Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Hasan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rahmah Dini
"Guild merupakan kelompok spesies burung yang terbentuk dari spesies-spesies yang memanfaatkan sumber yang sama. Penelitian mengenai guild burung pernah dilakukan di ruang terbuka hijau DKI Jakarta, tapi belum pernah dilakukan di area urban Depok sebelumnya. Kota Depok memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau yang rendah, sehingga keberadaan pekarangan dan taman sangat penting keberadaannya sebagai penyedia habitat dan ruang terbuka hijau itu sendiri. Penelitian bertujuan untuk menganalisis guild komunitas burung di 3 tipe ruang terbuka hijau area pemukiman urban (jalan raya, taman, dan perumahan) dan pola guild burung di sekitar pemukiman. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah point count. Data dianalisis menggunakan Korelasi Pearson dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian dilakukan pada bulan Maret—Juli 2021. Data jenis burung yang diperoleh dikelompokkan menjadi 8 tipe guild. Berdasarkan penelitian, ditemukan total 21 spesies burung dengan guild granivora (6 spesies, 28,57%) menjadi guild paling dominan di Kelurahan Tugu disusul oleh insektivora-ranting (5 spesies; 23,81%). Berdasarkan peran ekologi kedua guild ini dalam menjaga keseimbangan ekosistem, pemerintah perlu menekankan sosialisasi penanaman tanaman di pekarangan agar tersedia lebih banyak ruang terbuka hijau yang dapat mendukung kehidupan burung urban.

A guild is a group of bird species formed from species that use the same sources. Research on bird guilds has been conducted in the green spaces of DKI Jakarta. Research on bird guilds has never been conducted in the urban area of Depok before. Depok has a low availability of green space; thus, the existence of yards and parks are very important as a provider to the habitat and as a green space itself. This study aims to analyze bird community guilds in 3 types of green spaces in urban residential areas (roads, yards/parks, and housing). The study also aims to see if there’s any guild patterns exist around the settlements. Data collection method used in this research was Point Count and analyzed using Pearson Correlation and Principal Component Analysis (PCA). This research was conducted in March—July 2021. The species data obtained were grouped into 8 types of guilds. There’s a total of 21 bird species in District Tugu, the granivores (6 species; 28,57%) and branches insectivores (5 species; 23,81%) as the most dominant guild. Based on the ecological role of these two guilds in maintaining ecosystem balance, the government needs to emphasize the socialization of planting vegetation in the yard so there will be more green spaces that could support urban bird life."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rifqa Marisa
"Jalan kaki merupakan transportasi mendasar untuk manusia. Oleh sebab itu, walkability sebagai sebuah gagasan mengenai lingkungan dan kegiatan jalan kaki menjadi penting untuk dibahas. Namun, pembahasan mengenai konsep ini dengan pendekatan persepsi masih jarang diliput, sedangkan persepsi memiliki peran yang sama pentingnya dengan penilaian secara objektif lingkungan karena memengaruhi pengalaman pedestrian secara langsung saat jalan kaki. Didasarkan hal tersebut, studi ini mengeksplorasi persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki dengan tujuan untuk memotret ruang jalan yang walkable dan dipersepsikan walkable, serta atribut-atribut yang memengaruhinya, dengan memerhatikan aspek-aspek walkability seperti keamanan, kenyamanan, ketergunaan, dan daya tarik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, studi ini menggunakan studi kasus di kawasan Suryakencana. Studi ini memanfaatkan wawancara semi-terstruktur dengan bantuan pemetaan, serta observasi untuk menangkap pengalaman jalan kaki pedestrian. Kemudian, data dianalisis dengan analisis tematik untuk mengungkap persepsi pedestrian serta atribut yang terlibat. Didapatkan lima kategori persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki mereka yaitu enjoyable, functional, habituated, unexciting, dan cautious. Selain itu, terdapat 17 atribut ruang jalan kaki yang terlibat dalam pembentukan persepsi tersebut yang berasal dari lingkungan dan eksternal pedestrian. Studi ini diakhiri dengan pemahaman bahwa atribut dari lingkungan jalan kaki memengaruhi persepsi pedestrian dengan cara intervensi terhadap keterbacaan ruang, kebutuhan ruang jalan kaki, dan kemampuan ruang dalam mengakomodasi kegiatan jalan kaki. Diharapkan melalui studi ini dapat membantu memberi masukan terhadap perencana kota dalam merencanakan kawasan yang walkable.

Walking is a fundamental transportation for humans. Therefore, walkability as a concept about walking environment is essential to be discussed. However, discussion on this concept through perception is still overlooked, while perception has an equally crucial role as objective quality of an environment for walking because it affects how the environment is being experienced by pedestrian while walking. Grounding on that condition, this study explored pedestrian perception on walking space with aim to portray a walkable walking space and related attributes from the walking space that is not only considered walkable objectively, but also subjectively through pedestrian perception, by considering walkability aspects such as safety, comfort, attractiveness (interest) and usefulness. To comply with that aim, this study use a study case in Suryakencana area and utilize semi-structured interview, complemented by mapping, and observation to capture pedestrian’s walking experience and perception. All those information is analysed using thematic analysis to reveal pedestrian perception and its related attributes. This study revealed five pedestrian perception on their walking space, which are enjoyable, functional, habituated, unexciting, and cautious. There are 14 external attributes from the walking environment and 3 internal attributed from pedestrian characteristics that are involved in the making of pedestrian perception. This study concluded that attributes from walking space affect pedestrian perception by intervening the legibility of the walking space, walking needs, and ability of the space in accommodating walking. Hopefully, this study can provide input to urban planners when planning walkable area."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Djakaria M. Nur
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Kartono
Jakarta: Jurusan Giografi Universitas Indonesia, 1989
333.77 HAR e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Lake area , such as Klakah , Ranu Gedang and Ranu Segaran , is the past settlements area which occupied by people since the neolithic period which were marked by the use of square pickaxe artifact. Activity in ranu region continu until the next period which is characterized by the existence of megalithics monuments, the remains of on old temple, and tomb from the early days of the entry of Islam, even now, the location of ancient settlements are still used as a residential location."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is based on an observation on mollusc's life in mangrove forest of sepanjang Island, Sumenep Regency, east Java. a total of 25 species of molluscs that belong to 12 families was found in the Island. However only 19 species were used to found in Sepanjang's mangrove, others were immigrants from the sea. This paper also discusses the mollusc's density, reproduction conservation and potency."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Hamidah
"Place attachment menggambarkan ikatan emosional yang positif terhadap suatu tempat secara spesifik yang terbentuk melalui pengalaman manusia baik secara individu maupun kelompok. Relasi secara sosial, material, dan ideologi menjadi faktor pembentu hubungan dengan tempat. Place attachment terdiri dari tiga komponen yaitu manusia, tempat, dan proses psikologis yang terdefinisi melalui dua subdimensi yaitu place dependence (keterikatan fungsional) dan place identity (keterikatan emosional). Komponen tersebut dapat menjadi modal untuk mengidentifikasi dan mengembangkan kawasan perkotaan dengan melibatkan persepsi pengguna ruang kota, sehingga dapat menghasilkan pemrograman kawasan secara bottom up. Kawasan Pasar Jambi merupakan pusat perdagangan dan pariwisata dengan nilai historis di Kota Jambi yang perkembangannya sejalan dengan eksistensi Sungai Batanghari. Penelitian perancangan yang tersusun melalui tesis ini bertujuan untuk menata ulang kawasan Pasar Jambi yang livable dan walkable sehingga pengembangan ruang publik dengan variasi karakter kawasan dapat terhubung dengan place attachment. Hasil penelitian perancangan menunjukkan adanya kebutuhan untuk mengembangkan kawasan berdasarkan karakter familiarity & distinctiveness, aktivitas yang secara regular berlangsung, kesinambungan dengan jenis aktor yaitu pedagang, pengunjung, dan warga; dan fitur kontekstual masing-masing spot yaitu area blok-blok Pasar Jambi dan tepian sungai Batanghari.

Place attachment is a positive emotional relationship developed by human experience, both individually and in groups. The relationship with the place is formed by social, material, and ideological relations. Place attachment consists of three components: individuals, places, and psychological processes that are defined by two sub-dimensions: place dependence (functional attachment) and place identity (emotional attachment). These components can be used to identify and develop urban areas by including the perceptions of users, resulting in bottom-up programming. Pasar Jambi area is a historical commercial and tourism center in Jambi City that has grown in tandem with the existence of the Batanghari River. This thesis intends to reorganize the livable and walkable Pasar Jambi area so that the development of public spaces with various characteristics can be linked with place attachment. The result shows that there is a need to develop the area based on the characteristics of familiarity and distinctiveness, regularly-occupied activities, environmental congruence with multiple types of actors, which are traders, visitors, and residents; and the contextual features of each spot, which are the area of Pasar Jambi blocks and Batanghari riverfront."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Megawati
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis profil keberdayaan konsumen dari perspektif demografi, sosial ekonomi dan kekosmopolitan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di wilayah perdesaan dan perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan rendahnya keberdayaan konsumen di perdesaan dan perkotaan. Secara umum, responden yang paling tidak berdaya berdasarkan perspektif demografi, sosial ekonomi dan kekosmopolitan adalah berusia > 37 tahun, bekerja di perdesaan, kategori pendapatan ≤ IDR 397,874.57/kapita/bulan di perdesaan dan perkotaan, besar keluarga ≤ 4 orang di perdesaan, lama pendidikan ≤ 9 tahun di perdesaan dan tidak kosmopolit di perdesaan. Tingkat pendidikan yang semakin tinggi dan responden yang semakin kosmopolit akan meningkatkan keberdayaan konsumen. Salah satu upaya untuk memberdayakan konsumen adalah dengan mengintensifkan pendidikan konsumen melibatkan pemerintah, LSM maupun swasta.

The purpose of this research was to analyze the profile of consumer empowerment and the influence of demographic characteristics, socio-economic status and cosmopoliteness on consumer empowerment in rural and urban area. The research finding indicated a low consumer empowerment in urban and rural area. In general, most respondents who were not categorized as empowered consumer were aged >37 years old, working in rural areas, included in income category ranged IDR 397,874.57/capita/month both in rural and urban areas, family size of ≤ 4 persons in rural areas, length of education ≤9 years in rural areas and not cosmopolite in rural areas. Higher level of education and the more cosmopolite the respondents would increase consumer empowerment both in rural and urban area. One of the attempts in empowering consumers is by intensifying consumer education involving government, NGOs, and private sector."
Management Research Center (MRC) Department of Management, Faculty of Economics, University of Indonesia and Philip Kotler Center, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>