Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Estuti Budimulyani
"Senyawa lingkar diamine,5,5,7 trimetyl-1,4 diazepane,
tmdz, dapat dibuat melalui reaksi reduksi senyawa 5,7,7,
trimetyl-2,3,6,7-tetrahydro-1H-1, 4 diazepin (thd) oleh senyawa
boron hidrida dalarn pelarut metanol.
Senyawa thd mi dibuat dengan cepat dari reaksi antara
ethadiamin dengan 4-metilpent--3-en-2-on (mpo).
Tetapan kesetimbangan dari senyawa kompleks Ni (tmdz) 2 dan
Cu (tmdz) 2 diperoleh dari garam Nikel (II); Tembaga (II)
Perkhlorat yang direaksikan dengan senyawa tmdz yang telah
diisolasi dalam suasana sedikit asam.
Dari kesetirnbangari ion kornpleks H (tmdz) 22 M2+2tmdz
(H = Ni/Cu), ditentukan konsentrasinya massing-masing species
untuk memperoleh harga tetapan kesetimbangannya
Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofoto
meter UV-Vjs., ternyata tetapan kesetimbangan penguraiannya sangat kecil atau tetapan kesetimbangan pembentukannya sangat
besar. -
Hal mi menunjukkan bahwa senyawa kompleks yang terbentuk
cukup stabil. Reaksi kimia
Ni (tmdz) 2 Ni+ 2 tmdz
Cu (tmdz) 2 Cu2 + 2 tmdz
Dari hasil penelitian mi juga diketahui hanya satu tetapan
kesetirnbangan penguraian bagi kedua senyawa tersbut.
Pada percobaan mi dengan membuat variasi konsentrasi
ligan yang semakin besar, sedang konsentrasi ion pusat tetap
diperoleh konsentrasi ion-ion Ni dan ion-ion Cu yang
bebas di dalam larutan semakin kecil.
Untuk menentukan kemurnian ion kompleks Cu(tmdz)22+
dan Ni(tmdz) 2 dilakukan dengan analisa gravimetni"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fajar Hermansyah
"Akhir-akhir ini, industri semen dan beton semakin sering disorot, khususnya oleh para pecinta lingkungan. Ini disebabkan emisi karbon dioksida, komponen terbesar gas rumah kaca, yang dihasilkan dari proses kalsinasi kapur dan pembakaran batu bara. Isu lingkungan ini tampaknya akan memainkan peran penting dalam kaitan dengan isu pembangunan berkelanjutan di masa mendatang. Hal ini menuntut para ilmuwan dan engineer untuk mencari cara untuk mengurangi emisi karbon dioksida, misalnya dengan mengurangi penggunaan semen dalam konstruksi.
Perkembangan mutakhir yang menjanjikan saat ini adalah penggunaan abu terbang sepenuhnya sebagai pengganti semen portland lewat proses yang disebut polimerisasi anorganik (geopolimer). Kegunaan abu terbang pada sejumlah proyek infrastruktur selain lebih ramah lingkungan, mengurangi jumlah energi yang diperlukan karena berkurangnya pemakaian semen portland, lebih awet dan lebih murah, bahan ini juga tetap menunjukkan perilaku mekanik memuaskan.
Dalam penelitian ini material geopolimer menggunakan bahan dasar abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash) sebagai pengganti agregat halus, dimana bahan-bahan tersebut diklasifikasikan sebagai limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 85 Tahun 1999.

Recently, industry cement and concrete progressively is often floodlighted, specially by environmental community. This is caused by carbon dioxide emission, biggest component of glasshouse gas, is yielded of process tilery calsinasion and coal combastion. This environmental issue seems will play important role in relation to issue development of have continuation in period to come. This matter claim man of sciences and engineer to look for the way to lessen the carbon dioxide emission, for example by lessening usage of cement in construction.
Recent growth which promise in this time is usage of fly ash fully in the place of cement portland pass the process of so-called inorganic polymerize (geopolymer). Usefulness of fly ash at a number of infrastructure projects besides friendlier environment, lessen the amount energy needed because decreasing of usage of cement portland, more cheaper and durabel, this materials also fixed show behavior of mechanic characteristic.
In this research, geopolymer material use the elementary materials fly ash and bottom ash in the place of smooth aggregate, where the materials is classified as waste B3 pursuant to PP No.18 1999 and PP No. 85 1999.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35793
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aritonang, Anthoni B.
"Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Kompleks Inti ganda Rutenium (ll)-2,2 bipiridin dan 2,9-dimetil 1,10-fenantrolin dengan 4,4'-bipiridin sebagai ligan jembatan XV + 66 halaman, gambar, label, lampiran Telah dilakukan sintesis senyawa kompleks [RuL2CI2] dari RuCI3.3H20 dengan perbandingan stoikiometri Ru : L = 1 : 2 mol dimana L ;2,2-bipiridin {bpy) atau 2,9-dimetil 1,10-fenantroiin(dmfen) dalam pelarut dimetilformamida (DMF), menghasilkan [Ru(bpy)2CI2] dan [Ru(dmfen)2CI2]. Adanya serapan pada X 432,5 ; 449,8 dan 465,0 nm dengan nilai absortivitas molar (e)=17500, 15300 dan 4200 Lcm~1mor1, menunjukkan transisi metal to ligan charge transfer (MLCT), mengindikasikan bahwa kompleks terbentuk dengan spin rendah dari ion pusat Ru(ll). Substitusi ligan gugus jembatan 4,4"-bipiridin (bpy') pada kompleks awal RuL2CI2 dengan adanya ion CIO"4 sebagai pengendap (counter ion) menghasilkan senyawa kompleks [Ru(bpy)2Clbpy']CIO4 dan [Ru(dmfen)2Clbpy']CIO4. Pergeseran puncak serapan kompleks awalnya diamati pada panjang gelombang yang lebih kecil (hipsokromik).Hal ini menunjukkan bahwa ligan bpy' telah terkoordinasi pada ion pusat Ru (II) melalui satu sisi koordinasi. Selanjutnya sisi koordinasi bpy yang belum berikatan dimanfaatkan untuk berikatan dengan ion Ru(ll) yang lain membentuk kompleks inti ganda. Kompleks ini dibuat dengan perbandingan stoikiometri [RuL2CI2] : bpy' = 1:2 mol sehingga diperoleh senyawa kompleks inti ganda [(bpy)2RuClbpy'CIRu(bpy)2](CI04)2 dan [(dmfen)2RuClbpy'CIRu(dmfen)2](CIO4)2. Karakterisasi puncak serapan kompleks [Ru(bpy)2Clbpy']CI04 dan [(bpy)2RuClbpy'CIRu(bpy)2KCIO4)2 di daerah tampak masing-masing terjadi pada X 671,1 dan 675,0 nm dengan nilai E berturut-turut 400 dan 200 Lmol^cm"1 yang menunjukkan adanya transisi %g - 1Tig dalam internal orbital d Ru(ll). Transisi ini tidak teramati dengan jelas pada keempat senyawa kompleks hasil sintesis dengan ligan dmfen. Pergeseran puncak serapan pada daerah infra merah yang dihasilkan dari vibrasi C=N dan C=C aromatis ligan, serta adanya serapan baru pada bilangan gelombang 400 - 100 cm"1 yang berasal dari vibrasi (M-CI) dan (M- N), menunjukkan telah terbentuk senyawa kompleks. Kompleks Ru(ll) dengan bpy menghasilkan dua puncak serapan dari v(M-N) dan (M-CI) dan didukung oleh data serapan transisi MLCT yang masing-masing mempunyai dua puncak serapan, menunjukkan bahwa kompleks yang terbentuk memiliki simetri C2v dengan isomer-cis. Vibrasi tersebut pada kompleks Ru(ll) dengan dmfen masing-masing memberikan hanya satu puncak serapan, demikian juga transisi MLCTnya, menunjukkan bahwa kompleks yang terbentuk memiliki simetri D4h dengan isomer-trans.

Synthesis and characterisation of polynuclear complexes compound of Rutenium (ll)-2,2-bipiridyl, 2,9-dimethyl 1,10-phenantroline with 4,4'-bipiridyl as bridging ligand.
Complexes compound [RuL2Cl2] have been prepared from RuCI3.3H2O, using mole ratio of Ru : L = 1 : 2, (L=2,2-bipiridyl or 2,9-dimethyl 1,10-phenantroline ligand) in dimethyl formamide (DMF) solvent, and result of [Ru(bpy)2CI2] and [Ru(dmfen)2CI2], Spectrum absorbtion of metal to ligan charge transfer (MLCT) at X 432,5 ; 449,8 and 465,0 nm with molar absorbtivity (e) 17500, 15300 , 4200 Lmole'W, showed that complexes were formed of low spin with Ru (II) as center ionic. Sunstitution 4,4'-bipiridyl as bridging ligand to [Rul^Cb] using mole ratio 1:1, and CIO"4 as counter ionic were added results [Ru(bpy)2Clbpy']CIO4 and [Ru(dmfen}2Clbpy']CIO4 . The blue shift peak were caused of substitution effect, showed that the bridging ligand were coordinate on Ru (II) center ion only one side. While the other side were able to coordinate with another Ru(ll)b ion, formed tha polynuclear complexes compound. The polynuclear complexes compound have been sinthesized using mole ratio [RuL2CI2]: bpy' = 2 : 1. Addition C!O~4 as counter ion, results t(bpy)2RuClbpy'CIRu(bpy)2](CIO4)2and[(dmfen)2RuClbpy'CIRu(dmfen)2]. Caracterization of complexes [(bpy)2Clbpy']Cl04 and [(bpy)2RuClbpy'C!Ru(bpy)2](Cl04)2 pectrum in visble range at X 671,1 and 675,0 nm with e = 400 and 200 Lmole"1cm"1 from 1Aig - 1Tig electronic transition or d -d. Infared spectrum showed peak of vibration C=N and C=C aromatic ring have been shifted and formation of peaks at 400 - 100 cm"1 from M-N and M-CI vibration, which mean the complexes were formed. Each of [Ru(bpy)2Cl2], [RU(bpy)2Clbpy']CIO4 and [(bpy)2RuClbpy'CIRu(bpy)2](CIO4)2 gives two peaks from v(M-N) and v(M-CI) and two peaks from MLCT electronic transition. These result indicate that complexes compound formed with simmetry C2v and isomer-cis. The complexes of Ru with dmfen ligand give each one peak from vibration (M-N), (M-CI) and MLCT transition, indicates these complexes formed D4h simmetry with trans-isomer
"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1995
R 546.03 ENC II
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Rahadjeng
"Telah dilakukan penelitian tentang sintesis senyawa koordinasi inti ganda krom(III)-polipiridil dengan ligan gugus jembatan 4,4'-bipiridin dan pyrazin (L'). Ligan polipiridil yang digunakan adalah 1,10-phenantrolin dan 2,2'-bipiridin (L). Sintesis dilakukan berdasarkan penentuan stoikiometri antara krom(III)-ligan polipiridil-ligan gugus jembatan secara spektrofotometri.
Berdasarkan penentuan stoikiometri, diperoleh perbandingan mol krom(III):L=1:3, yang berarti bahwa rumus molekul senyawa koordinasi krom(III)-L adalah [CrL3]3+. Senyawa koordinasi ini berstruktur rang oktahedral yang mengandung enam ikatan koordinasi antara atom-atom N pada ligan L dengan ion krom(III).
Senyawa koordinasi [CrL2L'2]3+ disintesis melalui subtitusi 4,4'-bipiridin dan pyrazin pada [CrL3]3+. Formula tersebut mempunyai perbandingan mol krom(III):L:L'=1:2;2 yang diperoleh melalui penentuan stoikiometri. Berdasarkan perbandingan stoikiometri ini selanjutnya disintesis senyawa koordinasi [Cr(phen)2(bpy')2]3+ , [Cr(phen)2(pyz)2] 3+, [Cr(bpy)2(bpy')2]3+ , [Cr(bpy)2(pyz)2] 3+
Senyawa koordinasi [CrL2L'2]3+ terbentuk melalui tahapan pembentukan senyawa [CrL2(H2O)L'] 3+ dengan perbandingan mol krom(III):L:L'=1:2:1 yang cukup stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa ligan gugus jembatan terikat pada ion krom(III) melalui satu sisi koordinasi, sedangkan sisi koordinasi yang lain masih bebas. Sisi koordinasi yang masih bebas ini mampu mengikat ion krom(III) lainnya sehingga terbentuklah senyawa koordinasi inti ganda.
Senyawa koordinasi inti ganda krom(III) - ligan polipiridil - ligan gugus jembatan disintesis berdasarkan perbandingan mol krom (III):L:L'=2:4:1 ([L2(H2O)CrL'Cr(H2O)L2]6+). Senyawa koordinasi yang disintesis adalah [(phen)2 (H2O) Cr(bpy')Cr(H2O)(phen)2]6+, [(phen)2(H2O)Cr(pyz)Cr(H2O)(phen)2]6+, [(bpy)2(H2O)Cr(bpy')Cr(H2O)(bpy) 2]6+, dan [(bpy)2(H2O)Cr(pyz)Cr(H2O)(bpy) 2]6+.
Karakterisasi senyawa koordinasi hasil sintesis ([CrL3]3+, [CrL2L'2]3+ dan [L2(H2O)CrL'2Cr(H2O)L2]6+ di daerah ultraungu dekat-tampak menunjukkan adanya transisi elektronik dari 4A2g à 4T2g1 4A2g à a4T1g dan 4A29 à b4T19. Hal ini mengindikasikan adanya transisi d-d.
Dari spektrum IR yang diperoleh dapat disimpulkan adanya substitusi ligan gugus jembatan pada senyawa koordinasi [CrL3]3+ mengakibatkan pergeseran puncak serapan. Adanya puncak baru di daerah 400-450 cm-' mengindikasikan adanya vibrasi M-N yang berarti senyawa koordinasi telah terbentuk.
Pola difraksi sinar-X pada senyawa koordinasi hasil sintesis menunjukkan sudut 20 dan intensitas maksimum yang berbeda satu sama lain. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan bidang-bidang hal dalam kristal senyawa-senyawa koordinasi tersebut.

Synthesis and characterization of polynuclear coordination compounds of chrom(III)-polypiridyls with bridging ligands of 4,4'-bipiridine and pyrazine;Synthesis and characterization of polynuclear coordination compounds of chrom(III)-polypiridyls with bridging ligands of 4,4'-bipiridine and pyrazine.
Polynuclear coordination compounds of chrom(lll)-polypiridyls with bridging ligands of 4,4'-bipyridine and pyrazine (l') have been synthesized using 1,10- phenanthroline and 2,2'-bipyridine (L). The compounds were prepared based on the stoichiometry between chrom(lll)-polypiridyls-bridging ligands determined by spectra photometry.
The mole ratio of chrom(lll):polypiridyls ligands was 1:3 which means that the formula of the chrom(lll)-polypiridyls coordination compounds were [Crl3]3+. The,compounds have octahedral structure with six coordination bond which was fanned,through the,N atoms of the L ligands.
The coordination compounds [CrL2L'2]3+ were synthesized by substitution of bridging ligands 4,4'-bipyridine and pyrazin on [CrL3]3+. This formula was determined by the stoichiometry of chrom(III):L:L'=1 :2:2. Based on these results coordination compounds of [Cr(phen)z(bpy'h)3+. [Cr(phen)z(pyz)2]3+, [Cr(bpy)2(bpy'h]3+, [Cr(bpyh(pyz)2]3+ were synthesised. The coordination compounds [CrL2L'2]3+ were formed through the formation step of stable compound [Crl2{H20)L']3+ using mole ratio of chrom(III):L:L'=1:2:1. This results showed that the bridging ligands coordinated chrom(lll) ion only on one side, while the other side was able to coordinate with another chrom(lll) ion to form the polynuclear coordination compounds.
The polynuclear compounds chrom(lll}-polypiridyl ligands-bridging ligands were synthesised with mole ratio chrom(III}:L:L';::2:4:1 {[L2(H20)CrL'Cr(H20)LiJ'"". The compounds were [(phen)2(H20)Cr(pyz}Cr(H20}(phen)2]8+, [ (b py)2(H20)C r(pyz)Cr(H20)(bpy)2]&+. [(phen)2(H20)Cr(bpy')Cr(H20)(phen)iJ&+, [(bpy)2{H20)Cr{bpy')Cr(H20)(bpy)2]6+, Characterization of synthesized coordination compounds [Cr4]3+ , [CrL2L'2]3+, and [L2(H20)CrL'Cr(H20)L2]&+ using UV-VIS spectrum showed the electronic transition 4A2g -7 ~29 , 4A2g -7 a+r1g , 4A2g -7 b"T19 . This result indicates the d-d transition.
From the IR-Spectra, it can be concluded that the substitution of the bridging ligands on to [Cr4]J+ causes peak shift. The formation of a new peak at 400-450 cm·1 were related to M-N vibration which means the coordination compounds were fanned. X-ray diffraction studies of the synthesized coordination compounds show different 29 angles and the maximum intensities. This result indicates the difference in the hkl planes on the crystals.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuliwarni
"Deteksi secara elektrokimia dari campuran larutan As3+ dan As5+ dalam larutan yang mengandung ion Au3+telah dilakukan dengan Metode Anodic Stripping Voltammetry menggunakan elektroda kerja glassy carbon. Elektroda platina digunakan sebagai elektroda pendukung, dan elektroda reference Ag/AgCl. Metode yang digunakan berdasarkan stripping oksidasi dari As0 yang terdeposit pada elektroda karbon. Kondisi optimum yang diperoleh untuk deteksi As3+ diperoleh pada potensial deposisi -500 mV, waktu deposisi 180 detik, dan scan rate 100mV/s. Sedangkan untuk mereduksi As5+ dibutuhkan potensial yang lebih besar(negatif) untuk memenuhi energi aktifasi As5+. Sehingga kondisi optimum yang digunakan untuk deteksi As5+ adalah pada potensial -1500mV, waktu deposisi 60 s, dan scan rate 200 mV/s. Dengan mengaplikasikan kedua kondisi tersebut As3+ dan As5+ dapat dibedakan dalam campuran dengan perhitungan secara matematis. Respon linier diamati untuk larutan As3+ pada daerah konsentrasi 0- 35 ppm (R2 = 0,985) , dan untuk larutan As5+ pada daerah konsentrasi 0- 250 ppm (R2 = 0,971). Batas deteksi 3,56 dan 31,05 ppm dapat dicapai untuk masing-masing As3+ dan As5+ dalam campuran larutan. Kedapatulangan yang baik diperoleh untuk stripping voltammetry dari As3+ dan As5+ dengan (n = 15) RSD sebesar 3,95 % dan 3,54 %.

Electrochemical detection of mixture solutions of As3+ and As5+ in the presence of Au3+ has been investigated by stripping voltammetry at glassy carbon electrodes. The method was performed based on stripping oxidation of As0 deposited at the electrode surface. Whereas As3+ can be deposited by simple electrochemical reduction of As3+ to As0 at -500m V (vs. Ag/AgCl), much higher potential is required to overcome the activation energy of As5+ reduction. Optimum condition for As3+ deposition observed at the potential of -500 mV, scan rate of 100 mV/s and deposition time of 180 s. On the other hand, optimum condition for As5+ deposition was achieved at the potential of -1500 mV, scan rate of 200 mV/s and deposition time of 60 s. Therefore, to differentiate As3+ and As5+ quantification in a mixture solution, both stripping voltammetry methods should be performed and calculated mathematically. Good linear responses were observed for each standard solution of As3+ and As5+. Linear calibration curve could also be achieved for a series concentrations of 50-250 ppm As5+ (r2 = 0.971) and for a series concentrations of 0?35 ppm As3+(r2 = 0.985). Detection limits of 3,56 ppm and 31,05 ppm can be achieved for As3+ and As5+ in a mixture solution, respectively. Good reproducibility was shown for stripping voltammetry of As3+ and As5+ with an RSD (n = 15) of 3,95% and 3,54%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septian Rahmat Adnan
"Lapisan tipis Barium Zirkonium Titanat (BaZrxTi1-xO3) dengan doping lantanum telah berhasil ditumbuhkan diatas substrat Pt/Si denga metode sol gel yang dilanjutkan dengan spin coating. Proses yang dilakukan dalam pembuatan lapisan tipis terdiri dari tiga tahap yaitu, pembuatan larutan, proses spin coating, dan proses annealing. Beberapa parameter ditetapkan untuk mendapatkan optimalisasi proses pembuatan lapisan tipis yang meliput jenis substrat, jumlah lapisan, dan temperatur annealing. Optimalisasi didapatkan pada lapisan tipis yang tumbuh pada susbtrat Pt/Si dengan temperatur annealing 800°C. Tingkat kekristalan dan polarisasi listrik spontan optimal pada lapisan tipis BZT didapatkan pada komposisi BaZr0.1Ti0.9O3. Pada variasi jumlah mol dopan didapatkan polarisasi listrik spontan optimum pada 1% mol dopan dengan nilai polarisasi listrik spontan 25 μC/cm2.

Barium Zirconium Titanate thin films (BaZrxTi1-xO3) doped by lanthanum have been developed in Pt/Si substrates by using sol gel method followed by spin coating. Process was done by three steps which are solvent preparation, spin coating, and annealing process. Optimum parameters were done by varying substrate, quantity of layers, and annealing temperature. The optimum parameters of BZT thin film was found on 800°C for temperature of annealing process, the optimum crystalline film and electrical spontaneous polarization was found on BaZr0.1Ti0.9O3 and doped by 1% mol of lanthanum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1925
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Tussiono
"ABSTRAK Teknologi yang semakin modern dan canggih menuntut peneliti untuk bekerja lebih giat, tidak hanya pada bidang dengan cakupan skala mikro akan tetapi pada skala nano. Seperti halnya penelitian kali ini akan dicoba disintesis membran anorganik silika MCM-48 dengan skala nano. Membran anorganik silika MCM-48 memiliki struktur kubik dengan aliran tiga dimensi. MCM-48 mempunyai selektifitas cukup tinggi pada pemisahan cair-cair atau gas-gas, serta sangat bagus dipergunakan dalam proses katalisis. Membran ini dapat disintesis pada membran pendukung yang terbuat dari zeolit Malang dan clay Lampung dengan metode hidrotermal. Komposisi larutan dengan perbandingan mol yang digunakan untuk membuat MCM-48 adalah TEOS : CTABr : NaOH : H2O = 1 : 0,5 : 5,0x10-3 : 61. Hasil IR menunjukkan bahwa clay sebagai binder material mempunyai kemiripan komposisi dengan zeolit sebagai bahan support. Setelah pelapisan, hasil XRD terlihat puncak difraksi MCM-48 pada 2? = 2,24 dan 2,54. Hal ini membuktikan membran MCM-48 berhasil disintesis. Foto SEM menunjukkan tebal film MCM-48 mencapai sekitar 5?m. Pada foto permukaan, terlihat homogenitas distribusi Si dipermukaan support. Pada foto melintang, terlihat ada penyebaran unsur Si yang merata antara sisi support dan film MCM-48, dan terbentuknya nanokomposit MCM-48/support. Analisis dengan EDX juga membuktikan hal ini. Analisis gas permeasi N2 pada membran membuktikan ada kontribusi aliran viskus, hal ini mengindikasikan ukuran pori MCM-48 tidak terdistribusi seragam. Hasil filtrasi biodiesel terlihat terjadi pemudaran warna. Analisa dengan spektrofotometer UV-Vis memperlihatkan spektra serapan UV-Vis adanya penurunan nilai absorbansi pada hasil penyaringan. Kadar FFA pada biodiesel hasil filtrasi mengalami penurunan dari 0.57% menjadi 0.26%. Kata kunci: MCM-48; CTABr; gas permeasi; membran; TEOS."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Septian Rahmat Adnan
"ABSTRAK
Model dinamis Landau Khalatnikov di gunakan untuk mempelajari energi bebas Gibbs
dan kurva histeresis lapisan tipis Barium Zirkonium Titanat (BZT) dengan doping Lantanum dan
Indium. Model statis Landau Devonshire juga di pelajari dengan bahan yang sama. Hasil model
digambarkan dan dianalisis menggunakan pogram Delphi 6 buatan mandiri yang dijalankan pada
Windows. Kedua hasil model dibandingkan dengan kurva hasil eksperimen yang diukur
menggunakan rangkaian Sawyer-Tower. Hasil kesesuaian model dan eksperimen di tunjukan
oleh R-Weighted Pattern (Rwp), yang merupakan perhitungan satistik untuk menunjukan
kesalahan. Beberapa parameter seperti frekuensi, amplitudo medan listrik dan faktor skala
divariasikan untuk merubah model secara halus. Hasil menunjukan nilai Rwp kurang dari 10%
menunjukan model cukup memuaskan.

ABSTRACT
Dynamic Landau Khalatnikov model is utilized to study Gibbs free energy and hysteresis
curves of Barium Zirconium Titanate (BZT) thin films doped by Lanthanum and Indium. The
static Landau-Devonshire was also explored for the same cases. The model is plotted and
analysed using home made Delphi 6 program running on Windows platform. Both model is the
compared with the experimental hysteresis curves which were measured by using Sawyer-Tower
circuit. The matching of the model and experiment is indicated by R-Weighted Pattern (Rwp),
which is a statistical number to indicate the discrepancy. By varying the adjustable parameters
such as frequency, energy amplitude and scale factor to model was slowly modified. The results
showed that Rwp was less than 10% that indicates the model is satisfactory."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T39126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>