Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129818 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Alif Muhammad Basyir
"Pada pemerosesan industri tekstil banyak menggunakan air, zat pewarna juga bahan kimia campuran yang berdampak pada timbulnya limbah cair tekstil [1]. Salah satu komponen limbah berbahaya yang terkandung dalam limbah cair tekstil adalah logam-logam berat seperti kadmium (Cd), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan seng (Zn) [1]. Contoh langkah untuk mencegah pencemaran logam berat cair adalah menggunakan material mesopori silika seperti SBA-15 karena memiliki luas permukaan, diameter, serta volume pori yang besar serta struktur heksagonal teratur sehingga dapat diaplikasikan sebagai adsorben logam berat. Pada penelitian ini, dilakukan analisis studi kepustakaan sintesis mesopori SBA-15 dengan metode sol-gel serta fungsionalisasi CPTMS yang telah berhasil dilakukan dan dilanjutkan menganalisis kemampuan serapannya pada logam berat kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng (Zn), dan timbal (Pb). Tipikalnya, menyintesis SBA-15 dilakukan menggunakan Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) sebagai prekursor dan Triblock Copolymer Pluronic 123 (P-123) sebagai surfaktan. Kemudian, hasil produk SBA-15 dilakukan fungsionalisasi CPTMS dengan metode post grafting. Hasil karakterisasi memperlihatkan, pada perhitungan BET dibanding sampel SBA-15 murni, sampel SBA-15 CPTMS mengalami penurunan parameter diameter pori dari 29,203 menjadi 28,521 Å, volume pori dari 265,161 menjadi 199,694 cm3/gr dan luas permukaan spesifik dari 831,996 menjadi 711,061 m2/gr, pada pengujian SAXS, sampel SBA-15 CPTMS tidak terdapat perbedaan signifikan dengan SBA-15 dengan tetap memperlihatkan puncak bidang (100), bidang (110) dan bidang 200, pada pengamatan TEM, sampel SBA-15 CPTMS tetap mempertahankan bentuk heksagonalnya, dan pada pengujian FTIR, terlihat adanya gugus klorida (-Cl) pada gelombang 500 cm 1 yang menunjukkan proses fungsionalisasi CPTMS berhasil dilakukan. Sementara, hasil pengujian serapan logam berat dengan AAS memperlihatkan fungsionalisasi CPTMS tidak memiliki selektivitas yang baik pada logam berat kadmium (Cd) dan seng (Zn) karena penurunan nilai persentase penyerapan. Namun, perhitungan kapasitas adsorpsi memperlihatkan bahwa diseluruh sampel pengujian logam berat terjadi peningkatan kapasitas adsoprsi sampel SBA-15 CPTMS bila dibandingkan dengan SBA-15 murni.

In the textile industry, production process is widely used water, dyes and chemicals that have an impact on the emergence of textile liquid waste [1]. Examples of hazardous waste components contained in textile liquid waste are heavy metals mainly derived from colouring agents such as cadmium (Cd), lead (Pb), copper (Cu), and zinc (Zn) [1]. Efforts that can be made to prevent the water pollution containing liquid heavy metals is to use silica mesoporous materials such as SBA-15 because it has a large surface area, pore diameter, pore volume and ordered hexagonal structure so that it can be applied as heavy metals adsorbents. In this research, an analysis of the literature review of SBA-15 mesoporous materials synthesis using sol-gel method and CPTMS functionalization has been successfully carried out and continued by analysing its adsorption ability in heavy metals such as cadmium (Cd), copper (Cu), zinc (Zn), and lead (Pb). Typically, synthesizing SBA-15 is carried out using Tetraethyl Orthosilicate (TEOS) as a precursor and Triblock Copolymer Pluronic 123 (P-123) as a surfactant. Then, the results of the SBA-15 product were carried out CPTMS functionalization with the post grafting method. The characterization results show, in the BET calculation compared to pure SBA-15 samples, SBA-15 CPTMS samples decreased pore diameter parameters from 29,203 to 28,521 Å, pore volume from 265,161 to 199,694 cm3/gr and specific surface area from 831,996 to 711,061 m2/gr, in the SAXS test, the SBA-15 CPTMS sample was not significantly different from the SBA-15 while still showing peak plane (100), plane (110) and plane (200), on TEM observations, SBA-15 CPTMS samples remained maintaining its hexagon shape, and in the FTIR test, a chloride group (-Cl) in the 500 cm-1 wave showed a successful CPTMS functionalization. Meanwhile, the results of heavy metal adsorption testing with AAS showed that CPTMS functionalization did not have good selectivity on cadmium (Cd) and zinc (Zn) heavy metals due to a decrease in the percentage of adsorption. However, the adsorption capacity calculation shows that throughout the heavy metal test sample there is an increase in the adsorption capacity of the SBA-15 CPTMS sample when compared to the pure SBA-15."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi
"Pencemaran tanah oleh logam berat yang terakumulasi dalam tanaman dan produk olahan tanaman tersebut akan menimbulkan bahaya bagi manusia yang mengkonsumsinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui kadar logam timbal, tembaga, dan kadmium pada tepung gandum utuh dan tepung terigu dari negara importir yang berbeda, yaitu Amerika Serikat, Australia, Kanada, dan Turki. Sampel tepung gandum ini kemudian didestruksi dengan 9 ml asam nitrat pekat menggunakan Microwave Digestion System (180ºC, 25 menit). Serapan logam dalam sampel diukur dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) pada panjang gelombang yang spesifik, yaitu 283,3 nm untuk timbal; 324,8 nm untuk tembaga; dan 228,8 nm untuk kadmium. Asetilen-udara digunakan sebagai gas pembakar dan oksidannya.
Penelitian menunjukkan bahwa tepung terigu Turki mengandung timbal 0,2216 mg/kg, tembaga 2,5427 mg/kg, dan kadmium 0,1045 mg/kg; tepung terigu Australia mengandung timbal 0,3151 mg/kg, tembaga 1,3641 mg/kg, dan kadmium 0,1264 mg/kg; tepung gandum utuh Amerika Serikat mengandung timbal 0,7111 mg/kg, tembaga 5,5128 mg/kg, dan kadmium 0,1618 mg/kg; tepung gandum utuh Kanada mengandung timbal 0,3872 mg/kg, tembaga 3,4577 mg/kg dan kadmium 0,1375 mg/kg. Berdasarkan batas aman yang tertera pada Standar Nasional Indonesia 01-3751-2006, seluruh sample yang diuji, baik tepung terigu maupun tepung gandum utuh, masih di bawah batas aman dan layak untuk dikonsumsi.

Soil contamination caused by heavy metals is accumulated in plants and the processed products. It will be harmful to human?s health. The aim of this research was to analyze and investigate the concentration of lead, copper, and cadmium in whole wheat flour and wheat flour from different importer countries, such as USA, Australia, Canada, and Turkey. The samples were destructed with 9 ml concentrated nitric acid using microwave digestion system (180ºC, 25 minutes). Absorption of metals contained in samples were measured with atomic absorption spectrophotometer (AAS) at the specific wavelengths, which were 283,3 nm for lead; 324,8 nm for copper; and 228,8 nm for cadmium. Acetylene-air was used as the fuel gas and oxidant.
This research showed that Turkey wheat flour contained lead 0,2216 mg/kg, copper 2,5427 mg/kg, and cadmium 0,1045 mg/kg; Australia wheat flour contained lead 0,3151 mg/kg, copper 1,3641 mg/kg, and cadmium 0,1264 mg/kg; USA whole wheat flour contained lead 0,7111 mg/kg, copper 5,5128 mg/kg, and cadmium 0,1618 mg/kg; Canada whole wheat flour contained lead 0,3872 mg/kg, copper 3,4577 mg/kg and cadmium 0,1375 mg/kg. Based on the safety limit that is allowed by National Standardization Agency of Indonesia 01-3751-2006, all of those analyzed samples either whole wheat flour or wheat flour are safe for human consumption.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S820
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Oktaviyanti
"Pencemaran logam berat menimbulkan dampak negatif bagi ekosistem perairan karena sifatnya yang persisten dan mudah terakumulasi dalam jaringan tubuh biota oleh sebab itu pada penelitian ini dilakukan uji toksisitas akut (EC50- 24h) dari logam berat Pb, Cd, Cr, Ni, dan As pada Daphnia magna yang mengacu pada OECD 202 Guidelines. Data immobilisasi yang diperoleh diolah menggunakan analisis probit (SPSS 15). Selain itu dilakukan pengujian toksisitas melalui simulasi fraksi sedimen dan analisis kadar logam berat dalam fraksi sedimen di Perairan Teluk Jakarta dengan ekstraksi menggunakan 3 variasi pH, yaitu pH 3, 5 dan 7. Pembuatan fraksi asam pH 3 dan 5 menggunakan prosedur TCLP (toxicity characteristic leaching prosedure). Sedimen yang telah dipreparasi di analisis dengan Atomic Absorbance Spectoscopy (AAS).
Dari hasil pengujian diperkirakan nilai EC50-24h Cd, As, Ni, Cr, Pb terhadap Daphnia magna adalah 1,663 μg/l; 2,369 mg/l; 2,471 mg/l; 12,225 mg/l, 23,136 mg/l. EC50-24h Pb jauh lebih besar dari literatur karena terjadi pengendapan yang diduga menurunkan bioavailabilitas logam terhadap Daphnia. Hasil dari analisa logam berat dalam sedimen diperoleh kadar logam berat dengan fraksi pH 3 umumnya lebih besar dari fraksi pH 5 dan 7. Hasil pengamatan toksisitas dari simulasi fraksi sedimen menunjukkan toksisitas pada keseluruhan hewan uji yang menandakan bahwa Perairan Teluk Jakarta berpotensi membahayakan bagi kehidupan biota. Pengujian toksisitas campuran logam Cd-Cr-Ni-As dengan konsentrasi yang mengacu pada nilai EC50-24h Cd memperlihatkan efek sinergis walaupun tidak signifikan.

Heavy metals pollution adverse impacts on aquatic ecosystems because of its persistent and easy to accumulate in biota tissue and therefore in this study tested the acute toxicity (EC50-24h) of the heavy metals Pb, Cd, Cr, Ni, and As in Daphnia magna which refers to the OECD Guidelines 202. The data obtained were statistically evaluated with probit analysis method (SPSS 15). In addition, it has also been conducted of toxicity test through simulation of sediment fraction and observation heavy metals content in the sediment fraction at Jakarta bay waters by extraction using 3 variations of pH such as pH 3, 5 and 7. Preparation pH 3 and 5 acid fraction using the TCLP procedure (toxicity characteristic leaching prosedure). Heavy metals content in sediment has analysed by Atomic Absorbance Spectroscopy (AAS).
The EC50-24h of Cd, As, Ni, Cr, Pb to Daphnia magna was estimated to be 1,663 μg/l; 2,369 mg/l; 2,471 mg/l; 12,225 mg/l, 23,136 mg/l, respectively. The EC50-24h of Pb has larger value than literature due to the precipitation reaction which reduce the bioavailability of this metal to Daphnia. The result of heavy metals content in sediment showed that the average concentration in pH 3 fraction was higher than pH 5 and pH 7 fraction. The toxicity result from sediment fraction simulation showed the overall toxicity in organism test which indicated Jakarta bay waters are potentially harmfull to aquatic ecosystem. Testing the toxicity of Cd-Cr-Ni-As mixture which refers to EC50-24h of Cd showed a synergistic effect, although not significantly.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43422
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Seti Listiani
"Logam berat Cu dan Cd yang berlebihan memberikan dampak negatif bagi tanaman. Mikoriza adalah simbiosis antara akar dan fungi mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan tanaman bertahan di bawah cekaman logam berat dan mengurangi dampak toksisitasnya. Berdasarkan penlitian sebelumnya, mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Paraserianthes falcatariadi bawah cekaman Pb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mikoriza terhadap pertumbuhan P. falcatariapada media tanam yang mengandung logam berat Cu (tembaga) dan Cd (kadmium). Tanaman P. falcatariadiinokulasi mikoriza dengan dosis 0, 15, dan 25 gram dan diberi perlakuan logam berat dengan dosis CuSO4150 mg/kg dan CdSO415 mg/kg pada media tanam. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, berat basah, dan warna daun pada usia 43 hari setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi mikoriza tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan tinggi tanaman P. falcatariapada perlakuan Cu dan Cd. Pengukuran berat basah pada perlakuan Cu dan Cd menunjukkan bahwa kelompok perlakuan yang diberi mikoriza memiliki berat basah lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi mikoriza.
Berdasarkan hasil pengamatan warna daun, ditemukan tanaman mati pada kelompok perlakuan tanpa mikoriza pada kedua perlakuan logam berat tersebut. Selain itu, ditemukan perubahan warna pada hampir semua daun terbawah tanaman pada perlakuan Cu yang diinokulasi mikoriza dan tanpa mikoriza. Pada perlakuan Cd, tanaman yang daunnya berwarna normal jumlahnya semakin banyak pada dosis mikoriza yang semakin tinggi. Pemberian mikoriza dapat membantu meringankan dampak toksisitas yang ditimbulkan oleh konsentrasi logam berat Cu dan Cd berlebih.

Excessive heavy metals Cu and Cd has negative effect on plants. Mycorrhizae is a symbiosis between roots and mycorrhizal fungi which can improve plant’s ability to survive under heavy metal stress and reduce its toxicity. Based on previous study, mycorrhizae can increase the growth of Paraserianthes falcatariaunder Pb stress.
The aim of this study is to reveal the effect of mycorrhizae on growth of P. falcatariain artificial growing media containing heavy metals Cu (copper) and Cd (cadmium). P. falcatariainoculated with 0, 15 and 25 grams of mycorrhizae and treated with 150 mg/kg of CuSO4and 15 mg/kg of CdSO4. Parameters observed in this study were plant height, fresh weight, and leaf color at 43 days after planting. The results showed that mycorrhizal inoculation did not significantly increase the height of P. falcatariatreated with Cu and Cd. Fresh weight of P. falcataria in Cu and Cd treatment showed higher in mycorrhizal plants than without mycorrhizae.
Based on observation of leaf color, there were dead plants that were without mycorrhizal inoculation in both heavy metal treatment. Discoloration also found in most of the lowest leaves in Cu treatment plants inoculated with mycorrhizae and without mycorrhizae. Plants with normal colored leaves in Cd treatment increased at higher mycorrhizal amount. The inoculation of mycorrhizae can improve plant’s ability to alleviate the effects of toxicity caused by excessive concentrations of heavy metals Cu and Cd.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessica Astrini
"Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian logam berat Pb, Cd dan Cu dalam medium terhadap pertumbuhan Melastoma malabathricum L. serta kemampuannya mengakumulasi logam berat tersebut di akar, batang dan daun. Empat puluh delapan stek batang dibagi ke dalam 10 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, kelompok medium yang diberi 25, 50, 75 μM PbCl2; 20,100, 200 μM CdCl2; 10, 45, dan 130 μM CuCl2. Pengamatan parameter pertumbuhan meliputi tinggi tanaman, panjang akar, dan jumlah daun. Pengamatan dilakukan setiap 2 hari sekali selama 1 bulan dan diakhiri dengan pengukuran kadar logam berat dalam akar, batang dan daun. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pemberian 25 μM PbCl2, 50 μM PbCl2 dan 75 μM PbCl2 tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan M. malabathricum, karena tanaman tersebut dapat tetap tumbuh normal, sehingga tergolong tanaman yang toleran terhadap Pb. Penghambatan pertumbuhan M. malabathricum terjadi pada perlakuan 20, 100, 200 μM CdCl2, 45 μM CuCl2, dan 130 μM CuCl2, namun pertumbuhan meningkat pada medium yang diberi 10 μM CuCl2. Hasil pengujian kadar logam berat memperlihatkan Pb, Cd dan Cu lebih banyak terakumulasi dalam jaringan akar dibandingkan dengan batang dan daun. Dalam hal ini, M. malabathricum tidak dapat digolongkan sebagai tanaman hiperakumulator ketiga logam tersebut.

This research is aimed to know the impact of heavy metal (Pb, Cd, Cu) in the medium on the growth and performance of Melastoma malabathricum and also its ability in accumulating heavy metals in roots, stems and leaves. Fourty eight of stems are grouped into ten treatments which are control, medium with 25, 50, 75 μM PbCl2; 20, 100, 200 μM CdCl2; 10, 45 and 130 μM CuCl2. The observation of growth parameter includes height of plants, length of roots and the amount of leaves produced. The research was done once in two days for one month and ended with measurement of heavy metal content in roots, stems and leaves. The result showed that treatment with 25, 50 and 75 μM PbCl2 did not affect the growth of M. malabathricum. This is because those plant can still grow normally, so it is categorized as a plant that tolerant to Pb. The inhibition on the growth of M. malabathricum occured in treatment of 20, 100, 200 μM CdCl2; 45, and 130 μM CuCl2. However, the growth of plant increase in the medium that were given 10 μM CuCl2. Based on heavy metal measurement, Pb, Cd, Cu were more accumulated in the root tissue compared to stem and leaves. In this case, M. malabathricum can not be categorized as hyperaccumulator plant of those metals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahima Hernita Sari
"Sebagai biota laut yang bersifat filter feeder, kerang hijau atau Perna viridis sangat rentan terhadap pencemaran perairan oleh logam berat, seperti timbal (Pb) dan krom (Cr); padahal kerang jenis ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Pada penelitian ini dilakukan studi depurasi untuk mempelajari pelepasan logam berat tersebut dari tubuh kerang hijau agar lebih aman untuk dikonsumsi. Metode depurasi yang dilakukan berupa metode pengaliran air berulang dengan variasi lama waktu pengaliran (1,2,4, dan 24 jam) dan metode ekstraksi dengan variasi konsentrasi asam asetat dan asam sitrat (5; 7,5; 10; 12,5 %), jenis pelarut (asam asetat, asam sitrat, dan EDTA), serta suhu 30-80°C. Pertama-tama dilakukan pemaparan logam berat pada biota uji kerang hijau selama rentang waktu 1-3 hari.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh besarnya kadar logam timbal (Pb) yang dapat diserap oleh kerang lebih besar dibandingkan logam krom (Cr), yaitu berkisar 4,402-20,701 mg/kg, sementara logam krom hanya dapat diserap sebesar 0,773-7,266 mg/kg. Metode pengaliran air berulang selama 1 jam memberikan hasil paling optimal dengan penurunan kadar logam timbal dan krom masing-masing sebesar 67,037 % dan 54,899 %, sedangkan kondisi optimal pada metode ekstraksi dicapai pada perlakuan menggunakan pelarut asam asetat 10 % pada suhu 40 oC dengan pengadukan 120 rpm, dengan penurunan kadar logam sebesar 93,335% dan 81,892% untuk timbal dan krom , namun pada metode ekstraksi tersebut ternyata menyebabkan penurunan kadar protein sebesar 38,584%.

As a marine organism are filter feeder, green mussels or Perna viridis are very easy to contamination due to water pollution by heavy metals, lead (Pb) and chromium (Cr); though these mussels widely consumed by public. This research was conducted a study of depuration to learn its extrication from these mussels to make consumption by humans more safe. The method used is the method of water flow recirculating with durating variations (1, 2, 4, and 24 hours) as well as extraction method with a variations of the concentration of acetic acid and citric acid (5; 7,5; 10; 12,5 %), the type of solvent (acetic acid, citric acid, and EDTA), and temperature (30-80°C). First it has been done exposure heavy metals to green mussels for 1 until 3 days.
Based on the result obtained the ammount of lead that can be absorbed by green mussels is larger than chromium (Cr), that is 4,402-20,701 mg/kg from 1 until 3 days, while only chromium 0,773-7,266 mg/kg. The method of water flow recirculating for 1 hour obtained optimum result with the decrease in levels of lead and chromium are 67,037 % and 54,899 %. While the optimum extraction method obtained in 10 % acetic acid at 40 oC with stirring 120 rpm, with decline 93,335% and 81,892% for lead and chromium, but it can caused decrease of protein levels are 38,584 %.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S52794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Affalia Maydi Hatika
"ABSTRAK
Seiring dengan berkembangnya industri dan banyaknya aktivitas manusia di perairan, perlu adanya tanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan khususnya di wilayah perairan. Akibat dari penangganan limbah yang kurang baik dari adanya kandungan toksik senyawa kimia logam berat. Ekosistem yang telah terlihat akibat pencemaran limbah dari logam berat yakni laut sebagai tempat akhir dari akumulasi toksikan. Fitoplankton merupakan produsen utama dalam memproduksi energi dan termasuk salah satu bentik yang berdampak langsung terhadap cemaran logam berat di laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui toksisitas logam berat kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan sel dari fitoplankton Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi logam berat, densitas sel dari fitoplankton akan semakin menurun. Berdasarkan penelitian, diperoleh nilai IC50-96 jam kadmium Cd dan tembaga Cu terhadap pertumbuhan Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd/L dan 0,09 mgCu/L serta Tetraselmis sp adalah 5,37 mgCd/L dan 0,21 mgCu/L. Logam berat tembaga Cu memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan kadmium Cd, sehingga tembaga Cu lebih toksik dari pada kadmium Cd terhadap kedua fitoplakton uji Chaetoceros gracilis dan Tetraselmis sp.

ABSTRACT
The development of industry and the number of human activities in the waters, the need for responsibility for environmental damage, especially in the territorial waters. As a result of unsubstantiated waste subscribers from the toxic content of heavy metal chemical compounds. Ecosystems that have been seen due to pollution of waste from heavy metals such as the sea as the end of the toxic accumulation. Phytoplankton is a major producer of energy production and is one of those benthic impacts on heavy metal contamination. This study aims to determine the toxicity of heavy metals cadmium Cd and copper Cu to cell growth from phytoplankton Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp. The results show that the higher the concentration of heavy metals, cell density of phytoplankton will decrease. Based on the research, IC50 96 hours cadmium Cd and copper Cu were obtained on growth of Chaetoceros gracilis 2,39 mgCd L and 0,09 mgCu L and Tetraselmis sp was 5,37 mgCd L and 0,21 mgCu L. Copper heavy metal Cu has a smaller value than cadmium Cd, so copper Cu is more toxic than cadmium Cd against both test phytopathtons Chaetoceros gracilis and Tetraselmis sp."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Ratnasari Hadipitoyo
"Organobentonit dimodifikasi dari bentonit alam Tapanuli dengan menggunakan alanin sebagai senyawa yang akan diinterkalasikan ke dalam ruang interlayer bentonit untuk menambahkan gugus amina dan meningkatkan basal spacing. Penyeragaman kation menjadi Na-Bentonit dilakukan lalu didapatkan nilai kapasitas tukar kationnya (KTK) sebesar 48,75 mek / 100gr bentonit. Sintesis organobentonit dilakukan dengan menambahkan larutan alanin dalam asam asetat dengan pH 6,0 supaya terbentuk muatan positif pada alanin (NH3+) yang dapat berinteraksi dengan permukaan antarlapis bentonit yang bermuatan negatif. Karakterisasi dengan FTIR dan XRD menunjukkan bahwa interkalasi berhasil dilakukan. Organobentonit ini diaplikasikan untuk mengadsorpsi logam berat kadmium dan timbal dengan memanfaatkan gugus karboksilat (COO-) sebagai pengikat kedua logam berat tersebut. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kapasitas adsorpsi organobentonit hampir 2 kali lebih tinggi daripada bentonit alam, dan kapasitas optimum dicapai setelah 2 jam, dengan nilai 0,0138 dan 0,0140 mg / 0,1 gr organobentonit berturut turut untuk ion logam Pb2+ dan Cd2+.

Organoclay modified from bentonite Tapanuli using alanine as compound which will intercalated into the interlayer space of bentonite to insert amine group and to increase the basal spacing. Unification of cations into Na-montmorillonite has done and then the value of cation exchange capacity (CEC) is 48.75 meq / 100 g bentonite. Organoclay synthesis was done by adding a solution of alanine in acetic acid with a pH of 6.0 in order to form a positive charge of the alanine (NH3+) that can interact with the interlayer surface of bentonite that have negative charge. Characterization by FTIR and XRD showed that the intercalation was successful. This organoclay applied to adsorb heavy metals by using carboxylic ion to bind both cadmium and lead. Observation showed adsorption capacity of organoclay was almost 2 times higher than the raw bentonite and the value of adsorption capacity reached by 2 hours was 0.0138 and 0.0140 mg / 0,1 gr organoclay respectively for Pb2+ and Cd2+ metal ions."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47696
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adha Masfufa
"Paper Electroanalytical Devices (PeAD) merupakan salah satu perangkat sensor kimia yang mulai banyak dikembangkan karena luasnya bidang aplikasi, salah satunya adalah untuk mendeteksi logam berat. Prinsip kerja dari PeAD yaitu dengan mengukur konsentrasi logam dari hasil reaksi reduksi dan oksidasi menggunakan metode potensiometri. Pada penelitian ini PeAD dikembangkan dengan adanya elektrodeposisi logam Bismut secara in situ pada elektroda, dengan menggunakan voltametri pelucutan anodik gelombang persegi (SWASV), logam Bismut dideposisi dengan membetuk film lapis tipis Bi pada permukaan elektroda dan dilakukan pemindaian dengan mikroskop elektron. Logam Bismut digunakan sebagai modifikator elektroda karena memiliki kapasitas untuk membentuk paduan dengan logam berat, seperti Pb dan Cd, selain itu juga karena sifatnya yang kurang beracun dan memiliki jendela potensial negatif yang besar sehingga proses pembentukan ikatan dengan logam dapat terjadi. Pengujian variasi pH, variasi potensial deposisi, dan variasi konsentrasi penambahan Bismut, dilakukan untuk mendapatkan hasil pengujian yang optimum, dan diperoleh kondisi optimum pada pH larutan 4,6 dengan potensial deposisi -1,2 V, dan penamabahan 1 mg/L Bismut. PeAD. Yang berhasil di fabrikasi kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan Scanning Electron Micsroscopy (SEM), Fourier-Transform Infra Red (FTIR), Contact Angle Meter (CAM). Uji performa analisis PeAD terhadap ion logam berat Pb dan Cd dilakukan dengan pengukuran linearitas, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification (LOQ), interferensi, presisi, dan akurasi. Persamaan yang didapat dari uji linearitas, dengan y = 1.4508 + 0.1723 [Cd (II)] dengan R2 = 0.9839 dan y = 0.6789 + 0.1218 [Pb (II)] dengan R2 = 0.9851, yang menunjukkan bahwa nilai sensitivitas PeAD untuk logam Cd sebesar 1.4508 μA dan logam Pb sebesar 0.6434 μA, dan LOD untuk logam Cd dan Pb yaitu 6.43 µg/L dan 7.01 µg/L, dengan LOQ yaitu 22.07 µg/L dan 23.39 µg/L.

Paper Electroanalytical Devices (PeAD) is one of the chemical sensor devices that has been widely developed due to its wide application in various field, one of which is detecting heavy metals. The working principle of PeAD is to measure the metal concentration from the reduction and oxidation reactions using the potentiometric method. In this study, PeAD was developed by the presence of in situ electrodeposition of Bismuth metal on the electrode, using square wave anodic stripping voltammetry (SWASV). Bismuth metal was deposited by forming a thin layer of Bi film on the electrode surface and then scanning with an electron microscope. Bismuth metal is used as an electrode modifier because it has the capacity to form alloys with heavy metals, such as Pb and Cd, as well as because it is less toxic and has a large negative potential window so that the process of bonding with metals can occur. Test for Variations in pH, variations in the deposition potential, and variations in the concentration of addition of Bismuth, were carried out to obtain optimum test results. The optimum conditions were obtained at a solution pH of 4.6 with a deposition potential of -1.2 V, with the addition of 1 mg/L Bismuth. The PeAD that were successfully fabricated were then characterized using Scanning Electron Microscopy (SEM), Fourier-Transform Infra-Red (FTIR), and Contact Angle Meter (CAM). Analysis performance test of PeAD for heavy metal ions Pb and Cd was carried out by measuring linearity, Limit of Detection (LOD), Limit of Quantification (LOQ), interference, precision, and accuracy. The equation obtained from the linearity test, with y = 1.4508 + 0.1723 [Cd (II)] with R2 = 0.9839 and with y = 0.6789 + 0.1218 [Pb (II)] with R2 = 0.9851, which shows that the metal sensitivity value of PeAD is 1.4508 µA for Cd and 0.6434 µA for Pb, and the LOD for Cd and Pb were 6.43 µg/L and 7.01 µg/L, with LOQ 22.07 µg/L and 23.39 µg/L."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>