Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Julitha Cyntia Werinussa
"Ligan 4'-(2-thienyl)-2,2'-6', 2‖-terpyridine telah berhasil disintesis menggunakan metode Kröhnke. Hasil yang diperoleh berupa padatan kuning sebesar 44% dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Visible, spektrofotometer IR dan Spektrometer NMR. Ligan kemudian dikompleksasi dengan dengan ion Eu3+ dan Dy3+ membentuk kompleks [Eu(4'-(2-thienyl)-2, 2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] dan [Dy(4'-(2-thienyl)-2, 2':6',2‖-terpyridine)(NO3)3]. Aplikasi senyawa kompleks ini sebagai fluorosensor untuk logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofluorometer. Hasil studi menunjukkan bahwa senyawa kompleks ini dapat dijadikan fluorosensor tipe on-off untuk ion Pb2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresensi dan pergeseran puncak serapan maksimum senyawa kompleks secara signifikan dan fluoresensor tipe off-on untuk ion Cd2+ karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi secara signifikan. Hal ini diperkirakan dapat terjadi karena kestabilan logam kedua logam berat ini dan ligan 4'-(2-thienyl)-2,2'-6', 2‖-terpyridine yang lebih tinggi daripada senyawa kompleks [Eu(4'-(2-thienyl)-2, 2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] dan [Dy(4'-(2-thienyl)-2, 2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] sehingga dapat mensubtitusi atom pusat senyawa kompleks tersebut dan menghasilkan senyawa baru. Senyawa kompleks [Dy(4'-(2-thienyl)-2, 2':6',2‖-terpyridine)(NO3)3] merupakan yang lebih baik dalam mendeteksi keberadaan ion Pb2+ dan Cd2+ daripada senyawa kompleks [Eu(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3]. Hal ini disebabkan karena kompleks tersebut mampu mendeteksi kedua ion logam berat hingga 5 x 10-6 M, sementara kompleks [Eu(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] hanya bertahan di konsenttrasi 5 x 10-5 M.

Ligand 4'-(2-thienyl)-2,2':6',2‖-terpyridine has been synthesized using Kröhnke method. The solid yellow precipitate was 22 % and characterized by UV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. This ligand has been coordinated to Eu3+ and Dy3+ to form [Eu(4'-(2-thienyl) 2,2':6',2‖-terpyridine)(NO3)3] and [Dy(4'-(2-thienyl)-2, 2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] complex. The application of this complex as fluorosensor for heavy metal was studied by using spectrofluorometer. This study revealed that both of the complex can be used as fluorosensor on-off type for Pb2+ ion since this ion quenched the fluorescence intensity and shifted the fluorescence maxima of the complex significantly and fluorosensor off-on type for Cd2+ ion since this ion enhanced the fluorescence intensity and shifted the fluorescence maxima of the complex significantly. The fluorescence shift is happened due to the complex stability of both of heavy metal ions is higher than [Eu(4'-(2-thienyl)-2, 2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] and [Dy(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] complex. Therefore, the addition of this metal can substitute the central atom of the complex and form the new compound. [Dy(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] complex is the best fluorosensor for both of heavy metal ions compared [Eu(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] complex because the complex can detect both of heavy metal ions up to concentration 10-6 M. [Eu(4'-(2-thienyl)-2,2':6', 2‖-terpyridine)(NO3)3] complex can detect up to concentration 10-5 M onl"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T39062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Wiseman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmawaty
"Dl alam, mineral bentonit masih bercampur dengan mineral liat lainnya. Pemurnian bentonit alam dari pengotor- pengotor lainnya dapat dilakukan dengan cara fraksinasi sedimentasi berdasarkan waktu , dan hasilnya menujukkan persentase berat F1 (sedimentasi 15 menit) sebesar 58,05%, persentase berat F2 (sedimentasi 3 hari) sebesar 22,71 %, persentase berat F3 (sedimentasi 1 minggu) sebesar4,04 % dan sisanya persentase berat F4 sebesar 9,24 %, yang didapat dengan cara sisa fraksi bentonit yang diuapkan. Karakterisasi Ukuran partikel berdasarkan distribusi sebaran massa, menujukkan ukuran partikel^FI (23,75pm ± 17,54 pm ) > F2 (14,38pm ± 3,27 pm) > F3 A (2,51pm ± 2,17 pm) > F4 (14,38pm ± 3,27 pm). Penentuan komposisi kimia dengan menggunakan metode XRF, menujukkan perbandingan nilai Si/AI F1 (6,20) > F2 (5,53) > F3 (3,56) > F4 (3,45). Penentuan jenis mineral dengan metode XRD, menujukkan bahwa pada bentonit Ft dan F2 ketidakmurnlannya maslh dlpertahankan dengan hadirnya mineral chlorit dan quarsa, sedangkan untuk bentonit F3 dan F4 hanya menghasilkan minerat montmorilonit saja. Penentuan serapan fraksinasi bentonit dalam mengadsorpsi ion logam Pb^^, Cd^^ dan Cu^^ dilakukan dengan cara mengatur pH larutan (pH 2 -10) dengan menggunakan metode polarografi, menujukkan bahwa daya serap bentonit F4 lebih tjnggi dibaridingkan bentonit Ft, F2.daniF3. A " : - : , : Data yang diperoleh menujukkan bahwa kapasita& .penyerapan fraksinasi bentonit tergantung pada phf larutan. Adsorpsi maksimum ion logam Pb^*^ terjadi pada pH larutan 7, ion logam Cd^^ terjadi pada pH larutan 8 dan untuk ion logam Cu^"^ adsorpsi maksimum Iraksinasi mineral bentonit terjadi pada pH larutan 5."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denny Kustiawan
"ABSTRAK Meningkatnya penggunaan logam-logam berat dalam berbagai industri mengakibatkan peningkatan pencemaran logam-logam berat di lingkungan perairan. Alumina dapat dimodifikasi dengan adsorpsi surfaktan anionik sehingga membentuk bilayer (admisel). Admisel digunakan sebagai adsorben, karena kemampuannya menyerap ion-ion logam pada permukaannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimal pembentukan admisel alumina-SDS, dan memanfaatkannya dalam penyerapan ion-ion Cd2+ dan Pb2+. Penentuan kondisi optimal dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi SDS dan pH. Konsentrasi SDS ditentukan dengan metode MBAS (Methyelene Blue Active Substances). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa ?-alumina yang digunakan memiliki PZC pada pH 8, konsentrasi admisel kritis adalah sebesar 4 ?M dan konsentrasi misel kritis adalah 5,5 ?M serta pH optimal adalah pH 3. Tingkat desorpsi SDS pada admisel alumina-SDS adalah sebesar 0,61%. Kemampuan tukar kation penyerapan ion Cd2+ adalah sebesar 83% dan ion Pb2+ sebesar 82,5%. Kata kunci : Admisel; CAC; SDS; adsorpsi X + 57 halaman,gambar, tabel, lampiran"
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wanti Wulandari
"ABSTRAK
Karakteristik biosorpsi logam kadmium, krom dan seng oleh biomassa alga hijau dalam sistem batch telah diteliti. Penggunaan biomassa alga hijau untuk menyerap logam berat merupakan alternatif pemecahan masalah penanganan pencemaran logam berat di lingkungan perairan. Pada penelitian ini dipelajari karakter biomassa alga hijau dalam menyerap logam ion kadmium, krom dan seng yang meliputi pengaruh pH larutan, waktu kontak dan konsentrasi larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas biosorpsi sangat dipengaruhi oleh pH larutan, waktu kontak dan konsentrasi larutan ion logam. Biosorpsi maksimum ion logam kadmium, krom dan seng masing-masing sekitar pH 8, 7 dan 5. Penyerapan maksimum untuk ion logam kadmium berada pada waktu kontak 60 menit, sedangkan untuk ion logam seng dan krom terjadi pada waktu kontak 30 menit. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa serapan terbesar untuk ion logam kadmium, krom dan seng terjadi pada konsentrasi awal 50 mg/L. Alga hijau dapat digunakan sebagai biomassa yang dapat menyerap logam berat."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Studi avval pemanfaatan alga hijau sebagai biosorben ion Iogam Pb
Cu” dan Co” telah dilakukan ciengan memakai metode batch, identifikasi
dengan FT-IR dan Kuantifikasi dengan SSA (Spektrofotometer Serapan Atom).
Perbedaan konsentrasi ion Iogam mula-mula (C) ciengan konsentrasi sebelum
dan sesudah perlakuan merupakan jumlah ion Iogam yang terserap (Cb).
Optimasi kondisi biosorpsi biomassa alga hijau dilakukan dengan memvariasikan
pH, vvaktu kontak, jumlah biomassa dan konsentrasi. Kemudian uji selektifitas
Iogam dilakukan dengan mengkombinasikan ion Iogam Pb, Cu dan Co dalam
erlenmeyer dan dikontakkan dengan 100 mg biomassa alga hijau, sedangkan
untuk recovery dilakukan dengan cara biomassa alga hijau yang telah menyerap
Iogam dikontakkan dengan 25 mL asam nitrat. pH optimum biosorpsi alga hijau
terhadap masing-masing ion Iogam Pb2+, Cu” dan Co” berturut-turut adalah 7,
6 dan 6. \/\/aktu kontak optimum diperoleh pacia vvaktu 60 menit. Jumlah
biomassa optimum adalah pada100 mg sedangkan konsentrasi awal ion Iogam
adalah 50 mg/L untuk masing-masing Iogam Pb, Cu dan Co. Hasil uji recovery
ion Iogam Pb2+, Cu” dan Co” berturut-turut sebesar 75,83 %, 69,30 % dan
78,49 %. Perhitungan dengan persamaan Iangmuir diperoleh kapasitas serapan
maksimum biomassa alga hijau untuk masing-masing ion Iogam Pb, Cu dan Co
berturut-turut 1 0.4596 mmoL, 0.0533 mmoL, dan 0.0266 mmoL per gram
biomassa alga hijau."
Universitas Indonesia, 2007
S30679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulian Syahputri
"Ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena telah berhasil disintesis menggunakan metode kondensasi Claisen-Schmidt. Hasil yang diperoleh berupa padatan kuning sebesar 44,1% dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer NMR. Aplikasi ligan ini sebagai fluorosensor untuk ion logam Cd2+ dan Pb2+ dilakukan dengan menggunakan spektrofluorometer. Hasil studi fluoresensi menunjukkan bahwa ligan mempunyai intensitas fluoresensi yang kuat. Hal ini didukung oleh nilai absorptivitas molar (ε) yang besar.
Studi spektroskopi UV-Vis pada penambahan ion Cd2+ dan Pb2+ menunjukkan munculnya puncak baru pada daerah panjang gelombang 290 nm. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk kompleks antara ion logam (Cd2+ dan Pb2+) dengan ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena. Studi aplikasi fluorosensor menunjukkan bahwa ligan ini dapat dijadikan fluorosensor tipe off-on untuk ion Cd2+ karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe on-off untuk ion Pb2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresensi.
Hasil studi selektvitas fluorosensor menunjukkan bahwa ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena merupakan fluorosensor yang selektif terhadap penambahan ion Cd2+ pada panjang gelombang maksimum (λmaks) 450 nm, dan selektif terhadap penambahan ion Pb2+ pada panjang gelombang maksimum (λmaks) 430 nm.

Ligand para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzene has been synthesized using Claisen-Schmidt condensation method. The solid yellow precipitate was 44,1% and characterized by UV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. The application of this ligand as fluorosensor for Cd2+ and Pb2+ metal ions was studied by using spectrofluorometer. Fluorescence studies indicate that the ligand has a strong fluorescence intensity.
This is supported by a large molar absorptivity (ε) value. UV-Vis spectroscopy studies on the addition of Cd2+ and Pb2+ ions showed the emergence of a new peak at 290 nm wavelength region. This indicates that the complexes formed between metal ions (Cd2+ and Pb2+) with para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzene ligand. Application fluorosensor studies showed that these ligands can be used as off-on type fluorosensor for Cd2+ ions due to the addition of these ions causes an enhanced in fluorescence intensity and fluorosensor on-off type for Pb2+ ions due to the addition of these ions causes a quenched in fluorescence intensity.
The results of the study of fluorosensor selectivity showed that the ligand para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzene is fluorosensor selective addition of Cd2+ ions at the maximum wavelength (λmax) 450 nm, and the selective addition of Pb2+ ions at the maximum wavelength (λmax) 430 nm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melita Rachma
"Ligan 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol 3- yl)benzena telah berhasil disintesis menggunakan metode kondensasi Claisen-Schmidt. Hasil yang diperoleh berupa padatan oranye kecokelatan dan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer NMR. Aplikasi ligan ini sebagai fluorosensor untuk ion logam Cd2+ dan Pb2+ dilakukan dengan menggunakan spektrofluorometer. Hasil studi fluoresensi menunjukkan bahwa ligan mempunyai intensitas fluoresensi yang kuat. Hal ini didukung oleh nilai absorptivitas molar (ε) yang besar.
Studi spektroskopi UV-Vis pada penambahan ion Cd2+ dan Pb2+ menunjukkan munculnya puncak baru pada daerah panjang gelombang 355-356 nm. Hal ini menunjukkan bahwa terbentuk kompleks antara ion logam (Cd2+ dan Pb2+) dengan ligan 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol 3- yl)benzena. Studi aplikasi fluorosensor menunjukkan bahwa ligan ini dapat dijadikan fluorosensor tipe off-on untuk ion Cd2+ karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi dan fluorosensor tipe on-off untuk ion Pb2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresensi.

Ligand 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol-3-yl)benzene has been synthesized using Claisen-Schmidt condensation method. The solid orange brown precipitate was characterized by UV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. The application of this ligand as fluorosensor for Cd2+ and Pb2+ metal ions was studied by using spectrofluorometer. Fluorescence studies indicate that the ligand has a strong fluorescence intensity. This is supported by a large molar absorptivity (ε) value.
UV-Vis spectroscopy studies on the addition of Cd2+ and Pb2+ ions showed the emergence of a new peak at 355-356 nm wavelength region. This indicates that the complexes formed between metal ions (Cd2+ and Pb2+) with 1,4-bis-(1-phenyl-5-(pyridin-2-yl)-1H-pyrazol3-yl)benzene ligand. Application fluorosensor studies showed that these ligands can be used as off-on type fluorosensor for Cd2+ ions due to the addition of these ions causes an enhanced in fluorescence intensity and fluorosensor on-off type for Pb2+ ions due to the addition of these ions causes a quenched in fluorescence intensity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47538
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>