Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139800 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatimah Nisma
"RINGKASAN
Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian unsur-unsur lantanida terus meningkat. Unsur lantanida umumnya ditemukan dalam bentuk campuran dengan unsur lantanida lainnya dalam batuan. Untuk memperoleh unsur lantanida murni dibutuhkan teknik pemisahan yang selektif dan efesien. Ekstraksi pelarut adalah salah satu teknik pemisahan yang banyak dikembangkan sejalan dengan sintesa ligan-ligan baru.
Kriptan adalah ligan makrosiklik yang dapat terprotonasi dengan satu atau duo ion I1 dalam bentuk (LW) dan (LH2)}2. Bentuk ini mampu membentuk kompleks dengan ion logam secara selektif berdasarkan kesesuaian ukuran jari-jari kation logam dengan ukuran rongga kriptan terprotonasi, jenis anion dan kepolaran pelarut yang sesuai. Bentuk kompleks ini dimanfaatkan untuk pemisahan ion lantanida, baik sebagai individu ataupun kelompok.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan selektifitas ekstraksi kompleks Sm*3, Eu+3 dan Yb+3 yang baik, dengan kriptan [2.2.1) dan [2.2.2]_ Selanjutnya hasil yang diperoleh digunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi untuk pemisahan ketiga ion logam tersebut Dipelajari pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, jenis dan konsentrasi pasangan anion terhadap %E dan Log D kompleks yang terbentuk dengan pelarut kloroform. Pengaruh kepolaran pelarut dipelajari dengan menggunakan pelarut murni dan pencampuran pelarut 0-10% kloroform dalam n-heksana, 0-10% diklorometana dalam n-heksana, 0-10% n-heksana dalam kloroform, 0-10% n-heksana dalam diklorometana dan 040% toluen dalam kloroform. Pengaruh pasangan anion pada komposisi kepolaran pelarut 0-100% diklorometana dalam kloroform, dipelajari dengan menggunakan pasangan anion kiorida, asetat dan pikrat.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa selektifitas pemisahan kompleks lantanida kriptat [2.2.11 dan [2.2.21 dipengaruhi oleh pH larutan logam, jenis pasangan ion dan kepolaran pelarut fasa organik yang digunakan_ Kompleks Ln-Hkriptat [2.2.1] mempunyai selektifitas ekstraksi yang tinggi pada pH 3.0 dan terendah pada pH sekitar 5.0. Selektifitas ekstraksi kompleks Ln-Hkriptat [2.2.2.1 diperoleh tinggi pada pH 5.0, dan terendah pada pH sekitar 3.0. Selektifitas ekstraksi ketiga logam pada pH ± 5.0 diperbesar dengan menambahkan pikrat dan asetat sebagai pasangan anion dan mengatur kepolaran pelarut fasa organik. Dari hasil pengaruh komposisi kepolaran pelarut, selektifitas ekstraksi logam Sm dengan Yb atau Eu-kriptat [2.2.1] pasangan ion klorida diperoleh pada kepolaran pelarut rendah (komposisi pelarut 4-10% kloroforn dalam nheksana). Sedangkan selektifitas Eu dengan Yb-kriptat [2.2.1] diperoleh pada kepolaran pelarut tinggi (komposisi pelarut 0-3% n-heksana dalam diklorometana). Selektifitas ekstraksi kompleks Eu dengan Sm atau Yb-kriptat [2.2.21 klorida terjadi pads kepolaran pelarut rendah (komposisi 2-5% kloroform dalam n-heksana), sedangkan selektifitas pemisahan kompleks Srn dengan Yb-kriptar [2.2.2] klorida terjadi pads kepolaran pelarut tinggi (komposisi 70-90 % diklorometana dalam kloroform).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] maupun [2.12] pikrat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-40 % diklorometana dalam kloroform). Sedangkan selektifitas ekstraksi Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran pelarut sedang (0 % diklorometana dalam kloroform), sebaliknya selektifitas Sm dengan Eu-kriptat [2.2.1] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (100 % diklorometana).
Selektifitas pemisahan Sm dengan Yb-kriptat [112] asetat diperoleh pada kepolaran tinggi (komposisi 30-100 % diklorometan dalam idoforom).
ABSTRACT
The Effect of pH, Anion Pairs and Mixed Composition of Solvents on Extraction
Selectivity of Metals Sm (III), Eu (III) and Yb (III) with Eryptand [2.2.1] and [2.2.2]Along with the development of science and technology, the use of lanthanides elements have continuously increased. Generally, lanthanides can be found as a mixture with other lanthanide elements in minerals. To get pure lanthanides, it needs a selective and efficient separation technique. Solvent extraction is one of the separation technique studied due to the synthetize of new ligands.
Cryptands are macrocyclic ligand (L) that can be protonated with one or two 1r ions to form (LW) and (LH2+2). This protonated ligand can from complexes selectively with metal ion, a complex metals ion based on appropriateness of the diameter of ions with the cavity size of the protonated cryptands. Due to differrent polarity of pair ion complex formed the extraction selectivity were studied with different anion. By using various solvent polarity, the extraction selectivity can be improved. A protonated cryptands can be used for separating lanthanides ion whether individual or groups lanthanides.
The aim of this research is intends to find a better extraction selectivity of Sm+3, Eu+3 dan Yb+3 by using cryptands [2.2.1] and 12.2.2] as complexing agent The result be used to study the feasibility of to separate the three ions (by extraction method). The effect of pH, the type and the concentration of cryptands, the type and the concentration of anion pairs (chloride, picrate and acetate) were studied in chloroform . The impact of solvent polarites were using pure solvent (chloroform, n-hexane, toluene and dichloromethane). Furthur studied were carried out using mixed solvent e.q : 0-10% chloroform in n-hexane, 0-10% dichloromethane in n-hexane, 0-10% n-hexane in chloroform, 0-10% n-hexane in dichloromethane and 0-10% toluene in chloroform. The effect of anion pairs were studied with mixed solvents of 0-100% dichloromethane in chloroform.
The results showed that the separation selectivity of lanthanides-cryptates [2.2.1] and [2.2.2] complex was influenced by the pH of metal solution, the type of pair ion and the polarity of the organic phase. Ln-Hcryptate[2.2.1] complexes had a hight extraction selectivity at pH 5 3.0 and lower at pH 5.0. The extraction selectivity of Ln-Hcryptate [2.2.21 complexs showed bight at pH ? 5.0 and lower at pH 3.0. The extraction selectivity of third metals at pH 5.0 could be enlarged with the increase of picrate and acetate anion pairs, and with the exchange of polarity of organic solvents. The extraction selectivity of Sm and Yb or Eu-cryptate [2.2.1] chloride complexes is shown at lower solvents polarity (4-10% chloroform in n-hexane). While, the separation of Eu with Ybcryptate [2.2.1] is pronounce at bight solvents polarity (0-3% n-hexane in dichloromethane). However, the extraction selectivity of complexs Eu with Sm or Ybcryptate 12.2.2] chloride is found at low 'solvents polarity (2-5 % chloroform in n-hexane). The posibble separation selectivity of complexes Sm and Yb-cryptate [2.2.2] chloride complexes occurred at hight solvents polarity (70-90% dichloromethane in chloroform).
The effect of pair ion on the separation selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.11 and [2.2.2] picrate occurred at flight polarity (30-40% dichloromethane in chloroform). Whereas, the extraction selectivity of Sm with Eu-cryptate [2.2.1] acetate occurred at solvents of middle polarity (100% chloroforrm), on the other contrary the selectivity of Sm-cryptate [2.2.1] acetate occurred at hight polarity (100% dichloromethane).
Separation selectivity of Sm with Yb-cryptate [2.2.2] acetate occurred at flight polarity (30-100% dichloromethane in chloroform).
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Bintang R.
"Sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi, pemakaian komoditi lantanida terus meningkat. Aplikasinya yang semakin luas mendorong tersedianya unsur-unsur tersebut dengan harga relatif murah. Sumber komersial unsur-unsur tersebut adalah mineral-mineral seperti monasit dan basnasit. Untuk memperoleh unsur tersebut diperlukan teknik pemisahan yang sederhana. Dengan tersedianya berbagai jenis ligan makrosiklik yang mempunyai keselektifan yang tinggi terhadap berbagai logam di pasaran, perlu diteliti kemungkinan pemanfaatannya untuk memisahkan lantanida baik sebagai kelompok maupun sebagai individu.
Penelitian bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum ekstraksi kedua ion logam Sm3+ dan Yb3+ dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] sebagai kompleks lantanida kriptat serta penentuan tetapan ekstraksi dan spesi yang terekstrak. Selanjutnya hasil yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menentukan kelayakan metoda ekstraksi pelarut ini untuk pemisahan kedua ion tersebut. Penelitian dilakukan dengan mengamati pengaruh pH, jenis dan konsentrasi kriptan, pengaturan kepolaran pelarut terhadap person ekstraksi dan perbandingan distribusi (D) dengan mengukur konsentrasi ion-ion logam setelah ekstraksi dengan G.F. AAS. Beberapa sifat kompleks seperti stoikiometri logam-kriptan terhadap ekstraksi kompleks lantanida kriptat juga diamati dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-Vis.
Hasil percobaan dengan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan terbentuknya kompleks lantanida kriptat dalam kloroform dengan perbandingan stoikiometri logam : ligan = 1 : 1, yang diperkuat dengan molihat pengaruh konsentrasi kriptan terhadap %E. Selektivitas ekstraksi kriptan [2,2,1] pada pH 6 diperoleh %E untuk Sm(III) dan Yb(III) masingmasing adalah 76,02 dan 61,31; sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-turut adalah 87,23 dan 36,31. Log K,, untuk Sm (III) dan Yb (I11) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing -1,003 dan -1,768 sedangkan dengan kriptan [2,2,2) pada pH 5 berturut-turut adalah 9,095 dan -2,552. Spesi yang ada di dalam ekstraksi diramalkan adalah MLH'C14 pada daerah pH 3 - 4, MLCI3 pada daerah pH 4 - 5 dan MLCI2OH pada daerah pH 6. Pada komposisi pelarut 6% n-heksan dalam kloroform didapat nilai %E untuk ekstraksi Sm(ltl) dan Yb(lit) dengan kriptan [2,2,1] pada pH 6 masing-masing 50,79 dan 18,70 sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 berturut-urut adalah 89,40 dan 18,69. Pada ekstraksi campuran dengan menggunakan kriptan [2,2,1] pada pH 6 dan pelarut 6% n--heksanlCHCl3 diperoleh %E berturut-turut adalah 85 untuk Sm(UII) serta 16 untuk Yb(Il1), sedangkan dengan kriptan [2,2,2] pada pH 5 dan pelarut 0% nheksanikloroform diperoleh %E masing-masing 91 untuk Sm(III) dan 8,5 untuk Vb[lll). Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa kedua unsur lantanida tersebut dapat dipisahkan satu sama lain dengan kriptan [2,2,1] dan [2,2,2] dengan menggunakan ion Cl sebagai pasangan ion dan pengaturan kepolaran pelarut.

In line with the development of Science and Technology, the usage of lanthanide commodities keeps growing-up. Wide growing applications creates the availability of these elements with relatively cheap price. Commercial resources of these elements are minerals such as monazite and bastnaesite. Procuring these elements needs a simple separation method. The availability of various types of macrocyclic ligands which have high selectivity towards various metals, needs an observation of applications to select lanthanide either in group or individually.
The research target is to get an optimum extraction of metal ions Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] and [2,2,2] cryptands as lanthanide cryptates and to determine extraction constants and the extracted species. Then the obtained result can be used to determine the validity of this solvent extraction method for the separation of the two ions. Research was done by learning the effect of pH, cryptand's type, varying concentrations of the cryptands and adjustment of solution's polarity. Percentage extraction and the distribution ratio (D) are known by measurement of metal ion after extraction with MS G.F. Complex behavior such as the stoichiometric of lanthanide cryptates was examined using W Vs spectrophotometer.
UV-Vis spectrophotometer shows the formation of lanthanide cryptates in chloroform with the ratio of metal versus ligand = 1 : 1, which is strengthened by actualilization of the effect of cryptand's concentration versus % E. Extraction with cryptand [2,2,1 ] was selective at pH 6 and gave %E for Sm (III) and Yb (111) respectively are 76,02 and 61,31; while cryptand [2,2,2] at pH 5 are 87,23 and 36,31. Log K for Sm (Ill) and Yb (III) with cryptand [2,2,1 ] at pH 6 are -1,003 and -1,768; whereas cryptand [2,2,2] at pH 5 are 9,095 and -2,552. Species that expected at the extraction is MLH+CI4 in the pH range 3 - 4 and MLCI2OH at pH 6. At an 6% n-hexane in chloroform, obtained %E for extraction of Sm(III) and Yb(III) with [2,2,1] at pH 6 are 50,79 and 18,70 while using [2,2,2] at pH 5 are 89,40 and 18,69. At a mixed extraction using [2,2,1] at pH 6 and 6% n-hexane/CHCI3, %E are obtained to be 85 for Sm(lll) and 16 for Yb(lll), while using [2,2,2] at pH 5 and 0% n-hexanelchtoroform %E are obtained 91 for Sm (III) and 8,5 for Yb(III). From these experiments, it is concluded that the two lanthanide ions are able to be separated from each other with cryptand [2,2,1] and [2,2,2] using CI- as an ion pair and adjustment of solution's polarity.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1998
S29989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariana M.
"ABSTRAK
Metode ekstraksi adalah suatu metode pemlsahan yang sudah lama digunakan untuk
tujuan pemlsahan. Metode ini bersifat sederhana dan mudah dikerjakan. Percobaan kali ini
bertujuan untuk memisahkan Cr (HI) dan Zn (U) dengan menggunakan metode ekstraksi
pelarut. Sebagai ligan pengkompleks digunakan asam salisilat sedangkan pelarut organik yang
digunakan adalah butanol.
Penentuan stokiometri kompleks dilakukan secara spektrofotometrik dengan
menggunakan metode perbandingan mol. Keberhasilan ekstraksi diukur dengan harga %E,
yang dihitung berdasarkan harga D (distribusi) , yaitu suatu harga yang menunjukkan
perbandingan antara konsentrasi logam di pelarut organik dengan konsentrasi logam di pelarut
air, setelah dilakukan ekstraksi. Pengukuran konsentrasi logam di air ditentukan dengan
menggunakan spektrofotometer serapan atom.
Di dalam fasa air interaksi antara Cr^"^ dan asam salisilat menghasilkan senyawa
kompleks Cr[(Hsal)2(H20)4]"^ sedangkan interaksi antara HSal dengan 2h menghasilkan
senyawa kompIeksZn[Hsal]2. Nilai pH optimum bagi ekstraksi Cr (III) berada pada pH 3
dengan harga % E =65,18% sedangkan pH optimum bagi ekstraksi Zn (II) terjadi pada pH
5 dengan harga %E=54,03 %
Terbentuknya kompleks Cr[(Hsal)2(H20)4]'^ dan Zn[HS^l] ditandai dengan
terbentuknya spektra yarig memiliki karakteristik berbeda dengan kharakteristik spektra
Cr(III), spektra ZnQl) ataupun spektra asam salisilat bebas.
Penambahan asam perklorat ke dalam ekstraksi Cr dan Zn salisilat menyebabkan harga
%E bagi Cr (III) meningkat menjadi 65,43% sedangkan harga %E bagi Zn (11) tidak
mengalami perubahan. Ini membuktikan bahwa asam perklorat yang ditambahkan mampu
menjadi pasangan ion bagi kompleks .
Harga rata-rata %E total Cr (HI) dari dua kali ekstraksi dari lima larutan campuran
Cr (III) dan Zn (II) adalah 88,044% sedangkan harga rata-rata %E total Zn (II) adalah
39,15% .

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Tri Harsunu
"Kulit udang selama ini di Indonesia hanya dianggap sebagai limbah yang pemanfaatannya masih terbatas. Salah satu alternatif daur ulang limbah kulit udang adalah sebagai sumber khitosan. Melalui proses lanjutan, khitosan dapat dibuat menjadi edible film. Edible film khitosan sedang dikembangkan sebagai pengemas modern yang ramah lingkungan karena dapat langsung dimakan dan terurai oleh alam. Untuk membuat edible film, khitosan dilarutkan dalam pelarut asam asetat glasial 1%. Pembuatan edible film harus melalui proses pengadukan dan pemanasan pada suhu 50°C. Selanjutnya larutan khitosan dituang diatas media cetak akrilik untuk dapat membentuk edible film. Plasticizer dapat ditambahkan untuk mengurangi kerapuhan dan meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan film. Pada penelitian ini menggunakan gliserol sebagai plasticizer.
Hasil penelitian menunjukkan untuk analisis ketebalan edible film, diperoleh nilai ratarata berkisar antara 0,018 mm &plusmm; 0,0011 % sampai dengan 0,097 mm &plusmm; 0,0029 %, ketebalan meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi plasticizer gliserol dan komposisi khitosan. Untuk analisis kekuatan tarik, nilai kuat tarik menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi gliserol. Dapat terlihat pada sampel IA sampai dengan ID. Sampel IA (2 gr khitosan, 0,2 ml/gr gliserol), sampel IB (2 gr khitosan, 0,4 ml/gr gliserol), sampel IC (2 gr khitosan, 0,6 ml/gr gliserol), sampel ID (2 gr khitosan, 0,8 ml/gr gliserol), diperoleh nilai rata-rata kuat tarik sebesar 111,130 kgf/cm² &plusmm; 18,378 % makin menurun sampai dengan 18,696 kgf/cm² &plusmm; 2,085 %. Pada analisis uji elongasi, nilai terendah sebesar 5,2000% &plusmm; 0,8367% pada sampel IA dan tertinggi sebesar 32,800% &plusmm; 3,5637% pada sampel IVD (5 gr khitosan, 0,8 ml/gr gliserol).
Pemanjangan edible film meningkat dengan meningkatnya konsentrasi gliserol dan komposisi khitosan yang digunakan. Untuk hasil analisis uji WVTR, diperoleh nilai terendah 165,56 g/m²/24jam &plusmm; 0,14% dan tertinggi 559,48 g/m²/24jam &plusmm; 2,47%. Laju transmisi uap air cenderung meningkat seiring dengan peningkatan konsentrasi gliserol dan komposisi khitosan. Sedangkan pada analisis uji O&sub2;TR, diperoleh nilai yang terendah sebesar 0,32 cc/m²/24jam &plusmm; 0,0004% dan tertinggi sebesar 1, 3 cc/m²/24jam &plusmm; 0,74%. Nilai laju transmisi oksigen yang didapat pada penelitian ini cenderung semakin menurun seiring dengan peningkatan konsentrasi gliserol dan komposisi khitosan.
Berdasarkan hasil penelitian ini, terlihat bahwa peningkatan konsentrasi gliserol dan komposisi khitosan dapat meningkatkan ketebalan, persentase pemanjangan, dan laju transmisi uap air edible film khitosan, namun dapat juga menurunkan nilai laju transmisi oksigen. Untuk uji kuat tarik, nilainya semakin menurun dengan peningkatan konsentrasi gliserol, namun semakin meningkat dengan peningkatan komposisi khitosan.

The shrimp skin in Indonesia is widely known as waste with limited advantages. One of the alternatives is by recycling the shrimp skin as the source of chitosan. In the next process the chitosan can be transformed into edible film. The chitosan edible film is being developed as a modern package which is friendly to our environment because it can be eaten directly and it also can easily absorb by nature. To make the edible film, the chitosan is mixed with the acetat glacial acid 1 %. The making of edible film has to pass the process of stiring and heating on the temperature of 50°C. Next, the chitosan is poured on an acrylic media to be able to form the edible film. Plasticizer can be added to reduce the fragillity and to increase the flexibility and the strength of the film. In this research, the glicerol is used as plasticizer.
The result of the research shows that the thickness of the edible film is between 0,018 mm &plusmm; 0,0011 % to 0,097 mm &plusmm; 0,0029 %, the thickness increases along with the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol and the compotition of chitosan. The result of the tensile strength test is that the tensile strength is decreases along with the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol. This can be seen from the sample of IA to ID. The IA sample (2 gr chitosan, 0,2 ml/gr glicerol), the IB sample (2 gr chitosan, 0,4 ml/gr glicerol), the IC sample (2 gr chitosan, 0,6 ml/gr glicerol), the ID sample (2 gr chitosan, 0,8 ml/gr glicerol), the average of the tensile strength is 111,130 kgf/cm² &plusmm; 18,378 % decrease until to 18,696 kgf/cm² &plusmm; 2,085 %. On the analysist of elongation, the lowest score is 5,000% &plusmm 0,8367% on sample IA and the highest is 32,800% &plusmm; 3,5637% on the IVD sample (5 gr chitosan, 0,8 ml/gr glicerol).
The length of the edible film increases by the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol and the compotition of chitosan being used. For the result of WVTR, the lowest score is 165,56 g/m²/24 hours &plusmm; 0,14% and the highest is 559,48 g/m²/24 hours &plusmm; 2,47%. The water vapor transmission rate tends to increase along with the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol and the compotition of chitosan. Meanwhile, on the analysist test of O&sub2;TR, the lowest score is 0,32 cc/m²/24 hours &plusmm; 0,0004% and the highest is 1,33 cc/m²/24 hours &plusmm; 0,74%. The score of oxygen transmission rate which shown in this research tends to decrease along with increasing of the concentrate of plasticizer glicerol and the compotition of chitosan.
Based on these result, to be seen that the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol and the compotition of chitosan can increases thickness, percentage of elongation, and water vapor transmission rate chitosan edible film, but it can be decreases score of oxygen transmission rate. For tensile strength test, the score is decreases along with the increasing of the concentrate of plasticizer glicerol but increases along with the increasing of the compotition of chitosan.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41723
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Sanjaya
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S30145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Luthfi Makhfudz
"Bahan anti karat untuk mobil (undercoat) dapat dibuat dari bahm dasar bitumen aspal yang dipanaskan sampai mencair kemudian dicampur dengan bahan filler, pelarut serta bahm tambahm lain. Masalah yang dihadapi adalah pada industrl otomotif setelah proses pengeoatan biasanya dilalrukan proses pengovenan, akibat pemanasan ini pada permukaan lapisan undercoatteijadi lubang-lubang kecil atau pin hole. Pada penelitian ini dignnakan proses pengadukan meksnik tanpa pembakaran dimana bitumen aspal langsung dicampur dengan pelarut, diaduk kemudian ditambahkan filler. Sedangkan untuk mengetahui pengarub komposisi filler talc terbadap pembentukan pin hole dilakukan variasi penambahan filler talc. Pelarut yang digunahan adalah limbah pelarut dari pencucian peralatan pada industrl cat untuk menggantikan pelarut yang selama ini digunakan. Dari basil pengujian didapatkan bahwa knmposisi dengan kadar filler paling rendah (filler 140 gr dan bitumen 110 gr) memiliki ketabanan korosi yang lebih baik (pelebaran karat paling kecil pada uji kahut garam) dibandingkan dengan produk lama namun ketahanan abrasinya sedikit lebih rendah dari produk lama. Komposisi filler tidak terlihat pengarubnya terbadap pembentukan pin hole pada daerah knmposisi yang diuj~ namun pembentukan pin hole dapat diknrangi dengan pengeringan yang cukup pada lapisan sebelurn pengovenan. Sedangkan penggunaan lirnhab. pelarut tidak mengakibatkan penurunan kualitas dari cat anti karat. Dari pemanfaatan limbah ini selain dapat menurunkan biaya produksi dan rneningkatkan daya asing produk juga dapat mengurangi masalah pembuangan lirnhab. pelarut dari industri cat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41964
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>