Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasia Ratri
"ABSTRAK
Mikroalga Chiorella pyrenoidosa merupakan salah satu mikroaiga yang digunakan sebagal bahan makanan tambahan (food supplement) maupun
campuran pakan ternak.
Penggunaan Chiorella pyrenoidosa sebagai bahap makanan terutama disebabkan karena kandungan proteinnya yang cukup tinggi yaitu 60 % berat kering sel.
Mikroalga Chiorella pyrenoidosa dapat dikembangbiakkafl di dalam medium Iimbah organik industri makanan seperti Iimbah call tahu, Iimbah tempe , Iimbah cair gula clan Iimbah cair kecap.Penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan adaah karena Iimbah tersebut masih mengandung berbagai protein clan mineral yang dierIukan untuk pertumbuhan mikroalga. Selain itu penggunaan Iimbah sebagal medium pertumbuhan merupakan satah satu cara pengolahan Iimbah secara biologis sehingga Iimbah tersebut tidak mencemari lagi saat dibuang ke Iingkungan.
Di dalam medium Iimbah call tahu Chiore/la pyrenoidosa membentuk sistem koloid berwarna hijau yang bermuatan negatif. Cara pemanenan yang biasa dilakukan adalah secara koagulasi dan flokulasi yaitu dengan menambahkan koagulan.
Dalam penelitian mi dilakukan penentuan kondisi optimum proses flokulasi dan koagulasi dengan rnenggunakan PAC ( Poly Aluminium Chloride) yang merupakan koagulan sntetik dan chitosan yang merupakan koagulan alam. Chitosan yang digunakan dibuat darl kulit udang dengan menggunakan metode yang diperoleh pada penelitian sebelumya. Dari 200 g Wit udang setelah mengatami proses deproteinasi dengan menggunakan NaOH 3,5 % (w/v) , demineralisasai dengan menggunakan HC I 1,25 M dan deasetilasi dengan menggunakan NaOH 60 % ( w/v) diperoleh chitosan sebanyak 53,26 g. Karakterisasi chitosan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer IR.
Kondisi pertumbuhan yang optimal untuk Chiorella pyrenoidosa diperoleh pada konsentrasi Iimbah cair tahu 75% (v/v) yang dilengkapi dengan penerangan dan aerasi. Sedangkan kondisi optimal proses flokulasi dan koagulasi adalah pada pH 4 dan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan PAC serta pada pH 8 clan konsentrasi koagulan 50 ppm dengan menggunakan chitosan.
Di akhir percobaan dilakukan pengukuran beberapa parameter dalam limbah cair tahu (COD,BOD, pH. zat organik clan padatan tersuspensi) Hasil pengukuran menunjukkan terjadinya penurunan nilai parameter-parameter tersebut sesuai dengan standar baku mutu Iingkungan untuk limbah cair tahu, kecuali nilai pH pada penggunaan PAC sebagal koagulan.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tita Tri Yolandini
"

Industri batik menghasilkan limbah cair dalam volume besar yang saat ini proses pengolahannya masih sangat buruk. Pada penelitian ini dilakukan upaya pengolahan limbah cair batik dengan metode koagulasi-flokulasi, ozonasi tunggal, dan kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi (pra-ozonasi) dan ozonasi setelah koagulasi-flokulasi (post-ozonasi). Pada keempat metode dioptimasi pada beberapa parameter yaitu pH awal, dosis koagulan, dan waktu bubbling ozon untuk memperoleh degradasi maksimum limbah cair batik. Koagulan yang digunakan adalah koagulan PAC yang memiliki rentang pH kerja yang lebih luas dibanding koagulan lain. Pada proses koagulasi-flokulasi tunggal dengan pH 4 dan dosis koagulan 300 ppm diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 84,55%, 99,24%, dan 98,50%. Pada proses ozonasi tunggal dengan pH 4 dan waktu bubbling 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 9,52%, 6,78%, dan 0,15%. Pada kombinasi ozonasi sebelum koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 200 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,41%, 98,77%, dan 98,01%. Pada kombinasi ozonasi setelah koagulasi-flokulasi dengan pH 4, dosis koagulan 300 ppm dan waktu bubbling ozon 4 menit diperoleh penyisihan COD, TSS, dan warna (Pt-Co) masing-masing sebesar 83,36%, 99,31%, dan 99,23%.


Batik industry produces large volumes of liquid waste, which is still has very poor treatment nowadays. In this research efforts were made to treat batik wastewater using the coagulation-flocculation, single ozonation, and combination of ozonation before coagulation-flocculation (pre-ozonation) and ozonation after coagulation-flocculation methods (post-ozonation). The methods were optimized for some parameters: initial pH, coagulant dose, and ozone bubbling time to obtain maximum degradation of batik waste water. The coagulant used in this research is PAC coagulant which has wider pH range than other coagulants. In a single coagulation-flocculation process with a pH 4 and 300 ppm PAC, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 84.55%, 99.24%, and 98.50%, respectively. In a single ozonation process with pH 4 and 4 minutes of bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 9.52%, 6.78%, and 0.15%, respectively. In the combination of ozonation before coagulation-flocculation with pH 4, 200 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.41%, 98.77%, and 98.01%. In the combination of ozonation after coagulation-flocculation with pH 4, 300 ppm PAC and 4 minutes of ozone bubbling time, the removal of COD, TSS, and color (Pt-Co) obtained were 83.36%, 99.31%, and 99.23%.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Juliana
"Sebagian besar PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) di Indonesia membuang lumpur hasil produksi langsung ke badan air. Pembuangan lumpur langsung ke badan air dapat menyebabkan kontaminasi biota air akibat zat kimia yang terkandung dalam lumpur. Selain itu, hal tersebut dapat memperburuk kualitas air baku PDAM yang menyebabkan masalah lain bagi PDAM, diantaranya adalah fluktuasi kekeruhan dan tingginya kandungan senyawa organik pada air baku. Guan, Chen, & Shang (2005) menyatakan bahwa lumpur IPAM yang dapat digunakan sebagai koagulan dan memberikan peningkatan penyisihan SS dan COD. Pemanfaatan kembali lumpur IPAM sebagai koagulan pendukung menjadi salah satu solusi aplikatif bagi PDAM yang belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur. Metode yang digunakan adalah jartest menggunakan koagulan alum (Al2(SO4)3) dengan matriks air baku Sungai Ciliwung dan air sintetis metilen biru. Pada matriks air baku terdapat 4 variasi, yaitu efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, kombinasi koagulan alum dan lumpur alum, serta konsentrasi kekeruhan inisial. Setelah seluruh variasi dilakukan dilanjutkan identifikasi variabel bebas yang signifikan dengan desain full faktorial. Sedangkan pada matriks air sintetis biru metilen dilakukan efek konsentrasi koagulan alum, konsentrasi lumpur alum, dan konsentrasi lumpur alum kering. Hasil karakterisasi lumpur IPAM dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah No 82/2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran, hasilnya nilai TSS, BOD, COD, Fe, dan Total koliform melebihi baku mutu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lumpur IPAM Citayam harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke badan air. Kombinasi antara koagulan alum dan lumpur alum dapat menyisihkan kekeruhan sampai 94%, dengan nilai kekeruhan akhir 6,98 NTU. Nilai tersebut melebihi kriteria effluen sedimentasi di IPA Citayam, yaitu 2,52 NTU. Pada matriks air sintetis metilen biru, lumpur IPAM dapat menyisihkan COD sebesar 94% dengan konsentrasi lumpur alum 2%.

Most of Drinking Water Treatment Plant (DWTP) in Indonesia discharge their sludge directly to water body without any treatment. Chemicals that contained in sludge can affect aquatic life. It worsen raw water quality which causes other problems, including turbidity fluctuations and high content of organic compounds in raw water. It has been found that both SS and COD removal efficiencies could be improved by addition of alum sludge (Guan, Chen, & Shang, 2005). Reuse of alum sludge as a coagulant aid can be one of a solution for sludge treatment and disposal. Jar test were performed with alumunium sulphate as a coagulant (Al2(SO4)3) with Ciliwung River raw water and methylene blue synthetic water. There are 4 variations for the raw water, the effect of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, combination alum coagulant and alum sludge, and  initial turbidity concentration. After all variations are carried out, the identification of significant independent variables is followed by a full factorial design. Whereas in the methylene blue synthetic water, only the effects of alum coagulant concentration, alum sludge concentration, and dry alum sludge concentration were carried out. The results of the characterization of IPAM sludge were compared with Government Regulation (PP No.82/2001). TSS, BOD, COD, Fe, and Total Coliform in alum sludge exceeded the quality standards. Thus, it can be concluded that the Citayam DWTP sludge must be processed first before being discharged into the water body. The combination of alum coagulant and alum sludge can remove turbidity to 94%, with turbidity value of 6.98 NTU. This value exceeds the sedimentation effluent criteria at Citayam DWTP, which is 2.52 NTU. In methylene blue synthetic water, alum sludge can remove COD by 94% with 2% alum sludge concentration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winarni
"Koagulasi terjadi karena adanya interaksi antara produk hidrolisa aluminum dengan kontaminan seperti partikel koloid. Berbagai spesies aluminum yang mungkin hadir pada kondisi tertentu perlu diperhatikan, mengingat bahwa mekanisme penurunan kekeruhan sangat tergantung pada spesies tersebut. PACl terdiri dari produk hidrolisa aluminum yang telah dibuat terlebih dahulu, dimana produk ini stabil pada pH di bawah 6 serta kurang sensitif dibandingkan dengan produk hidrolisa in situ yang dihasilkan dari alum. Keuntungan PACl dibandingkan alum diteliti sebagai fungsi dari pH dan dosis Al. Juga dibahas tentang kondisi spesifik dan spesies aluminum yang hadir dalam mekanisme koagulasi tertentu. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa PACl lebih efektif daripada alum pada rentang pH yang rendah dan pH tinggi, sedangkan penggunaan alum optimum pada kondisi netral.

Alum and PACl Coagulation. Coagulation occurs by interaction of aluminum hydrolysis products with the contaminant such as colloidal particles. It is necessary to consider the different aluminum species that may present during specific conditions, since the mechanism of turbidity removal is dependent upon them. PACl consists of preformed aluminum hydrolysis products, which are stable below pH 6 and less sensitive than in situ hydrolysis product, alum. The benefits of PACl relative to alum have been investigated as a function of pH and Al dosages. Specific conditions and aluminum species that exist during the certain mechanisms of coagulation are discussed. Results suggest that PACl is more effective than alum in lower pH range and high pH range, whereas alum is optimum in the neutral condition."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aditha Oktariany
"Limbah cair tahu merupakan salah satu sumber pencemaran air yang masih membutuhkan metode pengolahan yang lebih efektif. Dalam penelitian ini, digunakan teknologi ultrafiltrasi membran polisulfon dan pretreatment berupa proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan PAC. Pada proses koagulasi - flokulasi dilakukan variasi dosis sebesar 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm. Sedangkan pada proses ultrafiltrasi, dilakukan variasi tekanan umpan sebesar 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar dan 2 bar. Umpan limbah cair tahu memiliki pH antara 3,8-4, total padatan terlarut TDS antara 850-880 mg/L, total padatan tersuspensi TSS 380-420 mg/L, turbiditas antara 450-530 FAU, dan kandungan zat organik COD antara 5600-6600 mg/L dan BOD 2900 mg/L.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi koagulasi optimum dicapai ketika dosis PAC 300 ppm dengan penyisihan TSS sebesar 45,7, penyisihan turbiditas 44,8 dan penyisihan COD 26,5, sedangkan tekanan optimum pada ultrafiltrasi dicapai ketika 1,5 bar dengan penyisihan COD 75,5, penyisihan TSS 99,7, penyisihan TDS 41,7 dan penyisihan turbidity 97,7, sedangkan parameter BOD pada kondisi operasi optimum menunjukkan penyisihan hingga 99,6.

Wastewater from tofu industry is one of water pollution sources that still require more effective treatment. This study aim to treat wastewater from tofu industry through a combination of coagulation flocculation and ultrafiltration processes. Coagulation flocculation is conducted prior to ultrafiltration process to minimize the effect of fouling on membrane and to improve the performance of ultrafiltration process. Poly aluminum chloride PAC was used as coagulant with doses of 100, 200, 300, 400 and 500 ppm. The wastewater feed has pH, total dissolved solid TDS, total suspended solids TSS, turbidity and chemical oxygen demand in the ranges of 3.8-4, 850-880 mg L, 380-420 mg L, 450-530 FAU and 5600-6600 mg L, respectively. Experimental results showed that the effectiveness of coagulation increased with the addition of coagulant dose until the optimum dose is reached. After coagulation flocculation process, COD, TSS, and turbidity decreased, whereas TDS increased. The optimum dose of the coagulation flocculation process was then used for a combination of coagulation flocculation and ultrafiltration processes.
The results shows that optimum coagulation condition was achieved at 300 ppm of PAC dosage and yields 45.7 of TSS penyisihan, 44.8 of turbidity penyisihan and 26.5 of COD penyisihan, while the optimum pressure of ultrafiltration was achieved at 1.5 bar and yields penyisihan of COD by 75.5, penyisihan of TSS by 99.7, penyisihan of TDS by 41.7 and penyisihan of turbidity by 97.7, as for the BOD parameter yields 99.6 penyisihan by doing the ultrafiltration process twice.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Sofiana Putri
"Pabrik tahu umumnya merupakan industri berskala rumah tangga, sehingga efisiensi penggunaan air pada proses serta pengolahan limbahnya kurang diperhatikan. Limbah cair tersebut sangat berbahaya apabila dibuang langsung ke lingkungan perairan, karena mengandung pencemar organik yang tinggi, yaitu kadar BOD 2900 mg/L, COD 7417-7857 mg/L, TSS 286-365 mg/L pH 3,6-3,8, TDS 910-1040 mg/L, kekeruhan 370-523 NTU. Optimalisasi sistem pengolahan diperlukan untuk memenuhi baku mutu limbah cair pabrik tahu yang ditetapkan pemerintah dan juga diperlukan agar memperoleh kinerja pengolahan limbah cair tahu yang lebih efektif dan efisien. Pengolahan limbah cair pabrik tahu menggunakan kombinasi koagulasi-flokulasi dan ultrafiltrasi menggunakan membran selulosa asetat diharapkan dapat menjadi alternatif penanganan yang tepat.
Perlakuan awal koagulasi-flokulasi menggunakan koagulan Poly Aluminium Chloride PAC. Pada variasi waktu pengendapan 5, 15, 30, 45, 60, 75 dan 90 menit didapatkan waktu pengendapan optimum adalah 30 menit, dengan rejeksi TSS 57, kekeruhan 60 dan COD 32. Perlakuan lanjutan dengan ultrafiltrasi membran selulosa asetat dengan ukuran pori 4,5 nm MWCO 20kDa menghasilkan fluks dan rejeksi yang semakin baik dengan meningkatnya tekanan yang diberikan. Pada variasi tekanan 1 bar, 2 bar, 3 bar, 4 bar dan 5 bar didapatkan fluks dan rejeksi optimal pada tekanan 5 bar, yaitu dengan fluks sebesar 38 L/ m2.jam dan rejeksi TSS 100, kekeruhan 99, COD 80, TDS 8 serta pH akhir 6,74.

Commonly tofu production plant is a home industry, so that the utilization and treatment of water in process is less considered. Tofu wastewater is very dangerous if directly throw to aquatic environment, because it is contain high organic pollutant, with concentration of BOD 2900 mg L, COD 7417 7857 mg LTSS 286 365 mg L, pH 3,6 3,8, TDS 910 1040 mg L, turbidity 370 523 NTU. Optimalization of this treatment system is needed for comply the standard that regulated by government and also to making performance improvement in tofu wastewater treatment in effectivity and eficiency. Wastewater in tofu production plant using combination coagulation flocculation and ultrafiltration of cellulose acetate membrane be expected as an alternative appropriate handling.
Pretreatment of coagulation flocculation using Poly Aluminium Chloride PAC as coagulant. Variation of settling time 5, 15, 30, 45, 60, 75 and 90 minutes result the optimum settling time in 30 minutes, with rejection of TSS 57, turbidity 60 and COD 32. Main treatment of ultrafiltration membrane celulose with pore size 4,5 nm results that flux and rejection is better in the higher pressure. Experiment with 1, 2, 3, 4 and 6 bar result the optimum performance and rejection is on pressure 5 bar, with flux 8 L m2.jam and rejection of TSS 100, turbidity 99, COD 80, TDS 8 and also pH 6,74.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Aditya
"Limbah cair yang dihasilkan dari industri tahu masih mengandung padatan tersuspensi dan oksigen terlarut yang dapat mencemari perairan. Oleh karena itu harus diturunkan kadarnya sebelum dibuang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi metode koagulasi-flokulasi dan mikrofifltrasi untuk mengolah limbah cair industri tahu. Koagulan yang digunakan pada penelitian ini adalah PAC dan membran yang digunakan adalah keramik. Variasi yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pH limbah 6 hingga 9; tekanan pada proses mikrofiltrasi 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar. Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini yaitu pH 7 pada tahap koagulasi-flokulasi dan tekanan 1 bar pada proses mikrofiltrasi. Kombinasi proses ini menghasilkan penyisihan COD sebesar 71 , TSS sebesar 98 dan kekeruhan sebesar 97.

The wastewater generated from tofu plant still contains suspended solids and oxygen dissolved that can contaminate water. Therefore, the levels must be lowered before being discharged. This study aims to look at the performance of combination of coagulation flocculation and microfiltration for treating wastewater from tofu plant. Coagulant will be used in this study is PAC and the membrane will be used is ceramic. Variations are made on this study that wastewater pH of 6, 7, 8 and 9 microfiltration pressure of 0,5 bar, 1 bar and 1,5 bar. The best result were obtained from this research that pH 7 is the optimum condition for coagulation flocculation process and 1 bar is the optimum condition for microfiltration. This combination resulted 71 removal of COD, 98 of TSS and 97 of turbidity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Exa Saputra
"ABSTRAK
Limbah cair yang dihasilkan oleh industri batik masih mengandung zat warna serta bahan pencemar lain dalam konsentrasi yang sangat tinggi, sehingga dapat menurunkan kualitas ekosistem perairan jika langsung dibuang tanpa pengolahan. Oleh karena itu, pada penelitian ini, limbah cair batik diolah dengan menggunakan teknik kavitasi hidrodinamika, ozonasi, dan kombinasi keduanya. Oleh karena kandungan bahan pencemar pada limbah cair batik sangat tinggi, maka untuk meningkatkan efektivitas proses pengolahan limbah dilakukan pralakuan dengan menggunakan teknik koagulasi-flokulasi berbasiskan penggunaan koagulan PAC. Setelahnya proses pengolahan limbah utama dilakukan dengan melakukan variasi laju alir sirkulasi limbah pada 2 L/menit, 4 L/menit, dan 6 L/menit. Parameter pH awal limbah juga divariasikan menjadi 4, 7, dan 10 sebagai representasi kondisi asam, netral, dan basa. Hasil terbaik yang diperoleh dari penelitian ini, yaitu pada aplikasi teknik kombinasi kavitasi hidrodinamika dan ozonasi yang memberikan persentase penyisihan kadar TSS, COD, warna (Pt-Co), dan TOC sebesar 95,19%; 78,85%; 96,42%; dan 60,56% selama 60 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Putu Aditya Yuga Nugraha
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kinetika pembentukan flok pada pengolahan air limbah pewarna buatan menggunakan proses koagulasi-flokulasi. Tawas dan Anionik Polyacrylamide (APAM) digunakan sebagai koagulan dan flokulan. Analisis kinetika yang digunakan adalah persamaan kinetika Avrami menggunakan fraksi penghilangan kekeruhan dan warna pada suhu 303 K, 323 K, dan 343 K untuk memngetahui kinetika pembentukan flok. Hasil uji jar menunjukan data optimum pada suhu 303 K dengan pH 6,5, dosis koagulan dan flokulan masing masing 30 ppm dan 1 ppm. Proses koagulasi-flokulasi selama 120 menit menunjukan penghilangan parameter kekeruhan (NTU) dan parameter warna (Gardner scale) masing-masing 90,8% dan 85,2 %. Data proses koagulasi-flokulasi pada parameter kekeruhan dan parameter warna masing masing mengikuti kinetika persamaan Avrami:
Y(T,t)_kekeruhan=1- exp{[-0,21exp(-(598,80)/(T))t(0,85)]}
Y(T,t)warna=1- exp{[-174,84exp(-(2928,20)/T)t(0,90)]}

The goal of this research is to better understand the kinetics of floc formation in artificial dye wastewater treatment utilizing the coagulation-flocculation method. Alum is used as a coagulant, while Anionic Polyacrylamide is used as a coagulant aid. To understand floc formation kinetics, the Avrami equation is utilized to examine turbidity and color removal at 303 K, 323 K, and 343 K. Jar test procedures were also performed in this study to identify the optimal tubidity and color removal. The best results were obtained at 303 K and a pH of 6,5. The optimal coagulant and flocculant dosages are 30 ppm and 1 ppm, respectively. At 120 minutes, turbidity removal (NTU) and color removal (Gardner Scale) were 90,8% and 85,2%, respectively. Data on turbidity and color parameters for coagulation-flocculation process respectively follow the kinetics of the Avrami equation:
Y(T,t)turbidity=1-exp{[-0,21exp(-(598,80)/(T))t(0,85)]}
Y(T,t)color=1-exp{[-174,84exp(-(2928,20)/T)t(0,90)]}
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parningotan, Samuel
"Industri tekstil adalah salah satu kontributor utama pencemaran air, khususnya pencemaran zat warna. Pencemaran ini umumnya didominasi pada zat warna berjenis AZO yang memiliki dampak buruk bagi manusia dan lingkungan. Penyisihan zat warna AZO melalui pengolahan biologis konvensional menjadi tantangan akibat dari waktu proses yang lama serta sifat toksisitas yang dimiliki zat warna. Pada penelitian ini, penyisihan zat warna diteliti dengan menggunakan proses KFS, FLO, maupun kombinasi keduanya. Penelitian ini dilakukan pada alat jar test dengan menggunakan variasi dosis koagulan (10-80 mg/L), dosis H2O2 (42-1.680 mg/L), dan model kombinasi (KFS-FLO, FLO-KFS, dan FLO/KFS). Penyisihan zat warna Congo red sebesar 89% dicapai pada model kombinasi KFS-FLO pada kondisi 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (KFS) dan pH 3 (FLO). Hasil ini dibandingkan dengan persentase penyisihan pada kondisi terpilih di setiap masing-masing proses KFS (45%) dan FLO (62%). Selain memberikan efektivitas penyisihan yang tinggi, model kombinasi KFS-FLO menunjukkan penghematan biaya operasional akibat dari berkurangnya penggunaan H2O2 dan penyisihan yang sudah dilakukan koagulan pada proses KFS.

The textile industry is one of the main contributors to water pollution, especially dye pollution. This pollution is generally dominated by AZO-type dyes which harm humans and the environment. Removal of AZO dyes through conventional biological treatment is a challenge due to the long processing time and the toxicity of the dyes. In this study, dye removal was investigated using the CFS, FLO, or a combination of both processes. This research was conducted using a jar test using various coagulant doses (10-80 mg/L), H2O2 doses (42-1,680 mg/L), and combination models (CFS-FLO, FLO-CFS, and FLO/CFS). Congo red dye removal of 89% was achieved in the CFS-FLO combination model at conditions of 24 mg/L FeCl3, 280 mg/L H2O2, pH 8 (CFS), and pH 3 (FLO). This result is compared with the percentage of removal under selected conditions in each of the CFS (45%) and FLO (62%) processes. In addition to providing high removal effectiveness, the combined CFS-FLO model shows operational cost savings as a result of reduced H2O2 usage and coagulant removal in the CFS process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>