Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52635 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rossi Margareth T
"Rsaksi kopling oksidatif pada senyawa fenolik dikatahui dapat
menghasilkan senyawa yang memiliki aktivitas biologis. Aktivitas ini dapat
berupa aktivitas antioksidan, antikanker, dan antlmikroba. Reaksi kopling
oksidatif senyawa fenolik terjadi dengan bantuan katalis misalnya enzim.
Pada penelitian ini guaiakol digunakan sebagai senyawa fenolik awal. Katalis
yang digunakan adalah enzim laccase. Enzim laccase yang digunakan
berupa enzim kasar yang diekstrak dari jamur tiram pufih ( Pleurotus
ostreatus). Aktivitas spesifik enzim kasar adalah 0,0028 U/mg protein.
Reaksi kopling oksidatif guaiakol menghasilkan produk yang kemudian
diekstraksi dengan etil asetat. Hasil pemurnian produk dengan kromatografi
kolom silika gel menghasilkan suatu kristal jarum berwarna putih kekuningan
dengan titik leleh 94-96° C. Identifikasi kristal dilakukan dengan analisis UV,
FTIR, dan GC-MS. Hasil identifikasi menunjukkan senyawa kristal adalah
4,4'-Biguaiakol dengan m/z 246 dan waktu retensi 19,19. Produk dalam
bentuk ekstrak pekat diuji aktivitas biologisnya sebagai senyawa antimikroba.
Uji dilakukan pada E. coli ( gram negatif) dan B. subtillis (gram positif) dengan
metode kertas cakram. Hasilnya senyawa produk menunjukkan diameter
inhibisi pada E.coli 30 mm ( diameter inhibisi guaiakol 26 mm) dan pada
B.subtillis 30 mm ( diameter inhibisi guaiakol 25 mm). "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraeni
"Penelitian ini bertujuan mempelajari perubahan sifat fisikokimia dan fungsional sagu alami yang dimodifikasi menggunakan Na2HPO4-NaH2PO4 yang digunakan untuk memperbaiki kualitas produk mie sagu. Modifikasi sagu dibuat dengan variasi komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 yaitu 2:1 hingga 4:3 (v/v) dan variasi suhu reaksi dari suhu ruang (30°C) hingga suhu awal gelatinisasi (65°C). Sifat fisik sagu alami dan sagu termodifikasi dilihat dari hasil penentuan Spektroskopi FT-IR, Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat perubahan pada granula, difraktometri sinar-X dan derajat putih. Sedangkan sifat kimianya dilihat dengan pengukuran kadar fosfor (P), kadar air, dan kadar amilosa. Sifat fungsional sagu alami dan sagu termodifikasi dilakukan dengan penentuan karakteristik pasta yaitu suhu dan waktu gelatinisasi, viskositas puncak, waktu dan suhu pada titik puncak, viskositas pada suhu 95°C, viskositas dingin dan viskositas balik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara spektrum FT-IR pada 994,32 cm-1 (C-O-P); 1150,56 cm-1 (C-O); 1206,49 cm-1 (P=O); 2358,98 cm-1 (diester fosfat) sesuai dengan Wanrosli (2011) pada spektrum 2362 cm-1; serta ayunan C-H (1340,55 cm-1). Hasil gambar SEM menunjukkan bahwa granula sagu berbentuk bulat, oval, mencekung, dan terpacung pada salah satu sisinya. Derajat putih sagu ikat silang fosfat meningkat dari 92,97% (sagu alami) menjadi 94,87% (sagu termodifikasi). Sedangkan secara degree of substitution (DSp) nilai tertinggi pada perlakuan kombinasi Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 dengan suhu reaksi 47,5°C (0,19%) dibandingkan sagu alami (0,01%). Kemudian sagu alami dan sagu termodifikasi diaplikasikan sebagai bahan baku mie sagu dan analisa produk yang dilakukan meliputi cooking properties (cooking time dan cooking loss), dan uji organoleptik mie, sebagai acuan digunakan mie yang terbuat dari terigu yang ada dipasaran.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa mie sagu dengan sagu termodifikasi ikat silang fosfat (100%) dapat menurunkan cooking loss mie sagu dari 14,38% menjadi 9,01%; dan hasil uji organoleptik untuk kesukaan mie sagu yang diterima panelis adalah mie dengan perlakuan komposisi reagen Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 dan suhu reaksi 30°C dengan skor 5,2 (agak suka), mendekati skor mie terigu yang ada dipasaran yaitu 5,28 (agak suka).

This research aims to study the changes in physicochemical and functional properties of starch through modified by Na2HPO4-NaH2PO4 to improve product quality sago noodle. Modified starch is made reagent Na2HPO4-NaH2PO4 with composition variations is 2:1 to 4:3 (v/v), and the reaction temperature from room temperature (30°C) until the beginning of gelatinization temperature (65°C). The physical properties of natural and modified sago views of the results of FT-IR spectroscopy determination, Scanning Electron Microscopy (SEM) to look at granules, difraktometri X-rays and whiteness. While the chemical properties seen with measurements of phosphorus (P), moisture content, and amylose content. Functional properties of natural and modified sago by determining the characteristics of pasta and a gelatinization temperature, peak viscosity, time and temperature maximal, the viscosity at 95°C temperature, viscosity cold and behind.
The results the FT-IR spectra at 994.32 cm-1 (COP), 1150.56 cm-1 (CO); 1206.49 cm-1 (P=O), 2358.98 cm-1 (diester phosphate) in accordance with Wanrosli (2011) in the spectrum of 2362 cm-1, as well as swing CH (1340.55 cm-1). The results of SEM showed that the granules is round, oval, concave, and cut on one side. The degree white of sago crosslinked phosphate increased from 92.97% (natural sago) to 94.87% (modified sago). While the degree of substitution phosphate (DSP) highest value in combination treatment Na2HPO4-NaH2PO4 3:2 v/v with reaction temperature 47.5°C (0.19%) compared to the natural sago (0.01%). Then the natural and modified sago is applied as raw material sago noodles and analysis product was conducted on the cooking properties (cooking time and cooking loss), and organoleptic, noodles reference used as wheat flour noodle in the market.
The results showed that sago noodles with modified crosslinked phosphate (100%) can reduce the cooking loss of sago noodles from 14.38% to 9.01% and results test organoleptic for sago noodles favorite panelists are treatment composition reagents Na2HPO4-NaH2PO4 2:1 v/v and reaction temperature 30°C with a score of 5.2 (rather like), approached the score wheat flour noodles in the market is 5.28 (rather like)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T33005
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jimmy Oktora
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S30614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Gittanaya Anindyanari
"Latar belakang: Ketidak seimbangan dalam kadar antioksidan dan level radikal bebas dapat menyebabkan terjadinya stres oksidatif. Puasa sudah terbukti dapat meningkatkan kadar antioksidan dan menurunkan produksi radikal bebas, yang akan menghasilkan penurunan stres oksidatif. Selain itu, durasi waktu puasa juga mempengaruhi dampak puasa dalam menurunkan stres oksidatif. Banyak penelitian yang sudah membahas efek puasa tersebut, namun, belum diteliti pada jaringan jantung. Oleh sebab itu, penelitian ini ditujukan untuk meneliti perbedaan efek durasi puasa terhadap kadar katalase pada jaringan jantung kelinci New Zealand White. Metode: Sampel dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan perlakuan yang dilakukan selama satu minggu. Kelompok pertama, kelompok kelinci dengan pemberian pakan yang normal. Kelompok kedua, kelompok puasa intermiten dengan 16 jam periode puasa dan 8 jam periode makan. Kelompok terakhir, kelompok puasa berkepanjangan dengan 40 jam periode puasa dan 8 jam periode makan. Selanjutnya, absorbansi aktivitas katalase dan kadar protein diukur dengan spectrofotometer. Pembagian aktivitas katalase dengan kadar protein dilakukan untuk mendapatkan aktivitas spesifik katalase. Hasil: Rata-rata dari aktivitas spesifik katalase pada kelompok kontrol adalah 1,104 ± 0,244 UI/mg protein, rata-rata pada kelompok puasa intermiten adalah 0,892 ± 0,093 UI/mg protein, dan rata-rata pada kelompok puasa berkepanjangan adalah 1,126 ± 0,098 UI/mg protein dengan perbedaan yang tidak signifikan (p > 0,05). Kesimpulan: Perlakuan puasa intermiten dan puasa berkepanjangan selama satu minggu tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap aktivitas spesifik enzim katalase pada jantung kelinci New Zealand White.

Introduction: An imbalance in the antioxidant and free radical levels will develop oxidative stress. Fasting has increased antioxidant levels and decreased free radical production, ultimately reducing oxidative stress. Furthermore, the duration of fasting is also known to have a role in decreasing oxidative stress. Previous studies have been done on the effect of fasting on oxidative stress, however, none has been done on the heart. Hence, this study is aimed to discover the difference of fasting duration on its effect towards catalase level in New Zealand White rabbits. Method: Samples are divided into three groups based on their treatment for a week. First, the control group with a regular feeding schedule. Second, intermittent fasting group with 16 hours of the fasting period and 8 hours of the feeding period. Lastly, prolonged fasting with 40 hours of fasting and 8 hours of feeding periods. Then, a spectrophotometer is used to calculate the catalase activity and protein level. A division of catalase activity by protein level is done to obtain specific catalase enzyme activity. Result: The mean of specific catalase activity in the heart of the control group sample are 1.104 ± 0.244 UI/mg protein, the mean in the intermittent fasting group are 0.892 ± 0.093 UI/mg protein, and the mean in the prolonged fasting group is 1.126 ± 0.098 UI/mg protein with an insignificant difference (p > 0.05). Conclusion: Neither intermittent nor prolonged fasting conducted in a period of one week will have significant effect on the specific catalase activity level in the heart of New Zealand White rabbit."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feri
"Kanker secara umum disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang berbahaya akibat paparan lingkungan. Paparan gas buang kendaraan bermotor dan asap rokok merupakan polutan yang cukup potensial menyebabkan kanker. Paparan gas buang kendaraan bermotor banyak dialami pekerja lalu lintas sehingga resiko kanker pada polisi lalu lintas cukup tinggi. Gaya hidup sebagian polisi lalu lintas yang merokok juga menjadi penyebab salah satu potensi resiko kanker yang tinggi. Resiko kanker ini disebabkan adanya mekanisme stress oksidatif. Stress oksidatif merupakan salah satu penyebab pemicu pembentukan radikal bebas yang dapat menyebabkan terjadinya kanker. Sebelum pembentukan sel kanker terjadi, sel memiliki sistem pertahanan terhadap pembentukan sel kanker. Sistem pertahanan sel ini berupa perbaikan susunan basa DNA. Sistem perbaikan yang sering terjadi pada basa guanin terjadi dengan menglepaskan DNA-adduct, 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin, umumnya digunakan sebagai biomarker resiko terhadap kanker. Metode pengukuran 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin dapat dilakukan dengan HPLC-UVvis. Dari sampel urin sebanyak 17 orang, pengukuran dilakukan dengan membandingkan konsentrasi 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin pada polisi lalu lintas yang merokok sebanyak 8 orang dengan polisi lalu lintas yang tidak merokok sebanyak 9 orang. Rerata konsentrasi 8-hidroksi-2’-deoksiguanosin pada polisi lalu lintas yang merokok sebesar 0,619 mg/g kreatinin dan pada polisi lalu lintas yang tidak merokok sebesar 0,268 mg/g kreatinin. Hasil analisis mengindikasikan bahwa polisi lalu lintas yang merokok memiliki resiko terhadap penyakit kanker lebih tinggi dibandingkan dengan polisi lalu lintas yang tidak merokok.

Cancer is generally caused by chemicals hazardous because of environmental exposure. Exposure of motor vehicle exhaust gas and cigarette smoke is a pollutant that is potentially causing cancer. Exposure of motor vehicle exhaust gas received traffic workers and raised the risk of cancer for them. Lifestyle of smoking by traffic police is one another of the potential cancer risk. The risk caused by mechanism oxidative stress. Oxidative stress is one of the reason to make free radicals and can cause the cancer. Before the formation of cancer cells, the cell has a defense system against formation of cancer cell. This cell defense system can repair DNA base. System improvements cell can release guanine-adducts, 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine, is generally as a biomarker of cancer risk. Methods of measuring 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine can be done by HPLC-UVvis. The measurement of the urine samples from 17 persons, measurements were done by comparing between the concentration of 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine of smoking’ traffic police (8 persons) and the not smoking’ traffic police (9 persons). The mean concentration of 8-hydroxy-2'-deoxyguanosine on smoking’ traffic police at 0.619 mg per g creatinine and the not smoking’ traffic police at 0.268 mg per g creatinine. The analysis result indicates that the smoking’ traffic police have an increased risk of cancer is higher than the not smoking’ traffic police."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30722
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Ariyani
"Paparan zat toksik di Iingkungan dapat berkontribusi pada
terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Paparan zat toksik ini dapat berasal
dari uap bensin, asap rokok, sinar UV dan radiasi. Dalam Iingkungan Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum, banyak terdapat paparan uap bensin yang
banyak mengandung zat-zat karsinogenik yang dapat menghasilkan spesies
oksigen reaktif setelah mengalami metabolisme dalam tubuh. Spesies
oksigen reaktif ini dapat menyebabkan kerusakan DNA, yang mengacu pada
terealisasinya risiko kanker. Salah satu biomarker kerusakan DNA yang
umum dipelajari adalan 8-nidroksi-7,8-clinidro-2’-deoksiguanosin (8-OHc|G).
8-OHCIG ini dapat terekskresikan melalui urin dan dapat digunakan sebagai
biomarker kerusakan DNA. Pada penelitian ini dilakukan studi deteksi 8-nidroksi-7,8-diniclro-21
deoksiguanosin sebagai biomarker oksidatif stress akibat spesies oksigen
reaktif. Dalam Studi ini dilakukan pencarian kondisi optimum pengukuran 8-
nidroksi-7,8-clinidro-2’-deoksiguanosin, serta validasi dan verifikasi metode
dengan modifikasi yang disesuaikan dengan kondisi peralatan yang
digunakan Kondisi optimum yang diperoleh adalah dengan komposisi eluen
metanol: buffer fosfat pH 6,7 = 10:90. Sampel urin diambil dari petugas
SPBU dan kontrol yang tidak bekerja di SPBU dan tidak terpapar banan-
banan toksik dari Iingkungan kerja Sampel urin ditentukan kadar kreatininnya
dengan UV-Vis (λ=486 nm) dan diukur konsentrasi 8-OHCIG dengan instrumentasi HPLC-detektor UV (λ=254 nm). Hasil pengukuran 8-hidroksi-
7,8-clihidro-2’-deoksiguanosin dibagi dengan hasil pengukuran kreatinin untuk
mengetahui kadar 8-OH-CIG dalam kreatinin Limit deteksi (LOD) pengukuran
8-OHCIG dengan instrumentasi HPLC adalah 5.74 pg/L. Bates kuantitasinya
(LOQ) adalah 19.12 pg/L. Konsentrasi 8-OHCIG yang terukur pada sampel SPBU adalah 701,78-21.571,17 sedangkan pada sampel urin kontrol adalah 62,73-7_322,57 pg/g
kreatinin Jadi dapat disimpulkan bahvva kadar 8-OHCIG pada sampel petugas
SPBU Iebih tinggi daripada kontrol"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30466
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Niken Wulandari
"Lakase (E.G. 1.10.3.2) merupakan enzim oksidatif yang memiliki kemampuan seperti enzim peroksidase (E.G.1.11.1.7). Enzim lakase adalah enzim yang mengkatalisis reaksi oksidasi sejumlah substrat fenolik yang kaya akan elektron, seperti guaiakol. Telah dilakukan isolasi terhadap enzim lakase dari media tanam jamur tiram putih {Pleurotus oestreatus) dan didapat enzim lakase ekstrak kasar dengan aktivitas spesifik 0,2019 U/mg protein. Guaiakol yang dikatalisis oleh enzim lakase membentuk suatu produk yang berwarna merah dan selanjutnya diekstrak dengan etil asetat.
Pemisahan senyawa hasil ekstrak menggunakan kromatografi kolom silika gel diperoleh suatu kristal jarum berwarna kuning, dengan titik leleh antara 84-86°G. Identifikasi struktur kimia senyawa hasil isolasi dengan alat instrumentasi yaitu UV, FTIR dan GGMS. Reaksi pembentukan senyawa hasil reaksi menunjukan hasil penggabungan pada posisi para-para, 4,4'-biguaiakol dengan m/z 246, waktu retensi 19,22 menit dan luas area 87,12%. Senyawa hasil reaksi selanjutnya diuji aktivitas bioaktifnya sebagai senyawa antimikroba. Diperoleh diameter zona bening senyawa hasil reaksi lebih luas dibandingkan dengan guaiakol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S30575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This book will describe the nuclear encoded genes and their expressed proteins of mitochondrial oxidative phosphorylation. Most of these genes occur in eukaryotic cells, but not in bacteria or archaea."
New York: Springer, 2012
e20401596
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Cicilia Febriani Hayuningrum
"ABSTRAK
Endometriosis merupakan penyakit ginekologi ditandai dengan implantasi jaringan endometrium di luar rongga uterus, berhubungan erat dengan proses inflamasi kronis. Stres oksidatif menjadi aktivator terjadinya proses inflamasi kronis di endometriosis. Oktil galat terbukti lebih efektif menekan proses inflamasi dibandingkan asam galat dan heptil galat pada sel kultur primer endometriosis. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh oktil galat pada proses inflamasi dan stres oksidatif pada tikus Wistar model endometriosis. Tiga puluh ekor tikus Wistar dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok uji, kontrol endometriosis dan kelompok normal. Kelompok uji dilakukan autotransplantasi lalu diberikan suspensi oktil galat dan CMC selama satu bulan. Kelompok endometriosis dilakukan autotransplantasi lalu diberikan larutan CMC selama satu bulan, sedangkan kelompok normal hanya dilakukan laparotomi. Seluruh tikus kemudian dieuthanasia, dari kelompok uji dan kontrol endometriosis diambil jaringan endometriosisnya sedangkan dari kelompok sehat diambil jaringan endometriumnya untuk dianalisis. Analisis MDA (Malondialdhyde) dan SOD (Superoxide Dismutase) dilakukan secara spektofotometri, kadar NF-ĸB dengan ELISA dan IL-1β (Interleukin-1 Beta) dengan LUMINEX. Pemberian oktil galat pada kelompok uji tidak menurunkan kadar MDA namun berpotensi menekan kondisi stres oksidatif dengan meningkatkan kadar SOD. Oktil galat terbukti menekan aktivasi NF-ĸB secara signifikan, namun tidak menekan kadar IL-1β. Oktil galat berperan sebagai antiinflamasi pada tikus Wistar model endometriosis dengan cara induksi peningkatan SOD dan hambatan langsung pada translokasi nuklear NF-ĸB.

ABSTRACT
Endometriosis is a gynecological disease characterized by the implantation of endometrial tissue outside the uterine cavity, related to the chronic inflammatory process. Oxidative stress activates the occurrence of chronic inflammatory in endometriosis. Octyl gallate is more effective in suppressing the inflammatory process than gallic acid and heptil gallate in primary endometriosis culture cells. This study aimed to analyze the effect of octyl gallate on the inflammatory process and oxidative stress in endometriosis Wistar rat models. 30 Wistar rats were divided into three groups, the test group, endometriosis control and normal groups. The test group was autotransplantated and then given a suspension of octyl galate and CMC for one month. The endometriosis group was autotransplanted and then given a CMC solution for one month, while the normal group only underwent laparotomy. All rats were then euthanized, from the test and endometriosis group the endometriosis tissue was taken while from the normal group endometrial tissue was taken for analysis. MDA and SOD were measured using spectrophotometry, NF-ĸB with ELISA and IL-1β with LUMINEX. Induction of octyl gallate in the test group did not reduce MDA levels but could potentially suppress oxidative stress conditions by increasing SOD levels. Octyl gallate significantly inhibit the NF-ĸB activation, but not suppressing IL-1β levels significantly. Octyl gallate act as anti-inflammatory agent in endometriosis Wistar rat model through the enhancement of SOD and direct inhibition to nuclear translocation of NF-ĸB."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59186
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>