Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yatri Hapsari
"Perkebunan kelapa sawit tersebar dl berbagal daerah di Indonesia.
Sebagian besar dari komponen kelapa sawit sudah banyak dimanfaatkan,
antara lain sebagai minyak goreng, nata de coco, sumber pupuk kalium dan
sebagainya. Namun tangkai kelapa sawit belum dimanfaatkan secara
optimal, karena tangkai kelapa sawit biasanya hanya dimanfaatkan sebagai
kayu bakar oleh penduduk sekitar. Penelitian ini bertujuan agar tangkai
kelapa sawit dapat digunakan sebagai karbon aktif.
Pembuatan karbon aktif dari tangkai kelapa sawit dilakukan melalui
tahapan yaitu dehidrasi, aktivasi dan kartxjnisasi. Aktivator yang digunakan
adalah H3PO4. Optimasi pembuatan karbon aktif dilakukan dengan variasi
waktu perendaman, konsentrasi H3PO4 dan suhu akhir karbonisasi. Kondisi
optimum didapatkan pada waktu perendaman 8 jam, konsentrasi H3PO4 6 M
dan suhu akhir karbonisasi 500° C. Luas permukaan karbon aktif optimum, karbon aktif Merck dan karbon
tanpa aktivasi H3PO4 yang diukur dengan ASAP 2400 didapat luas
permukaan karbon aktif optimum 1088,5271 m^/g, karbon aktif Merck
982,2413 m^/g dan tanpa aktivasi H3PO4 903,7374 m^/g.
Karbon aktif optimum, Merck dan karbon tanpa aktivasi H3PO4
digunakan untuk penyerapan zat warna Acid Orange 7 dan Metanil Yellow.
Hasil penyerapan zat warna Acid Orange 7 pada karbon aktif optimum
mencapai 98,80%, karbon aktif Merck 98,48% dan karbon tanpa aktivasi
29,06%.Pada penyerapan zat warna Metanil Yellow, karbon aktif optimum
dapat menyerap sebesar 99,03%, karbon aktif Merck menyerap sebesar
98,67% dan karbon aktif tanpa aktivasi H3PO4 menyerap sebesar 20,36%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widyastuti Samadi
"Limbah langkai kelapa sawit sangat berlimbah tapi belum banyak dimanfaatkan. Penelitian ini bertujuan agar tangkai kelapa sawit dapat dibuat scbagai karbon aktif dengan mcnggunakan aktivalor HjPO*. Optimasi pembuatan karbon aktif dilakukan dengan menggunakan variasi waktu perendaman, konsentrasi H3PO4 dan suhu karbonisasi. Kondisi optimum didapatkan pada waktu perendaman 8 jam, konsentrasi HjPO4 6M dan suhu akhir karbonisasi 500°C. Luas permukaan dari karbon akiif optimum, karbon aktif bermerk X dan yang tanpa aktivasi diukur menggunakan ASAP 2400. Hasil pengukuran luas permukaan unluk karbon aktif 1088,527 IrnVg , karbon aktif merk X 982.2413 m2/g dan karbon tanpa aktivasi 903,7374 mVg. Pada uj! penyerapan iod untuk karbon aktif 95%, merk X 99% dan karbon tanpa aktivasi 39.50%. Uji penyerapan metilen biru untuk karbon aktif 99,96%, merk X 99.90 % sedang tanpa aktivasi 2.28% Pada uji penyerapar. zat wama Acid Orange 7, karbon aktif 98,80%, merk X 98.48% sedang tanpa aktivasi 29.06%. Untuk penyerapan zat warna metanil yellow karbon aktif menghasiikan 99,03%. merk X 98.67% dan yang tanpa aktivasi 20.35%"
2006
SAIN-11-2-2006-9
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Shobrun Jamil
"Meningkatnya taraf ekonomi negara berkembang memacu meningkatnya pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk membuat filter masker karbon aktif yang berasal dari bambu betung melalui aktivasi menggunakan H3PO4 dan K2CO3. Bambu dipilih menjadi bahan dasar masker karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi 42.4-53.6 serta ketersediaan yang berlimpah. Metode dip coating dilakukan untuk melapisi karbon aktif pada permukaan masker menggunakan perekat TEOS. Selanjutnya kapasitas adsorpsi karbon aktif diuji pada ruang kompartemen dengan mengalirkan campuran masing-masing gas CO dan CO2 dan udara tekan selama satu jam dan diukur perbedaan konsentrasi masukan dan keluaran gas menggunakan gas analyzer.
Hasil karaktersasi bilangan iod mencapai 916.3 mg/g dengan luas permukaan BET 465.2 m2/g. Analisis SEM-EDX menunjukkan bahwa karbon aktif tersusun atas 74.83 wt karbon. Hasil uji adsorpsi menunjukkan kemampuan penyerapan maksimum CO2 sebesar 4.8 mmol/g dengan waktu jenuh 7 jam. Sedangkan untuk CO, kapasitas adsorpsi dihitung selama 1 jam, menunjukkan kemampuan sebesar 0.184 mmol/g. Karbon aktif telah memenuhi standar SNI serta dapat diaplikasikan untuk pembuatan masker antipolutan yang mampu mengadsorpsi gas CO dan CO2 hingga ke batas aman yang telah ditetapkan.

This study aimed to determine wheth Increasing in economic level of developing countries led to increasing in air pollution problem. This research is aimed to make activated carbon based gas mask filter that was prepared from bamboo scraps by the combined activation using H3PO4 and K2CO3. Bamboo is selected as raw material because of its abundant availability and high cellulose content 42.4 53.6 . Dip coating is conducted to coat activated carbon on the surface layer of mask by adding TEOS compound. Furthermore, adsorption capacity of activated carbon is tested using compartment by flowing air containing CO and CO2 for one hour.
The results of the characterization shows that the iodine number of the activated carbon produced reaches 916.3 mg g with BET surface area of 465.2 m2 g. SEM EDX analysis shows that the carbon content is 74.83 . Adsorption capacity of activated carbon is tested using compartment by flowing air containing pollutant gas and compressed air for one hour. The results indicate that the maximum number of moles CO2 adsorbed is 4.8 mmol g with 7 hour saturated time, while adsorption capacity of CO measured in 1 hour test is 0.184 mmol g. Therefore, activated carbon has met the standards and can be applied for gas msk filter to eliminate CO and CO2 up to safety limit concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tias Miranti
"Pada penelitian pembuatan karbon aktif dari bambu ini digunakan metode aktivasi kimia dengan menggunakan variasi activating agent, yakni H3PO4 dan KOH dengan rasio massa activating agent/massa karbon 1/1, 2/1, dan 3/1. Aktivasi dilakukan pada temperatur 700oC selama 1 jam. Luas permukaan tertinggi yang direpresentasikan dengan bilangan iodin sebesar 772,08 mg/g diperoleh dengan aktivasi menggunakan H3PO4 dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1, sedangkan aktivasi menggunakan KOH diperoleh bilangan iodin tertinggi sebesar 744,92 mg/g dengan rasio massa activating agent/massa karbon 3/1. Sebagai pembanding, juga dilakukan pembuatan karbon aktif dengan metode aktivasi fisika dan diperoleh bilangan iodin karbon aktif sebesar 283,38 mg/g.

This research aims to produce activated carbon from bamboo as the raw materials. In this research controlled by the activation method using variation of activating agent, H3PO4 and KOH with a mass ratio of activating agent/carbon mass are 1/1, 2/1, and 3/1. It also performed at 700°C activation temperature for 1 hour. The highest iodine number of 772.08 mg/g obtained by activation using H3PO4 with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1, whereas activation with KOH obtained the highest iodine number of 744.92 mg/g with a mass ratio of activating agent/carbon mass 3/1. For comparison, the study was also carried out the manufacture of activated carbon by physical activation method and the iodine number of activated carbon obtained at 283.38 mg/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Helmawan
"Karbon berukumn antara 0,063 mm dan 0,125 mm terbuat dari tempurung kelapa, diaktifkarn dengan Iarutan aktivator MgCl2 dan NaCl dengan variasi waktu 1,2,3,4,5,6,9, 12,24 dan 43 jam, dan diperoleh waktu perendaman terbaik selama 5-6 jam.
Karbon aktif dengan aktivator MgCl2 merupakan adsorben terbaik untuk memucatkan dan meningkatkan kualitas minyak goreng curah (Crude Palm Oil-CPO, tradisional).
Hasil-hasil yang diperoleh adalah:
1. Kejernihan minyak sebesar 3 NTU (sebelumnya 10 NTU), dengan pembanding minyak Delima (DEPKES No : 231309026037) sebesar 2 NTU menjadikan minyak lebih jernih.
2. Kandungan asam Iemak bebas adalah 0,17 % (sebelumnya 0,474 %), pembanding 0,125 %. Batas rnaksimum untuk kandungan asam lemak bebas menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah 5 %.
3. Berkurangnya kandungan asam lemak bebas dalam minyak menyebabkan berkurangnya gejala batuk, dan tidak terdapatnya lapisan tipis pada lidah sewaktu dikonsumsi.
4. Bilangan Peroksida yang menurun, dari sebesar 2,41 % menjadi 0,97 %, pembanding 0,68% dengan batas maksimal yang keluarkan oleh BSN sebesar 6 %, menyebabkan minyak tidak mudah rusak walaupun mengalami kontak Iangsung dengan oksigen di udara.
5. Bilangan asam dan derajat asam yang semula sebesar 0,223 dan 0,398 berkurang menjadi 0,05 dan 0,09, dengan besar pembanding yaitu 0,045 dan 0,079.
6. Perbandingan luas permukaan, volume, pori dan ukuran pori karbon sebelum/karbon sesudah aktivasi adalah 9.39/256.6 m2/gram, 0.003239/0.1225 cc/gram dan 6.581/10.12 A."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S49179
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiyanto
"Saat ini Indonesia mengalami masalah pasokan energi yang sangat serius. Disamping cadangan minyak yang semakin menurun, juga harga minyak mentah dunia yang cenderung terus menerus meroket dan menguras keuangan negara untuk keperluan subsidi. Hal ini mengakibatkan kebijakan pemerintah yang berubah dalam arah komposisi pemakaian energi nasional didalam perencanaannya yang akan menurunkan pemakaian bahan bakar minyak dan akan semakin dominan ke arah jenis energi yang lebih ramah lingkungan serta jenis sumber energi baru dan terbarukan. Sumber energi hidrogen dan metana dari Coalbed Methane (CBM) termasuk dalam kategori ini. Meskipun hidrogen adalah sumber energi yang dapat diregenerasi dan methana dari CBM cukup banyak persediaannya di Indonesia, namun transportasi dan storage masih menjadi kendala dalam pemanfaatan sumber energi ini, oleh karena itu, pengembangan teknologi di bidang transportasi dan storage sumber energi hidrogen dan methana merupakan tugas yang sangat penting untuk masa depan kehidupan manusia.
Salah satu cara yang sangat menjanjikan dalam teknologi storage gas adalah dengan methoda 'adsorptive storage', dimana gas-gas tersebut disimpan dalam keadaan teradsorpsi pada suatu 'adsorbent' tertentu. Molekul 'gas' yang dalam keadaan teradsorpsi mempunyai densitas yang mendekati dengan densitas cairnya. Dengan demikian, secara teoritis dapat diperkirakan bahwa cara penyimpanan gas dengan methoda ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanannya bahkan sampai dua kali lipat dengan tekanan yang hanya 1/10 nya Kemampuan ini bisa lebih meningkat lagi, tergantung jenis adsorbent dan luas permukaannya. Karbon aktif adalah merupakan kandidat adsorbent yang sangat baik untuk keperluan penyimpanan gas ini.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan karbon aktif super dengan luas permukaan lebih besar dari 3000 m2/gram dengan bahan baku batubara bitumenous Ombilin dan tempurung kelapa. Batubara Ombilin dipilih sebagai bahan baku pembuatan karbon aktif karena ketersediaannnya yang cukup banyak di Indonesia, sedangkan tempurung kelapa dipilih sebagai representatif dari sumber daya alam yang dapat terbarukan. Perlakuan dengan larutan KOH pada suasana gas nitrogen diharapkan dapat mengontrol terjadinya oksidasi karbon pada tahap aktivasi sehingga jumlah pori yang terbentuk di dalam karbon aktif cukup banyak sehingga menambah luas permukaannya. Hasil karbon aktif yang terbaik pada penelitian ini adalah hasil karbon aktif pada KOH/batu bara (4/1) 1882 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 900°C sedangkan untuk karbon aktif KOH/arang tempurung kelapa (4/1) didapatkan hasil 684 m2/gram dengan Temperatur aktivasi 700°C. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa karbon aktif yang dihasilkan belum mencapai karbon aktif super.

Currently Indonesia has experienced problems of energy supply is very serious. In addition to diminishing oil reserves, as well as world crude oil prices are likely to continue to skyrocket, and financial drain for the purposes of state subsidies. This resulted in a change in government policy toward the composition of national energy use in its planning that will reduce fuel consumption and will be increasingly dominant in the direction of more environmentally friendly energy and other types of new and renewable energy sources. Energy source of hydrogen and methane from the Coalbed Methane (CBM) falls into this category. Although hydrogen is an energy source that can be regenerated and methane from CBM quite a lot of stock in Indonesia, but the transportation and storage is still a constraint in exploiting this energy source, therefore, technological development in transportation and storage of hydrogen and methane energy sources is a task very important for the future of human life.
One way that is very promising in the gas storage technology is a method of "adsorptive storage", where the gases are stored in the adsorbed condition on an "adsorbent" certain. Molecule "gas" which in the adsorbed state has a density which approximates the density of the liquid. Thus, theoretically can be expected that with the method of gas storage method can increase storage capacity even up to twice the pressure that only a tenth of his ability can be improved again, depending on the type of adsorbent and the surface area. Activated carbon adsorbent is an excellent candidate for gas storage purposes.
In this research aims to produce a super activated carbon with surface area greater than 3000 m2/gram with raw coal bitumenous Ombilin and coconut shell. Ombilin selected coal as raw material for manufacture of activated carbon enough availability in Indonesia, while the coconut shell was chosen as a representative of the natural resources which can be renewable. Treatment with aqueous KOH in an atmosphere of nitrogen gas is expected to control the oxidation of carbon on the activation phase, so as the number of pores formed in the activated carbon enough, so that adds quite a lot of surface area. The best results of activated carbon in this study is the result of active carbon on the KOH / coal (4 /1) 1882 m2/gram with activation temperature to 900°C, while the KOH activated carbon/charcoal (4/1) found that the result 684 m2/gram with the activation temperature 700°C. From these results we can conclude that the activated carbon produced was not achieved super activated carbon.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27522
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Hanum K.
"Limbah dari kegiatan Industri dan ruinah tangga dapat mengancam kelestarian
lingkungan. Limbali dari industri tekstil merupakan salah satu industri yang mempunyai
saham besar pada pencemaran lingkimgan. Ancaman iui dapat ditangguiangi dengan
mengolah air linibah dengan pengolahan yang baik sebelum dibuang kesaluran uinmn.
SaMi satu metode yang dapat dikembangkan dalain menangani masalah liinbah
cair dan industri tekstil ini adalah dengan metode adsorpsi. Pada penelitian ini digunakan
karbon aktif sebagai adsorben untuk inenyerap warna, bau dan zat-zat lain yang ada
dalam limbah tekstil tersebut.
Serbuk gergaji kayu jati yang dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan
karbon aktif ini direndam dengan H3PO4 selama satu jam. Karbonisasi dilakukan pada
suliu 170°C, setelah itu suhu dinaikkan lagi hingga 500°C. Karbon aktif yang dihasilkan
keraudian dinetralisasi dengan cara pencucian beberapa kali dengan aquades hingga pH
6. Uji lod dan uji Metilen Biru dilakukan imtuk menguji kwalitas karbon aktif tersebut
dibandingkan dengan karbon aktif standar. Karbon aktif yang telah dibuat tersebut kemudian dicoba untuk raenjernihkan
limbah tekstil. Hasilnya sainpel limbah yang pada mulanya terlihat benvaraa biru, setelali
diadsorpsi dengan karbon aktif tersebut terlihat berwama bening dan tidak berbau.
Parameter yang digunakan untuk menguji apakali basil yang diperoleh telali
memenulri standar adalah dengan uji kekerulian menggunakan alat turbidimeter dan
mengukur COD. Kondisi optimum diperoleh dengan melakukan variasi konsentrasi
karbon aktif dan variasi lama waktu kontak adsorben dengan adsorbatnya.
Dengan menggunakan kondisi optimum pada penelitian Diana, Pembuatan Karbon Aktif
dengan Aktivator Asam Fosfat dart Serbuk Gergaji Kayu Jati (Tectona Grandis ), Skripsi
Sarjana Kimia ,2000 yaitu :
- Waktu perendaman : 1 jam
- Rasio asam fosfat dan serbuk gergaji; 1,5 (g:g)
- Temperatur akliir ; 500°C
Diperoleh karbon aktif yang memiliki karakter :
- Bilangan lod ;795,663 mg/g
- Bilangan Metilen biru: 230 niL/g
sedangkan untuk karbon aktif merck diperoleh bilangan lod sebesar 869,265 mg/g.
Pengolahan limbah tekstil yang dilakukan dengan cara adsorpsi menggunakan karbon
aktif yang berasal dari serbuk kayu jati ini menghasilkan air yang bersih dan parameter
yang diukur telah memenuhi standar baku rautu air limbah tekstil yang layak dibuang
keperairan yaitu: - pH: 6,8-7
- Kekeruhan :8,13 NTU
COD: 148,9664 mg/L
- Wama:jemili
Bau: tidak berbau. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhana Atmayudha
"Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben karena memiliki luas area permukaan dan daya adsorpsi yang lebih besar daripada adsorben lainnya. Semakin besar luas area permukaan, daya adsorpsi karbon aktif semakin baik. Karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai macam bahan dasar yang mengandung karbon salah satunya tempurung kelapa. Tempurung kelapa merupakan bahan dasar dengan kandungan karbon yang sangat besar serta kemudahan bahan dasar tersebut untuk didapatkan secara komersial. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan digunakan bahan dasar dari tempurung kelapa untuk pembuatan karbon aktif dengan perlakuan aktivasi terkontrol.
Dalam penelitian ini, digunakan perlakuan aktivasi terkontrol dimana pada proses ini dialirkan gas inert N2 serta ditambahkan activating agent untuk mengontrol proses aktivasi. Pada penelitian sebelumnya, aktivasi terkontrol telah digunakan dengan bahan dasar limbah pinus. Pada penilitian ini, digunakan 2 variasi temperatur aktivasi, yaitu 500 °C dan 600 °C. Sampel karbon aktif diuji luas permukaan dengan BET Autosorb dengan adsorbat Nitrogen. Selain itu, juga dilakukan uji daya adsorpsi karbon aktif terhadap adsorbat CO2 dengan prinsip adsorpsi isotermis Gibbs.
Luas permukaan yang didapat dari hasil uji BET adalah 0 m2/grAC untuk bahan dasar (tempurung kelapa), 300 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 500 °C, dan 111,9 m2/grAC untuk sampel karbon aktif teraktivasi 600 °C. Namun, secara teori semakin besar temperatur aktivasi semakin banyak pori-pori yang terbentuk sehingga luas permukaan semakin besar. Pada uji daya adsorpsi, pada tekanan yang hampir sama (sekitar 550 psi) didapat adalah 4,26 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 500 °C dan 14,48 mmol/grAC untuk karbon aktif dengan aktivasi 600 °C. Dengan data dari uji daya adsorpsi, maka dapat disimpulkan bahwa luas permukaan dari karbon aktif dengan aktivasi 600 °C lebih besar. Pada tekanan sekitar 702,63 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 500 °C 1,47 kali lebih kecil dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih kecil dari 850 m2/grAC. Pada tekanan sekitar 668,624 psia, jumlah CO2 yang teradsorpsi pada karbon aktif teraktivasi 600 °C 2,4 kali lebih besar dibandingkan jumlah CO2 yang teradsorp pada penelitian sejenis dari literatur (Tomasko) sehingga kemungkinan luas permukaannya lebih besar dari 850 m2/grAC. Hal ini bertolak belakang dengan hasil dari uji BET. Uji BET dengan menggunakan adsorbat nitrogen kurang dapat merepresentasikan kapasitas adsorpsi yang sebenarnya.

Adsorbent that mostly used in industry is activated carbon because its surface area and adsorption capacity are larger than other adsorbents. If the surface area of activated carbon is going to bigger, the adsorption capacity of activated carbon will be bigger too. Activated carbon can be produced from every raw material that contains carbon, e.g. c°Conut shell. C°Conut shell is the raw material that contains so much carbon and is commercial. Because of that, in this research c°Conut shell was used to synthesize activated carbon with controlled activation treatment.
In contolled activation treatment, N2 was flowed and activating agent was added. In previous research, controlled activation treatment had been used with pine waste as a raw material. In this research, the temperature of activation pr°Cess was varied (500 °C and 600 °C). Then activated carbon samples had their surface area test with BET Autosorb with N2 as an adsorbate. Besides, those samples were tested for the adsorption capacity with CO2 as an adsorbate with Gibbs Isotherm Adsorption principal.
Surface area that obtained from BET test result was 0 m2/grAC for raw material, 300 m2/grAC for activated carbon with 500 °C activation, and 111.9 m2/grAC for activated carbon with 600 °C activation. Otherwise, theory mentions that higher activation temperature resulting more pores formed and higher surface area. In pressure that almost be the same (around 550 psia), activated carbon with 500 °C activation adsorbed 4.26 mmol CO2/grAC and activated carbon with 600 °C adsorbed 14.48 mmol CO2/grAC. So, surface area of activated carbon with 600 °C activation is higher than activated carbon with 500 °C activation. In 702.63 psia, activated carbon with 500 °C can adsorb CO2 1.47 times less than activated carbon used by Tomasko that given in the literature. It means that the surface area of activated carbon with 500 °C activation may be less than 850 m2/grAC. In around 668.62 psia, CO2 adsorbed in activated carbon with 600 °C activation is 2.4 times higher than CO2 adsobed in activated carbon that used by Tomako. It means that activated carbon with 600 °C activation may have surface area higher than 850 m2/grAC. Then, we can conclude that BET test with nitrogen as an adsorbat doesn?t accurately represent the adsorption capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Jihadilan Aliansyah Putra
"Controlled Atmosphere Storage memiliki CO2 Scrubber yang dapat dikembangkan melalui pengembangan adsorben karbon aktif. Produksi karbon aktif dapat dibuat dengan bahan baku biomassa, salah satunya ialah cangkang kelapa sawit yang memiliki kandungan karbohidrat struktural lignin (53,85%), hemiselulosa (26,16%), dan selulosa (6,92%). Produksi karbon aktif berbahan baku cangkang kelapa sawit melalu mekanisme preparasi bahan baku. Langkah pertama adalah aktivasi kimia dengan merendamkan cangkang kelapa sawit dalam larutan KOH selama 24 jam dan dilanjutkan dengan karbonisasi pada suhu 350oC. Lalu aktivasi kimia kedua dengan variasi rasio KOH : karbon aktif 2:1 dan 4:1 sebelum diaktivasi scara fisika menggunakan gas N2 dengan laju alir 150 ml/menit selama 60 menit pada suhu 800 ᵒC. Hasil karbon aktif terbaik didapat pada rasio 2:1 dengan Bilangan Iod, Luas Permukaan, dan yield berturut-turut 1216,28 mg/g; 1209,78 m2/g; dan 39,01%. Modifikasi karbon aktif yang bertujuan meningkatkan kemampuan adsorpsi CO2 dilakukan dengan perendaman dalam larutan logam NiO dengan variasi loading 0,5%, 1%, dan 2%. Hasil adsorpsi gas CO2 dengan gas analyzer terbaik didapat pada variasi loading 2% dengan presentase adsorpsi sebesar 19,1%.

Controlled Atmosphere Storage has a CO2 Scrubber that can be improved through the development of activated carbon adsorbents. The production of activated carbon can be made with biomass raw materials, one of which is a palm kernel shell which has structural carbohydrate content of lignin (53.85%), hemicellulose (26.16%), and cellulose (6.92%). Production of activated carbon made from palm kernel shells is through the mechanism of preparation of raw materials. The first step is chemical activation by immersing the palm kernel shell in a KOH solution for 24 hours and followed by carbonization at 350 °C. Then the second chemical activation with a variation of the ratio of KOH: activated carbon 2:1 and 4:1 before being physically activated using N2 gas with a flow rate of 150 ml /min for 60 minutes at a temperature of 800 °C. The best activated carbon yield was obtained at a ratio of 2:1 with Iodic Number, Surface Area, and yield respectively 1216.28 mg/g; 1209.78 m2/g; and 39.01%. Modification of activated carbon which aims to increase the ability of CO2 adsorption is done by immersion in a NiO metal solution with loading variations of 0.5%, 1%, and 2%. The best result of CO2 gas adsorption with gas analyzer were obtained at a loading variation of 2% with an adsorption percentage of 19.1%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>