Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195284 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akmal Hasan
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1981
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Rahmah Dini
"Guild merupakan kelompok spesies burung yang terbentuk dari spesies-spesies yang memanfaatkan sumber yang sama. Penelitian mengenai guild burung pernah dilakukan di ruang terbuka hijau DKI Jakarta, tapi belum pernah dilakukan di area urban Depok sebelumnya. Kota Depok memiliki ketersediaan ruang terbuka hijau yang rendah, sehingga keberadaan pekarangan dan taman sangat penting keberadaannya sebagai penyedia habitat dan ruang terbuka hijau itu sendiri. Penelitian bertujuan untuk menganalisis guild komunitas burung di 3 tipe ruang terbuka hijau area pemukiman urban (jalan raya, taman, dan perumahan) dan pola guild burung di sekitar pemukiman. Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian adalah point count. Data dianalisis menggunakan Korelasi Pearson dan Principal Component Analysis (PCA). Penelitian dilakukan pada bulan Maret—Juli 2021. Data jenis burung yang diperoleh dikelompokkan menjadi 8 tipe guild. Berdasarkan penelitian, ditemukan total 21 spesies burung dengan guild granivora (6 spesies, 28,57%) menjadi guild paling dominan di Kelurahan Tugu disusul oleh insektivora-ranting (5 spesies; 23,81%). Berdasarkan peran ekologi kedua guild ini dalam menjaga keseimbangan ekosistem, pemerintah perlu menekankan sosialisasi penanaman tanaman di pekarangan agar tersedia lebih banyak ruang terbuka hijau yang dapat mendukung kehidupan burung urban.

Guild is a group of species formed from those that use the same sources. Research on bird guilds has been conducted in DKI Jakarta, though it has never been conducted in the urban area of Depok. Depok has a low availability of green space; thus, the existence of yards and parks are very important to provide as habitat and as green spaces itself. This study aims to analyze bird community guilds in 3 types of green spaces in urban areas (roads, yards/parks, and housing). The study also aims to see if there’s any guild patterns exist around the settlements. Data collection method used in this research was Point Count and analyzed using Pearson Correlation and Principal Component Analysis (PCA). This research was conducted in March—July 2021. The species data obtained were grouped into 8 types of guilds. There are a total of 21 bird species in District Tugu, the granivores (6 species; 28,57%) and branches insectivores (5 species; 23,81%) as the most dominant guild. Based on their ecological role in maintaining ecosystem balance, the government needs to emphasize the socialization of planting vegetation in the yard so there will be more green spaces to support urban bird life. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Fasikha
"Definisi tempat ketiga membedakan penggunaan suatu tempat dengan melihat tujuan domain yang terletak di luar domain pertama, rumah, dan domain kedua, tempat kerja. Tempat ketiga digunakan sebagai tempat di mana orang dapat menikmati waktu luang mereka di area terbuka di mana mereka bertemu banyak orang, baik orang yang sudah mereka kenal maupun orang belum mereka kenal dan baru pertama kali bertemu. Pada era dimana terjadi penurunan partisipasi masyarakat dalam penggunaan tempat ketiga yang menyebabkan rendahnya kohesi sosial di masyarakat, terdapat pengaruh yang berbeda dari keberadaan tempat ketiga pada kohesi sosial yang terjadi antara perkotaan dan pedesaan. Meskipun tempat komersial atau ritel dan tempat hiburan sama-sama memiliki karakteristik yang bersifat menarik orang luar, dampak keduanya saling berkebalikan terhadap kedekatan sosial di masyarakat. Keberadaan tempat komersial memiliki dampak yang negatif terhadap sebagian besar bentuk modal sosial sedangkan keberadaan tempat hiburan memberikan dampak yang positif terhadap sebagian besar modal sosial. Namun, perubahan perilaku menghabiskan waktu luang untuk hiburan di mana hampir tempat-tempat hiburan tersebut berbentuk modern terlihat dapat memperlebar kesenjangan antara warga sekitar dengan orang luar karena tempat ini dibangun dengan kurang mengadaptasi karakteristik lingkungan asalnya. Dengan demikian, keberadaan tempat hiburan dapat menurunkan kepercayaan antara penduduk lokal dan orang luar pada penduduk pedesaan.

The definition of third place differ the usage of a place by the purpose of a domain which out from the first domain, home, and the second domain, workplace. A third place purposely used as a place where people can enjoy their free time in open area where they meet many people, whether someone they used to know or even someone new. In this era where there is shown a declining public participation on third place usage which causing lower social cohesion in community, there is exists different effect of the existence of third place on social cohesion occurred between urban and rural area. Although both commercials and recreational spaces attract outsiders, the impact of commercials on most of social capital form is negative while recreational space mostly gives positive impact. However, a changing behavior on spending leisure time on recreational where almost places are modern also could widen the gap between its residents with outsiders because this space built with lack of adapting the neighborhood characteristic. Thus, recreational space could lower the trust between locals and outsiders in rural residents."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rifqa Marisa
"Jalan kaki merupakan transportasi mendasar untuk manusia. Oleh sebab itu, walkability sebagai sebuah gagasan mengenai lingkungan dan kegiatan jalan kaki menjadi penting untuk dibahas. Namun, pembahasan mengenai konsep ini dengan pendekatan persepsi masih jarang diliput, sedangkan persepsi memiliki peran yang sama pentingnya dengan penilaian secara objektif lingkungan karena memengaruhi pengalaman pedestrian secara langsung saat jalan kaki. Didasarkan hal tersebut, studi ini mengeksplorasi persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki dengan tujuan untuk memotret ruang jalan yang walkable dan dipersepsikan walkable, serta atribut-atribut yang memengaruhinya, dengan memerhatikan aspek-aspek walkability seperti keamanan, kenyamanan, ketergunaan, dan daya tarik. Untuk memenuhi tujuan tersebut, studi ini menggunakan studi kasus di kawasan Suryakencana. Studi ini memanfaatkan wawancara semi-terstruktur dengan bantuan pemetaan, serta observasi untuk menangkap pengalaman jalan kaki pedestrian. Kemudian, data dianalisis dengan analisis tematik untuk mengungkap persepsi pedestrian serta atribut yang terlibat. Didapatkan lima kategori persepsi pedestrian terhadap ruang jalan kaki mereka yaitu enjoyable, functional, habituated, unexciting, dan cautious. Selain itu, terdapat 17 atribut ruang jalan kaki yang terlibat dalam pembentukan persepsi tersebut yang berasal dari lingkungan dan eksternal pedestrian. Studi ini diakhiri dengan pemahaman bahwa atribut dari lingkungan jalan kaki memengaruhi persepsi pedestrian dengan cara intervensi terhadap keterbacaan ruang, kebutuhan ruang jalan kaki, dan kemampuan ruang dalam mengakomodasi kegiatan jalan kaki. Diharapkan melalui studi ini dapat membantu memberi masukan terhadap perencana kota dalam merencanakan kawasan yang walkable.

Walking is a fundamental transportation for humans. Therefore, walkability as a concept about walking environment is essential to be discussed. However, discussion on this concept through perception is still overlooked, while perception has an equally crucial role as objective quality of an environment for walking because it affects how the environment is being experienced by pedestrian while walking. Grounding on that condition, this study explored pedestrian perception on walking space with aim to portray a walkable walking space and related attributes from the walking space that is not only considered walkable objectively, but also subjectively through pedestrian perception, by considering walkability aspects such as safety, comfort, attractiveness (interest) and usefulness. To comply with that aim, this study use a study case in Suryakencana area and utilize semi-structured interview, complemented by mapping, and observation to capture pedestrian’s walking experience and perception. All those information is analysed using thematic analysis to reveal pedestrian perception and its related attributes. This study revealed five pedestrian perception on their walking space, which are enjoyable, functional, habituated, unexciting, and cautious. There are 14 external attributes from the walking environment and 3 internal attributed from pedestrian characteristics that are involved in the making of pedestrian perception. This study concluded that attributes from walking space affect pedestrian perception by intervening the legibility of the walking space, walking needs, and ability of the space in accommodating walking. Hopefully, this study can provide input to urban planners when planning walkable area."
Depok: 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Pricilia
"DK Jakarta, sebagai pusat ekonomi utama Indonesia, menghadapi tantangan besar dalam manajemen transportasi, terutama selama jam sibuk, dengan kemacetan lalu lintas sebagai permasalahan yang paling krusial. Urbanisasi yang pesat, meningkatnya kepemilikan kendaraan pribadi, serta persepsi negatif masyarakat terhadap transportasi umum semakin memperburuk kondisi ini. Data dari Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mengungkapkan bahwa tingkat pertumbuhan kendaraan bermotor mencapai 3,13% per tahun antara 2018 dan 2022, dengan sepeda motor mendominasi sebesar 75% dari total populasi kendaraan. Ironisnya, meskipun terdapat investasi besar dalam infrastruktur transportasi publik seperti MRT, LRT, dan TransJakarta, penggunaan transportasi umum justru menurun dari 30% pada tahun 2019 menjadi 25% pada tahun 2024, sementara penggunaan kendaraan pribadi terus meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis preferensi moda transportasi di kalangan penduduk Jakarta berdasarkan faktor demografis seperti usia, pendapatan, dan gender, serta mengevaluasi dampak kebijakan transportasi yang telah diterapkan. Dengan pendekatan metode campuran, penelitian ini mengombinasikan survei kuantitatif terhadap 350 responden dengan analisis kualitatif terhadap kebijakan transportasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan preferensi antar generasi: Generasi Z lebih memilih layanan transportasi berbasis aplikasi karena fleksibilitasnya, Generasi X cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena kenyamanan dan kemudahan, sedangkan Generasi Milenial menunjukkan kecenderungan lebih kuat terhadap transportasi umum yang efisien dan ramah lingkungan. Selain itu, pandemi COVID-19 telah secara signifikan mengubah pola mobilitas, meningkatkan adopsi kerja jarak jauh, dan memperkuat peran layanan transportasi daring.
Penelitian ini merekomendasikan intervensi kebijakan strategis, termasuk peningkatan kualitas dan integrasi sistem transportasi umum, pengaturan kepemilikan kendaraan pribadi melalui pajak progresif, serta pemanfaatan teknologi modern seperti kendaraan otonom untuk meningkatkan efisiensi transportasi. Temuan ini memberikan wawasan yang dapat ditindaklanjuti oleh pembuat kebijakan guna mengembangkan sistem transportasi perkotaan yang lebih berkelanjutan, ramah lingkungan, dan responsif terhadap dinamika mobilitas di Jakarta.

DKI Jakarta, Indonesia’s primary economic hub, faces severe challenges in transportation management, particularly during peak hours, with traffic congestion being the most critical issue. Rapid urbanization, increasing private vehicle ownership, and negative public perceptions of public transportation have exacerbated this condition. Data from the Jakarta Metropolitan Police Traffic Directorate (Ditlantas Polda Metro Jaya) reveals an annual growth rate of 3.13% in motorized vehicles between 2018 and 2022, with motorcycles dominating at 75% of the total vehicle population. Paradoxically, despite significant investments in public transportation infrastructure, such as MRT, LRT, and TransJakarta, public transport usage has declined from 30% in 2019 to 25% in 2024, while private vehicle usage continues to rise.
This study aims to analyze transportation mode preferences among Jakarta’s residents based on demographic factors such as age, income, and gender, while also evaluating the impacts of existing transportation policies. Utilizing a mixed-method approach, the research combines quantitative surveys involving 350 respondents with qualitative analysis of transportation policies. The findings highlight distinct generational preferences: Generation Z favors app-based transportation services due to their flexibility, Generation X predominantly relies on private vehicles for their comfort and convenience, while Millennials exhibit a stronger inclination toward efficient and environmentally friendly public transport options. Furthermore, the COVID-19 pandemic has significantly altered mobility patterns, increasing remote work adoption and reinforcing the role of online transportation services.
This study recommends strategic policy interventions, including enhancing the quality and integration of public transportation systems, regulating private vehicle ownership through progressive taxation, and leveraging modern technologies such as autonomous vehicles to improve transportation efficiency. These findings provide actionable insights for policymakers to develop a more sustainable, environmentally friendly, and responsive urban transportation system tailored to Jakarta’s evolving mobility demands.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Djakaria M. Nur
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Kartono
Jakarta: Jurusan Giografi Universitas Indonesia, 1989
333.77 HAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Lake area , such as Klakah , Ranu Gedang and Ranu Segaran , is the past settlements area which occupied by people since the neolithic period which were marked by the use of square pickaxe artifact. Activity in ranu region continu until the next period which is characterized by the existence of megalithics monuments, the remains of on old temple, and tomb from the early days of the entry of Islam, even now, the location of ancient settlements are still used as a residential location."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper is based on an observation on mollusc's life in mangrove forest of sepanjang Island, Sumenep Regency, east Java. a total of 25 species of molluscs that belong to 12 families was found in the Island. However only 19 species were used to found in Sepanjang's mangrove, others were immigrants from the sea. This paper also discusses the mollusc's density, reproduction conservation and potency."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>