wetarang. Disarnping itu badan dan alur Sungai Luk Ulo path
wilayah iiii berkelok-kelok.
2. Berdasarkan kondisi penggunaan tanahnya, path tahun 197 ididominasi oleh jenis penggunaan
tanah hutan, sedang pada tahun 1992 didoniinasi oleh jenis penggimaan tanab sawab. Dengan
deniikian telah tei:jadi perubahan tutupan -vegetasi - dari . tutupan vegetasi lebat menjadi tutupan
vegetasi yang kurang/tidak lebat, yang berarti kualitas penggunaan tanahnya semakin menurun
sehubungan dengan teijadinya banjir. Dengan kondisi penggunaan tanah yang seperti mi jika terjadi
cnrah hujan dengan intensitas tinggi air hujan akan langsung mengalir ke tempat-tempat yang Iehih
rendah karena thya intersepsi dan infiltrasinya sudah menurun, melalui badan-badan sungai dan
akan segera terkumpul path wilayah banjir tersebut di atas.
3. Banjir yang teijadi pada tanggal 11 Oktober 1992, disebabkan pula oleh curah hujan path saat itu
dengaii curah hujan hanan rata-rata path sehirab wilayah penelitian sehesar 97)25 mm atan intensitas
curah hujannya sebesar 19,08 mm/jam, dimana intensitas curah hujan rata-rata pada bulan Oktober
sebesar 4,71 mm/jam.
Dengan demikian kesimpulan yang ditatik dan tulisan mi adalah:
I. Ranjir yang terjadi di I enihah l'lepok path Daerah Aliran Sungai I .uk I Jin I-tutu tanggal 11
Oktober 1992, benlangsung selama kurang lebih 10 jam dengan luas 672,82 Ha.
2. Banjir di Lembah Tiepok terjadi path ketinggian 25 meter di atas permukaan laut dan path
keniiiingan 0-2 %, dimana wilayah mi mempunyai bentuk medan datar yang merupakan cekungan
yang dikelilingi oleh perbukitan. Sedangkan kcrndisi penggimaan tanah path wilayah penelitian mi
didominasi oleh jenis penggunaan tanah sawah dan berikutnya kebun carnpuran. Path Rilayah.
penelitian ml dengan kondisi fisik seperti di atas, jika teijadi curah hujan dengan intensitas tinggi
seperti path tanggal 11 Oktober 1992, maka air hujan akan mudah mengalir ke tempat-tempat yang
lehih rendah clan air segera terkumpiil terjadilah hanjir di I emhah Tiepok."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Witono
"DAS Amandit merupakan sub DAS negara, anak Sungai Barito. Sungai Amandit mengalir dari pegunungan Meratus ke arah barat, bercabang dua bermuara pada Sungai Negara dan Sungai Tapin.
Adanya perbedaan ketinggian dan lereng mengakibatkan adanya perbedaan tata air pada suatu wilayah. Sehingga ada wilayah yang mengalami pengikisan dan ada wilayah yang menerima kikisan tersebut.
Tujuan dari penelitlan ini adalah untuk mengetahui lokasi wilayah kikisan dan wilayah endapan serta perubahan aliran sungai pada DAS Amandit.
Masalah yang dikemukakan :
1. Di mana wilayah kikisan dan di mana wilayah endapannya?
2. Pada bagian mana terdapat perubahan aliran sungai ?
3. Bagaimana proses perubahan aliran sungai Amandit?"
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Damayanti
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S33441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>