Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165877 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aminah
"Pengolahan bijih sulfida diperlukan untuk menghasllkan mineral-mineral sutfida yang akan digunakan sebagal bahan baku proses lanjutan untuk menghasilkan logam-logam timbal, tembaga, dan seng. Teknik pengolahan yang digunakan adalah dengan cara flotasi, yang telah luas digunakan di dalam Industri pengolahan mineral.
Flotasi dilakukan terhadap mineral tembaga dan seng sutfida dari bijihnya. Anailisis mineralogi dilakukan untuk mengetahui jenis mineral utama yang terdapat di dalam bijih sulfida. Analisis ayak dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran butiran yang ada di dalam bijih, setelah direduksi ukurannya. Dart hasil anailsis ayak dan analisis kimia secara kuantitatif didapatkan kadar kumulatif unsur logam tembaga dan seng , mewakili mineral tembaga dan seng sulfida yang terdapat dl dalam bijih. Analisis derajat liberasi juga dilakukan untuk mengetahul persen liberasi mineral tembaga dan seng sulfida, pada beberapa selang ukuran butiran bijih sulfida.
Pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kolektor terhadap perolehan mineral tembaga clan seng sutfida pada proses flotasi diamati dengan mengukur distribusi tiap mineral 109am sutfida yang ada dl dalam konsentrat dan tailing dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom.
Perolehan terbaik didapatkan pada saat pH campuran 9 dengan menggunakan konsentrasi kolektor Aero 3477 (dilsobutil dltlofosfat) 0,0550 g/kg bijih, menghasilkan perolehan tembaga sulfida sebesar 75,76% dan seng sutfida sebesar 82,68%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Alfiandy
"Galena merupakan mineral sulfida yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, sehingga pengolahannya menjadi perlu untuk dilakukan. Namun, keberadaan galena yang selalu bergabung dengan mineral sulfida lain menjadi masalah. Flotasi merupakan metode paling tepat untuk memisah galena dengan mineral sulfida lain. Untuk mengolah galena dalam skala industri maka perlu dilakukan pendisainan sirkuit flotasi galena. Pendesainan sirkuit flotasi galena dilakukan dengan melakukan riset serta pengujian laboratorium dalam waktu yang lama dan memerlukan biaya yang besar. Metode lain untuk mendisain sebuah sirkuit flotasi galena adalah menggunakan metode duplikasi sirkuit flotasi galena yang telah ada dengan dilakukan beberapa penyesuaian. Disain sirkuit flotasi selektif galena terdiri dari beberapa sirkuit yaitu rougher primer, rougher sekunder, scavenger, cleaner dan recleaner. Umpan yang digunakan dalam flotasi mengandung 3,5% Pb dan 6,6% Zn serta menghasilkan konsentrat timbal dengan kandungan 71,6% Pb dan 6,5% Zn dengan kemampuan recovery flotasi 78,7%. Reagen-reagen yang digunakan dalam flotasi selektif galena antara lain potassium/sodium ethyl xanthate sebagai collector, sodium sianida (NaCN) dan zinc sulfate (ZnSO4) sebagai depressant sphalerite, soda ash (Na2CO3) sebagai pengatur pH serta methyl isobutyl carbinol (MIBC) sebagai frother.

Galena is a mineral sulphide which has a high economic value, so it have to be proceed. But, galena always appears with another sulfide minerals and it becomes a problem in galena processing. Flotation is the most appropriate methods for galena separation from another sulfide mineral. Galena processing in industrial application needs a flotation circuit design. Designing a galena flotation circuits have to perform a research and laboratory testing which it needs a lot of costs and a lot of times. Other methods for designing a galena flotation circuit is make an adoption method from another galena flotation circuit that have been made by another company with some adjustment. Selective galena flotation circuit design consists of primary rougher circuits, secondary rougher circuits, scavenger circuits, cleaner circuits and recleaner circuits. Flotation feed compositions are 3.5% Pb and 6.6% Zn and it will produce lead concetrates 71.6% Pb and 6.5% Zn with 78.7% flotation recovery. In selective galena flotation is used some flotation reagents, such as potassium/sodium ethyl xanthate as a collectors, sodium cyanide (NaCN) and zinc sulfate (ZnSO4) as sphalerite depressanst, soda ash (Na2CO3) as pH regulators and the last is methyl isobutyl carbinol (MIBC) as frothers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Kristianto Hadi Saputra
"Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar yang sangat berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah dari industri-industri logam dan petrokimia mengandung campuran logam-logam berat diantaranya besi, tembaga, dan nikel. Proses pengolahan limbah logam berat yang sedang berkembang adalah proses flotasi. Flotasi merupakan metode pengolahan limbah logam berat yang efektif karena proses yang mudah dan cepat. Dalam proses flotasi, parameter yang mempengaruhi antara lain bahan pengikat, surfaktan, koagulan, dan diffuser. Diffuser dialirkan dari dasar tangki flotasi. Diffuser tersebut akan memicu terbentuknya gelembung-gelembung udara dan karena keberadaan surfaktan dalam larutan, bentuk gelembung dapat dipertahankan lebih lama sehingga gelembung tidak mudah pecah. Gelembung udara yang terbentuk itu akan naik perlahan-lahan ke permukaan sambil membawa flok yang telah terbentuk sebelumnya. Penelitian ini menggunakan proses flotasi dengan campuran udara-ozon sebagai diffuser untuk memisahkan campuran logam berat dari limbah sintetik. Pada penelitian ini digunakan zeolit alam lampung sebagai bahan pengikat, surfaktan jenis SLS (Sodium Lauryl Sulfat) bentuk bubuk dan gel, ALS (Aluminium Lauryl Sulfat), dan Sodium oleat sebagai surfaktan dan PAC (PolyAluminium Chloride) yang berfungsi sebagai koagulan. Pada penelitian ini dilakukan proses flotasi untuk memisahkan logam besi, tembaga, dan nikel. Variasi yang dilakukan jenis surfaktan dan jumlah surfaktan dengan variasi 0,2 g/L; 0,4 g/L; dan 0,6 g/L.
Dari hasil penelitian didapatkan surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam besi adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) bentuk gel dengan jumlah 0,2 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99,65 %. Surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam tembaga adalah sodium oleat dengan jumlah surfaktan 0,6 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99,47 %. Surfaktan optimum untuk mengolah limbah yang mengandung logam nikel adalah sodium oleat dengan jumlah surfaktan 0,4 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 98,65 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Widyaningrum
"Lepasnya zat pencemar berupa logam berat dan organik ke lingkungan merupakan masalah serius di banyak industri. Konsentrasi dari logam dan zat organik terlarut dalam air limbah nilainya tinggi dan sebanding dengan tingkat toksisitasnya. Logam berat perlu diolah lebih lanjut karena cenderung untuk dapat terbioakumulasi dalam jangka waktu lama. Logam berat yang akan menjadi penelitian kali ini adalah besi, tembaga, dan nikel, dengan dasar pertimbangan bahwa ketiga logam tersebut merupakan jenis logam berat yang banyak terkandung dalam limbah cair industri. Proses separasi yang diterapkan pada penelitian ini adalah flotasi ozon. Flotasi merupakan metoda pemisahan bahan dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Diffuser yang digunakan adalah campuran udara-ozon (dari udara). Selain diffuser, pada flotasi ozon ini menggunakan zeolit alam lampung (ZAL) sebagai bahan pengikat, sodium lauril sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan polialumunium klorida (PAC) sebagai bahan koagulan. Analisis ini dilakukan dengan cara memvariasikan waktu operasi untuk menentukan kondisi optimum proses flotasi ozon bagi ketiga logam. Dari kondisi optimum yang diperoleh maka akan ditentukan kisaran konsentrasi logam awal dalam limbah yang masih dapat diolah. Variabel tetapnya adalah konsentrasi ozon dan tekanan udara kompresor yang digunakan. Kondisi operasi optimum untuk logam besi adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7, dan waktu flotasi 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan besi sebesar 99,50 %. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah besi dengan konsentrasi besi awal hingga 150 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam tembaga adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,133 g/L PAC, pH pencampuran 7 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan tembaga sebesar 89,46%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah tembaga dengan konsentrasi tembaga awal hingga 100 mg/L. Kondisi operasi optimum untuk logam nikel adalah dengan dosis 2 g/L ZAL, 0,4 g/L SLS, 0,0667 g/L PAC, pH pencampuran 9 dan waktu flotasi selama 25 menit dapat menghasilkan persentase pemisahan nikel sebesar 98,17%. Dengan kondisi optimum tersebut dapat mengolah limbah nikel dengan konsentrasi nikel hingga 150 mg/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyo Ady Nugraha
"Parameter proses dalam sirkuit flotasi terus dimodifikasi agar bisa diketahui titik optimal operasi. Evaluasi penggunaan titik penambahan SIBX dan konsumsi energi dalam mesin flotasi merupakan suatu upaya optimalisasi untuk meningkatkan recovery dalam suatu proses separasi. Penelitian ini diharapkan mampu untuk dapat memaksimalkan kegunaan peralatan dalam mesin flotasi sekaligus dengan mencari efek titik penambahan SIBX dan kecepatan impeller terhadap recovery tembaga dan emas.
Dalam percobaannya, penulis menggunakan lima tipe kecepatan impeller dan empat titik penambahan SIBX. Dari variasi percobaan tersebut, harus dilakukan 20 test kinetika flotasi yang dilakukan selama 8 menit dan akan menghasilkan 4 konsentrat dan tailing, lalu dicari berat dan kandungan masing-masingnya. Sehingga bisa didapat grafik hubungan recovery dan waktu.
Kecenderungannya dengan tiap variasi kecepatan impeller, SIBX yang menghasilkan kecepatan recovery yang terbaik baik pada tembaga maupun emas yaitu pada 0 min, 2 min, 4 min dan yang terburuk 6 min. Kecepatan recovery tembaga hanya dipengaruhi oleh sifat dan jumlah partikel hidrofobik. Sedangkan pada emas, kecepatan impeller juga membawa pengaruh. Nilai recovery akhir tembaga pada tiap percobaan menunjukkan nilai yang sama yaitu rata-rata sekitar 94%. Nilai recovery akhir emas pada tiap percobaan variasi titik penambahan SIBX menunjukkan nilai yang beragam pada tiap kecepatan impeller.

Process parameters in the flotation circuit continues to be modified in order to know the optimal operating point. Evaluation of the use of SIBX addition point and energy consumption in the flotation machine optimization is an attempt to improve recovery in the separation process. This research is expected to be able to maximize the use of the equipment in the flotation machines and finding the effect of SIBX addition point and the impeller speed towards the recovery of copper and gold.
In the experiments, the authors vary the impeller speed and the SIBX addition points. The impeller speed is varied into five different speed. While the SIBX addition point into four different point. From the variation of the experiment, the test must be done within 20 flotation kinetics. Those test were performed for 8 minutes and will generate 4 concentrates and tailings, and then measure the weight and content of each. So that, the graphs which defines the relationship between recovery and time can be attained.
Of all the speed variations used in the impeller, the best kinetic recovery comes from the addition of SBX in the 0 min, 2 min and 4 min. While the worst comes from the addition in the 6 min. Copper kinetic recovery is only affected by the nature and amount of hydrophobic particles. While in gold, the result is also affected by impeller speed. Copper recovery at each end of the experiment showed the same value that is an average of about 94%. On the other side, the gold recovery shows the dependency upon the impeller speed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Firmansyah
"Limonit [(Fe, Ni)O(OH).nH2O] adalah bijih lateritik yang mengandung kandungan kadar nikel 0,8% - 2% dan kandungan besi 25% - 50%. Salah satu cara untuk meningkatkan kadar dari suatu mineral sekaligus memberikan nilai tambah dari suatu proses pengolahan mineral dengan menggunakan proses flotasi. Proses flotasi ini bergantung pada reagen-reagen seperti : kolektor, frother dan modifier. Pada penelitian ini menggunakan asam oleik sebagai kolektor dan minyak pinus sebagai frother. Sedangkan pH yang digunakan dijaga tetap 10. Untuk menjaga pH ini digunakan soda ash (Na2CO3). Pengujian yang dilakukan adalah pengujian XRD untuk mengetahui senyawa-senyawa yang ada, serta pengujian XRF untuk mengetahui kadar dari masing-masing unsur. Produk buih sebagai konsentrat dan produk endapan sebagai tailing, karena senyawa Ni dan Fe terangkat di buih dan terpisah dengan pengotornya. Nilai recovery aktual tertinggi pada Ni terjadi pada saat penambahan kolektor: 895 g/ton dan frother: 30 g/ton, yaitu sebesar 50,67%. Sedangkan nilai recovery aktual tertinggi pada Fe terjadi pada saat penambahan kolektor: 1491,67 g/ton dan frother: 90 g/ton, yaitu sebesar 50,22%.

Limonit [(Fe, Ni)O(OH).nH2O] is lateritic nickel ore, composed of 0,8% - 2% Ni and 25% - 50% Fe. One way to improve contents of a valuable mineral while providing added value from mineral processing is using flotation process. This flotation process depends on reagents such as : collector, frother and modifier. This research used oleic acid collector and pine oil frother. A constant pH is at 10. To maintain this pH,soda ash (Na2CO3) was utilized. Characterizations were constructed using XRD to determine the compounds in the ore, and XRF to determine contents of each element. The product was at foam as concentrate and the tailing was precipitated. Higher Ni and Fe compounds grade were accumulated in the foam and separate with their gangues. The highest value of the actual recovery of Ni that occurs during the addition of collector: 895 g/ton and frother: 30 g/ton is 50.67%. Whereas the highest value of the actual recovery of Fe that occurs during the addition of collector: 1491.67 g/ton and frother: 90 g/ton is 50.22%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51510
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
hapus3
"Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki deposit laterit yang cukup tinggi, khususnya pulau Sulawesi, sehingga Indonesia memiliki bahan baku yang cukup untuk memproduksi ferronickel. Di dalam lapisan laterit, limonit memiliki kadar Ni yang cukup rendah yaitu sekitar 0,8-1,5%. Kadar yang tidak ekonomis untuk dilakukan proses reduksi.
Tujuan dari skripsi ini adalah mengetahui pengaruh penambahan kadar collector asam stearat serta frother asam kresilat terhadap perolehan unsur nikel yang terbentuk (nilai % recovery Ni) dari bijih limonit setelah dilakukan proses flotasi, serta mengetahui kombinasi yang tepat antara collector dan frother sehingga dihasilkan nilai % recovery yang optimum. Pada penelitian ini, collector yang digunakan adalah asam stearat dengan konsentrasi sebesar 500g/ton, 1000g/ton, 1500g/ton, 2000g/ton, dan 2500g/ton. Sementara frother yang digunakan adalah asam kresilat dengan konsentrasi sebesar 100g/ton, 175g/ton, dan 250g/ton. Dengan volume larutan yang digunakan adalah sebanyak 300ml larutan, dan dengan kecepatan agitator sebesar 1750rpm selama 6 menit. Uji komposisi kimia sebelum dan setelah penelitian dilakukan sebagai parameter untuk memastikan pengaruh dari proses flotasi yang dilakukan. Proses pengujian komposisi kimia dilakukan dengan menggunakan XRD serta XRF.
Hasil perhitungan % recovery Nikel menunjukkan kecenderungan turun seiring penambahan collector kemudian seiring dengan meningkatnya jumlah collector pada sampel buih baik pada Ni maupun Fe (optimum pada penambahan collector sebesar 2500g/ton dan frother sebesar 100g/ton).

Indonesia is one of the country that has high deposit of laterit ore, especially Sulawesi Island, thus Indonesia has enough raw material to produce ferronickel. In the lateritic layer, limonite has low grade content of Ni and its about 0,8-1,5%. It is less economic to use reduction process.
The aim of this research is to know the effect of stearic acid and cresylic acid content addition to the recovery of Ni from Limonite after flotation process. It also to know the best combination between collector and frother to get optimum recovery of Ni or Fe. On this research, the collector that used is stearic acid with its concentration about 500g/ton, 1000g/ton, 1500g/ton, 2000g/ton, and 2500g/ton. The frother that used in this research is cresylic acid with its concentration is 100g/ton, 175g/ton, and 250g/ton. Using pulp density about 300cc with agitator speed is 1750rpm as long as 6 minutes. Chemical test of raw material and sample after flotation process is using XRD and XRF.
The result of recovery calculation shows that the % recovery tend to decrease at the first addition of collector, but it increase together with addition of collector on the froth sample both on Ni and Fe (optimum when collector 2500g/ton and frother 100g/ton).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51511
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Khalim Surya
"Galena (PbS) merupakan mineral sulfida dengan nilai ekonomis yang tinggi. Setelah mengalami beberapa proses, timbal akan didapatkan sebagai logam utama. Timbal dapat digunakan dalam pembuatan akumulator dan baterai kering. Dan terkadang untuk pemenuhan kebutuhan dalam bidang korosi seperti dalam pembuatan pipa, sebagai paduan dan lain-lain. Galena yang masih berbentuk ore harus direduksi ukurannya melalui proses comminution. Proses ini melibatkan ore dari tambang langsung (run of mine ore) atau ore yang berasal dari penyimpanan ore setelah ditambang. Untuk mendapatkan ukuran dari ore yang diinginkan maka perlu dilakukan proses yang teliti dan presisi. Dengan menggunakan metode adopsi dapat dibuat disain proses untuk mengolah galena agar lebih ekonomis dan efisien. Sebuah proses comminution melibatkan berbagai macam proses seperti size reduction, size control, dan material handling. Pada tahap size reduction terdapat dua proses utama yaitu crushing dan grinding. Kedua proses ini akan mereduksi ukuran ore sesuai dengan kebutuhan dan persyaratan yang ada. Dan untuk proses size control juga terbagi menjadi dua proses utama yaitu screening dan classification. Kedua proses ini digunakan untuk mengontrol ukuran yang dikeluarkan crushing dan grinding dan juga untuk meloloskan ore yang akan menjadi umpan pada proses selanjutnya. Sementara material handling adalah penanganan material selama mengalami proses comminution. Diantara proses yang ada antara lain adalah ore transportation, feeding dan storing. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dan menganalisa disain sirkuit comminution untuk reduksi ukuran ore sulfida dari tambang, mengetahui ukuran umpan yang optimal untuk tiap proses reduksi dan tingkat recovery dari tiap proses, menentukan dan menganalisa penggunaan peralatan dalam tiap proses yang ada. Disain sirkuit terdiri dari crushing, grinding, screening, classification, dan material handling. Pada cruhing ore dari tambang akan direduksi menjadi 150 mm. Dan pada proses grinding akan direduksi melalui dua tahap yaitu menjadi 25-30 mm pada SAG mill dan 65 ? 75 _m pada ball mill. Screen dan classifier digunakan sebagai pengatur ukuran yang dikeluarkan crusher dan mill. Material handling digunakan untuk mengatur distribusi ore, penyimpanan, dan pengaturan umpan. Transportasi menggunakan truk, belt conveyor, dan pipa. Penyimpanan menggunakan short term stockpile. Dan pengaturan umpan menggunakan apron feeder pada crusher dan vibrating feeder pada SAG mill.

Galena (PbS) is one of sulfide mineral with high economical value. After being process in several stage, lead from galena can be useful as main metal. Lead can be used as acccumulator and dry battery material. Sometimes it is used for meeting a demand in corrosion field such as pipe making, alloying, etc. Galena in ore form must be reduced in size by comminution. Comminution involves run-ofmine ore or ore from storage after being mined. Needed accurate and precise process to reduce the size. Process design by adoption method can be performed to make an economic and efficient process for processing galena. A comminution process involves lot of process such as size reduction, size control, and material handling. Stage size reduction consist of two main process, crushing and grinding. Both process reduce ore size confirm with requirement and need. And size control also divided by two main process, screening and classification. Processes are used to control size on crushing and grinding discharge and also to pass ores for feeding the next stage. Material handling handle material in each process from mine to teh end of comminution process. Material handling consist of ore transportation, feeding, and storing. This research are purposed to get and analyze comminution design circuit to reduce sulfide ore from mine, knowing optimum feed size and recovery degree in each process, determine and analyze usage of equipment in each process. Circuit design consist of crushing, grinding, screening, classification, and material handling. In crushing plant, ore from mine will be reduced become 150 mm in size. Grinding will reduce ore in two stages, become 25-30 mm by SAG mill and 65-75 _m by ball mill. Screen and classifier used as size control for crushing and grinding discharge ores. For material handling, truck, belt conveyor, pipe are used for transportation. Short term stockpile for storage and apron feeder for feeding crusher and vibrating feeder for feeding SAG mill."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41628
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Fatwa Triardianto
"Flotasi telah lama digunakan sebagai proses separasi logam-logam berat dari air limbah.biasanya pada proses ini digunakan oksigen sebagai difusernya. Akan tetapi, pada penelitian ini digunakan campuran udara-ozon sebagai ifusernnya. Dengan ditambahkan ozon yang memiliki beberapa kelebihan dibandingkan oksigen, proses kinerja proses flotasi diharapkan akan meningkat. Pada proses flotasi diperlukan beberapa bahan kimia tambahan, diantaranya surfaktan dan koagulan. Oleh karena itu perlu diketahui berapa dosis yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
Pada proses flotasi ini digunakan tiga jenis limbah, yaitu limbah besi, limbah tembaga, dan limbah nikel. Pertama-tama air limbah yang dibuat dari garamnya dicampur dengan zeolit yang berfungsi sebagai bahan pengikat, Sodium Lauril Sulfat (SLS) sebagai surfaktan, NaOH sebagai pengatur pH, dan Polyaluminum chloride (PAC) sebagai koagulan. Kemudian limbah yang telah dicampur dimasukkan ke dalam tangki flotasi. Campuran udara-ozon sebagai difuser dialirkan sehingga dapat mengangkat limbah logam ke permukaan sehingga dapat dipisahkan dari air. Sebelum proses flotasi dilakukan, persiapan-persiapan yang dilakukan adalah preparasi zeolit dengan pemanasan dan karakterisasinya dengan uji analisis BET, serta uji produktivitas ozonator dengan metode iodometri. Sampel yang diambil dianalisis kandungan logamnya, pH, DO, dan CODnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa penambahan dosis PAC dan SLS dapat meningkatkan persentase pemisahan logam dari air limbah hingga mencapai diatas 95%. Akan tetapi kenaikan tersebut memiliki kondisi optimum. Dosis PAC optimum untuk tembaga dan besi adalah 0,133 g/L sedangkan untuk nikel adalah 0,067 g/L. Dosis optimum SLS untuk ketiga logam tersebut adalah 0,4 g/L. Dengan dosis PAC dan SLS optimum didapat persentase pemisahan logam besi sebesar 99,67%, sedangkan persentase pemisahan logam tembaga sebesar 89.39%, dan persentase pemisahan logam nikel sebesar 99,15%.

Flotation has been use for separation heavy metals from wastewater for many years. In convencional flotation, oxygen is used as diffuser. But in this research, ozon-air mixed is used as diffuser. By adding ozon which has advantage over oxygen, the efectivness of the process may increase. Flotation process need some chemical agent, such as coagulant and surfactant. Because of that, important to know how much its needed to get the optimum result.
On this research is used three kind of metal as a wastewater, that is: iron, copper, an nickle. The first step of this experiment is mix the wastewater with zeolit as a bonding agent, Sodium Lauryl Sulfate (SLS) as a surfactant, NaOH as a pH adjuster, and Polyaluminum chloride (PAC) as a coagulant. After that, the mixed wastewater is put on the flotation tank. Ozone-air diffuser is flowed from the bottom of the tank to make the bubble which pushed the flok up so it can be remove from the water. Before the flotation process, the thing that should do is preparation and caracterisation of bonding agent, sng ozonator productivity test. The analysis for the sampel is metal contens, pH, DO, and COD.
The result is by using PAC and SLS, the efficiency of the process is increase up to 95 %. But ther is an optimum point. For iron and copper, the optimum dosage of PAC is 0.133 g/L, and for nickel is 0.067 g/L. The optimum dosage of SLS for each of three metal is 0.4 g/L. With this optimum dosage, iron removal persentage is 99.67%,, copper removal persentage is 89.39%, an nickle removal persentage is 99.15%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Radian Anindika
"Pencemaran logam berat merupakan dampak negatif dari kemajuan industri di berbagai belahan dunia. Air limbah industri yang menggunakan logam berat sebagai bahan baku biasanya akan mengandung logam berat dalam kadar tertentu sebagai hasil samping proses. Logam berat berbahaya karena dapat terakumulasi dalam tubuh sehingga air limbah yang mengandung logam berat harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pengolahan limbah logam berat yang dibahas dalam penelitian ini adalah proses flotasi dengan jenis limbah besi, tembaga, dan nikel. Proses ini dipilih karena mudah dilakukan, pemisahannya cepat, kinerjanya sangat baik, bisa digunakan untuk berbagai jenis air, dan alat yang fleksibel. Flotasi merupakan metode pemisahan logam dengan pengapungan oleh gelembung udara sebagai diffuser. Proses flotasi dilakukan menggunakan diffuser berupa campuran udara-ozon. Bahan kimia lain yang ditambahkan adalah bahan pengikat (bonding agent), surfaktan, dan koagulan. Bahan pengikat yang digunakan adalah zeolit alam lampung, JRC-ALO-6, dan JRC-ALO-7. Surfaktan yang digunakan adalah Sodium Lauril Sulfat (SLS) bubuk, Ammonium Lauril Sulfat (ALS), dan Sodium Oleat. Koagulan yang dipakai adalah Polyaluminum chloride (PAC). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis bahan pengikat terbaik pada pemisahan ketiga logam dan jenis dan konsentrasi surfaktan optimum dalam pemisahan logam besi. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam besi adalah zeolit alam yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 99,42 %. Bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam tembaga adalah JRC-ALO-6 yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 95,73 %. Bahan pengikat terbaik untuk flotasi logam nikel adalah zeolit alam yang memberikan besar persen penyisihan sebesar 98,08 %. Jenis surfaktan yang paling baik untuk mengolah limbah yang mengandung logam besi adalah Sodium Lauryl Sulfat (SLS) bentuk gel dengan konsentrasi sebesar 0.2 g/L. Pada kondisi ini persen penyisihan yang dihasilkan sebesar 99.65 % dengan nilai dissolved oxygen (DO) sebesar 6.7."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>