Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146192 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Iman Abdullah
"Telan dilakukan optimasi polimerisasi emulsi core metil metakrilat (MMA) melalui variasi konsentrasi monomer dan jenis inisiator untuk mengnasilkan ukuran partikel 100-150 nm dengan distribusi monocIispers_ Teknik polimerisasi yang digunakan adalan semikontinu dengan vvaktu feeding lima jam dan konsentrasi surfaktan sodium Iauril sulfat (SLS) 10 CIVIC. Kenaikan konsentrasi monomer ternyata dapat menaikkan persen konversi dan ukuran partikel yang terbentuk sampai batas tertentu. Kondisi optimum diperolen pada konsentrasi MMA 25% dan inisiator termal amonium persulfat (APS) 0,5% yang mengnasilkan partikel berdiameter 103 nm dengan indeks polidispersitas 0,149 dan persen konversi 73,87%. Data spektrum IR dan sunu transisi gelas memperkuat telan terjadinya po|imerisasi. Juga telan dilakukan sintesis polimer emulsi metil metakrilat-butil akrilat berstruktur partikel core-shell tanpa agen pengikat silang dengan variasi penambanan inisiator tanap kedua Konsentrasi SLS yang digunakan dalam preemulsi shell butil akrilat adalan sebesar 0,5 CMC untuk menoegan pembentukan inti sekunder akibat terbentuknya misel-misel bam. Penambanan inisiator APS kedua seoara shot dan kontinu sekaligus telan mengnasilkan polimer emulsi yang stabil tetapi sebagian BA masin ternomopolimerisasi. Terdapat keoenderungan kenaikan persen konversi seiring dengan meningkatnya jumlan inisiator kedua yang ditambankan secara shot. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan secara shot sebanyak 80% dan kontinu 20% dengan persen konversi 6O,65%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suswanti
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emusi. Untuk aplikasi coating, polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi emulsi core shell metil metakrilat-butil akrilat yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA) dan variasi teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah variasi teknik penambahan insiator kedua yaitu secara shot dan kontinu dan suhu aging akhir yaitu 800C dan 1000C.
Variasi GMA yang dilakukan yaitu tanpa GMA, GMA 6% bersama preemusi shell, dan GMA 3% sebelum pre-emulsi shell. Polimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, suhu transisi gelas (Tg), dan spektrum infra merah. Kondisi optimum yang diperoleh adalah polimerisasi MMA-BA tanpa penambahan GMA, dengan teknik penambahan inisiator kedua secara kontinu, dan suhu aging akhir 800C. Teknik ini menghasilkan ukuran partikel 149 nm, persen konversi 97,06% dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Margisari
"Pembuatan polimer Core-Shell Stirena Butil Akrilat, telan dicoba dengan metoda polimeriSaSi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan iniSator rec|okS [H2O2-ASam Askorbat] dengan ammonium persulfat untuk mendapatkan optimasi core Stirena. VariaSi yang dilakukan untuk membandingkan keduanya pada tanapan core Stirena meliputi variaSi konSentraSi Surfaktan di ataS nilai cmc, konSentraSi iniSiator, dan teknik po|imeriSaSi, Serta pengarun penggunaan pengikat Silang Glisidil IV|etakri|at [GIVIA] pada tanapan core Shell. Polimer yang dinasilkan ditentukan perSen konverSi, ukuran partikel dan diStribuSi ukuran partikel, guguS fungSi dengan FTIR, dan nilai Tg dengan DSC. Penelitian ini menemukan bahwa pada teknk Seeding iniSiator recloks mampu memberikan ukuran partikel Iebih beSar dibanding APS, Serta teknik polimerisasi Seeding Semikontinu mengnaSi|kan %konverSi yang Iebin tinggi dibandingkan teknik Seeding, tetapi ukuran partikel menjadi Iebin kecil. Hasil juga menunjukkan Semakin kecil konSentraSi Surfaktan, Semakin beSar ukuran partikelnya, Serta pengunaan konSentraSi Surfaktan diatas nilai cmc menghasilkan polimer dengan Struktur kopolimer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmadian Hafiz
"Optimasi polimerisasi emulsi core-shell stirena-etil akrilat telah dilakukan pada penelitian ini, dengan penambahan konsentrasi inisiator NaPS tahap kedua, yakni 0,5%, 1,0% dan 1,5%. Teknik polimerisasi yang digunakan pada polimerisasi core stirena adalah batch dengan waktu 5 jam (4 jam reaksi dan 1 jam aging) dengan suhu polimerisasi 750C, dihasilkan core stirena dengan hasil konversi 86,65% dan ukuran partikel berkisar antara 68,78nm dengan nilai PDI sebesar 0,029, sedangkan teknik pada polimerisasi core-shell stirena-etil akrilat adalah semikontinu dengan dengan waktu 5 jam (4 jam feeding dan 1 jam aging) dengan suhu polimerisasi 750C. Variasi konsentrasi inisiator NaPS pada polimerisasi core-shell stirena-etil akrilat menghasilkan kondisi optimum pada konsentrasi inisiator NaPS 1,0%, yakni persen hasil konversi sebesar 75,07% dengan ukuran partikel berkisar 166.8nm dan nilai PDI sebesar 0,07. Data hasil karakterisasi FTIR, DSC, FE-SEM dan PSA memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi.

Optimation of styrene-ethyl acrylate core-shell have done at this study, with added initiator NaPS concentration in core-shell polimerization, 0.5%, 1.0% and 1.5%. The polymerization techniques used in styrene core polimerization was batch during 5 hours (4 hours reaction and 1 hour aging) at polymerization temperature 750C, resulted % conversion styrene core 86.65% and particle size gave particle size i.e. 68.78nm with PDI value i.e. 0.029, whereas the technique of styrene-ethyl acrylate core-shell polimerization was semicontinue during 5 hours (4 hours feeding and 1 hour aging) at polymerization temperature 750C. Variance NaPS initiator concentration in styrene-ethyl acrylate core-shell polimerization resulted optimum condition at NaPS initiator concentration 1.0%, % conversion i.e. 75.07% and particle size gave i.e. 166.8nm with PDI value i.e. 0.07. The result of characterization IR, DSC, SEM and PSA supported the evidence that occurred the polimerization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1991
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Hidayah
"Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum untuk menghasilkan homopolimer emulsi etil akrilat (PEA) dengan ukuran partikel berkisar 100 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers dan persen konversi yang tinggi. Optimasi PEA dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan sodium lauryl sulfate (SLS) yaitu 0,5 CMC, 1 CMC, 3 CMC dan 5 CMC, dan variasi teknik polimerisasi yaitu semikontinu, batch, shot 10%, dan seeding 10%. Konsentrasi monomer etil akrilat (EA) dan inisiator ammonium persulfat (APS) dibuat konstan, yaitu konsentrasi EA sebesar 18,38% dari total berat bahan, dan konsentrasi APS sebesar 3% dari total berat monomer yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum berupa ukuran partikel sebesar 120,5 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers (PDI 0,053) dan persen konversi yang tinggi (93,3%) pada konsentrasi 5 CMC SLS dengan teknik semikontinu. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30419
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Andika Putri
"Polimer emulsi banyak digunakan sebagai coating, yang dapat memberikan efek warna. Efek warna opal diperoleh dengan membuat polimer core-shell yang berukuran 200 ? 300 nm. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi core stirena menggunakan teknik seeding. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pengaruh konsentrasi monomer stirena dan konsentrasi surfaktan SLS pada seeding. Variasi konsentrasi monomer dan konsentrasi surfaktan di seeding dilakukan agar dapat dihasilkan polimer core stirena yang berukuran optimal atau lebih dari 100 nm. Polimer core stirena dianalisis menggunakan beberapa variabel, diantaranya persen konversi, ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, berat molekul, viskositas dan pH. Karakterisasi polimer core stirena yang dihasilkan, dilakukan dengan menggunakan IR dan DSC. Pada konsentrasi monomer di seeding sebesar 6 % dan konsentrasi surfaktan di seeding sebesar 15% memberikan hasil optimum yaitu polimer emulsi core stirena dengan ukuran partikel 112,6 nm, persen konversi sebesar 82,64 %, dan PDI sebesar 0,089 serta pada konsentrasi monomer di seeding sebesar 12% dan konsentrasi surfaktan di seeding sebesar 25 % memberikan hasil optimum polimer emulsi core stirena dengan ukuran partikel 103,8 nm, persen konversi sebesar 82,17%, dan PDI sebesar 0,089."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30400
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Masayu Farina Chairunnisyah
"Nanoserat (nanofiber) polianilin disintesis dengan metode polimerisasi antarmuka (interfacial polymerization) sistem dua fasa organik-air (aqueous) dari monomer anilin, (NH)4S2O8 (ammonium peroxydisulfat) sebagai oksidan, dan HCl sebagai sumber dopan proton. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran partikel dalam polimerisasi interfasial adalah konsentrasi dopan, konsentrasi inisiator, dan konsentrasi anilin. Polianilin yang diperoleh merupakan bentuk emeraldine salt (ES) atau polianilin terprotonasi. Selanjutnya bentuk ES diubah menjadi emeraldin basa (EB) melalui reaksi deprotonasi menggunakan NaOH. EB dimodifikasi melalui reaksi substitusi aromatik elektrofilik (SO3) yang berasal dari H2SO4 pekat, dengan jumlah mol yang berbeda-beda, menjadi emeraldin tersulfonasi 1 dan emeraldin tersulfonasi 2. Sulfonasi dilakukan untuk meningkatkan kelarutan dan keasaman PANI. PANI dalam bentuk ES dan emeraldin tersulfonasi digunakan sebagai indikator boraks yang bersifat basa. Karakterisasi terhadap PANI dilakukan dengan menggunakan UV-Vis, FT-IR, PSA, dan SEM. Reaksi yang terjadi antara PANI dengan boraks berupa perubahan warna dari hijau menjadi biru. Karakterisasi dengan UV-Vis untuk melihat perubahan karakteristik absorpsi spesifik dan responnya terhadap boraks, serta PSA untuk mengetahui diameter partikel rata-rata. Hasil SEM memperlihatkan morfologi struktur berpori dan berserat dari PANI dengan diameter serat beberapa puluh nanometer yang saling bersilangan. Sedangkan hasil uji FTIR mengindikasikan bahwa polianilin telah berhasil disulfonasi dengan H2SO4 pekat. Urutan sensitivitas PANI sebagai indikator boraks adalah emeraldin tersulfonasi 2 lebih sensitif dari emeraldin tersulfonasi 1dan emeraldin tersulfonasi 1 lebih sensitif dari emeraldin terprotonasi terlihat dari daerah kerja dan linearitasnya.

Nanofiber polyaniline synthesized by the interfacial polymerization method by two-phase system of organik and water (aqueous) using aniline monomer, (NH)4S2O8 (ammonium peroxydisulfat) as oxidant, and HCl as a dopant proton. Factors effecting the size of particles in the interfacial polymerization were concentration of dopant, concentration of initiator, and concentration of aniline. The product obtained was polyaniline emeraldine salt (ES) or protonated polyaniline. Furthermore, the ES form was changed to emeraldin base (EB) by deprotonation reactions using NaOH. EB was modified by electrophilic aromatic substitution reaction (SO3) from H2SO4 with a different mol, become emeraldine sulfonated 1 and 2, to improve the solubility and acidity of the PANI. ES and emeraldine sulfonated used as indicator for borax. PANI were characterized by UV-Vis, FT-IR, PSA, and SEM. The reaction that occurs between PANI and borax was changing color from green to blue. Characterization by UV-Vis to see the specific absorption characteristics and its response to borax, and the PSA to know the average of particle diameter. The result of SEM showed a porous structure and fibrous morphology with diameter of several tens of nanometers which intersect While the result of FTIR show that emeraldine sulfonated have been produce successfully by H2SO4. According to the work area and the linearity, emeraldine sulfonated 2 is more sensitive than emeraldine sulfonated 1 and emeraldine sulfonated 1 is more sensitive than the protonated emeraldine as borax indicator."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S21
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Parameter polimerisasi pada fasa aqueous yang berpengaruh pada sifat-sifat film polimer dipelajari lebih lanjut untuk memungkinkan kontrol tak langsung pembuatan film dengan cara mengontrol fasa aqueous. Di antara parameter-parameter yang dipelajari adalah konsentrasi HCl, rasio APS/o-toluidin, lama polimerisasi, dan suhu. Konsentrasi HCl optimal pada nilai berlebih 1,0M, sementara rasio APS/o-toluidin optimal pada nilai 1,25. Lama polimerisasi ternyata berpengaruh pada kestabilan dan ketebalan. Secara umum, semakin lama waktu polimerisasi, film yang dihasilkan akan semakin tebal dan stabil. Suhu juga berpengaruh pada pengaturan ketebalan film. Meski data yang diperoleh baru bersifat semi kuantitatif, terdapat indikasi yang jelas bahwa kontrol tak langsung pembuatan film o-toluidin sangat dimungkinkan.

O-toluidine Polymerization in Aqueous Phase and Its Development to Produce In Situ Poly-o-toluidine Films. Polymerization parameters of aqueous phase which have an effect to polymer film were studied in order to establish indirect control of film fabrication by means of controlling the parameters of aqueous phase. Among the parameters studied are the concentration of HCl, APS/o-toluidine ratio, polymerization duration, and temperature. HCl concentration was found to be optimum at the excess value of 1.0M, whereas ratio of APS/o-toluidine at 1.25. Polymerization duration was found of having an effect to both stability and thickness. As a rule, longer duration of polymerization leads to a thicker and more stablized polymer film. Temperature was found to be a parameter that have a defining role in the control of film thickness. Despite of the rather semi quantitative nature of the data, the results show a clear indication that indirect control is possible for in situ method of o-toluidin film fabrication."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Film poli-o-toluidin yang memiliki pelekatan yang kuat pada substrat non polar dikaji kegunaannya sebagai sensor optis pH. Karakterisasi terhadap film pada berbagai nilai pH dilakukan dengan memantau kurva absorbansinya mengunakan alat spektrofotometer Uv-Vis (ultra violet-visibel). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa daerah kerja film poli-o-toluidin yang dibuat pada berbagai kondisi berada pada nilai pH 2,0- 6,0. Dengan menggunakan hubungan logaritmik antara absorbansi terhadap pH, daerah kerja film poli-o-toluidin dapat diperluas menjadi 2,0 - 8,0. Sensitivitas tertinggi respons terhadap pH diperoleh pada film poli-o-toluidin yang dibuat pada HCl 1,0 M dan pada waktu perendaman 12 jam. Penelitian juga mengkaji efek histeresis film dalam responsnya terhadap pH. Dari kajian tersebut, ditemukan bahwa film poli-o-toluidin sukar untuk dikembalikan pada bentuk awalnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan film poli-o-toluidin hanya cocok untuk sekali penggunaan.

The Influence of Polymerization Condition to Optical Properties of Poly-o-toludine Films for PH Sensor Application. Properties of poly-o-toludine film strongly bonded to non polar substrate was studied for application as optical pH sensor. Characterization of film in various pH value is carried out by recording absorbance curve using uv-visible spectrophotometer. All poly-o-toluidine film was then found to be applicable as optical pH sensor in the pH range of 2.0- 6.0. Further computational processing by means of curve fitting into logaritmic trend will allow expansion of measurement to the pH range of 2.0-8.0. Sensitivity of pH response was highest in poly-o-toluidine film fabricate at HCl 1.0 M and at 12 hours of dipping time. This paper also studied hysteresis effect in pH response. It was concluded that poly-o-toluidine salt exposed to basic pH will not be easily regenerated. For this reason, poly-o-toluidine film will only be suitable for single usage of pH measurement."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Poliester poliol telah disintesis melalui reaksi polimerisasi (9-metoksi, 10-hidroksi) asam stearat (MHAS) berbasis minyak sawit yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi esterifikasi terhadap polyester menggunakan 1,4 butandiol. Poliester poliol merupakan komponen penting dalam pembuatan poliurethan baik untuk elastomer maupun flexible foam. Dalam penelitian ini MHAS diperoleh dari hasil reaksi epoksidasi dan hidroksilasi secara berkelanjutan terhadap asam oleat. Proses epoksidasi dan hidroksilasi secara berkelanjutan telah dilakukan dengan menggunakan pereaksi asam asetat glacial dan hydrogen peroksida dalam pelarut heksana dengan katalis asam sulfat 50% pada temperature 65oC. Hasil yang diperoleh direkristalisasi menggunakan pelarut methanol dan etil asetat. Kristal yang terbentuk dikarakterisasi dengan menggunakan bilangan iod, bilangan hidroksil, analisis gugus fungsi FT-IR dan 1H-NMR. Bilangan iod MHAS menunjukkan konversi reaksi 80% diperoleh dari penurunan bilangan iod MHAS. Bilangan hidroksil naik dari 10,04 menjadi 58,89 mg KOH/g menunjukkan adanya kenaikan jumlah gugus hidroksil dalam 1 gram sampel. Polimerisasi MHAS dilakukan menggunakan katalis asam H2SO4 pekat berlebih sebagai katalis dengan perbandingan 1 : 2 terhadap MHAS. Reaksi polimerisasi dilakukan selama 24 jam pada suhu 60oC yang kemudian dilanjutkan dengan reaksi esterifikasi menggunakan 1,4 butandiol selama 4 jam. Produk yang diperoleh merupakan cairan coklat kental. Produk tersebut kemudian dianalisis dengan menentukan, spektroskopi FT-IR dan 1H-NMR."
MPI 9:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>