Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tity Murtiningsih
1994
S29908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratiwi
"ABSTRAK
Keberadaan komponen sulfur dalam bahan bakar merupakan masalah lingkungan yang cukup serius dimana pembakaran bahan bakar yang mengandung komponen sulfur akan menghasilkan gas SO2. Komponen sulfur dalam bahan bakar juga merupakan racun bagi katalis yang digunakan pada kendaraan bermotor. Cara umum yang telah dilakukan untuk mengurangi kadar sulfur dalam bahan bakar yaitu dengan desulfurisasi. Desulfurisasi dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi. Adsorben yang digunakan yaitu Zeolit, Gamma Alumina dan Karbon Aktif. Percobaan pengurangan kadar sulfur dilakukan dengan impregnasi adsorben dengan variasi konsentrsi ion Cu dan uji kemampuan adsorpsi menggunakan larutan ion sulfida dan minyak solar . Hasil impregnasi ditentukan melalui pengukuran AAS, karakteristik adsorben ditentukan dengan metode BET, penentuan kadar sulfida dengan titrasi dan karakteristik minyak solar dengan FTIR . Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ion Cu yang digunakan, semakin banyak ion yang diserap . Hasil BET menunjukkan kemampuan adsorpsi karbon aktif paling tinggi dibandingkan gamma alumina dan zeolit karena memiliki luas permukaan yang paling besar yaitu 745,317 m2/g. Karbon aktif ? Cu memiiki kemampuan adsorpsi ion sulfida paling tinggi hal ini ditunjukkan dengan kadar ion sulfida yang terserap 920, 34 ppm dalam waktu 12 jam. Hasil FTIR pada minyak solar yang diberikan adsorben yang telah terimpregnasi ion Cu menunjukkan pengurangan luas area pada puncak di bilangan gelombang 2670 cm-1pada vibrasi S-H thiols, artinya bahwa kadar sufur pada minyak solar mengalami penurunan.

ABSTRAK
The existence of sulfur in diesel fuel is an environmental problem where the combustion of fuel containing sulfur compounds will produce SO2 gas. Components of sulfur in the fuel is also poison for catalyst used in motor vehicles.Common way has been done to reduce sulfur in fuels is by deulfurization. Desulfurization process is using adsorption method. The adsorbent used Zeolite, Gamma Alumina and Activated Carbon. The experiment of sulfur reduction conducted by impregnation the adsorbent with various concentration Cu ion and capacity of adsorption using sulfide ion solution and diesel fuel .The results of impregnation determined by AAS, characteristics of the adsorbent determined by BET method, determination of sulfide by titration and characteristics functional groups of diesel fuel by FTIR. The results showed that the higher concentration of Cu ion is used, the more ions are adsorbed.The results of BET shown the adsorption capacity of activated carbon is the highest compared with gamma alumina and zeolite, the surface area is 745.317 m2 / g .Activated carbon - Cu has the highest adsorption capacity showed by the levels of sulfide ion adsorbed 920, 34 ppm within 12 hours. FTIR results on diesel fuel given adsorbent which has been impregnated Cu shown the reduction in the peak area, the wave number 2670 cm-1 in S-H thiols vibration, meaning that the levels of sulfur on diesel fuel was decreased.
"
2016
S64237
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Material Iignoselulosa didapatkan mempunyai syarat yang baik
sebagai adsorben. Diketahui banwa material Iignoselulosa yang berbeda
mempunyai kapasitas adsorbsi yang berbeda untuk tiap ion Iogam. Pada
penelitian ini serbuk kayu jering (Pithecellobiumjinnga) dimodifikasi dengan
Cara penambanan NaOH dengan konsentrasi mulai dari 1% sampai 10%.
Dari nasil modifikasi NaOH, didapat kondisi modifikasi optimum serbuk kayu
untuk adsorbsi ion Iogam Cu2+, Zn2+, dan Cr3+ adalah modifikasi dengan
penambahan NaOH 8%. Penentuan waktu kontak optimum dilakukan dengan
variasi waktu 0.5, 1, 2, 6, 15, dan 24jam. Didapat waktu kontak adsorbsi
optimum untuk ketiga ion Iogam ini adalah waktu kontak selama 1 jam.
Penentuan model adsorbsi ion Iogam dilakukan dengan variasi konsentrasi
ion Iogam 10, 20, 50, 70, dan 100 ppm. Didapat bahwa model adsorbsi
serbuk kayu untuk ketiga ion Iogam ini Iebin cenderung mengikuti isoterm adsorbsi Langmuir Uji selektifitas serbuk kayu terhadap ion Iogam dilakukan
metode SPE (Solid Phase Extraction) dengan memvariasikan perbandingan
konsentrasi campuran ion Iogam (mulai dari 1:1:1 sampai 2:2:1). Dari data
didapatkan bahwa serbuk kayu tidak selektif mengadsorbsi ion Iogam tertentu
dalam campuran Uji kapasitas tukar kation (KTK) dilakukan dengan
mengelusi ion Iogam di dalam kolom SPE yang sudah diisi serbuk kayu.
Didapat nilai kapasitas tukar kation untuk masing-masing ion Iogam adalah:
CUZ* 135.60 mek/g, Zn” 76.90 mek/g, dan CP* 19.87 mek/g. uji recovery ion
Iogam dilakukan dengan dua Cara pencucian: pencucian menggunakan asam
HCI 0_1 IVI dan base NaOH 0.1 M. Didapat persen recovery dengan
pencucian menggunakan NaOH lebih baik (Cu2* 4_e2%, Zn” 21.6O%, dan
Cr3+ tidak terdeteksi) daripada dengan menggunakan HCI (Cu2+ O.4O%, Zn”
12.48%, dan Cr3+ tidak terdeteksi)"
Universitas Indonesia, 2007
S30454
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Alifia Fadhilah
"Pesatnya perkembangan industrialisasi dan pertambahan penduduk secara besar-besaran telah menyebabkan pencemaran air yang serius. Timbal (Pb) dan tembaga (Cu) merupakan logam berat beracun yang menjadi penyebab utama pencemaran lingkungan karena pengaplikasiannya dalam berbagai industri. Adsorpsi dianggap sebagai salah satu cara efektif yang digunakan dalam mengolah air terkontaminasi logam berat karena pengoperasiannya sederhana, konsumsi energi rendah, sesuai dengan ekonomi sirkular dan pembangunan berkelanjutan. Pada studi ini telah berhasil disintesis hidrogel komposit alginat/gelatin/bentonit (ALG/GEL/BT) yang digunakan sebagai adsorben logam berat Pb2+ dan Cu2+. Hidrogel komposit ALG/GEL/BT dikarakterisasi menggunakan FTIR, SEM-EDX, AAS, dan XRD. Efisiensi adsorpsi ALG/GEL/BT untuk Cu2+ mencapai 79,24% dan kapasitas adsorpsi sebesar 33,97 mg/g. Pada adsorpsi Pb2+, efisiensi yang diperoleh mencapai 98,98% dan kapasitas adsorpsi hingga 43,64 mg/g. Hidrogel komposit ALG/GEL/BT mampu mengadsorpsi secara optimum dengan dosis adsorben 0,07 g, komposisi bentonit 42,9 wt%, temperatur 55 ºC, pH 7, selama 100 menit. Studi kinetika adsorpsi Pb2+ dan Cu2+ menggunakan hidrogel komposit ALG/GEL/BT mengikuti pseudo orde kedua dan model isoterm adsorpsi sesuai dengan Freundlich untuk Pb2+ dan Cu2+.

The rapid development of industrialization and massive population growth have caused serious water pollution. Lead (Pb) and copper (Cu) are toxic heavy metals which causes environmental pollution due to their application in various industries. Adsorption is considered as one of the effective methods used in treating water contaminated by heavy metals due to its simple operation, low energy consumption, in line with circular economy and sustainable development. In this study, an alginate/gelatin/bentonite (ALG/GEL/BT) composite hydrogel was successfully synthesized which was used as an adsorbent for heavy metal Pb2+ dan Cu2+. ALG/GEL/BT composite hydrogel were characterized using FTIR, SEM-EDX, AAS, and XRD. The adsorption efficiency of ALG/GEL/BT for Cu2+ reached 79.24% and the adsorption capacity was 33.97 mg/g. In Pb2+ adsorption, the efficiency obtained reached 98.98% and the adsorption capacity was up to 43.64 mg/g. The ALG/GEL/BT composite hydrogel was able to adsorb optimally with a dose of 0.07 g adsorbent, 42,9 wt%bentonite composition, temperature 55 ºC, pH 7, for 100 minutes. The adsorption kinetics study of Pb2+ dan Cu2+ using the ALG/GEL/BT hydrogel composite followed the pseudo-second order and the adsorption isotherm model according to Freundlich for Pb2+ dan Cu2+."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismunaryo Moenandar
"ABSTRAK
Kinetika kimia adalah salah satu bidang ilmu kimia yang cukup penting. Satu hal yamg karakteristik dalam kinetika kimia adalah persamaan hukum laju suatu reaksi kimia tidak bisa ditentukan oleh persamaan reaksi kimianya samaan hukum laju reaksi bersifat empiris. penelitian reaksi substitusi ion c1" dalam kompleks pentaaminklorokobalt (III)klorida oleh ligan H2O memperlihatkan aspek kinetik yang menarik. Reaksi dilakukan pada suhu 60®C menggunakan asam nitrat sebagai katadis dengan konsentrasi kompleks 0,012 M. Hasil analisis menunjukkan bahwa mekanisme reaksi substitusi ini berorder satu dan harga tetapan laju reaksi sebesar 3,12 X 10-3 untuk konsentrasi katalis 0,3 M dan 2,42 x 10-3 untuk konsentrasi katalis 0,1 M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sasono Wibowo
"ABSTRAK
Limbah organik dapat dimanfaatkan untuk menyerap ionion
logam berat dalain larutan Diduga yang berperan aktif
adalah tannin. Untuk memperbaiki kestabilannya sebagai
adsorben inaka limbah organik dipoliinerisasikan dengan
formaldehida
Matras sabut kelapa mengandung kadar tannin 0,65 /
Polimerisasi yang optimum diperoleh pada kondisi sebagai
berikut perbandingan berat samnpel dan larutan pereaksi
(asamn sulfat 0 1 2 N yang mnengandung 5% (b/b) formaldehida)
1 20 pada suhu 500C selama 2 jam Selanjutnya polimner
diubah dalamn bentuk garaninya dengan merendamn dalamn NaOH
0 1 N Evaluasi sifat polimner yang dihasilkan dilakukan
dengan mnenentukan serapannya terhadap ion Cu2+ dalamn
proses batch
Kemampuan penyerapan polimner ditentukan oleh bentuk
asam atau garamnya pH dan konsentrasi larutan Bentuk
asam (pada pH larutan 4 6) menyerap ± 4 mg/9 adsorben
sedangkan dalam bentuk garain (pada pH larutan 5 3)
menerap :L 9 mg/9 adsorben dari larutan Cu2 100 ppm
Serapan optimal terdapat pada daerah pH 4-4,5 menyerap
i3 4 mg/g adsorben Polimer dalam bentuk asamnya (pada pH
larutan 3) menyerap t3 +4 dan -i-lB mg/9 adsorben dan
larutan 100 750 dan 3500 ppm
Berdasarkan penyerapannya kestabilan tannin dalam
inatras yang tidak dipolimerisasikan dan yang dipolimerisasikan
terhadap pengaruh pencucian, pemanasan dan perendaman
dalam asam atau basa adalah sama Akan tetapi perendainan
lebih dari 24 jam dalam NaOH 1 N serapan matras
yang tidak dipoliinenisasikan cenderung turun dibandingkan
dengan inatras yang telah d.pclinienisasikan

"
1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nastiti Rahayu
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30509
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzan Kamaluddin
"Senyawa kompleks lantanum-perylene telah berhasil disintesis dengan metode Zulys et al (2017). Hasil yang diperoleh berupa padatan berwarna merah-kecoklatan dengan %yield sebesar 56.90%. Studi mengenai kemampuan fluoresensi senyawa kompleks lantanum-perylene sebagai detektor logam berat dipelajari menunjukkan selektivitas terhadap ion logam Cu2+ dan Pb2+ pada pH netral dan pH yang lebih tinggi (pH 12). Adanya penambahan ion logam Cu2+ dan Pb2+ menandakan senyawa kompleks lantanum-perylene merupakan fluorosensor tipe on-off, terlihat dari adanya pemadaman intensitas fluoresensi. Sedangkan pada penambahan ion logam seperti Ni2+, Co2+, dan Cd2+ tidak menunjukkan perubahan yang signifikan pada pH netral maupun pH yang lebih tinggi. Senyawa kompleks lantanum-perylene dapat mendeteksi ion logam Cu2+ pada rentang konsentrasi dari 1x10-4 M hingga 1x10-8M  dan ion logam Pb2+ pada rentang konsentrasi dari 1x10-4 M hingga 1x10-6M.

Lanthanum-perylene complex compounds has been synthesized by Zulys et al. (2017) method. The results obtained in the form of red-brown powder with the percent yield of 56.90%. The fluorescence properties of lanthanum-perylene complexes as heavy metal detectors showed selectivity to Cu2+ and Pb2+ metal ions at the neutral pH (pH 7) and higher pH (pH 12). The addition of Cu2+ and Pb2+ metal ions resulted in the quenching of fluorescence intensity, which indicates the lanthanum-perylene complex is an on-off fluorosensor. Whereas the addition of metal ions such as Ni2+, Co2+, and Cd2+ does not show any significant change in the neutral or higher pH.  Furthermore, lanthanum-perylene complex was able to detect Cu2+ metal ions in the concentration range from 1x10-4M to 1x10-8M as well as Pb2+ metal ions in the concentration range from 1x10-4M to 1x10-6M."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rustikawati
"Ligan 2- 1,5-difenil-4,5-dihidro-1H-pirazol-3-yl piridin telah berhasil disintesis melalui reaksi kondensasi Claisen Schmidth dan reaksi Wolf Kischner. Hasil yang diperoleh berupa endapan berwarna kuning kemerahan dengan yield 45,75 . Ligan dikarakterisasi menggunakan 1HNMR, FT-IR dan spektrofotometer UV-Visible. Ligan berhasil dikomplekskan dengan logam transisi Fe3 dan Cu2 dengan rasio mol terbaik ligan dengan logam 3:1.
Analisis kompleks ligan dengan spektrofotometer UV-Visible menunjukkan terjadinya pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih besar pada kompleks Fe3 red shift yakni dari 375 nm menjadi 412 nm. Sedangkan pada kompleks ligan dengan logam Cu menunjukkan pergeseran panjang gelombang kearah yang lebih kecil blue shift yakni dari 229 nm menjadi 212 nm. Aplikasi kompleks ligan dengan logam transisi sebagai fluorosensor untuk ion sianida dilakukan dengan menggunakan spektroflurometer.
Hasil studi menunjukkan bahwa kompleks ligan Fe dapat dijadikan fluorosensor tipe turn off untuk ion sianida karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas fluoresens dan pergeseran puncak serapan maksimum ligan. Ligan dapat mendeteksi ion CN- pada konsentrasi 10-6 M. Komplek ligan dengan logam Cu juga dapat dijadikan sebagai fluorosensor tipe turn on untuk ion sianida karena penambahan ion ini menyebabkan peningkatan intensitas fluoresensi seiring meningkatnya konsentrasi ion sianida. Kompleks Fe-Ligan dan Cu-Ligan mampu mendeteksi ion sianida dengan konsentrasi sekitar 10-6 M.

Ligand 2 1,5 diphenyl 4,5 dihydro 1H pyrazole 3 yl pyridine has been synthesized used Claisen Schmidth method and Wolf Kischner reaction. the result was white yellowish precipitate with yield 45.75 . The ligand was characterized by HNMR, FT IR, and UV Visible. Ligand was complexation with metal transitions Fe and Cu by chelating method, with the best mole ratio chelating is 0.15 1 mole mole.
Ligand complexes with Fe analysis by UV Visible spectrophotometer shows the wavelength shift towards greater red shift, ie from 375 nm to 412 nm. While the ligand complexes with Cu shows a wavelength shift toward smaller blue shift , ie from 229 nm to 212 nm. Applications ligand complexes with transition metals as fluorosensor for cyanide ions by using spektroflurometer.
The study results show that Fe ligand complexes can be used as a type fluorosensor turn off for cyanide ions because of the addition of these ions cause a decrease in fluorescence intensity and the shift of the maximum absorption peak ligand. Ligands can detect CN ions at a concentration of 5x10 6 M. Cu ligand complexes can also be used as a type fluorosensor turn on for cyanide ions because of the addition of these ions causes an increase in fluorescence intensity with increasing concentrations of cyanide ion ligands are able to detect the concentration of cyanide ion with 5x10 6 M
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sokdiah
"
Aluminium oksida (A1203) atau alumina banyak digunakan sebagai adsorben Sifat-sifatnya antara lain mempunyai luas permukaan yang besar dan kekuatan mekanik yang tinggi Titanium dioksida (Ti02) juga dapat digunakan sebagai adsorben, tetapi penggunaannya tidak seluas pemakaian alumina karena luas permukaannya yang agak kecil dan kekuatan mekaniknya yang jauh lebih rendah dari alumina Dalam hal mengadsorpsi ion Cu2+ dalam larutan amoniakal, Ti02 mempunyai daya adsorpsi yang lebih besar bila dibandingkan dengan Al203 Dalam penelitian mi, TiC14-CC14 dumpregnasikan pada untuk memperoleh adsorben Ti02-A1203 adsorben mi diuji kemampuan adsorpsinya dalam larutan a12°3 Selanjutnya Cu (II) amoniakal Percobaan dilakukan dengan metoda statis (pengguncangan) dengan mencari kondisi terbaik untuk adsorpsi seperti waktu kontak dan pH larutan Diamati juga pengaruh penambahan kuat ion dan isoterm adsorpsi Kesetimbangan adsorpsi tercapai setelah pengguncangan selama 15 menit dan adsorpsi terbaik dapat terjadi pada pH 7 Kemampuan adsorpsi Ti02-A1203 menunjukkan peningkatan Adsorpsi ion Cu2+ dan 11 dibandingkan Al203 tanpa impregnan dalam larutan amoniakal terjadi secara spesifik dan elektrostatik Banyaknya ion Cu2+ yang teradsorpsi secara umum Ion Cu2+ yang teradsorpsi dipengaruhi oleh penambahan ion lain berkurang dengan ditambahkannya KN03 Isoterm adsorpsi dengan kisaran konsentrasi 150 hingga 500 ppm dapat mengikuti isoterm adsorpsi Freundlich maupun Langmuir"
1994
S29917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>