Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2002
S29729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seagroatt, Margaret
London: The Herbert Press , 1975
746.1 SEA b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Duan, Jianhua
Beijing : Foreign languages Press, 2009
SIN 745.582 51 DUA f (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tesar Chandra Esnawan
"ZnO/NiBi2O4, NiBi2O4, dan ZnO berhasil disintesis secara green synthesis menggunakan ekstrak daun patikan kebo (EDPK) dalam sistem dua fasa melalui metode sol gel. Hasil sintesis dilakukan karakterisasi menggunakan Spektroskopi FTIR, Spektrofotometer UV-Vis DRS, XRD, dan FE-SEM. Kandungan metabolit sekunder seperti alkaloid, saponin, dan steroid pada ekstrak daun patikan kebo berperan penting dalam proses sintesisyang telah dikarakterisasi dengan FTIR dan Spektrofotometer UV- Vis. Alkaloid berperan sebagai sumber basa lemah sedangkan saponin berperan sebagai capping agent dalam proses sintesis. Didapatkan nilai band gap untuk ZnO/NiBi2O4, NiBi2O4, ZnO masing masing sebesar 2,72eV, 1,83 eV, dan 3,11 eV yang diukur dengan Spektrofotometer UV-Vis DRS. Hasil studi aktivitas fotokatalitik ZnO/NiBi2O4 menunjukkan degradasi malasit hijau yang lebih baik dibandingkan dengan ZnO dan NiBi2O4. Persentase degradasi malasit hijau 5 mg nanokomposit ZnO/NiBi2O4, nanopartikel NiBi2O4, dan nanopartikel ZnO masing masing sebesar 92,30%, 77,33%, dan 55,99 dibawah sinar tampak selama 120 menit.

In this rearch, ZnO/NiBi2O4, NiBi2O4, and ZnO were successfully synthesized by green synthesis using patikan kebo leaf extract (EDPK) in a two-phase system using the sol gel method. The results of the synthesis were characterized using FTIR Spectroscopy, UV- Vis Spectrophotometer DRS, XRD, and FE-SEM. The content of secondary metabolites such as alkaloids, saponins, and steroids in patikan kebo leaf extract plays an important role in the synthesis process which has been characterized by FTIR and UV-Vis Spectrophotometer. Alkaloids act as a source of weak bases while saponins act as capping agents in the synthesis process. The band gap values for ZnO/NiBi2O4, NiBi2O4, ZnO were 2.72eV, 1.83 eV, and 3.11 eV, respectively, as measured by the DRS UV-Vis Spectrophotometer. The results of the study on the photocatalytic activity of ZnO/NiBi2O4 showed better degradation of green malachite than ZnO and NiBi2O4. The degradation percentage of 5 mg green malachite nanocomposite ZnO/NiBi2O4, NiBi2O4 nanoparticles, and ZnO nanoparticles were 92.30%, 77.33%, and 55.99 respectively under visible light for 120 minutes."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Zulfahmi Putra
"Urgensi akan permasalahan limbah makin meningkat. Salah satu limbah yang paling sulit di olah adalah limbah plastik, maka kebutuhan akan plastik yang dapat di degradasi secara cepat menjadi salah satu alternatif solusi untuk permasalahan tersebut. Material berbahan dasar organik seperti serat ijuk dan polylactic acid mulai di kembangkan. Akan tetapi perbedaan sifat permukaan kedua bahan tersebut menimbulkan masalah apabila di padukan. Untuk mengatasi masalah kompatibilitas tersebut dibutuhkan perlakuan alkalinisasi pada kedua bahan tersebut.
Alkalinisasi dilakukan dengan larutan NaOH 0,25 M dan 0.5 M selama 6 jam ,8 jam, dan 10 jam di harapkan dapat meingkatkan kompatibilitas antar 2 bahan tersebut. Kompatibiltas dapat di tunjukan melalui sifat mekanis material komposit tersebut. Mencari fraksi volum serat yang optimal menjadi suatu hal yang harus di lakukan karena dapat berpotensi menimbulkan void. Maka fraksi volume 5%, 7,5%, dan 10% menjadi variabel dalam penentuan fraksi volume yang optimal.

Nowadays the urgency of the waste problem is increasing. One of the most difficult waste to be processed is plastic waste, the idea of plastic that can be degraded quickly become one of alternative solutions to these problems. materials such as organic fibers and polylactic acid bio-polymer begin to develop. However, differences in the surface properties of the two materials is become a problem to be solved. To overcome the compatibility issues, Fibers need alkalinization treatment on both of the materials.
Alkalinization performed with NaOH solution 0.25 M and 0.5 M for 6 hours, 8 hours, and 10 hours are expected to boost the compatibility of surface properties between two materials. Good compatibility can be indicated through the mechanical properties of the composite material. Searching for the optimal fiber volume fraction becomes a thing that should be done because it can potentially resulting voids in the microstructure. Then the volume fraction of 5%, 7.5%, and 10% are the variables to determine the optimal volume fraction of the composite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60412
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roro Rahayu Inggriani
"Penggunaan larutan pra-perlakuan kolkisin dan pewarna sintetis, aseto-carmin diketahui dapat memberikan dampak toksik bagi penggunanya maupun lingkungan sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai potensi bahan alam sebagai pengganti kolkisin dan pewarna aseto-carmin. Jenis bawang-bawangan seperti bawang bombay, bawang dayak, bawang merah, dan bawang putih memiliki kekerabatan ordo dengan tanaman penghasil kolkisin. Kayu secang memiliki senyawa aktif pewarna brazilin yang dapat menjadi potensi pengganti larutan kolkisin dan pewarna aceto-carmin. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian empat larutan bawang terhadap indeks mitosis dan abnormalitas pada akar bawang merah dan menentukan larutan bawang yang digunakan dalam percobaan pewarna kayu secang untuk melihat perbedaan struktur morfologi kromosom yang diwarnai kayu secang dengan pewarna sintesis, aseto-carmin. Larutan empat bawang dibuat dengan melarutkan serbuk bawang ke dalam air hingga konsentrasi 0,01% dan 0,1%, sedangkan pewarna kayu secang dibuat dengan melarutkan serbuk kayu secang pada pelarut asam-asetat 25% dan 45% yang kemudian dibedakan dengan ada tidaknya pemanasan. Metode squash digunakan untuk mendapatkan kromosom akar bawang yang telah diberikan perlakuan larutan empat jenis bawang maupun pewarna kayu secang. Berdasarkan hasil Uji ANOVA satu arah, pemberian larutan bawang bombay, bawang dayak, bawang merah dan bawang putih sebagai larutan pra-perlakuan tidak berbeda nyata (P < 0,5) dengan yang diberi perlakuan kolkisin untuk indeks mitosis, indeks metafase dan abnormalitas kromosom. Bawang bombay 0,1% dipilih menjadi larutan pengganti kolkisin pada percobaan pewarna kayu secang karena memiliki kecenderungan lebih tinggi pada indeks mitosis, mefase dan c-metafase di antara bawang yang lain. Pewarna kayu secang dapat dijadikan alternatif pewarna kromosom karena tidak mempengaruhi struktur dan morfologi kromosom dibandingkan dengan pewarna sintetis, aseto-carmin. Larutan empat bawang memiliki potensi untuk menggantikan larutan kolkisin dan pewarna kayu secang memiliki potensi untuk menggantikan pewarna sintetis, aseto-carmin.

The use of colchicine pre-treated solution and synthetic dye, aceto-carmine, is known to have a toxic impact on its users and the environment. Hence, it is necessary to research the potential of natural ingredients as a substitute for colchicine and aceto-carmine dye. Types of onions such as shallots, Dayak onions, shallots, and garlic have an order kinship with colchicine-producing plants, and Sappan wood has an active compound of brazilin dye which can be a potential substitute for colchicine solution and aceto-carmine dye. The research was conducted to determine the effect of giving four onion solutions on the mitotic index and abnormalities in shallot roots to determine the onion solution used in the sappan wood dye experiment and to find out the differences in the morphological structure of the chromosomes in the sappan wood dye compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onion solutions were made by dissolving each onion powder in water to a concentration of 0.01% and 0.1%. Sappan wood dye was made by dissolving sappan wood powder in 25% and 45% acetic acid solvent, which was then distinguished by heated or not. The squash method was used to get chromosomes from onion roots treated with four types of onions and sappan wood dyes. Based on the results of the one-way ANOVA test, the administration of onion, Dayak onion, shallot, and garlic solution as a pre-treatment solution was not significantly different (P <0.5) from that given colchicine treatment for mitotic index, metaphase index, and chromosomal abnormalities. Onion 0.1% was chosen as a colchicine replacement solution in the sappan wood dye experiment because it obtained the highest scores on the mitotic, metaphase, and c-metaphase indices among the other onions. Sappan wood dye can be an alternative to chromosome dye because it does not affect the structure and morphology of chromosomes compared to the synthetic dye, aceto-carmine. The four onions solution can potentially replace the colchicine solution, and Sappan wood dye can replace the synthetic dye, aceto-carmine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Elsa Yosephine
"ABSTRAK
Luka adalah disrupsi dari struktur anatomi dan fungsi normal kulit. Luka seringkali terjadi, namun masyarakat terkadang mengabaikan upaya untuk menyembuhkan luka tersebut. Bawang merah merupakan tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas antimikroba, antiinflamasi juga antioksidan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol 70% umbi bawang merah per oral sebagai penyembuh luka terbuka. Tiga puluh ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan tiga kelompok dosis ekstrak masing-masing 30; 60; 120 mg/200 g bb. Tikus dianestesi dengan uretan melalui rute intraperitoneal, kemudian dibuat luka dengan diameter 2 cm dan kedalaman 0,2 cm. Perlakuan diberikan selama 21 hari dan pengamatan diameter luka dilakukan setiap 2 hari untuk penentuan persentase kontraksi luka. Tikus dikorbankan pada hari ke-22 untuk diambil kulitnya dan dibuat preparat untuk analisis histopatologi menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang merah peroral dosis 30 mg/200 g bb dapat mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kontrol negatif pada hari ke-5. Hal ini didukung oleh analisis histopatologi yang menunjukkan bahwa pada kelompok dosis 30 mg/200 g bb terjadi reepitelisasi secara sempurna, sedikitnya sel inflamasi, dan jumlah fibroblas yang banyak.

ABSTRACT
Wound is defined as disruption to the normal anatomical structure and function. Wounds often occur, but sometimes people overlook an attempt to heal the wound. Shallot (Allium ascalonicum Linn.) has been used as a treatment and known to have anti-microbial, anti-inflammatory and anti-oxidant activity that can accelerate wound healing process. The object of study was to determine the effect of the 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum Linn. by oral administration as open wound healer. Thirty Sprague-Dawley male rats were divided into five groups: negative control, positive control, and three extract groups (30; 60; 120 mg/ 200 g bw). Open wound (diameter = 2 cm, thickness = 0,2 cm) created after the rats anesthetized with uretan via intraperitoneal. Treatment was given for 21 days and wound’s diameter measurements performed every 2 days to determine wound contraction (%). At the twenty-second day, the rats were sacrificed and the skin was taken for histopatological analysis using hematoxylin-eosin. The results showed that the 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum L. with optimum dose 30 mg/200 g bw can accelerate wound healing than negative control at the 5th day. Besides, the histopathological analysis of group of dose 30 mg/200 g bw showed that reepithelialisation was completed, inflammatory cells are in low amount, and fibroblasts found in high amount.
"
2015
S61208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Epiphania
"Bawang merah diketahui memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ekstrak etanol 70% umbi bawang merah yang diberikan secara topikal sebagai penyembuh luka terbuka pada tikus putih jantan. Bahan uji yang digunakan adalah umbi bawang merah yang diekstrak dengan pelarut etanol 70%. Tikus dilukai dengan ukuran diameter luka sebesar 2 cm. Parameter yang diamati adalah %kontraksi luka yang diukur setiap 2 hari dan pengamatan histopatologi menggunakan pewarna hematoksilin & eosin. Perlakuan dilakukan selama 21 hari terhadap 30 ekor tikus jantan Sprague dawley. Tikus terbagi kedalam 5 kelompok, yaitu kelompok negatif, kelompok positif, dan tiga kelompok dosis ekstrak etanol 70% umbi bawang merah (11mg; 33mg; 99mg per 200g bb tikus). Pengamatan histopatologi dilakukan pada hari ke-22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% umbi bawang merah secara topikal tidak memiliki efek penyembuhan luka terbuka jika ditinjau dari diameter dan persentase kontraksi luka.

One of medicinal plants that has been used by Indonesian people as wound care is red onion (Allium ascalonicum L.). Red onion is known for the anti- inflammation, antioxidant and antimicrobial activities. This study was aimed to determine the effect of 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum L. that applied topically as open wound care. Tested substance was red onion bulbs that were extracted in 70% ethanol. Rats were wounded with diameter was 2 centimeters. The parameters evaluated were % wound contraction measured every two days and skin histopathology stained with hematoxylin and eosin. Treathment done for 21 days toward 30 male white Sprague dawley rats. Rats were divided into 5 groups: negative control, positive control, and three extract groups (11mg; 33mg; 99mg/ 200 g bw). Skin histopathology were performed on day-22. The results showed that the 70% ethanolic extract of red onion didn’t have the effect as wound care based on diameter and % wound contraction data."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tin Kartini
"Modifikasi serat rayon sebagai adsorben dilakukan melalui pencangkokkan (grafting) monomer asam metakrilat (MA) dan komonomer N,N’ bisakrilamid (NNBA) dengan menggunakan teknik prairradiasi dalam udara dengan total dosis 20 kGy. Kondisi pencangkokkan dilakukan pada suhu 60oC, waktu reaksi 1 jam, konsentrasi MA 10% v/v (dalam air) serta variasi konsentrasi komonomer NNBA 0-15% w/w. Pengaruh konsentrasi komonomer NNBA dipelajari dengan melakukan karakterisasi serat rayon tercangkok. Karakterisasi serat tercangkok dilakukan dengan menentukan persen grafting (% G) dan swelling (% S) pada berbagai pH (3,0-9,0), mengamati perubahan morfologi serat dengan scanning electrone microscope (SEM) serta ketahanan terhadap panas dengan thermal gravimetric analysis (TGA) dan terhadap asam (HCl 1,0 N) dan basa (NaOH 1,0 N) dengan merendamnya dalam larutan asam dan basa selama 2 jam. Sifat adsorpsi serat tercangkok dipelajari pada berbagai konsentrasi komonomer dan berbagai pH menggunakan zat warna basa tekstil basic yellow 11 dan 12 (BY 11& 28) serta basic blue 41. Hasil karakterisasi terhadap serat rayon tercangkok menunjukkan bahwa kenaikkan konsentrasi NNBA menyebabkan turunnya % G, % S dan perbedaan % S dalam kondisi asam dan basa, memperkecil diameter serat serta meningkatkan ketahanan terhadap panas dan basa. Hasil ini menunjukkan komonomer NNBA dapat berfungsi sebagai crosslinker (pengikat silang). Kapasitas pertukaran ion serat rayon tercangkok dalam bentuk Na dengan sistem batch menurun dengan meningkatnya konsentrasi NNBA. Waktu kontak adsorpsi zat warna basa dengan sistim batch dicapai dalam waktu 120 menit. Laju reaksi meningkat dan selektivitas adsorpsi zat warna menurun dengan meningkatnya konsentrasi crosslinker. Kapasitas adsorpsi zat warna basa dengan sistem batch menurun dengan meningkatnya konsentrasi crosslinker dan pH larutan, namun kapasitas meningkat dengan meningkatnya sifat ionik dan keplanaran struktur zat warna basa,dengan urutan adsorpsi BB 41>BY 11>BY 28. Bentuk isotherm adsorpsinya mengikuti model persamaan Freundlich. Zat warna basa tidak dapat didesorpsi dengan sempurna menggunakan larutan garam (NaCl atau KCl 2000 mg/L), asam (HCl atau CH3COOH 0,5 M) maupun pelarut organic (metanol atau aseton)."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2006
T40069
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>