Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14403 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Wilayah pesisir dengan topografi yang relatif datar merupakan tempat
yang menarik untuk dijadikan permukiman. Pada perkembangan selanjutnya
wilayah ini memiliki laju pemanfaatan lahan yang cukup pesat salah satunya
adalah permukiman. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan
penduduk sekaligus terjadinya peningkatan akan kebutuhan permukiman.
Pesisir Kota Bau-Bau merupakan pusat dari berbagai aktivitas penduduk
diantaranya yang paling menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa.
Terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan tersebut termasuk permukiman yang
berada di pusat kota di kawasan pesisir menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan permukiman. Penilaian kualitas permukiman dalam
penelitian ini meliputi variabel jenis bangunan, adanya genangan banjir,
kepadatan bangunan, tingkat pelayanan listrik, air bersih, ketersediaan TPS
dan tingkat kepemilikan IMB, serta menghubungkan persebaran kualitas
permukiman tersebut dengan jarak ke CBD, wilayah ketinggian, dan jarak
dari garis pantai. Dari hasil penelitian, permukiman dengan kualitas baik
berada di Kelurahan Batulo, Bone-Bone, Bukit Wolio Indah, Kadolomoko,
Lipu, Wangkanapi dan Tarafu. Permukiman dengan kualitas sedang berada
di Kelurahan Bataraguru, Kadolokatapi, Kaisabu Baru, Lamangga, Lanto,
Ngangana Umala, Wajo, Wale dan Wameo. Sedangkan permukiman dengan
kualitas buruk berada di Kelurahan Baadia, Kaobula, Katobengke, Melai,
Tanganapada, dan Tomba. Hubungan antara jarak ke CBD, ketinggian dari
permukaan laut, dan jarak dari garis pantai terhadap persebaran kualitas
permukiman tersebut adalah semakin jauh jarak permukiman ke CBD,
semakin tinggi letak permukiman dan semakin jauh jarak permukiman dari
garis pantai maka permukiman tersebut cenderung menunjukkan kualitas
permukiman yang buruk.
Kata kunci : wilayah pesisir Kota Bau-Bau, kualitas permukiman, jarak
ke CBD, wilayah ketinggian, jarak dari garis pantai.
ix+82 hlm.; 16 tabel; 9 gambar; 7 lamp; 14 peta
Bibliografi : 42 (1977-2006)"
Lengkap +
Universitas Indonesia, 2007
S33932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsudi
"Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan, studi pustaka, studi dokumentasi, serta FGD. Wawancara dilakukan terhadap para informan yang secara sengaja dipilih dengan metode purposive oleh peneliti berdasarkan kebutuhan informasi yang diperlukan. Beradasarkan pembahasan dari hasil penelitian, didapatkan beberapa simpulan pokok bahwa Pemerintah Kota Bau-Bau dalam periode 2003-2008 telah menggunakan kedua pendekatan umum dalam menanggulangi kemiskinan, yakni strategi secara tidak langsung dan strategi secara langsung dalam menanggulangi kemiskinan di daerahnya. Namun, hasil temuan lainnya dilapangan menggambarkan pula bahwa masih adanya ketimpangan porsi perhatian Pemerintah Kota Bau-Bau dalam penggunaan kedua strategi tersebut, sehingga upaya untuk menekan angka kemiskinan secara optimal belum memberikan hasil yang memuaskan.

This research using qualitative approach wilh descriptive method. Data collected by using interview, observation, literature study and focus group discussion (FGD). Interview was done to informan whose being chosen purposive by researcher because of the needs of the research. According to the analysis, some principal can be take as conclusion of the research that the Government of Bau-Bau City in period 2003-2008 has been used two general approach in poverty management they are undirect strategy and direct strategy. As shown in the field there are in balance of Government of Bau-Bau City concern in the way of using both strategy, so the optimal result of poverty management in Bau-Bau City, may say, not yet satisfied."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T25922
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The teacher profesionalism and accountability must be oriented to increase output quality. School supervising is part of the effort to increase student output and school quality. This research was aimed to elaborate: (1) the school's supervisor intensity in increasing elementary schoolteachers' quality; (2) the quality of teachers at elementary school; and (3) the condition of elementary school supervisory management in Bau-Bau City. Data were analyzed descriptively. Result showed that the school's supervising were done regularly once or twice a month in the forms of evaluation and counseling. Teachers' mastery of the teaching skills were good. Mastery of classroom skills is the result of interaction of various factors, and one of these factors is the effectiveness of school supervision. Management factors that influence the regulatory policy of the school classroom teachers quality is generally considered adequate, except for the availability of financial resources which considered inadequate."
Lengkap +
JPUT 12:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Abdul Rajab
"ABSTRAK
Perbincangan tentang perkembangan kota tidak terlepas dari dinamika sosial dan budaya kehidupan masyarakat yang mendiaminya. Karenanya, keduanya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Masyarakat Katobengke dalam penelitian ini merupakan masyarakat yang tergolong marginal dalam konteks politik, sosial, dan ekonomj. Perubahan sistem pemerintahan dalam masyarakat Buton diduga turut merubah paradigma penguasaan tanah. Perubahan paradigma ini kemudian akan merubah persepsi dan acuan cara bertindak mengenai pemaknaan tanah yang diwujudkan dalam bentuk perilaku spasial.
Dengan pendekatan kualitatifl penelitian ini berupaya untuk memahami dan mendeskripsikan secara lebih mendalam bentuk-bentuk perilaku penguasaan tanah beserta perubahannya termasuk didalamnya perilaku spasial yang terjadi pada Sebuah masyarakat marginal diperkotaan. Selain itu, penelitian ini berupaya untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku tersebut Serta bagaimana bentuk-bentuk perilaku penguasaan tanah terwujud dalam penggunaan tanah sehingga membentuk pola spasial tertentu dengan pendekatan wilayah sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa telah teijadi dinamika penguasaan tanah dalam masyarakat Katobengke. Dinamika tersebut selanjutnya mempengaruhi persepsi dan acuan dalam menentukan tindakan.
Kondisi demikian pada akhirya berujung pada perubahan perilaku rnasyarakat dalam hal penguasaan tanah dalam mengapreseasi ruang dalam hal ini tanah yang dimilikinya. Terdapat beberapa periode yang dapat menjelaskan bagaimana proses perubahan sistem pemerintahan dapat mempengaruhi perubahan perilaku penguasaan tanah dalam masyarakat Katobengke. Dalam proses perubahan tersebut teijadi perbedaan-perbedaan persepsi dan acuan yang membentuk perilaku penguasaan tanah. Perubahan sistem pemeriniahan adalah merupakan faktor utama yang dianggap penting dan memberikan sumbangsih besar terhadap perubahan periiaku spasial. Penggunaan tanah dalam masyarakat Katoengke membentuk dua pola persebaran ruang sosial sektoral dan pola persebaran ruang sosial diskrit.

ABSTRACT
A discussion on city development can not be detached from the social dynamics and lite culture of the various communities who dwell in that city. Both are simply inseparable. This research focuses on the Katobengke community, which is one of the marginalized communities in terms of political, social and economic context. The make over of the political system in Buton?s communities has shifted the paradigm of iand tenure. The paradigm shift obviously is affecting their thinking pattern a.nd reterence how to translating the meaning of land it is reflected in their spatial behavior.
Using a qualitative approach, this research attempts to gain a better understanding and to provide an in-depth description of the land tenure behavior occurring in a marginalized community in a city. Besides of that this research study attempts to explain the factors influencing land tenure behavior and how this land tenure behavior materialized in land use shapes the spatial pattem of land utilization and management amongst the Katobengke community with social space approach. The outcome of the analysis shows a changing value on how the Katobengke community perceives their land. The change has affected their thinking pattem and reference to determine their activity.
This conditions in the and pointed change of community behavior in case of land tenure. There are some period which can to explain how the change of political system influence the change of land tenure behavior to appreciate space including land in their own. In this change of process happen different thinking pattem and reference to shape land tenure behavior. Change of political system is the principal factor which the important thing and give the most big contribution toward land tenure behavior. Land use in Katobengke community shape the two spatial dissemination patterns, namely the social sectoral dissemination pattern and the social discrete dissemination pattem.
"
Lengkap +
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2010
T33377
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Darynaufal Mulyaman
"Sejak merebaknya "Korean Wave" pada dekade 2010-an, Bahasa Korea dan Aksara Hangeul adalah bagian integral dalam penyebaran soft power Korea Selatan di seluruh dunia. Pemerintah Korea Selatan, misalnya, memberikan dukungan untuk pelestarian bahasa Cia-Cia dari Suku Cia-Cia di Bau-Bau Sulawesi Tenggara, Indonesia - sebuah program yang awalnya diprakarsai oleh Yayasan Hunminjonggeum Society pada tahun 2008.
Studi ini mengukur persepsi siswa dengan latar belakang etnis Cia-Cia terhadap Korea Selatan. Survei kuesioner dan wawancara digunakan untuk melihat lebih jauh persepsi mereka. Studi ini kemudian menemukan bahwa setelah program ini, para siswa memiliki persepsi yang lebih positif tentang Korea Selatan. Selain itu, demonstrasi budaya Korea dan penggunaan Bahasa Korea bahkan menjadi lebih jelas dalam kehidupan sehari-hari mereka, sehingga menciptakan realitas sosial baru di komunitas lokal. Temuan seperti itu menunjukkan bahwa bantuan internasional telah secara efektif menjadi bagian dari strategi ekspansi soft power Korea Selatan.

Since the beginning of the "Korean Wave" in the decade of 2010, Korean language and the Hangeul character are the integral parts in the dissemination of South Korea's soft power across the world. The South Korean government, for example, provided support for the preservation of Cia-Cia language of Cia-Cia Tribe in Bau-Bau Southeast Sulawesi, Indonesia - a program that was originally initiated by Hunminjonggeum Society Foundation in 2008.
This study examines the perception of students with Cia-Cia ethnic background toward South Korea. Questionnaire surveys and interviews are used to further look into their perceptions. This study then finds following the program, the students have more positive perceptions of South Korea. Besides, the demonstration of Korean culture and the use of Korean language even becomes more apparent in their daily life, creating a new social reality in the local community. Such a finding suggests that international assistance has effectively become a part of South Korea's soft power expansion strategy.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Alumni, 1992
307.2 Sej
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Serly Listiyanti
"Pesisir Jakarta Utara merupakan daerah yang rawan terhadap banjir. Genangan air tidak hanya berasal dari air pasang tetapi juga dari luapan air hujan di muara sungai sekitarnya. Bahkan ketika musim kemarau pun, daerah ini tetap digenangi oleh air yang berasal dari rembesan air laut dari bawah permukaan tanah. Dengan kata lain, banjir berasal dari arah depan (banjir rob / air pasang laut), sekitar (muara sungai) dan bawah (intrusi air laut). Meskipun demikian, banyak warga yang kini memilih merubah rumah panggung mereka menjadi rumah nonpanggung. Tujuan penelitian ditujukan untuk mengetahui bagaimana proses transformasi rumah panggung yang terjadi di pesisir Jakarta Utara. Pengamatan dilakukan dengan melihat faktor apa saja yang menyebabkan transformasi tersebut terjadi. Kemudian faktor-faktor tersebut akan menjawab kesesuaian prinsip rumah panggung dengan kondisi masyarakat pesisir saat ini. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan campuran (mix method), yaitu metode analisis yang mengkombinasikan pendekatan secara kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kuantitatif menggunakan pendekatan analisis statistik dan analisis deskriptif. Sedangkan teknik analisis kualitatif menggunakan teknik pengamatan dan wawancana dengan imforman terpilih. Hasil dari analisis ditemukan bahwa transformasi begerak membentuk lintasan parabola dimana terdapat tahap klimaks dan antiklimaks dari proses tersebut. Dari dua studi kasus yang diamati maka faktor yang membawa pengaruh paling signifikan berasal dari faktor alam. Faktor alam dapat menjadi klimaks dan antiklimaks dari proses transformasi tersebut. Setelah melalui intervensi dari faktor sosial, ekonomi, budaya dan alam, akhirnya rumah panggung akan menjadi solusi yang paling sesuai untuk diterapkan di pemukiman pesisir Jakarta Utara saat ini dan nanti.

Coastal North Jakarta is an area prone to flooding. Pool of water not only from the high tide but also from the overflow of rain water at the mouth of the river nearby. Even when the dry season too, this area is still flooded by water from sea water seepage from below the soil surface. In other words, the flood came from the front (rob flood / tidal water), about (the estuary of the river) and bottom (seawater intrusion). Nevertheless, many residents who now choose to change their stilt houses into homes of non-stage. The purpose of the study aimed to discover how the process of transformation of houses on stilts that occurred off the coast of North Jakarta. Observations were carried out by looking at what factors are causing these transformations occur. Then these factors will answer the suitability principle house on stilts with the current conditions of coastal communities. The method used is descriptive method with approach of the mixture (mix method), the method of analysis that combines qualitative and quantitative approaches. Quantitative analysis techniques using statistical analysis approach and the descriptive analysis. While the qualitative analysis technique using observation techniques and wawancana with imforman elected. Results of the analysis found that the transformation stir to form parabolic trajectory where there is a stage of climax and anticlimax of the process. Of the two case studies that observed the factors that brought the most significant impact comes from natural factors. Natural factors could be a climax and anticlimax of the transformation process. After going through the intervention of social factors, economics, culture and nature, ultimately staged house will be the most appropriate solution to be implemented in North Jakarta coastal settlements now and later."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S51563
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>