Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Nirmalasari
"Pertukaran ion merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan daiam pengolahan llmbah dan pengolahan air. Penukar ion {resin
atau serat) yang memiliki gugus fungsi asam fosfat (-PO4H2) telah diketahui
memiliki selektifitas yang balk dan kemampuan untuk mengadsorpsi logamlogam
Lantanida dan Aktinida, Pb, Ba, Zn, serta terhadap logam yang
diklasifikasikan ke daiam asam Lewis seperti Fe (ill), Zr (IV), Mo (IV), dan
U (IV).
Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan serat FPA {Fibrous
Phosphoric Adsorbent, yang dibuat dengan mencangkok 2-hidroksietil
metakrilat asam fosfat (HMPA, 2-hydroxyethyl methacrylate phosphoric
acids) pada kain non-woven yang tersusun dari serat polietilen (PE) yang
dilapisi polipropilen (PP) secara radiasi) sebagai adsorban untuk mengikat Fe
(III) (Fe-FPA) dan melakukan karakterisasinya melalui penentuan kapasitas
penukaran kation terhadap Na^ dan Fe (III), serta kestabilan ikatan Fe-FPA.
Metode yang digunakan untuk penentuan kapasitas adalah metode batch
dan pengujian kestabilan ikatan Fe-FPA digunakan metode kolom yaitu
I
dengan mengelusinya dengan larutan FICI pada berbagai konsentrasi.
Selanjutnya serat Fe-FPA yang dihasilkan dipelajari aplikasinya sebagai
penukar anion ASO2" pada berbagai pH.
Kapasitas serat FPA dengan 87,11% grafting yang ditukar dengan
A
kation Na^ sebesar 1,0983 mek/g FPA dan untuk serat FPA dengan 153,76% grafting sebesar 1,5138 mek/g FPA. Penyerapan Fe (III) optimum pada FPA
*
terjadi pada pFI 2,0 dan pada konsentrasi larutan Fe(N03)3 0,025 M. Jumlah
Fe (III) yang teradsorpsi oleh FPA pada kondlsi optimum tersebut sebanyak
0,9755 mek/g FPA. Dari harga kemiringan kurva Log Kd pada berbagai pH,
diketahui bahwa mekanisme adsorpsi Fe (III) pada serat merupakan
I
mekanisme koordinasi. Fe (III) yang terdesorpsi dari serat oleh FICI 0,01 M
(pH 2,0) sebesar 0,22% dari jumlah Fe.(lll) yang teradsorpsi. Anion ASO2"
dapat diadsorpsi optimum pada pFI 8,0 oleh serat Fe-FPA yaitu sebanyak
1,052 mek/g Fe-FPA."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrahmatika
"Salah satu metode yang dipakai dalam pengolahan limbah adalah metode pertukaran ion. Penukar ion yang mempunyai gugus asam fosfat diketahui memiliki selektifitas yang baik dan kemampuan untuk mengadsorpsi logam-logam lantanida dan aktinida, Pb, Ba, Zn, serta terhadap logam yang diklasifikasikan ke dalam asam lewis kuat seperti Fe (III), Zr (IV), Mo (IV), dan U (IV). Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi serat FPA (Fibrous Phosphoric Adsorbent), yang dibuat dengan mencangkok 2-hidroksietil metakrilat asam fosfat (HMPA, 2-hidroxyethyl methacrylate phosphoric acids) yang merupakan monomer dengan gugus asam fosfat, pada kain non-woven yang tersusun dari serat polietilen yang dilapisi polipropilen (PPPE) secara induksi radiasi dengan menentukan kapasitas penukar ion, uji regenerasi ion, selektifitas, adsorpsi kompetitif dan kecepatan penyerapan ion dengan menggunakan metode batch. Kapasitas serat FPA dengan 153,76% grafting yang ditukar dengan kation Na+ adalah sebesar 1,05 mek/g. Regenarasi ion yang dilakukan terhadap serat FPA dengan kondisi konsentrasi asam yang cukup tinggi dan waktu perendaman yang cukup lama didapatkan bahwa Na+ yang terdesorpsi hanya sebesar 3% dibandingkan dengan banyaknya Na+ yang teradsorpsi. Dari harga kemiringan Log Kd pada berbagai pH, diketahui bahwa mekanisme yang dominan terjadi adalah mekanisme koordinasi dan kemungkinan terjadi pula mekanisme pertukaran ion. Serat FPA bagus digunakan untuk penyerapan keenam jenis logam pada rentang pH 4,0-7,0 disebabkan nilai Log Kd logam-logam tersebut >1,5. Percobaan adsorpsi kompetitif menunjukkan nilai ? antara logam kobalt dan Nikel adalah 0,98. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan kedua ion logam tersebut terekstrak bersama-sama. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Affi Nur Hidayah
"Au-Ag nanoalloys disintesis dengan menggunakan tehnik laser radiasi femtosecond dengan metode top-down maupun bottom-up. Metode top-down Au-Ag nanoalloys disintesis dari pelat Au dan Ag sedangkan metode bottom-up disintesis dari garam metal silver nitrate AgNO3 dan garam metal emas Potassium gold III chloride K AuCl4 . Pada metode top-down, pelat Au dan Ag ditembak dengan radiasi laser femtosecond, dihasilkan nanopartikel emas AuNPs dan nanopartikel perak AgNPs dengan waktu abalasi 25 menit dan 1 jam. Kemudian dicampur dengan perbandingan 50:50 dan ditembak laser kembali dengan waktu irradiasi yang berbeda sehingga dihasilkan Au-Ag Nanoalloys dengan ukuran 12-13 nm. Sedangkan pada metode bottom-up, Au-Ag Nanoalloys dibuat dari perbandingan larutan ion Au dan larutan Ag yaitu Au100Ag0 100:0 , Au10Ag90 10:90 , Au80Ag20 80:20 , Au70Ag30 70:30 , Au60Ag40 60:40 , Au50Ag50 50:50 , Au40Ag60 40:60 , Au70Ag30 70:30 , Au80Ag20 80:20 , Au10Ag90 10:90 dan Au100Ag0 100:0 pada medium air, medium air PVP 0,01 dan medium air PVP 0,1 dan setiap komposisi tersebut pada setiap medium ditembak dengan waktu iradiasi laser yang berbeda sehingga dihasilkan Au-Ag Nanoalloys dengan ukuran partikel 5-10 nm. Setelah Au-Ag nanoalloys terbentuk, sifat optiknya dipelajari yaitu pergeseran surface plasmon. Dimana surface plasmon dipengaruhi oleh oleh ukuran nanomaterial, bentuk, komposisi, pengaruh kimia dan lingkungan sekitar nanopartikel.

Au Ag Nanoalloys are synthesized with femtosecond laser technique with top down and bottom up methods. In top down Au Ag Nanoalloys are synthesized from 99 plate Au and Ag, while bottom up method Au Ag Nanoalloys are synthesized from silver nitrate metal salt AgNO3 dan Potassium gold III chloride K AuCl4 . In top down 99 plate Au and Ag were shot laser, respectively until result nanogold AuNPs and nanosilver AgNPs at 25 minutes and 1 hour ablation time and then mix with ratio 50 50, after that was shot laser with different irradiation time until Au Ag Nanoalloys formed with particle size of 12 13 nm. And in bottom up Au Ag Nanoalloys are made from the different ratio ion liquid Au and Ag that is Au100Ag0 100 0 , Au10Ag90 10 90 , Au80Ag20 80 20 , Au70Ag30 70 30 , Au60Ag40 60 40 , Au50Ag50 50 50 , Au40Ag60 40 60 , Au70Ag30 70 30 , Au80Ag20 80 20 , Au10Ag90 10 90 dan Au100Ag0 100 0 in water medium, water medium PVP 0,01 and water medium PVP 0,1 . Each different molar ratio in the different medium was shot with different irradiation time resulting Au Ag Nanoalloys with particle size of 5 10 nm. After Au Ag formed, the optical properties are studied i.e. the shift of surface plasmon. Where surface plasmon is affected by nanoparticle size, shape, composition, chemical and environment around nanoparticle.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T51577
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meana Rizki Oktafika
"Penggunaan kalsium fosfat sebagai bahan pengganti tulang sudah banyak diaplikasikan, khususnya pengaplikasian hidroksiapatit karena kemiripannya dengan mineral tulang manusia. Hidroksiapatit merupakan senyawa kalsium fosfat yang paling stabil dan telah banyak digunakan sebagai implan tulang, namun hidroksiapatit memiliki sifat brittle yaitu mudah rapuh dan mempunyai sifat resorbabilitas yang sangat rendah. Untuk memenuhi kebutuhan biomaterial pada jaringan tulang, selain mineral diperlukan material organik sebagai penyusun matriks. Salah satu yang dapat digunakan adalah kolagen yang merupakan protein fungsional yang ada didalam tubuh dan memiliki peran penting dalam menjalankan fungsi tubuh. Kombinasi antara hidroksiapatit dan kolagen memiliki potensi untuk rekayasa jaringan tulang karena kesamaan dan sifat biologis alaminya. Pada penelitian ini komposit hidroksiapatit/kolagen disintesis secara In-situ menggunakan metode iradiasi gelombang mikro dengan daya sebesar 400 Watt selama 10, 20, dan 30 menit. Penggunaan iradiasi gelombang mikro digunakan karena dapat memicu pertumbuhan kristal hidroksiapatit dengan waktu yang relatif cukup singkat dibandingkan dengan metode konvensional seperti konduksi dan konveksi. Pada hasil karakterisasi menggunakan difraksi sinar-x didapatkan pola puncak puncak yang mengindikasikan terbentuknya fasa hidroksiapatit yang di berada pada sudut 2θ 25°, 28°, 32°, 39°, 53° dan bidang miller (002), (210), (300), (310), (004) pada seluruh komposit yang di iradiasi selama 10, 20, dan 30 menit serta diperoleh ukuran kristal sebesar 21,94 - 22,65 nm serta indeks kristalinitas sebesar 0,269 - 0,297. Hasil ini menujukan bahwa semakin lama waktu radiasi yang diberikan maka ukuran kristal serta nilai indeks kristalinitas juga meningkat. Hasil karakterisasi FTIR menandakan adanya karakteristik serapan dari hidroksiapatit dan kolagen pada komposit yang ditandai dengan terdapatnya gugus fosfat (PO4) pada bilangan gelombang 564 cm-1, 603-602 cm-1, 1032 cm-1 dan 961-962 cm-1, gugus karbonat (CO3) pada bilangan gelombang 875-876 cm-1, gugus hidroksil (OH) pada bilangan gelombang 3566 cm-1, Amida A (N-H) pada bilangan gelombang 3423-3442 cm-1, Aminda B (C-H) pada bilangan gelombang 2963-2964 cm-1, Amida I (C=O) pada bilangan gelombang 1646-1650 cm-1, Amida II (N-H) pada bilangan gelombang 1540-1542 cm-1 serta Amida III (C-H) pada bilangan gelombang 1260-1263 cm-1. Hasil karakterisasi menggunakan SEM memperlihatkan bahwa hidroksiapatit telah terpresipitasi dan menyelimuti pori kolagen.

Calcium phosphate has been widely applied as a bone substitute, especially hydroxyapatite, because of its similarity with human bone minerals. Hydroxyapatite is the most stable calcium phosphate compound, However, hydroxyapatite has brittle properties and very low resorbability. To meet the biomaterials needs of bone tissue, in addition to minerals, organic materials are needed as matrix compounds. Collagen, a functional protein found in the body, can fulfill this role. A hydroxyapatite and collagen combination has the potential to be engineered into bone tissue because of its similarity and natural biological properties. In this study, the hydroxyapatite/collagen composite was synthesized in situ using the microwave irradiation method with a power of 400 Watt for 10, 20, and 30 minutes. Microwave irradiation is used because it can trigger the growth of hydroxyapatite crystals in a relatively short time compared to conventional methods, such as conduction and convection. In the results, using x-ray diffraction, the peak pattern showed the formation of the hydroxyapatite phase indicated at an angle of 2θ 25°, 28°, 32°, 39°, 53° and the miller indices (002), (210), (300), (310), (004) in all composites that were irradiated for 10, 20, and 30 minutes obtained a crystal size of 21.94 nm - 22.65 nm, and a crystallinity index of 0.269 - 0.297. This shows that the longer the composite is exposed to radiation, the crystal size, and value of the crystallinity index also increase. The results of the use of FTIR shows the absorption characteristics of hydroxyapatite and collagen in the composite that were characterized by the presence of a phosphate group (PO4) on wavenumber 564 cm-1, 603-602 cm-1, 1032 cm-1 and 961-962 cm-1, a carbonate group (CO3) on wavenumber 875-876 cm-1, a hydroxyl group (OH) on wavenumber 3566 cm-1, Amide A (N-H) on wavenumber 3423-3442 cm-1, Amide B (C-H) on wavenumber 2963-2964 cm-1, Amide I (C=O) on wavenumber 1646-1650 cm-1, Amide II (N-H) on wavenumber 1540-1542 cm-1, Amide III (C-H) on wavenumber 1260-1263. Characterization using SEM showed that hydroxyapatite had precipitated and covered the collagen pores."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sarah Arifiyanti
"Nanopartikel oksida besi dan coupled-nanomaterial oksida besi dan titanium dioksida dengan tiga variasi rasio molar telah disintesis dengan metode sol-gel. Keseluruhan sampel dikarakterisasi dengan pengukuran X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, Fourier-Transform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, dan UV-Visible Spectroscopy. Coupled-nanomaterial menunjukkan sifat feromagnetik, mempunyai morfologi spherical-like dan terdiri atas fase dan struktur kristal tunggal dari oksida besi magnetite dan titanium dioksida anatase dengan kehadiran unsur Fe, Ti dan O dalam bentuk ikatan Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe. Perolehan aktivitas fotokatalitik optimum yang berbeda pada kondisi basa untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet dan cahaya visible berhubungan dengan nilai celah energi coupled-nanomaterial. Peran aktif hole dalam aktivitas fotokatalitik coupled-nanomaterial mendegradasi methylene blue tidak berbeda untuk pemaparan dengan cahaya ultraviolet maupun visible.

Iron oxide nanoparticles, iron oxide and titanium dioxide coupled-nanomaterials with three variation molar ratio were synthesized by sol-gel method. All samples were characterized by X-Ray Diffraction, Energy Dispersive X-Ray, FourierTransform Infrared, Field Emission Scanning Electron Microscopy, Vibrating Sample Magnetometer, and UV-Visible Spectroscopy measurements. The coupled-nanomaterials show ferromagnetic behavior, have spherical-like morphology and consist of individual crystal structure and phase of magnetite iron oxide and anatase titanium dioxide with the presence of Fe, Ti and O elements in the form of Ti-O-Ti, Ti-O-O dan Fe-O-Fe bonds. Different optimum photocatalytic activities under alkaline conditions with ultraviolet and visible light irradiation are associated with the value of the coupled-nanomaterials energy gap. Hole's active role on photocatalytic activities of methylene blue degraded by the coupled-nanomaterials is no different for both kinds irradiations of ultraviolet and visible light."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Rumondang, Dewi ,author
"
ABSTRAK
Proses radiasi merupakan salah satu proses perpindahan kalor melalui gelombang elektromagnet yang tenjadi pada benda karena temperatur yang dimiliki oleh benda tersebut. Proses ini sangat tergantung kepada temperatur, sehlngga sangat berperan dalarn proses perpindahan kalor pada temperatur tinggi misalnya pada dapur bakar, nosel dan sebagainya.
Dalam proses perpindahan kalor ini terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan yaitu nilai emisivitas dari pemlukaan, temperatur dan faktor pandang. Faktor pandang adalah fraksi dari energi radiasi yang meninggalkan permukaan satu dan mencapai permukaan yang lain.
Nilai emisivitas dari suatu permukaan tergantung kepada permukaan yang mengalami proses perpindahan kalor (kekasaran, kerusakan, jenis material, dan temperatur).
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kajian pustakag dirnana dari pengertian-pengertian dasar radiasi penulis ingin menjelaskan sejauh mana peranan faktor pandang, temperatur dan nilai emisivitas suatu permukaan dalam menentukan proses perpindahan kalor suatu permukaan. Metode yang digunakan dalarn penentuan perpindahan kalor ini adalah metode jaringan radiasi, dimana dari hasil perhitungan tersebut kita dapat mengetahui nilai radiositas (jumlah energi yang meninggalkan suatu permukaan) dan nilai dari neraca energi nya.
"
1997
S36817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>