Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mayang Listyaningdyah
"Secang (Caesalpinia sappan L) merupakan tumbuhan berkhasiat yang banyak ditemukan dibeberapa Negara di Asia bermanfaat untuk mengobati beberapa penyakit seperti diare, tuberkulosis, disentri, sipilis, radang mata dan obat kumur. Di jawa Tengah dan Bali, kayu Secang digunakan sebagai sirup dan minuman teh, atau ??teh cang??. Di Cina, kayu Secang digunakan sebagai obat-obatan tradisional Cina seperti analgesik dan antiinflammatori. Senyawa yang terkandung dalam kayu secang antara lain golongan flavonoid yang punya gugus fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengetahui kandungan senyawa kimia hati kayu Secang (Caesalpinia sappan) serta uji terhadap aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Penelitian dilakukan dengan merendam sampel hati kayu secang dengan pelarut metanol. Pemisahan sampel dilakukan dengan ekstraksi menggunakan metanol- air dan etil asetat. Pemisahan komponen dari fraksi etil asetat dilakukan dengan kromatografi kolom. Hasil fraksinya diuji KLT menggunakan pengembang kloroform : metanol (9:1). Fraksi yang hasil uji KLT-nya mempunyai spot yang dominan yang diambil dan diperlakukan selanjutnya, sehingga didapat dua komponen. Komponen A direkristalisasi sehingga didapat satu spot, kristal yang terbentuk berwarna kuning sebanyak 78,5 mg. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya gugus O-H, C=O, -CH2-, C=C. Hasil analisis GC-MS menunjukkan komposisi yang hampir murni, puncak tertinggi pada Rt 15,76 mempunyai BM 272 dan diduga senyawanya adalah demetilsappancalkon. Komponen B direkristalisasi dan didapat kristal berwarna merah sebanyak 265,8 mg. Hasil analisis FT-IR menunjukkan adanya gugus O-H, -CH2-, C=C, C-O. Hasil analisis GC-MS masih terdapat beberapa komponen, puncak pada Rt 15,63 diperkirakan sama dengan Komponen A, puncak pada Rt 18,57 mempunyai BM 286 dan senyawa ini diduga senyawa brazilin. Hasil uji aktivitas antioksidan kedua komponen menunjukkan adanya penurunan absorbansi DPPH pada panjang gelombang, ?? = 515 nm yang mengidentifikasikan bahwa senyawa yang terkandung bersifat antioksidan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arikadia Noviani
"[Caesalpinia sappan L. lignum atau kayu secang adalah anggota suku
Fabaceae. Kayu secang secara empiris dapat mengobati berbagai penyakit yang berkaitan dengan gangguan pembuluh darah. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa ekstrak kayu secang dapat menghambat aktivitas enzim arginase. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa dengan aktivitas penghambatan terhadap enzim arginase secara in vitro. Isolasi dilakukan berdasarkan bioassay-guided isolation dengan kromatografi kolom. Dari ekstrak etil asetat didapatkan subfraksi dengan potensi penghambatan terhadap enzim arginase, yaitu subfraksi J dan K yang masing-masing mempunyai nilai IC50 67,02 μg/mL dan 75,57 μg/mL. Identifikasi golongan senyawa menunjukkan subfraksi J dan K mengandung senyawa golongan flavonoid dan terpenoid. Dari
ekstrak metanol didapatkan isolat dengan IC50 265,03 μg/mL. Hasil elusidasi struktur isolat dari data spektroskopi UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, dan 2D-NMR menunjukkan bahwa isolat tersebut adalah 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7-trihidroksikroman-4-on atau kuersetin.;Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is
conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL, respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50 265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR, 13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7-
trihidroksikroman-4-on or quercetin;Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae
family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related
to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang
was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and
identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is
conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From
ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was
exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL,
respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid
and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50
265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR,
13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7-
trihidroksikroman-4-on or quercetin, Caesalpinia sappan L. lignum or kayu secang is the member of Fabaceae
family. Kayu secang is empirically used as a treatment for various disease related
to vascular dysfunction. Previous research reported that the extract of kayu secang
was able to inhibit arginase enzyme activity. This research’s aim is to isolate and
identicate compound with arginase inhibitory activity in vitro. Isolation is
conducted based on bioassay-guided isolation by column chromatography. From
ethyl acetate extract, potential inhibition of arginase enzyme activity was
exhibited by subfraction J and K with IC50 67,02 μg/mL and 75,57 μg/mL,
respectively. Identification showed that subfraction J and K contains flavonoid
and terpenoid compounds. From methanol extract, there is an isolate with IC50
265,03 μg/mL. Structure elucidation by spectroscopy UV-Vis, IR, MS, 1H-NMR,
13C-NMR, and 2D-NMR showed that the isolate is 2-(3,4-dihidroksifenil)-3,5,7-
trihidroksikroman-4-on or quercetin]"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T44660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ofiati Wijaya
"Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, juga xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan level tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan level brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UAE) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu sappan yang diekstraksi menggunakan NADES-UAE dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan lebih tinggi terhadap aktivitas DPP IV dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV.

Natural Deep Eutectic Solvent (NADES) dapat digunakan sebagai pelarut alternatif untuk menggantikan pelarut organik yang beracun dan berbahaya bagi lingkungan. Dalam penelitian ini NADES digunakan untuk mengekstrak brazilin dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dan ekstrak tersebut digunakan untuk menentukan penghambatan aktivitas DPP IV. Komposisi NADES yang dipilih adalah kolin klorida sebagai akseptor ikatan hidrogen dan gliserol, sorbitol, dan xylitol sebagai donor ikatan hidrogen. Optimalisasi metode ekstraksi dilakukan menggunakan Response Surface Methodology (RSM). Faktor-faktor yang dioptimalkan untuk kondisi ekstraksi termasuk persentase penambahan air dan waktu ekstraksi. Ekstraksi dengan NADES dilakukan oleh Ultrasound Assisted Extraction (UAE) dan kadar brazilin diukur menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC). Choline chloride-gliserol adalah NADES terbaik untuk mengekstraksi brazilin dibandingkan dengan jenis NADES lainnya. Kondisi optimal untuk memperoleh brazilin dengan tingkat tertinggi adalah 50% dari penambahan air dan 50 menit waktu ekstraksi dengan tingkat brazilin 114,04 mg / g. Tingkat Brazilin dari ekstrak kayu sappan (NADES-UEA) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan tingkat brazilin dari refluks (116,70 mg / g). Ekstrak kayu safan yang diekstraksi menggunakan NADES-UEA dengan konsentrasi 50 ppm memiliki penghambatan aktivitas DPP IV yang lebih tinggi dengan nilai penghambatan 84,24%. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa NADES choline chloride-gliserol dapat mengekstraksi brazilin dari kayu sappan dan ekstrak kayu sappan yang diperoleh dengan menggunakan NADES sebagai pelarut dapat menghambat aktivitas DPP IV."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivanna Listy Angela
"Substituen utama dari kayu sappan (Caesalpinia sappan L.), yaitu brazilin, memiliki berbagai aktivitas farmakologis, salah satunya adalah aktivitas hipoglikemik dengan menghambat aktivitas DPP IV. Pelarut ekstraksi ramah lingkungan, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), banyak digunakan untuk menggantikan pelarut organik. Dalam studi ini, NADES diuji sebagai pelarut untuk ekstraksi brazilin dari kayu sappan menggunakan Ultrasound-Assisted Extraction (UEA) dan Response Surface Metodologi (RSM) sebagai desain eksperimental. Komponen NADES terdiri dari betain sebagai akseptor ikatan hidrogen (HBA) dengan asam laktat, asam malat, dan asam sitrat sebagai donor ikatan hidrogen (HBD). Faktor-faktor yang diuji adalah% penambahan air dan waktu ekstraksi. Analisis hasil ekstraksi dilakukan menggunakan High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Ekstrak pada kondisi ekstraksi optimal diuji untuk menghambat aktivitas DPP IV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komponen asam betaine-laktat menghasilkan kandungan brazilin tertinggi dibandingkan komponen NADES lainnya yang digunakan. Kondisi ekstraksi brazilin yang optimal adalah penambahan air 60% dengan waktu ekstraksi 30 menit, dan perolehan kadar brazilin 111.632 mg / gram. Pelarut NADES memberikan penghambatan aktivitas DPP IV, sehingga menimbulkan bias dalam pengujian ekstrak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa komponen pelarut NADES dari asam betaine-lactic dapat menarik brazilin dari kayu sappan, tetapi tingkat yang diperoleh masih lebih rendah dari maserasi.

The main substituent of sappan wood (Caesalpinia sappan L.), namely brazilin, has a variety of pharmacological activities, one of which is hypoglycemic activity by inhibiting DPP IV activity. The environmentally friendly extraction solvent, Natural Deep Eutectic Solvent (NADES), is widely used to replace organic solvents. In this study, NADES was tested as a solvent for brazilin extraction from sappan wood using Ultrasound-Assisted Extraction (UAE) and Response Surface Methodology (RSM) as an experimental design. The NADES component consists of betaine as a hydrogen bond acceptor (HBA) with lactic acid, malic acid, and citric acid as a hydrogen bond donor (HBD). The factors tested were% water addition and extraction time. Analysis of the extraction results was carried out using High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Extracts at optimal extraction conditions were tested to inhibit DPP IV activity. The results showed that the component of betaine-lactic acid produced the highest brazilin content compared to other NADES components used. Optimal brazilin extraction conditions are the addition of 60% water with extraction time of 30 minutes, and the acquisition of brazilin content of 111,632 mg / gram. The NADES solvent provides inhibitory activity of DPP IV, giving rise to a bias in extract testing. The conclusion from this study is that the NADES solvent component of betaine-lactic acid can attract brazilin from sappan wood, but the level obtained is still lower than maceration."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadilla Nur Atikasari
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa aktif dalam inhibitan arginase dari ekstrak etil asetat Caesalpinia turtuosa Roxb. Bahan dan metode : kulit batang Caesalpinia turtuosa Roxb diekstraksi menggunakan heksana, etil asetat, dan metanol. Dari delapan subfraksi etil asetat, sebanyak empat fraksi memiliki aktivitas penghambatan terhadap arginase pada konsentrasi 100 ppm sebesar lebih dari 50%. Subfraksi 3 dan 6 adalah dua subfraksi teraktif degan % inhibisi 90,72% dan 91,41%. Sebanyak lima senyawa berhasil diisolasi yaitu β sitosterol (senyawa 1) dan 2-hidroksietil-4-hidroksi-p-metoksi sinamat (senyawa 2) dari subfraksi 1; 2,3 dihidroksi-metoksi-benzoat (senyawa 3) dari subfraksi 3; C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat ( senyawa 5) dari subfraksi 6. C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat ( senyawa 5) diketahui memiliki aktivitas penghambatan arginase sebesar 70,08% dan 74,55% pada konsentrasi uji 100 ppm dengan IC50 sebesar 6,15 μg/mL dan 5,19 μg/mL. Senyawa 4 menghambat arginase secara inhibisi campuran. Kesimpulan: senyawa aktif yang memiliki aktivitas dalam inhibitan arginase yang diisolasi dari Caesalpinia turtuosa Roxb adalah C-7-glikosida, 4',5-diihidroksiflavanon (3-7)-4'-monohidroksiflavon (senyawa 4) dan asam 2,3,4-trihidroksi sinamat (senyawa 5)

The purpose of this study was to isolate and identify active compounds in arginase inhibition from Caesalpinia turtuosa Roxb ethyl acetate extract. Material and method: Caesalpinia turtuosa Roxb bark was extracted using hexane, ethyl acetate, and methanol. Of the eight ethyl acetate subfractions, four fractions had arginase inhibitory activity at a concentration of 100 ppm by more than 50%. Subfractions 3 and 6 are the two most active subfractions with 90.72% and 91.41% inhibition. Five compounds were isolated namely β sitosterol (compound 1) and 2-hydroxyethyl-4-hydroxy-p-methoxy cinnamon (compound 2) from subfraction 1; 2,3 dihydroxy-methoxy-benzoate (compound 3) of subfraction 3; C-7-glycoside, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone (compound 4) and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid (compound 5) of the 6. C-7-glycoside subfraction, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone (compound 4) and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid (compound 5) are known to have arginase inhibitory activity of 70.08% and 74.55% in the concentration of the test was 100 ppm with IC50 of 6.15 μg/mL and 5.19 μg/mL. Compound 4 inhibits arginase by mixture inhibition. Conclusion: The active compounds which have activity in arginase inhibition isolated from Caesalpinia turtuosa Roxb are C-7-glycoside, 4 ', 5-diihydroxyflavanone (3-7) -4'-monohydroxyflavone and 2,3,4-trihydroxy cinnamic acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Chozin
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2004
T39566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afifah
"Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit dengan morbiditas yang tinggi di Indonesia. Salah satu faktor utama penyebabnya yaitu hiperlipidemia yang juga berkaitan dengan aktivasi platelet yang memicu pembentukan trombus. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) diketahui terlibat dalam metabolisme lipid karena mampu mendegradasi reseptor LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) sehingga mempengaruhi kadarnya dalam plasma. Penelitian terkait PCSK9 juga telah menghasilkan adanya hubungan langsung antara PCSK9 dengan aktivasi platelet. Rimpang jahe merah dan kulit kayu secang merupakan tanaman yang dikenal khasiatnya turun temurun oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan penelitian yang telah ada ditemukan potensi ekstrak jahe merah dan secang sebagai antiplatelet. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi efek pemberian 3 kombinasi ekstrak jahe merah secang terhadap kadar PCSK9 sebagai marker aktivasi platelet dengan heman model hiperlipidemia yang diinduksi HFD (High Fat Diet). Kadar kolesterol total dan trigliserida dari 18 ekor sampel plasma tikus Wistar jantan pada minggu ke-8 diukur dengan spektro UV kemudian diperoleh hasil signifikan (p<0,05) dibanding kelompok normal. Pada minggu ke-8 hingga 10 tikus tetap diinduksi HFD dan juga diberikan perlakuan berbeda setiap kelompoknya dengan tambahan pemberian CMC 0,5% pada kelompok normal dan negatif, aspirin dosis 81 mg/KgBB pada kelompok positif dan tiga variasi dosis kombinasi ekstrak jahe merah dan secang. Pada minggu ke-10 kadar PCSK9 plasma diukur dan diperoleh bahwa dosis 3 ekstrak jahe merah-secang (800:200 mg/200 g BB tikus) memberikan hasil kadar PCSK9 terendah secara deskriptif dan berbeda signifikan dengan kadar PCSK9 kelompok negatif (p<0.05).<

Cardiovascular disease is one of the diseases with high morbidity in Indonesia. One of the main factors causing hyperlipidemia is also related to platelet activation that triggers thrombus formation. PCSK9 (Proprotein Convertase Subtilisin/Kexin 9) is known to be involved in lipid metabolism because it is able to degrade LDL (Low Density Lipoprotein Cholesterol) receptors so that it affects its plasma levels. Studies related to PCSK9 have also shown a direct relationship between PCSK9 and platelet activation. Red ginger rhizome and sappan wood are plants that are known for their usefulness from generation to generation by the people of Indonesia. Based on existing research, it was found the potential of red ginger extract and secang as an antiplatelet. In this study, an evaluation of the effect of giving 3 combinations of red ginger and sappan wood extract of PCSK9 levels as a marker of platelet activation was carried out with the HFD (High Fat Diet) induced hyperlipidemia animal model. Total cholesterol and triglyceride levels from 18 male Wistar rat plasma samples at week 8 were measured by UV spectrophotometer. Then, significant results were obtained (p<0.05) compared to the normal group. At week 8 to 10 the rats were still induced by HFD and also given different treatment for each group with the addition of 0.5% CMC in the normal and negative groups, aspirin dose of 81 mg/Kg BW in the positive group and three variations of the dose of red ginger and sappan wood extract combination. At week 10, plasma PCSK9 levels were measured and it was found that a dose 3 of red ginger and sappan wood extracts (800:200 mg/200 g BW rats) gave the lowest PCSK9 levels descriptively and significantly different from PCSK9 levels in the negative group (p<0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karima Ayu Lestari
"Kosensitisasi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan performa dari dye-sensitized solar cell (DSSC). Kosensitisasi dilakukan dengan menggunaan dua atau lebih zat warna dengan spektrum serapan cahaya tampak yang saling komplementer seperti antosianin yang berwarna biru keunguan dengan brazilin yang berwarna jingga. Pada penelitian ini, performa DSSC yang mendapat perlakuan kosensitisasi dari campuran ekstrak kasar Caesalpinia sappan L. dan Clitoria ternatea dibandingkan dengan monosensitasi masing-masing ekstraknya. Dibuat beberapa variasi perbandingan volume pada campuran yang akan digunakan. Variasi terhadap kondisi pH zat warna juga dilakukan guna memperlebar respon spektral terhadap cahaya tampak. Dilakukan pula evaluasi terhadap stabilitas dari DSSC yang disintesis. Hasil pengukuran campuran ekstrak dengan spektrofotometer UV-Visiblemenunjukkan absorbansi gabungan dari kedua ekstrak penyusunnya. Efisiensi DSSC yang menggunakan fotoanoda terkosensitisasi antosianin dan brazilin menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan fotoanoda termonosensitasi. Efisiensi terbaik diperoleh dengan menggunakan fotoanoda terkosensitisasi alkaline CT:CsL 1:2v/v dengan nilai 0,287584%. Evaluasi terhadap stabilitas fotoanoda dilakukan dengan menyinari DSSC selama 1, 3, dan 5 jam. Stabilitas terbaik ditunjukkan oleh DSSC dengan fotoanoda terkosensitisasi CT:CsL 1:1v/v.

Co-sensitization is one way that can be used to improve the performance of dye-sensitized solar cells (DSSC). Co-sensitization is done by using two or more dyes with complementary visible light absorption spectrum, e.g., the purplish-blue coloring anthocyanin and the orange coloring brazilin. In this study, performance of the cosensitize treated DSSC from Caesalpinia sappan L. and Clitoria ternatea crude extract mixture was compared with the mono sensitize of each extract. A number of mixture volume ratio variations were made. Variations of the dye pH condition was also used in order to widen the spectral response toward visible light. A stability evaluation of the synthesized DSCC was also carried out. The UV-Visible spectrophotometer measurement of extracted mixture shows combined absorbance of the two constituent extracts. The co-sensitized DSSC efficiency with anthocyanin and brazilin show higher value compared to the mono sensitized photoanode. The highest efficiency was obtained by using alkalineCT:CsL 1:2v/v co-sensitized photoanode  with value of 0.287584%. Evaluation toward the photoanode stability was carried out by irradiating the DSSC for 1, 3, and 5 hours. The optimum stability was exhibited by DSCC with CT:CsL 1:1v/v co-sensitized photoanode."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grescelcia Coreta Suherman
"Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang yang disebabkan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur mineral dalam tulang yang disertai dengan penurunan kekuatan tulang yang kemudian dapat menyebabkan pengeroposan tulang. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mencegah osteoporosis, sementara kombucha dipercaya dapat meningkatkan kadar antioksidan. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha secang. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 ml/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah kadar kalsium tulang tibia, kadar Malondialdehyde (MDA), kadar Superoxide Dismutase (SOD), dan jumlah sel osteoklas. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) dapat meningkatkan kadar kalsium tulang tibia, serta memiliki kecenderungan menurunkan kadar MDA dan memiliki kecenderungan meningkatkan SOD. Kombucha Secang dosis 2 (3 mL/200grBB sehari)  dapat mengurangi jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is a degenerative disease of the bones which is characterized by decreased bone mass caused by the body's inability to regulate minerals in the bones accompanied by a decrease in bone strength which can then lead to bone loss. In previous research, Caesalpinia sappan L. extract or known in Indonesia as Secang wood, has been shown to prevent osteoporosis, while kombucha is believed to increase antioxidant levels. In this study, in vivo experiments were carried out on sappan wood kombucha. This study used Sprague-Dawley female white rats which were divided into 8 groups, namely sham control and negative control (CMC-Na 0.5% 2 ml/200 g BW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200 g BW), extract Secang (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), and 3 groups of varying doses of Secang kombucha with D1 (1 mL/200 grBW), D2 (3 mL/200 grBW/), and D3 (3 mL/ 200 grBB/3 times a day), by oral administration. All rats underwent ovariectomy, except for the sham group, which underwent surgery without removing the ovaries. All rats were maintained 4 weeks postoperatively, then treated for 28 days. Parameters measured were tibia bone calcium levels, malondialdehyde (MDA) levels, Superoxide Dismutase (SOD) levels, and osteoclast cell counts. Based on research, 3 doses of Secang wood Kombucha (3 mL/200grBB/3 times a day) can increase tibia bone calcium levels, and has a tendency to decrease MDA levels and has a tendency to increase SOD. Secang wood Kombucha dose of 2 (3 mL/200grBB a day) can reduce the number of osteoclast cells."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amirah
"Penghambatan aktivitas enzim arginase memiliki peranan penting dalam mencegah beberapa penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah. Senyawa flavonoid pada genus Caesalpinia diketahui berpotensi dalam menghambat aktivitas enzim arginase. Caesalpinia tortuosa Roxb. merupakan salah satu tanaman genus Caesalpinia yang belum diketahui potensi penghambatannya terhadap enzim arginase. Penelitian ini bertujuan untuk menguji potensi penghambatan aktivitas enzim arginase secara in vitro terhadap ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol kulit batang Caesalpinia tortuosa Roxb menggunakan microplate reader, penetapan kadar flavonoid total melalui metode kolorimetri AlCl3 serta penapisan fitokimia pada ekstrak teraktif.
Hasil uji potensi penghambatan aktivitas arginase kulit batang Caesalpinia tortuosa Roxb. menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan metanol dapat aktif menghambat aktivitas enzim arginase dengan nilai IC50 berturut-turut 33,81 g/mL dan 11,58 g/mL. Ekstrak teraktif etil asetat dan metanol menunjukkan kadar flavonoid total masing-masing sebesar 7,41 mgQE/gram dan 5,052 mgQE/gram. Skrining fitokimia ekstrak etil asetat dan metanol menunjukkan positif terhadap flavonoid, tanin, dan saponin. Berdasarkan pengujian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etil asetat dan metanol kulit batang Caesalpinia tortuosa Roxb. memiliki potensi penghambatan aktivitas enzim arginase. Ekstrak etil asetat memiliki kadar flavonoid total terbesar. Kedua ekstrak teraktif etil asetat dan metanol mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin.

Inhibition of arginase enzyme activity has an important role in preventing some diseases associated with blood vessels. Flavonoid compounds in Caesalpinia family known to potentially inhibit arginase enzyme activity. Caesalpinia tortuosa Roxb. is one of caesalpinia plants that havent been known the potential inhibition to arginase enzyme activity. This study aimed to examine the potential inhibition of arginase enzyme activity by in vitro method of n hexane, ethyl acetate and methanol Caesalpinia tortuosa Roxb bark extracts by microplate reader, determination of total flavonoid content through AlCl3 colorimetric method and phytochemical screening on the most active extracts.
The test result from potential inhibition of arginase enzyme on Caesalpinia tortuosa Roxb. stem bark showed that ethyl acetate and methanol extracts could actively inhibit the activity of arginase enzyme with IC50 value respectively 33.81 g mL and 11.58 g mL. The most active extracts of ethyl acetate and methanol showed total flavonoid levels 7.41 mgQE gram and 5.052 mgQE gram, respectively. Phytochemical screening from ethyl acetate and methanol extracts showed positive for flavonoids, tannins, and saponins. Based on the test, it can be concluded that ethyl acetate and methanol extracts from Caesalpinia tortuosa Roxb. has potential inhibition of arginase enzyme activity. Ethyl acetate extract has the greatest total flavonoid content. The two most active extracts of ethyl acetate and methanol contain flavonoid compounds, tannins, and saponins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>