Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54016 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purba, Purnama
"Emuisi wax semakin dibutuhkan dalam industri seperti industri tekstii,
kertas, kayu dan lain - lain. Produksi slack wax dalam negeri cukup besar,
namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Tujuan penelitian ini adalah membuat emuisi wax dari slack wax, uji
kestabilan serta aplikasinya dalam industri tekstii, kertas dan kayu. Emuisi
wax dibuat dengan menggunakan slack wax SPG (Spindle 01') dan LMO
(Light Machine Oil). Emulsifier yang digunakan adalah emulsifier kationik
(Inter 95) dan emulsifier non-ionik (Sinopol T-4). Uji kestabilan dilakukan
secara makroskopik dan mikroskopik dengan memvariasikan kadar emulsifier
5 sampai 25% terhadap wax, pH 4, 7, dan 9, serta perbandingan volume fasa
30% dan 50%. Selanjutnya emuisi yang stabil secara mikroskopik ditentukan viskositas, kadar padatan, ukuran partikel, dan kerapatannya. Data yang
diperoleh dibandingkan terhadap parameter standar emuisi wax yang
dibutuhkan oieh industri. Emuisi wax yang memenuhi parameter dilakukan uji
aplikasi kuat tarik benang untuk industri tekstil, uji kandungan wax dan daya
serap air untuk industri kertas, serta uji daya rekat iem untuk industri kayu.
Dari hasil percobaan diperoleh emuisi wax M/A yang stabil pada pH
<9, emuisi wax kationik lebih stabil dibandingkan emuisi wax non-ionik,
dengan kadar emulsifier di atas 2,727% dan perbandingan fasa 30%. Di
antara emuisi wax yang stabil tersebut, yang memenuhi kriteria industri tekstil
ada 11, industri kertas ada 11 dan industri kayu ada 3. Emuisi wax yang
memenuhi standar kuat tarik benang ada 7, standar daya serap kertas ada
11, dan daya rekat Iem kayu ada 3."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Djuwita Sari
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30647
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1992
S48784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heni Rahaniah
"ABSTRAK
Pada awalnya wax hanya menjadi bahan baku pembuatan lilin dan tidak
bisa diemulsikan, seiring dengan perkembangan teknologi dan sumber daya
manusia yang terampil, sekarang penggunaan wax kian luas dan semakin
dibutuhkan dalam dunia industri seperti tekstil, kertas, kayu, kosmetik, farmasi,
cat, keramik, otomotif dan lain-lain. Produksi scale wax dalam negeri cukup
besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
Pembuatan emulsi scale wax dilakukan dengan menggunakan emulsifier
nonionik yaitu ethoxylated alcohol. Analisis yang dilakukan meliputi uji
kestabilan, densitas, aplikasi pada kertas dan daya serap air pada kertas hasil uji kertas. Memvariasikan kadar wax terhadap jumlah total berat (wax + emulsifier +
air) 20%, 24%, 28%, 32%, sedangkan kadar emulsifier 25% dari berat wax.
Uji densitas dilakukan dengan menimbang 25 ml emulsi wax lalu
dikonversikan sesuai dengan rumus yang sudah ditetapkan. Kestabilan emulsi
diuji dengan melarutkan emulsi wax dalam larutan pH 4, pH 7 dan PH 9 dengan
pengamatan secara visual. Uji aplikasi pada kertas menggunakan kertas buram
yang belum mengandung wax. Uji daya tahan kertas terhadap air dilakukan
dengan menempelkan kertas hasil uji aplikasi diatas cawan porselen yang berisi
air seperempatnya lalu dibalik selama ± 30 detik."
2006
TA1519
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Afiifah
"Menurut analisis pasar baru-baru ini, selama lima tahun terakhir, telah ada peningkatan tinggi dalam permintaan untuk nanoemulsi karena pergeseran menuju produksi yang lebih ramah energi dan hemat biaya. Laporan ini berfokus pada jenis nanoemulsi yang disebut wax nanoemulsion (terbuat dari lilin), yang banyak digunakan di banyak industri seperti kosmetik, makanan, dan industri farmasi. Dalam penelitian saat ini, ultrasonikasi dan High-Pressure Homogenization, keduanya merupakan metode energi tinggi, digunakan untuk menghasilkan nanoemulsi lilin dengan stabilitas dan diameter ukuran partikel yang diinginkan oleh industry diatas. Paradoksnya terletak antara kebutuhan energi dan jumlah bahan baku yang digunakan. Sebuah teknologi yang muncul, Hydrodynamic Cavitation, dibahas dalam laporan ini yang memungkinkan industri untuk masih mencapai produk yang diinginkan dengan mengkonsumsi energi yang jauh lebih sedikit. Wax nanoemulsion terdiri dari lilin karnauba atau parafin dicampur dengan air dan Polysorbate-80 digunakan untuk membuktikan kompetensi kavitasi hidrodinamik dalam produksi nanoemulsi. Nanoemulsi lilin yang diproduksi dengan kedua jenis lilin diperoleh dan properti emulsi seperti diameter ukuran partikel, waktu irradiasi, dan stabilitas (penampilan fisik) dari nanoemulsi dibandingkan.

According to a recent market analysis, for the last five years, there has been a high increase in demand for nanoemulsion due to a shift towards a more energy-friendly and cost-efficient production. This report focuses on a type of nanoemulsion called wax nanoemulsion, which is highly used in many industries such as cosmetic, food, and pharmaceutical industries. In the present study, Ultrasonication and High-Pressure Homogenization, both high-energy methods, are used to produce wax nanoemulsions of desirable stability and particle size diameter. The paradox lies between energy requirement and the amount of raw material used. An emerging technology, Hydrodynamic Cavitation, is discussed in this report which allows industries to still achieve their desired product by consuming much less energy. Wax nanoemulsion consists of either carnauba or paraffin wax mixed with water and Polysorbate-80 is used to prove the competence of hydrodynamic cavitation in wax nanoemulsion production. Emulsion properties such as particle size diameter, irradiation time, and stability (physical appearance) of wax nanoemulsion produced both ways are obtained and compared."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Rezika
"Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan emulsi antiaging berbahan aktif lilin propolis. Pengujian dilakukan terhadap lilin propolis meliputi penentuan kadar flavonoid total, penentuan kadar polifenol total, dan pengujian aktivitas antioksidan. Kadar flavonoid total diuji menggunakan reagen AlCl3 dan CH3COOK dengan kuersetin sebagai larutan standar. Penentuan kadar polifenol total dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan asam galat sebagai larutan standar. Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan reagen DPPH. Lilin propolis selanjutnya digunakan sebagai bahan aktif antiaging dalam formulasi sediaan emulsi. Selain lilin propolis, bahan yang digunakan dalam formulasi ini meliputi aquades, gliserin, EDTA, xanthan gum, ammonium acryloyldimethyltaurate/VP copolymer, phenoxyethanol, chlorphenesin, arachidyl alcohol, behenyl alcohol, arachidyl glucoside, cetyl alcohol, dan isopropyl myristate. Emulsi yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan stabilitasnya pada berbagai kondisi, meliputi kondisi suhu ruang, suhu 45oC, 4oC, jemur, dan siklus. Adapun parameter yang diukur adalah organoleptis, pH, dan viskositas. Untuk mengetahui performa antiaging emulsi, dilakukan uji aktivitas antiglikasi dengan Bovine Serum Albumine (BSA) dan fruktosa sebagai reagen. Berdasarkan hasil pengujian, lilin propolis memiliki kadar flavonoid total sebesar 41,01 ± 1,62 mg QE/g lilin propolis, kadar polifenol total sebesar 53,51 ± 35,11 mg GAE/g lilin propolis, dan nilai IC50 aktivitas antioksidan sebesar 413,91 ppm. Sediaan emulsi stabil pada berbagai kondisi, ditunjukkan dari parameter homogenitas, pH, dan viskositas yang masih dalam memenuhi standar SNI 16-4399-1996 tentang Sediaan Tabir Surya. Pengujian aktivitas antiglikasi dilakukan pada lilin propolis dan emulsi antiaging untuk mengetahui kemampuan inhibisi pembentukan Advanced Glycation End Products (AGEs) sebagai parameter kemampuan antiaging. Hasil pengujian menunjukkan lilin propolis mampu menginhibisi pembentukan AGEs sebesar 86,54%. Sementara itu, sediaan emulsi memiliki kemampuan inhibisi reaksi glikasi sebesar 29,25% untuk konsentrasi 5,0% lilin propolis, dan 51,94% untuk konsentrasi 8,5% lilin propolis. Persentase inhibisi AGEs emulsi dengan konsentrasi 2,5% lilin propolis tidak dapat ditentukan karena data yang diperoleh tidak valid.

This study aimed to develop an anti-aging emulsion by incorporating propolis wax as an active ingredient. Propolis wax underwent tests to determine its total flavonoid and polyphenol content, as well as its antioxidant activity. Total flavonoid content was measured using AlCl3 and CH3COOK reagents, with quercetin as the standard solution. Total polyphenol content was determined using the Folin-Ciocalteu method with gallic acid as the standard solution. Antioxidant activity was evaluated using DPPH as reagent. Propolis wax was then used in the emulsion formulation, along with other ingredients such as distilled water, glycerin, EDTA, and xanthan gum. The stability of the resulting emulsion was assessed under different conditions, including room temperature, 45oC, 4oC, sun exposure, and cycling. Organoleptic properties, pH, and viscosity were measured as parameters. The emulsion's anti-aging performance was evaluated using an antiglycation activity assay with Bovine Serum Albumin (BSA) and fructose. Test results revealed that propolis wax had a total flavonoid content of 41.01 ± 1.62 mg QE/g, a total polyphenol content of 53.51 ± 35.11 mg GAE/g, and an antioxidant activity IC50 value of 413.91 ppm. The emulsion demonstrated stability, meeting the standards of SNI 16-4399-1996 in terms of homogeneity, pH, and viscosity. The antiglycation activity assay showed that propolis wax inhibited AGEs formation by 86.54%. The emulsion exhibited glycation reaction inhibition percentages of 29.25% and 51.94% at concentrations of 5.0% and 8.5% propolis wax, respectively. However, the AGEs inhibition percentage for the emulsion with 2.5% propolis wax concentration could not be determined due to invalid data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Bagas Wahyu Santoso
"Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki dan mencegah potensi deposisi wax pada pipa transportasi minyak bumi PT. XYZ. Dalam konteks ini, dugaan panas yang hilang selama transportasi minyak bumi melalui pipa mendorong perlunya penerapan heat tracing dengan insulasi untuk mengkompensasi panas yang hilang. Simulasi dilakukan menggunakan perangkat lunak OLGA untuk memodelkan kondisi operasional dan memeriksa dampak penerapan sistem heat tracing pada perubahan temperatur minyak bumi. Penelitian ini mencakup analisis terhadap panas yang hilang yang dapat terjadi selama transportasi minyak bumi dan bagaimana penerapan heat tracing dapat memitigasi masalah tersebut. Pengaruh insulasi juga dievaluasi untuk menentukan sejauh mana dapat mempertahankan temperatur optimal dalam pipa dan mencegah deposisi wax. Studi ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman praktis dan aplikatif dalam industri minyak dan gas terkait pencegahan deposisi wax pada pipa transportasi minyak bumi. Rekomendasi disajikan untuk memandu pengembangan sistem heat tracing yang lebih efisien dan efektif untuk mencegah deposit wax selama transportasi minyak bumi. Studi baseline (Case 1) menunjukkan profil temperatur yang konservatif dengan nilai konduktivitas termal (K) sebesar 0,575 W/m°C, titik WAT di KP 600, dan titik PPT di KP 5+500. Hasil simulasi menunjukkan selama proses transportasi crude oil melalui pipa sepanjang 10,751m ditemukan adanya heat loss sebesar 26,91 W/m berdasarkan perhitungan IEEE dan 24,88 W/m berdasarkan simulasi OLGA. Solusi terbaik untuk menjaga temperatur minyak di atas WAT dan PPT adalah penggunaan heat tracing tipe skin effect dengan daya pemanasan 15 W/m yang diinsulasi dengan aerogel setebal 2 inci (Case 2), yang mampu mempertahankan temperatur minyak di receiver sebesar 157,34°F (69,6°C).

This research aims to investigate and prevent the potential wax deposition on the crude oil transportation pipeline at PT. XYZ. In this context, the suspicion of heat loss during the crude oil transportation through the pipeline necessitates the installation of heat tracing with insulation to compensate for the lost heat. Simulations were conducted using the OLGA software to model operational conditions and examine the impact of implementing the heat tracing system on the changes in the crude oil temperature. The study includes an analysis of the potential heat loss during crude oil transportation and how the implementation of heat tracing can mitigate this issue. The influence of insulation is also evaluated to determine the extent to which it can maintain the optimal temperature within the pipeline and prevent wax deposition. This study contributes to practical and applicable knowledge in the oil and gas industry related to wax deposition prevention on crude oil transportation pipelines. Recommendations are presented to guide the development of more efficient and effective heat tracing systems for preventing wax deposition during crude oil transportation. Simulation results indicate that during the transportation process of crude oil through a 10,751m pipeline, a heat loss of 26.91 W/m was observed based on IEEE calculations and 24.88 W/m based on OLGA simulations. The best solution to maintain the oil temperature above the WAT and PPT is the use of skin effect heat tracing with a heating power of 15 W/m insulated with 2-inch thick aerogel (Case 2), which can maintain the oil temperature at the receiver at 157.34°F (69.6°C)."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
TA1475
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlin Arina
"Transportasi minyak bumi dari offshore ke daratan melalui pipa sering kali mengalami hambatan. Karena pada suhu dingin terjadi pengkristalan wax. Untuk mengurangi pembentukan kristal wax ini dilakukan penambahan zat aditif alkil benzena sulfonat (ABS). Pada penelitian ini aditif ABS ditambahkan ke dalam model crude oil yang terdiri bensin, kerosin, oli, wax dan asphaltene. Konsentrasi ABS divariasikan 2%, 5%, dan 10% dengan variasi volume (20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, dan 500 μL ), kemudian diuji pour point dan viskositas. Untuk mengamati pertumbuhan kristal wax dengan penambahan aditif menggunakan Cross Polarized Microscopy (CPM). Interaksi antara wax dengan aditif di analisis menggunakan FTIR. Dari hasil penelitian 15 model crude oil, model 1-3 tidak stabil karena terbentuk dua fasa. Penurunan pour point optimum dicapai hingga suhu 7°C mulai dari 21°C. Untuk mencapai penurunan pour point 7°C, ABS 2% membutuhkan 450 μL, ABS 5% membutuhkan 250 μL dan ABS 10% membutuhkan 150 μL. Aditif ABS mampu mendeagregasi wax dibuktikan dengan analisa CPM. Hasil spektrum FTIR memperlihatkan adanya interaksi antara aditif dengan wax maupun asphaltene.

Transportation of oil from offshore to the mainland through a pipeline often encounter obstacles. Due to cold temperatures occur crystallization of wax. To reduce the formation of wax crystals is the addition of additives alkyl benzene sulfonate ( ABS ). In this study ABS additives are added into the model consisting of crude oil gasoline, kerosene, oil, wax and asphaltene. Concentration ABS varied 2 %, 5 %, and 10 % by volume variation ( 20, 50, 70, 100, 150, 200, 250, 300, 350, 400, 450, and 500 mL ), and then tested pour point and viscosity. To observe the wax crystal growth with the addition of additives using Cross Polarized Microscopy ( CPM ). The interaction between the wax additives in using FTIR analysis. From the research, 15 models of crude oil, models 1-3 unstable since formed two phases. Achieve optimum pour point decline to 7 ° C from 21 ° C. To achieve a reduction in pour point 7 ° C, ABS 2 % requires a 450 mL, ABS 5 % requires 250 mL and ABS 10 % requires 150 mL. Additives ABS able mendeagregasi wax evidenced by CPM analysis. The results of FTIR spectra showed the interaction between additives with wax and asphaltene."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S58223
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdurrahman
"Dalam transportasi minyak mentah menggunakan pipa saluran bawah laut, sering terjadi terhambatnya aliran crude oil akibat pengendapan wax. Untuk mencegah terjadinya pengendapan wax dengan menambahkan aditif ke dalam crude oil. Dalam penelitian ini digunakan aditif alkil glukosida (AG) hasil sintesis dan komersial. Konsentrasi aditif divariasikan menjadi 1%, 2%, dan 3% dengan variasi volume (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, dan 2500 µL). Sintesis AG dilakukan variasi penambahan mol alkohol lemak, waktu reaksi, dan katalis. Hasil variasi terbaik didapatkan dengan 0,053 mol alkohol lemak, waktu reaksi 4 jam, dan katalis 2% w/t. Dilakukan uji pour point pada AG sintesis dan AG komersial. Dari hasil penelitian pada AG sintesis dan AG komersial mencapai penurunan pour point optimum sebesar 9°C dan 12°C. Hasil CPM menunjukkan adanya perubahan ukuran kristal dan hasil spektrum FTIR mendukung hasil tersebut dengan menunjukkan adanya interaksi antara aditif dengan wax. Dari studi tersebut diketahui bahwa aditif AG dapat digunakan sebagai inhibitor wax yang mampu menghambat pertumbuhan kristal wax pada model crude oil.

In the transportation of crude oil using a subsea pipeline, often inhibition of the flow of crude oil due to deposition of wax. To prevent the deposition of wax by adding additives to the crude oil. In this study the use of additives alkyl glucoside (AG) results of synthesis and AG commercial. Additive concentration was varied to 1%, 2%, and 3% by volume variation (50, 70, 100, 200, 300, 400, 700, 900, 1000, 1500, 2000, and 2500 mL). Synthesis AG performed variations addition mole fatty alcohol, reaction time, and catalyst. The best results obtained with a variation of 0.053 mol fatty alcohol, the reaction time of 4 hours, and the catalyst 2% w/t. Pour point test conducted on AG synthesis and AG commercial. From the results of AG synthesis and AG commercial reach optimum reduction in pour point of 9°C and 12°C. CPM results indicate a change in the size of the crystal and the results of spectra FTIR support these results by showing the interaction between additives with wax. From these studies it is known that AG additives can be used as a wax inhibitor capable of inhibiting the growth of wax crystals on the model of crude oil."
Universitas Indonesia, 2015
S59369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>