Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74605 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budiman Setiawan
"Umumnya reaksi Friedel-Craft dilakukan antara alkil halida atau aikohol, yang dikatalisis oleh suatu Asam Lewis. Reaksinya teijadi pada keadaan tertentu, tergantung suhu, waktu, dan konsentrasi. Penelitian terdahulu yang mereaksikan n-butilldorida dengan toluena menggunakan katalis aluminium kionda membuktikan teijadinya penataan ulang Wagner-Meerwein pada n-butilldorida sehingga pada akhir reaksi diperoleh 4-sekbutiltoluena dan 4-iso-butiltoluena. Peneitian mi mencoba mereaksikan n-butanol dengan Toluena yang dikatalisis oleh suatu asam mineral yaitu asam sulfat untuk membuktikan teijadinya alkilasi dan penataan ulang Wagner-Meerwein yang dapat teijadi pada kondisi tertentu. Variabel yang divariasikan adalah suhu serta perbandingan komposisi reaktan dan katalis. Percobaan diawali dengan memvariasikan komposisi reaktan dan katalis pada suhu kamar. Setelah didapat komposisi ideal, dilakukan variasi suhu untuk memperoleh produk optimum. Hasil reaksi dipisahkan dengan menggunakan corong pisab, diambil fase organiknya lalu didestilasi dengan menggunakan alat destilasi fraksionasi. Destilatnya dikarakteiisasi dengan IR, UV-vis, NMR."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fairuz
"Senyawa-senyawa aromatik keton banyak digunakan dalam indutri farmasi, fragrance, argokimia, dll. Sintesis senyawa-senyawa aromatik keton banyak dilakukan melalui reaksi asilasi Friedel-Crafts menggunakan katalis asam Lewis seperti AlCl3, TiCl3, FeCl3, dan lain-lain. Katalis-katalis tersebut dapat menyebabkan masalah lingkungan. Untuk meminimalisir dampak negatif dari katalis tersebut, digunakan katalis cairan ionik [BMIM]PF6/AlCl3. Uji katalisis dilakukan pada katalis cairan ionik asam Lewis [BMIM]PF6/AlCl3 dan katalis heterogen [BMIM]PF6/AlCl3 ? Silika gel melalui reaksi asilasi Friedel-Crafts antara toluena dengan asetil klorida menghasilkan senyawa aromatik keton, metil asetofenon. Studi dilakukan dengan memvariasikan waktu reaksi. Hasil karakterisasi secara kualitatif menggunakan FT-IR dan LC-MS, diketahui bahwa kedua reaksi menghasilkan senyawa metil asetofenon. Dan dari hasil karakterisasi secara kuantitatif dengan GC-MS, diketahui bahwa reaksi dengan katalis [BMIM]PF6/AlCl3-Silika gel terbentuk produk metil asetofenon yang lebih besar, yaitu sebesar 11,83% dibandingkan dengan hasil yang tanpa impregnasi yang hanya menghasilkan 0,71% hasil. Variasi terhadap waktu reaksi dilakukan selama 6 jam, 12 jam, dan 24 jam pada reaksi asilasi toluena dengan katalis [BMIM]PF6/AlCl3-Silika gel. Hasil karakterisasi menggunakan GC-MS, diperoleh hasil yang optimum pada waktu reaksi 12 jam. Produk metil asetofenon yang dihasilkan dari reaksi ini sebesar 13,02%. Reaksi asilasi Friedel Crafts terhadap benzena juga berhasil dilakukan menggunakan kedua katalis tersebut, yakni [BMIM]PF6/AlCl3 dan [BMIM]PF6/AlCl3-Silika Gel. Berdasarkan karakterisasi menggunakan FT-IR dan LC-MS, terbukti bahwa terbentuk senyawa asetofenon.

Aromatic ketone compounds are widely used in pharmaceutical, fragrance industry, argochemical, etc. The synthetic of aromatic compounds are usualy done by Friedel-Crafts acylation with the present of Lewis acid catalysts, such as AlCl3, TiCl3,FeCl3, which can cause some environmental issues. To minimize the negative impacts to the environment, the ionic liquid catalyst, [BMIM]PF6/AlCl3, was used in this reseach. The catalytic activities between [BMIM]PF6/AlCl3 and [BMIM]PF6/AlCl3-Silika gel catalysts were studied on Friedel-Crafts acylation of toluene with acetyl chloride. The reactions products were analyzed qualitatively by FT-IR and LC-MS, which showed that methyl acetophenone was produced. Quantitative analysis was done by GC-MS, which showed that the catalytic reaction with [BMIM]PF6/AlCl3-silica gel gave a better result. In which, 11,83% of methyl acetophenone was produced. Afterward, the reaction periods were varied in 6 h, 12 h, and 24 h. Based on GC-MS results, the optimum time of this reaction was 12 hours. In which, 13,02% methyl acetophenone was produced. Furthermore, [BMIM]PF6/AlCl3 and [BMIM]PF6/AlCl3-Silica gel was used for Friedel-Crafts acylation of benzene. The characterizations with LC-MS and FT-IR showed that a ketone aromatic compound, acetophenone, was produced."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43846
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Calvin Limawal
"Hingga saat ini, stres oksidatif masih menjadi salah satu perhatian di dunia kesehatan karena stres oksidatif berkontribusi terhadap timbul dan berkembangnya berbagai macam penyakit. Alkil galat telah menunjukkan berbagai aktivitas biologis, termasuk aktivitas antioksidan, antibakteri, dan antikanker, yang lebih besar dibandingkan asam galat yang merupakan senyawa antioksidan kuat. Akan tetapi, tidak semua alkil galat telah banyak diuji aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi baru mengenai pengaruh panjang rantai alkil terhadap toksisitas dan aktivitas antioksidan, dari beberapa senyawa alkil galat, yakni etil galat, butil galat, dan pentil galat. Dari hasil penelitian, ketiga senyawa alkil galat berhasil disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer menggunakan refluks selama ± 7 jam. Dari hasil uji toksisitas dengan Daphnia magna, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa dengan toksisitas rendah (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Selain itu, panjang rantai alkil ditemukan berpengaruh terhadap sifat toksisitas alkil galat. Untuk hasil uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa antioksidan yang sangat kuat (IC50 < 50 ppm) . Panjang rantai alkil diteliti tidak berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari alkil galat.

Oxidative stress remains a significant concern in the field of health due to its role in the onset and development of various diseases. Alkyl gallates have demonstrated diverse biological activities, including antioxidant, antibacterial, and anticancer effects, which are more pronounced than those of gallic acid, a potent antioxidant. However, the biological activities of all alkyl gallates have not been fully explored. This study aims to provide new insights into the impact of alkyl chain length on the toxicity and antioxidant activity of several alkyl gallate compounds, specifically ethyl gallate, butyl gallate, and pentyl gallate. In this research, these three alkyl gallate compounds were successfully synthesized via Fischer esterification using reflux for approximately 7 hours. Toxicity assessments using Daphnia magna indicated that all three synthesized alkyl gallate compounds were classified as slightly toxic (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Additionally, the length of the alkyl chain was found to influence the toxicity of alkyl gallates. Regarding antioxidant activity, evaluated using the DPPH assay, the synthesized alkyl gallate compounds were categorized as very strong antioxidants (IC50 < 50 ppm), with alkyl chain length having no effect on their antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Christine
"Serangga atau insekta merupakan hewan dengan jumlah spesies
terbesar di dunia, yaitu ± 900.000 spesies. Di antara spesles-spesles
serangga tersebut, cukup banyak yang dapat memberikan manfaat bag!
kehidupan manusia. Tetapi selain itu juga terdapat banyak serangga yang
merugikan bag! manusia, khususnya dari segi kesehatan, di mana seranggaserangga
ini menjadi vektor berbagai penyakit. |viil ik PERPusTfiKflAf^""!
FfVilPA-U i I
Untuk mengatasi serangga-serangga yang me?up
diperlukan suatu bahan yang dapat menolak serangga-serangga itu, yang
dikenal sebagai insect repellent atau repelen serangga. Sudah tentu
dibutuhkan bahan repelen serangga yang murah dan tidak bersifat toksik.
Oleh karena itu pada peneiitian ini diusahakan untuk membuat salah satu
bahan aktif repelen serangga, yaitu di-n-butil suksinat, dari n-butanol dan
asam suksinat.
Pembuatan di-n-butil suksinat dilakukan dengan merefluks campuran
n-butanol, asam suksinat, dan H2SO4 pekat pada variasi suhu 40°, 60°, dan
80°C: masing-masing seiama 4 jam. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi
esterifikasi, dengan H2SO4 pekat sebagai katalisnya. Data uji bercak TLC
yang didapat menunjukkan bahwa reaksi sudah optimum ketika pemanasan
telah berlangsung seiama 2 jam Pemanasan pada suhu tinggi dapat menyebabkan di-n-butil suksinat
terdekomposisi. Hal Ini ditandai dengan terjadlnya perubahan warna cairan
di-n-butil suksinat dari jernih menjadi kuning. Refluks pada suhu 80°C
menghasilkan cairan produk di-n-butil suksinat yang berwarna kuning muda
jernih, sedangkan di-n-butil suksinat yang didapat dari refluks pada 40°, dan
60°C masing-masing berupa cairan yang jernih. Pencucian dan ekstraksi din-
butil suksinat yang diperoleh dilakukan dalam corong pisah, dengan
berturut-turut menambahkan akuades dan larutan jenuh NaHCOa untuk
menetralisir H2SO4 yang masih terdapat dalam campuran produk.
Pemisahan produk di-n-butil suksinat yang diperoleh, dari n-butanol yang
merupakan pereaksi berlebih, serta air yang berasal dari hasil samping reaksi
maupun sisa-sisa pencucian, dilakukan dengan destilasi vakum pada suhu
80°-90°C.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu
pemanasan, maka semakin rendah rendemen produk yang didapat. Hal ini
didukung pula oleh data analisis FT-IR dan GC-MS yang didapat"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S30099
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Priyono Suwarso
"Semi-sintesis vanili dari eugenol dapat dibagi dalam 2 tahap reaksi, yaitu pertama reaksi isomerisasi eugenol menjadi isoeugenol, dan kedua, reaksi oksidasi terhadap produk reaksi isomerisasi menjadi produk reaksi yang diinginkan, yaitu vanili. Pada penelitian ini, reaksi isomerisasi dari eugenol menjadi isoeugenol atau dari eugenil asetat menjadi isoeugenil asetat dilakukan melalui reaksi berikut ini: (1) Reaksi penataan ulang sigmatropik hydrogen (1,3) secara termal, yaitu dengan melakukan pemanasan langsung eugenol atau eugenil asetat pada suhu 2200 C selama 8 jam dapat menghasilkan isoeugenol sebanyak 52,2 % dan isoeugenil asetat sebanyak 65,7 % (kedua rendemen tersebut ditentukan dengan menggunakan spectrometer NMR), dimana dalam hal ini produk yang dihasilkan berupa cairan kental berwarna kuning-kecoklartan masih berupa campuran antara zat awal dan produk reaksi isomerisasi yang sulit untuk dipisahkan. (2) Reaksi penataan ulang prototropik (1,3) yang dikatalisis oleh katalis transfer fase (PTC): (18)-crown ether-6 terhadap eugenol yang dilakukan pada suhu kamar, akan dihasilkan isoeugenol yang berwarna kuning muda sebanyak 71,4 %, juga masih berupa campuran antara zat awal dengan produk reaksi isomerisasi yang sulit untuk dipisahkan. Tanpa perlakuan pemisahan lebih lanjut antara zat awal (eugenol atau eugenil asetat) dan produk reaksi (isoeugenol atau isoeugenil asetat), maka terhadap campuran produk reaksi isomerisasi tersebut dilakukan reaksi oksidasi dengan menggunakan larutan KMnO4 , sebagai oksidator, pada kondisi netral yang dikatalisis oleh katalis transfer fase (PTC): (18)-crown ether-6 pada suhu kamar selama 3 jam. Dari reaksi oksidasi tersebut dapat diperoleh vanili sebanyak 16,5 ? 22,9 % (dihitung dari zat awal reaksi: eugenol atau eugenil asetat). Data spektroskopi vanili hasil sintesis, tidak jauh berbeda dengan data spektroskopi vanili alam.

Semi-synthesis of vanillin from eugenol can be divided into two step reactions namely, isomerization of eugenol into isoeugenol, and cleavage oxidation of isomerization product into expected reaction product (vanillin). In this work isomerization of eugenol or eugenyl acetate into isoeugenol or isoeugenyl acetate has been done via the following reactions: (1) Sigmatropic hydrogen (1,3) thermalic rearrangement reaction: direct heating of eugenol or eugenyl acetate at 220oC for 8 hours can produce 52.2% of isoeugenol or 65.7% of isoeugenyl acetate (both chemical yields are measured by means nmr-spectrometer), where products are viscose yellow-brownish liquid as mixture of unseparated starting material and isomerization product. (2) Prototropic (1,3) rearrangement catalyzed by phase transfer catalyst (PTC): (18)-crown ether-6 at room temperature can be afforded 71.4% of isoeugenol as light yellow liquid (mixture of unseparated starting material and isomerization product). Without any separation of mixture between isomerization product and starting material followed by subsequent cleavage oxidation using KMnO4 as oxidator in neutral condition catalyzed by phase transfer catalyst: (18)- crown ether-6 at room temperature for 3 hours can be yielded 16.5-22.9% of vanillin (from the starting material; eugenol or eugenyl acetate). The spectroscopical data of synthetical vanillin is not rather different with the spectroscopical data of authentical natural vanillin."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor mendorong meningkatnya kehutuhan masyarakat dan dunia terhadap bahan bakar khususnya bensin (gasoline). Gasofine dihasilkan dari minyak bumi, sehingga peningkatan kebutuhan gasoline akan mengakibatkan pula peningkatan kebutuhan minyak bumi yang cadangannya semakin menipis. Karena itu, dibutuhkan sumber altematif untuk menghasilkan gasoline. Salah satu sumber altematif itu adalah minyak kelapa sawit yang merupakan senyawa hidrokarbon dan Indonesia mempakan negara kedua penghasil minyak kelapa sawit terbesardi dunia.
Pada penelitian ini biogasoline disintesis dengan cam perengkahan (cracking) metil ester hasil transesterifikasi minyak kelapa sawit. Perengkahan dilakukan dengan menggunakan insiator metil etil keton peroksida (MEKP) dan katalis asam sulfat (H2SO4)_ Kondisi operasi berada pada tekanan atmosfer serta dilakukan variasi suhu dan variasi komposisi katalis dengan metil ester.
Untuk mengetahui terjadinya perenglcahan dilakukan analisis berat molekul sebagai fungsi densitas dan titik didih, viskositas yang dianalisis menggunakan viskometer Ostwald, bilangan olctana dengan metode ASTM D-976 termodifikasi dan analisa perubahan struktur molelcul dengan menggunakau metode FTIR.
Kondisi operasi terbaik untuk perengkahan metil ester pada penelilian ini berada pada komposisi katalis-metil ester 1:50 dan suhu reaksi 150°C_ Reaksi perengkahan tersebut dapat menwunkan berat molekul metil ester dari 284.3 gr/mol menjadi 219.69 gr/mol. Hasil perengkahan ini juga memiliki bilangan oktana tertinggi, yaitu sebesar 89.28. Sedangkan analisis PTIR menunjukkan adanya perubahan struktur metil ester menjadi senyawa dengan rantai molekul yang lebih pendek serta cabang yang lebih banyak. lnisiator MEKP menyebabkan semua ikatan rankap terputus karena inisiator bereaksi dengan metil ester membentuk radikal bebas yang lebih mudah bereaksi dengan katalis sehingga reaksi perengkahan berlangsung lebih hebat.
Dari segi berat molekul dan bilangan oktana, biogasoline ini sudah mendekati bensin premium, namun dari segi viskositas dan densitas, senyawa ini masih lebih besar daripada bensin."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Setiawati
"Laju pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, mendorong perlunya diversifikasi kelapa sawit menjadi produk lain yang bernilai ekonomi tinggi, dimana salah satunya adalah produk oleokimia seperti surfaktan. Surfaktan yang dibuat dari minyak nabati bersifat biodegradable sehingga tidak mencemari lingkungan. Selain itu, kesinambungan pengadaannya terjamin karena berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Sebagian besar produk oleokimia dihasilkan melalui asam lemak hasil reaksi hidrolisis, dimana reaksi tersebut merupakan tahapan awal dari proses produksi oleokimia berbasis minyak nabati. Keberhasilan reaksi ini akan mempengaruhi jumlah asam lemak yang dihasilkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh variable-variabel reaksi pada reaksi hidrolisis dan menentukan kondisi optimum reaksi hidrolisis minyak kelapa sawit dengan katalis asam sulfat dan penambahan asam propionat sebagai displacing acid serta mengkaji pengaruh penambahan asam propionat sebagai displacing acid dalam reaksi hidrolisis tersebut. Proses hidrolisis menggunakan minyak berbasis kelapa sawit dan asam sulfat sebagai katalis untuk menghasilkan asam lemak dan gliserol.
Variabel yang divariasikan adalah waktu hidrolisis (60, 90, 120 dan 180 menit), rasio air dengan minyak (1:4, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, dan 3:1 {gr air:gr minyak}), persen berat katalis asam sulfat (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, 12,5% dan 15% {gr katalis/gr minyak}), dan suhu hidrolisis (85, 90, 95, 100, dan 108_C). Selanjutnya, menganalisis produk asam lemak yang dihasilkan untuk mengkaji pengaruh variabelvariabel tersebut terhadap derajat hidrolisis reaksi tersebut. Derajat hidrolisis ditentukan dengan membagi bilangan asam dan bilangan saponifikasi produk asam lemak. Kedua bilangan tersebut ditentukan secara titrimetrik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat hidrolisis optimum diperoleh pada waktu hidrolisis 120 menit, rasio air dengan minyak 1:3, persen berat katalis asam sulfat 12,5% berat minyak, dan suhu hidrolisis 95_C. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa derajat hidrolisis dengan penambahan asam propionat sebagai displacing acid pada reaksi hidrolisis adalah lebih besar daripada reaksi hidrolisis tanpa penambahan asam propionat.

High growth rate of palm oil production has encouraged palm diversification to be other products with higher economic value, where one of them is oleo chemical product such as surfactant. Surfactant based on vegetable oil is biodegradable so that it won't soil our environment. Besides that, its continuity of provisioning is also ensured because it is a renewable resource. Most oleo chemical products are produced through fatty acid hydrolysis product, where hydrolysis reaction is a first step of the oleo chemical production process that based on vegetable oil. The success of the hydrolysis will influence amount of fatty acid product.
The aims of this research are to discuss the reaction variables effect in the hydrolysis and to determine the optimum condition of palm oil hydrolysis with sulfuric acid catalyst and addition of propionic acid as displacing acid and also to discuss the addition effect of propionic acid as displacing acid in the hydrolysis. The hydrolysis process use oil based on palm oil and sulfuric acid as catalyst to produce fatty acid and glycerol.
Variable is varied are hydrolysis time (60, 90, 120, and 180 minutes), ratio between water and oil (1:4, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, and 3:1 {wt water : wt oil}), percent weight of sulfuric acid catalyst (1%, 5%, 7,5%, 9,2%, 12,5%, and 15% {wt catalyst/wt oil}), and hydrolysis temperature (85, 90, 95, 100, and 108_C). After that, analyze fatty acid product to discuss the reaction variables effect to degree of hydrolysis. Degree of hydrolysis is calculated by the ratio of acid value and saponification value of fatty acid product. Both of them are calculated by titrimetric method.
Result of research indicate that the optimum degree of hydrolysis is obtained on hydrolysis time of 120 minutes, ratio between water and oil of 1:3, percent weight of sulfuric acid catalyst of 12,5% wt oil, and temperature hydrolysis of 95_C. Result of research is also obtained that degree of hydrolysis with addition of propionic acid as displacing acid in the hydrolysis is higher than degree of hydrolysis without addition of displacing acid.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49711
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>