Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83813 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dody Permana
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S33908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindito Adi Nugroho
"Banjir merupakan salah satu masalah utama yang melanda kota-kota yang berada di pinggir sungai, termasuk Kota Solo yang berada di hulu Bengawan Solo. Untuk meminimalisasi kerugian akibat banjir, mitigasi bencana banjir melalui pemodelan wilayah banjir menjadi penting.
Penelitian ini mengkaji pemodelan spasial di Kota Solo dengan menggunakan variabel curah hujan, tinggi muka air sungai, ketinggian tempat, koefisien limpasan, dan kedalaman banjir. Survei lapang pada 13 lokasi yang hasilnya dikaitkan dengan informasi hasil pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk melihat kaitan antar variable dan pemodelan wilayah banjir berbasis grid dilakukan dengan menggunakan software arcgis 9.3. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peristiwa banjir di Kota Solo cenderung meningkat dari tahun 2007 sampai 2009, baik dari segi frekuensi kejadian maupun luasan wilayah banjir.
Hasil pemodelan banjir di Kota Solo menunjukkan bahwa wilayah yang sering terendam banjir berada di bagian timur dan tenggara Kota Solo dan berada di sepadan sungai. Kota Solo mulai terendam air pada saat tinggi muka air Bengawan solo mencapai angka 6 m, yang terjadi di Kelurahan Sangkrah. Semakin tinggi muka air Bengawan Solo, semakin luas wilayah yang berpotensi tergenang air.

Floods are one of the main problems that plagued the cities on the shores of the River, including the city of Solo in Solo River upstream. To minimize losses due to floods, the disaster mitigation of flooding through the modeling of the region from floods is important.
This study examined the spatial modeling in Solo by using variable rainfall, river water, high altitude, runoff coefficient, and depth of flooding. Field surveys at 13 locations that the results related to the information the results of data processing, statistical analysis was then performed to see the relationship between variables and application of grid-based model of flood zones is done using the software ArcGIS 9.3. Results obtained showed that the incidence of flooding in the city of Solo is likely to increase from 2007 to 2009, both in terms of frequency of occurrence and level of flooding.
The results of modeling of floods in the town of solo shows frequently flooded areas in eastern and southeastern cities, and rivers are commensurate solo. Solo City began under water at high water level reaches 6 m Bengawan solo, which occurred in the village of Sangkrah. If water level of the Solo River showed a high value, the potentially flooded are also larger.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S1340
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
S33857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wibi Hanif Wibowo
"Abstrak Berbahasa Indonesia/Berbahasa Lain (Selain Bahasa Inggris):
Banjir rob merupakan salah satu ancaman bagi wilayah pesisir terutama pesisir utara Pulau Jawa. Wilayah pesisir Kabupaten Tangerang sendiri memiliki riwayat tentang kejadian banjir rob yang setiap tahun terjadi. Tingkat bahaya banjir rob dapat diukur berdasarkan karakteristik banjir yang meliputi tinggi banjir, lama banjir, dan frekuensi banjir. Tingkat kerentanan didapatkan berdasarkan tingkat bahaya banjir rob dan kondisi fisik, sosial, dan ekonomi suatu wilayah. Kondisi tersebut meliputi kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, persentase penduduk usia balita, persentase penduduk usia tua, persentase penduduk wanita, dan persentase lahan produktif. Dalam menentukan tingkat bahaya banjir digunakan metode overlay dan metode rata-rata setimbang untuk menentukan tingkat bahaya pada setiap desa/kelurahan. Kemudian tingkat kerentanan diperoleh dengan metode pengelompokan K-Means Clustering. Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat bahaya kelas tidak bahaya dengan luas 9.727 hektar atau 75 % dari luas total wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Tingkat bahaya tinggi dapat diindikasikan dengan wilayah dengan adanya sungai yang ada di dekat laut beserta ketinggian yang rendah. Berdasarkan analisis menggunakan K-Means Clustering, kerentanan wilayah terhadap banjir rob pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang didominasi oleh tingkat kerentanan kelas rendah dengan jumlah 15 desa/kelurahan atau 65 % dari jumlah total desa/kelurahan pada wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.

Tidal flood is one of the threats to the coastal areas, especially the north coast of Java. The coastal area of ​​Tangerang Regency itself has a history of tidal flood events that occur every year. The level of tidal flood hazard can be measured based on the flood characteristic which includes flood height, flood duration, and flood frequency. The level of vulnerability is obtained based on the level of tidal flood hazard and the physical, social and economic conditions of it’s area. These conditions include building density, population density, percentage of under-five population, percentage of old-age population, percentage of female population, and percentage of productive land area. In determining the level of flood hazard, an overlay method and a balanced average formula are used to determine the level of hazard in each village. Then the level of vulnerability is obtained by the K-Means Clustering clustering method. The level of tidal flood hazard in the coastal area of ​​Tangerang Regency is dominated by the level of tidal flood hazard with a non-hazard class. Based on the analysis using K-Means Clustering, the vulnerability of the area to tidal floods in the coastal area of Tangerang Regency is dominated by the level of low-class vulnerability with 15 villages 65 % of the total number of village in the coastal area of ​​Tangerang Regency.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Munhaji
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susi Anggraini
"Indonesia merupakan daerah beriklim tropis yang memiliki curah hujan tinggi tiap tahunnya. Umumnya pada saat terjadi hujan di Indonesia selalu kita dengar banjir melanda dimana-mana. Banjir di Indonesia masih menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh penduduk kita. Banyak kerugian yang disebabkan karena terjadinya banjir, bukan hanya harta dan benda akan tetapi juga jiwa. (sandy, 1985) Daerah aliran Citarum yang terletak di cekungan Bandung hamper setiap kejadian hujan akan terjadi banjir. Hal ini didukung oleh kondisi fisik daerah aliran yang tterdapat di daerah dataran Bandung, dimana daerah ini dikelilingi oleh pegununggan dengan curah hujan yang tinggi. Banjir di cekungan Bandung ini dikenal dengan sebutan Banjir Bandung Selatan (Departemen Pekerjaan Umum Ditjen Pengairan, 1995).
Adapun masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Kapan terjadinya banjir di Cekungan Bandung pada tahun 1994?
2. Dimana wilayah banjir yang terjadi di daerah tersebut?
3. Mengapa di daerah tersebut terjadi banjir?
Untuk membahas pernasalahan di atas digunakan metode analisis korelasi peta dari variable fisik(ketinggian, lereng, morfologi, geologi dan penggunaaan tanah), variable iklim (curah hujan bulanan, curah hujan harian dan intensitas curah hujan) serta wilayah dan waktu banjir.
Dari hasil analisis diperoleh gambaran penyebab terjadinya banjir di cekungan Bandung adalah:
1. Curah hujan maksimum tahun 1994 di cekungan Bandung; curah hujan bulanan lebih dari 400mm dengan curah hujan harian lebih dari 50 mm dan intensitas curah hujan 102-178 mm.jam.
2. Keadaan fisik daerah dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2% hingga 2-15% terletak di tengah-tengah wilayah penelitian yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di dataran alluvial.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Banjir di cekungan Bandung terjadi pada bulan Januari dari tanggal 13 sampai dengan 16 Januari dengan luas genangan 6.838 ha dan tanggal 14 April 1994 seluas 5.995 ha
2. Banjir yang terjadi pada bulan Januari terdapat di 11 daerah aliran sungai dari 14 Daerah aliran sungai di wilayah penelitian sedangkan pada bulan April terdapat di tujuh Daerah Aliran sungai di cekungan Bandung.
3. Banjir di cekungan Bandung pada tahun 1994 disebabkan oleh curah hujan maksimum pada bulan Januari dan bulan April dengan intensitas curah hujan tertinggi pada saat itu serta di dukung oleh kondisi fisik wilayah penelitian yang meurpakan cekungan dengan ketinggian kurang dari 1000 meter di atas permukaan laut, lereng antara 0-2% hingga 2-15% yang merupakan cekungan dengan penggunaan tanah persawahan dan pemukiman di dataran alluvial."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Maulana
"Ci Sadane merupakan salah satu sungai yang melalui Kota dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Pada tahun 2014 bencana banjir terjadi di wilayah Kota Tangerang mengakibatkan 1270 rumah terendam banjir. Besarnya dampak kerugian banjir bagi manusia membuat informasi wilayah rawan banjir sangat diperlukan untuk meminimalisir dampak kerugiannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran wilayah rawan banjir di wilayah penelitian Daerah Aliran DA Ci Sadane. Metode yang digunakan untuk mengetahui Wilayah Rawan Banjir ialah metode overlay. Dengan cara meng overlay wilayah potensi banjir dan wilayah kejadian banjir aktual. Potensi banjir diketahui dengan metode overlay tumpangsusun variabel yang berpengaruh terhadap banjir, yaitu 1 Curah Hujan, 2 Kelerengan, 3 Ketinggian, 4 Tekstur Tanah, dan 5 Penggunaan Tanah. Hasil penelitian menunjukkan sebaran kelas curah hujan, kelerengan, wilayah ketinggian, tekstur tanah, penggunaan tanah, wilayah potensi banjir, wilayah banjir, dan wilayah rawan banjir. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Daerah Administrasi Kota dan Kabupaten Tengerang yang berada dalam Daerah Aliran Ci Sadane dengan ketinggian 0 25 m dpl memiliki wilayah rawan banjir sangat rendah 5,72 , rendah 81,60 , sedang 7,55 , dan tinggi 5,13 . Wilayah rawan banjir rendah memiliki tingkat dominasi yang tinggi di 19 Kecamatan, yaitu Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh, Jatiuwung, Karawaci, Neglasari, Periuk, Pinang, Tangerang, Curug, Kelapa Dua, Kosambi, Pagedangan, Pakuhaji, Sepatan, Sepatan Timur, Sukadiri, dan Teluknaga.

Ci Sadane is one of the rivers crossing of the City and Regency of Tangerang, Banten Province. In 2014, floods occurred in the Tangerang City. This flood caused 1270 house of residents submerged. The magnitude of losses for humans affected by floods, making information flood-hazard areas is needed to minimize the loss of the impact. This study aims to observe the distribution of flood-hazard areas in the Sadane watershed. The method used to find out the distribution of flood-hazard areas is the overlay method. The flood hazard areas are known from the overlay between potential areas and actual flood areas. The potential areas known by overlay inter variables method, such as 1 Rainfall, 2 Slope, 3 Elevation, 4 Soil Texture, and 5 Land Use. Flood Hazard is known by overlay flood potential levels and actual flood events. The results showed the distribution of rainfall, slope, elevation areas, soil texture, land use, flood potential areas, flood areas, and flood hazard areas. The conclusion of the research shows that the City Administration Area and Regency of Tangerang located Sadane watershed with height of 0-25 m asl have very low hazard flood areas 5,72, low 81,60, medium 7,55, and high 5,13. The flood hazard areas with low levels area in 19 location including Batuceper, Benda, Cibodas, Cipondoh."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Ridhwan
"Banjir merupakan salah satu masalah utama yang melanda kota-kota yang berada di pinggir sungai, termasuk Kota Jambi yang berada di hilir Batanghari. Untuk meminimalisasi kerugian akibat banjir, mitigasi bencana banjir melalui pemodelan wilayah banjir menjadi penting. Penilitian ini mengkaji pemodelan spasial di Kota Jambi dengan menggunakan variabel ketinggian tempat, tinggi muka air sungai, curah hujan, koefisien limpasan dan kedalaman banjir. Survei lapang pada 17 lokasi yang hasilnya dikaitkan dengan informasi hasil pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis statistic untuk melihat keterkaitan antar variabel dan pemodelan wilayahg banjir berbasis grid dilakukan dengan menggunakan software ArcGis 9.3.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa peristiwa banjir di Kota Jambi cenderung meningkat dari tahun 2001 sampai 2005, baik dari segi frekuensi kejadian maupun luas wilayah banjir. Hasil pemodelan banjir di Kota Jambi menunjukkan bahwa wilayah yang sering terendam banjir berada di bagian utara dan timur Kota Jambi dan berada di sepadan sungai. Kota Jambi mulai terendam banjir pada saat tinggi muka air Batanghari mencapai angka 11 m, yang terjadi di Kelurahan Pasir Putih dan Tahtul Yaman. Semakin tinggi muka air Batanghari, semakin luas wilayah yang berpotensi tergenang air.

Floods are one of the main problems that plagued the cities on the shores of the River, including the city of Jambi in Batanghari downstream. To minimize losses due to floods, the disaster mitigation of flooding through the modeling of the region from floods is important. This study examined the spatial modeling in Jambi by using variable high altitude, river water, rainfall, runoff coefficient and depth of flooding. Field surveys at 17 locations that the results related to the information the results of data processing, statistical analysis was then performed to see the relationship between variables and application of grid-based model of flood zones is done using the software ArcGIS. 9.3.
Result obtained showed that the incidence of flooding in the city of Jambi is likely to increase from 2001 to 2005, both in terms of frequency of occurrence and level of flooding. The results of modeling of floods in the town of Jambi shows frequently flood areas in northern and eastern cities, and rivers are commensurate Batanghari. Jambi City began under water at high water level reaches 11 m Batanghari, which occurred in the village of Pasir Putih and Tahtul Yaman. If water level of Batanghari showed a high value, the potentially flooded are also larger.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43010
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Basuki
"Wilayah Pati merupakan salah satu wilayah yang sering dilanda banjir, penyebabnya adalah karena sebagian besar wilayahnya berada di dataran rendah yang rawan terhadap bencana banjir. Kejadian banjir yang sering terjadi, terutama disebabkan karena curah hujan yang tinggi, sehingga sungai tidak lagi mampu menampung limpasan air hujan yang berasal dari DAS Juwana yang ada di wilayah tersebut.
Hasil analisis melalui melalui proses overlay dari parameter banjir yaitu Peta Land sistem, peta tata guna tanah, peta kerapatan penduduk, peta curah hujan rata-rata dasarian dan peta peluang hujan ekstrim perdasarian menunjukkan tingkat rawan banjir di wilayah tersebut paling rawan terjadi pada dasarian 3 bulan Januari dan dasarian 1 Pebruari, yang merupakan puncak musim hujan di wilayah tersebut."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T39432
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>