Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59504 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Mery Kristina
"Zat warna azo merupakan salah satu jenis zat warna yang sering digunakan sebagai pewarna kain pada industri tekstil. Untuk itu perlu dikembangkan teknik-teknik pambuatan zat warna azo yang dapat menghasilkan zat warna yang bermutu tinggi. Pada penelitian kali ini dilakukan sintesis zat warna azo dari beberapa senyawa aromatik seperti N,N dimetilanilin, fenol, toluen dan asam benzoat dengan variasi konsentrasi. Proses pembuatan zat warna azo ini dibagi dalam dua tahap reaksi yaitu reaksi pembentukkan garam diazonium yang dilakukan pada suhu < 5°C untuk menghindari lepasnya gugus diazo (-N=N-), kemudian reaksi dilanjutkan dengan penambahan senyawa-senyawa aromatik tersebut ke dalam larutan garam diazonium yang akan menghasilkan zat warna azo. Dari hasil sintesis didapatkan senyawa aromatik yang lebih mudah membentuk zat warna azo adalah N,N dimetilanilin, kemudian dilanjutkan dengan fenol dan toluen. Sedangkan asam benzoat tidak bereaksi dengan garam diazonium. Hasil pengukuran spektrum serapan infra merah menunjukkan adanya peak pada bilangan gelombang 1575 cm-1 sampai 1630 cm-1 yang merupakan bilangan gelombang untuk gugus azo (-N=N-), Sedangkan pengukuran spektrum serapan UV-Vis menghasilkan variasi panjang gelombang maksimum yaitu untuk N,N dimetilanilin pada 473,4 nm; pada fenol 356,8 nm; pada toluen 302 nm dan asam benzoat pada 270,5 nm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Kusumawati
"ABSTRAK
Panadol® Syrup merupakan sediaan obat berbentuk sirup yang diberikan secara oral
kepada anak-anak yang berumur 1-12 tahun dan diberikan sesuai dengan dosisnya. Panadol®
Syrup untuk anak-anak yang diperuntukan menyembuhkan demam, sakit kepala, sakit tumbuh
gigi, sakit gigi, dan gejala flu dan cold. Panadol® Syrup merupakan obat analgesik-antipiretik
yang mengandung parasetamol sebagai bahan aktifnya, asam benzoat dan kalium sorbat sebagai
bahan pengawetnya. Pengontrolan mutu Panadol® Syrup dilakukan analisis rutin penetapan
kadar bahan pengawet yaitu asam benzoat dan kalium sorbat sehingga produk tersebut dapat
diketahui kualitas berdasarkan kesesuaiannya terhadap spesifikasi yang telah ditentukan oleh
GlaxoSmithKline. Dari percobaan yang telah dilakukan terhadap Panadol® Syrup dengan
menganalisis empat batch produk Panadol® Syrup diperoleh kadar asam benzoat masing-masing
sebesar 3,003 mg/mL, 2,995 mg/mL, 2,998 mg/mL, 3,005 mg/mL dan kadar kalium sorbat
masing-masing sebesar 0.995 mg/mL, 1,008 mg/mL, 0,998 mg/mL, 1,001 mg/mL. Hasil yang diperoleh tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan oleh GlaxoSmithKline, yaitu 2.40 -
3.30 mg/mL untuk asam benzoat dan 0.80 - 1.10 mg/mL untuk kalium sorbat."
2009
TA1331
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Annisa Zahra
"Penggunaan antioksidan diperlukan untuk mencegah penurunan kualitas minyak. Substitusi basa Mannich, seperti pirolidin, dapat meningkatkan aktivitas antioksidan suatu senyawa. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dengan Ter-Butil Hidroksi Quinon (TBHQ) pada stabilitas oksidatif minyak kelapa. Aktivitas antioksidan Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dan TBHQ dibandingkan dengan metode DPPH. Efektivitas Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat pada konsentrasi 200, 275, dan 350 ppm diuji terhadap stabilitas oksidatif minyak kelapa. TBHQ dengan konsentrasi 200 ppm digunakan sebagai pembanding. Stabilitas oksidatif termal dilakukan dengan pemanasan 180 °C selama 1, 3, dan 6 jam sedangkan stabilitas oksidatif penyimpanan dilakukan dengan pemanasan 60 °C selama 5 minggu. Parameter yang diuji adalah kadar asam lemak bebas, bilangan peroksida, bilangan p-anisidin, dan bilangan asam tiobarbiturat. Aktivitas antioksidan Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat 1,75 kali lebih rendah dari TBHQ. Pada analisis asam lemak bebas stabilitas oksidatif termal, Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat 350 ppm dan TBHQ tidak mengalami perubahan kadar namun pada parameter lainnya, senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat tidak memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan TBHQ. Pada parameter analisis oksidatif penyimpanan selama 5 minggu diperoleh hasil senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat tidak menjaga stabilitas oksidatif lebih baik dibandingkan dengan TBHQ. Sehingga, efektivitas senyawa Asam 4-Hidroksi-3-metoksi-5[(pirolidin-1-il)metil]benzoat dalam stabilitas oksidatif minyak kelapa tidak seefektif TBHQ pada parameter uji yang dilakukan.

Antioxidant is needed to prevent a decrease in oil quality. Substitution of Mannich base, such as pyrrolidine, could enhance antioxidant activity of compounds. This study aims to compare effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid with t-Butyl Hydroxy Quinone (TBHQ) on coconut oil oxidative stability. Antioxidant activity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid and TBHQ was compared with DPPH method. Effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid in concentration of 200, 275, and 350 ppm were tested in oxidative stability of coconut oil. TBHQ with concentration 200 ppm was used as compared sample. Thermal oxidative stability was tested at 180 °C for 1, 3, and 6 hours while storage oxidative stability was tested at 60 °C for 5 weeks. Parameters tested were free fatty acid, peroxide value, p-anisidine value, and thiobarbituric acid value. 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid has antioxidant activity 1.75 times lower than TBHQ. On analysis of free fatty acid in thermal stability, 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid 350 ppm and TBHQ did not get any changes, but on other parameters, 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid was not as good as TBHQ. In storage oxidative stability for 5 weeks, TBHQ was also better in keeping oil stability. In conclusion, effectivity of 4-Hydroxy-3-methoxy-5[(pyrrolidin-1-yl)methyl]benzoic Acid in coconut oil oxidative stability is not as effective as TBHQ."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjani Widyasintia
"Diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat prevalensi yang meningkat setiap tahunnya. Salah satu obat yang semakin dikembangkan untuk pasien diabetes mellitus tipe 2 adalah inhibitor DPP-4. Pengembangan obat inhibitor DPP-4 yang memiliki struktur inti kuinazolinon menghasilkan senyawa yang selektif, serta memiliki potensi, onset, dan durasi yang baik. Dalam rangka pengembangan obat inhibitor DPP-4 turunan kuinazolinon baru, senyawa 2-([4-okso-2-(N,N-dibutilaminometil)kuinazolin-3-il]amino)benzonitril dirancang berdasarkan prinsip bioisosterisme pada senyawa yang telah ada. Sintesis tersebut memerlukan beberapa tahapan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh senyawa antara tahap 1 dan 2 dari sintesis senyawa 2-([4-okso-2-(N,N-dibutilaminometil)kuinazolin-3-il]amino)benzonitril. Tahap 1 yaitu sintesis asam 2-(bromoasetamido)benzoat dengan mereaksikan senyawa asam antranilat dengan senyawa bromoasetamido bromida dalam pelarut DMF-dioksan (1:1). Tahap 2 yaitu sintesis senyawa asam 2-(2-[dibutilamino]asetamido)benzoat dengan cara merefluks senyawa hasil sintesis tahap 1 dan dibutilamina dalam aseton dengan penambahan kalium karbonat dan kalium iodida. Produk 2 dimurnikan menggunakan metode KLT preparatif. Produk hasil sintesis diuji kemurniannya dan dikarakterisasi strukturnya dengan menggunakan FTIR. Hasil sintesis tahap 1 diperoleh rendemen sebesar 82,49%, sementara tahap 2 diperoleh rendemen sebesar 74,14%. Karakterisasi produk 1 dengan FTIR menunjukkan bahwa gugus amina dari senyawa asam antranilat telah tersubstitusi dengan amida dan memunculkan puncak C-Br pada spektrum. Karakterisasi senyawa pada produk 2 menunjukkan bahwa terdapat penghilangan puncak C-Br dan penambahan puncak baru yang mengindikasikan gugus C-H alifatis serta gugus karboksilat terionisasi. Berdasarkan hasil tersebut diindikasikan bahwa senyawa antara 1 yaitu asam 2-(bromoasetamido)benzoat dan senyawa antara 2 yaitu asam 2-(2-[dibutilamino]asetamido)benzoat telah berhasil disintesis.

Type 2 diabetes mellitus has an increasing prevalence every year. One of the antidiabetic medications that are being developed is DPP-4 inhibitors. DPP-4 inhibitors drug development with quinazolinone main structure give good selectivity, also has good potency, onset, and duration. In the development of a new drug DPP-4 inhibitor with quinazolinone main structure, the compound 2- ([4-oxo-2-(N,N-dibutylaminomethyl)quinazolin-3-il] amino)benzonitrile was designed based on bioisosterism principle from existing compounds. The synthesis of the compound requires several steps. This study aims to obtain intermediate compounds from the synthesis of 2-([4-oxo-2-(N,N-dibutylaminomethyl)quinazoline-3-yl]amino)benzonitrile with the first two steps. The first step was the synthesis of 2-(2-bromoacetamido)benzoic acid by reacting anthranilic acid and bromoacetyl bromide in DMF-dioxane (1:1) solvent. The second step was the synthesis of 2-(2-[dibutylamino]acetamido)benzoic acid by refluxing the first product with dibutylamine in acetone with the addition of potassium carbonate and potassium iodide. Purification of the compound was done by preparative layer chromatography. The purity of the products were tested and characterized by FTIR. The first product of the synthesis was obtained with a yield value of 82.49%, while second product was obtained with a yield value of 74.14%. The characterization result from the first product by FTIR showed that amine group from anthranilic acid compound was substituted with amide and gave C-Br peak in the spectra. The characterization of the second product showed that C-Br peak disappeared, while aliphatic CH group and ionized carboxylate group appeared. Based on these results, the first intermediate compound, 2-(2-bromoacetamido)benzoic acid, and the second intermediate compound, 2-(2-[dibutylamino]acetamido)benzoic acid were successfully synthesized."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggun Kurniasari
"Pemisahan bioproduk seperti asam laktat membutuhkan kemurnian yang tinggi untuk aplikasi industri. Selain itu, proses separasi dan purifikasinya kerap mengalami kendala karena harus memurnikan senyawa dalam konsentrasi yang rendah dan kestabilan biomolekuler. Sistem ekstraksi cair-cair (ECC) merupakan salah satu metode yang banyak dipakai untuk memisahkan asam laktat dari impuritasnya. ECC dapat memisahkan zat terlarut pada konsentrasi rendah. Pada penelitian ini, asam laktat diekstraksi menggunakan campuran tri-n-butylamine (TBA) dalam kloroform sebagai ekstraktan. Pengamatan dilakukan pada berbagai rasio volume ekstraktan organik untuk memperoleh ekstrak 20 mL asam laktat yang optimal. Variasi juga dilakukan pada kisaran suhu 25 ? 50 °C. Analisa kandungan asam laktat dilakukan dengan metode titrasi dan HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume asam laktat yang paling optimal dalam mengekstrak 40% (v/v) asam laktat adalah sebesar 40,12 mL TBA dalam 10 mL kloroform. Adapun suhu optimal yang digunakan dalam proses ECC adalah sebesar 30°C.
Bioproduct separation such as lactic acid need high purity for industrial application. Besides, separation pr°Cess and purification usually has problem because it has to purified compound in low concentration and biomolecular stability. Liquid-liquid extraction system (L/LE) is one of many methods used in lactic acid purification from its impurities. L/LE can separate soluted in low concentration. In this observation, lactic acid extracted by Tri-n-butylamine (TBA) mixture in chloroform as extractant. The research carried out in ratio variation of volume organic extractant to obtain 20 mL optimum lactic acid in extract. Temperature variation is on 25 ? 50 °C range. Lactic acid analization on organic phase use titration and HPLC method. The results shows that the most optimum volume extractant to extract lactic acid 40% (v/v) is 40,12 mL TBA in 10 mL of chloroform. The optimum temperature used in ECC pr°Cess is 30°C.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miranti
"Penelitian ini meneliti kondisi optimum pengambilan kembali pelarut dengan evaporasi dari hasil ekstraksi cair-cair asam laktat. Hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi koefisien pemisahan dan kadar asam laktat yang diperoleh sebagai hasil evaporasi. Variabel bebas yang digunakan adalah variasi suhu (110, 120, dan 130 oC) dan tekanan operasi (20, 30, dan 40 mbar). Analisis dilakukan dengan menggunakan neraca volume dan uji karakterisasi dengan metode HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan tekanan meningkatkan tingkat pengembalian TBA, begitu juga dengan kenaikan suhu. Namun pada suhu di atas 120 oC terjadi degradasi asam laktat, sehingga jumlah TBA yang teruapkan lebih sedikit. Kondisi operasi optimum pada proses evaporasi TBA yaitu pada suhu 120 oC dan tekanan 20 mbar dengan koefisien pemisahannya 0,78. Perolehan kadar asam laktat sebagai hasilnya yaitu 76% (v/v). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa metode evaporasi vakum merupakan metode yang dapat digunakan dalam pengambilan kembali hasil ekstraksi cair-cair asam laktat.

This study evaluated the optimum condition of solvent recovery by evaporation method for the liquid-liquid extraction of lactic acid. The aspects observed in this study include the separation coefficient and the concentration of lactic acid obtained as the product of evaporation. Independent variables used are variations of temperature (110, 120 and 130 oC), and operating pressure (20, 30, and 40 mbar). Analyzes have been performed by using volume balance and characterization test using HPLC method. The result of this study indicate that the decerase of operating pressure, as well as temperature rises, can increase the performance of evaporation. However, at temperature above 120 oC, degradation of lactic acid happened, so that the amount of TBA that evaporated is lower. The optimum operating conditions at TBA recovery process is at temperature of 120 oC and pressure at 20 mbar, with separating coefficient is 0.78. Lactic acid concentration obtained at optimum conditions is 76% (v/v). This study prove that the vacuum evaporation method can be used in the solvent recovery process of liquid-liquid extraction of lactic acid
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jonathan Calvin Limawal
"Hingga saat ini, stres oksidatif masih menjadi salah satu perhatian di dunia kesehatan karena stres oksidatif berkontribusi terhadap timbul dan berkembangnya berbagai macam penyakit. Alkil galat telah menunjukkan berbagai aktivitas biologis, termasuk aktivitas antioksidan, antibakteri, dan antikanker, yang lebih besar dibandingkan asam galat yang merupakan senyawa antioksidan kuat. Akan tetapi, tidak semua alkil galat telah banyak diuji aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi baru mengenai pengaruh panjang rantai alkil terhadap toksisitas dan aktivitas antioksidan, dari beberapa senyawa alkil galat, yakni etil galat, butil galat, dan pentil galat. Dari hasil penelitian, ketiga senyawa alkil galat berhasil disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer menggunakan refluks selama ± 7 jam. Dari hasil uji toksisitas dengan Daphnia magna, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa dengan toksisitas rendah (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Selain itu, panjang rantai alkil ditemukan berpengaruh terhadap sifat toksisitas alkil galat. Untuk hasil uji aktivitas antioksidan dengan DPPH, ketiga senyawa alkil galat hasil sintesis tergolong sebagai senyawa antioksidan yang sangat kuat (IC50 < 50 ppm) . Panjang rantai alkil diteliti tidak berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan dari alkil galat.

Oxidative stress remains a significant concern in the field of health due to its role in the onset and development of various diseases. Alkyl gallates have demonstrated diverse biological activities, including antioxidant, antibacterial, and anticancer effects, which are more pronounced than those of gallic acid, a potent antioxidant. However, the biological activities of all alkyl gallates have not been fully explored. This study aims to provide new insights into the impact of alkyl chain length on the toxicity and antioxidant activity of several alkyl gallate compounds, specifically ethyl gallate, butyl gallate, and pentyl gallate. In this research, these three alkyl gallate compounds were successfully synthesized via Fischer esterification using reflux for approximately 7 hours. Toxicity assessments using Daphnia magna indicated that all three synthesized alkyl gallate compounds were classified as slightly toxic (10 ppm < LC50 < 100 ppm). Additionally, the length of the alkyl chain was found to influence the toxicity of alkyl gallates. Regarding antioxidant activity, evaluated using the DPPH assay, the synthesized alkyl gallate compounds were categorized as very strong antioxidants (IC50 < 50 ppm), with alkyl chain length having no effect on their antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Akbar
"Seng oksida (ZnO) pada skala nano banyak diteliti karena potensinya sebagai bahan semikonduktor untuk sel surya tersensitasi zat pewarna. Dalam penelitian ini ZnO nanostruktur telah disintesis mengunakan metode presipitasi dengan penambahan asam sitrik (C6H8O7) sebagai agen pembentuk. Dengan variasi rasio ZnO terhadap asam sitrik (1:1, 2:1, 4:1) dan temperatur kalsinasi (150, 200, 400°C) dilihat efeknya terhadap struktur dan kristalinitas. Dengan bantuan XRD, UV-Vis dan SEM data kristalinitas, ukuran kristalit, struktur dan sifat optik material teramati. Hasil penelitian menunjukan partikel ZnO yang terbentuk berada pada rentang ukuran 19.8 - 30.8 nm dengan nilai energi celah pita terendah 3.15 eV berstruktur sperikal bercampur batangan pada rasio 4:1 dan kalsinasi 400°C. Nilai tersebut memungkinan partikel yang tersintesis untuk diaplikasikan pada devais panel surya tersensitasi zat pewarna.

Zinc Oxide (ZnO) on nano scale was vastly investigated due to its potential as a semiconductor material in dye sensitized solar cell application. In this current research ZnO nanostructure was synthesized using simple precipitation technique with addition of citric acid as capping agent. Various ratios of ZnO and C6H8O7 elaborated 1:1, 2:1, 4:1and calcination temperature of 150, 200, and 400°C were used to investigate the effect of those parameter towards the ZnO structure and crystallinity. By using XRD, SEM, and UV-Vis Spectroscopy the nanostructure characteristics were determined, therein including nanocrystallite size, crystallinity, and optical properties. The results showed that ZnO nanostructure was formed as spherical and rods in the range 19.8 - 30.8 nm and the lowest band gap energy 3.15 ev obtained under condition of ratio 4:1 and calcined at 400°C. Considering the obtained characteristics, the ZnO nanostructures in this study are possible for dye sensitized solar cell application.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Setianingsih
"Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama akibat kanker pada wanita. Pengobatan medis yang memberikan efek samping, mendorong penelitian terkait senyawa alami yang berpotensi menghambat penyebaran kanker. Ester gula asam lemak diketahui memiliki aktivitas antimikroba, antifungi, dan antikanker. Penelitian ini dilakukan untuk menyintesis ester gula asam lemak melalui reaksi esterifikasi asam linoleat dengan fruktosa, manosa dan manitol dalam pelarut n-heksana dengan dikatalisis oleh enzim lipase Novozym Eversa® Transform 2.0 FG. Produk berupa ester linoleat-fruktosa, ester linoleat-manitol dan ester linoleat-manosa diidentifikasi menggunakan KLT dan instrumentasi FTIR. Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan serapan gugus C=O pada bilangan gelombang 1739 cm-1 untuk ester linoleat-fruktosa, 1730 cm-1 untuk ester linoleat-manitol dan 1734 cm-1 untuk ester linoleat-manosa. Produk hasil sintesis diuji dengan uji emulsi dan diketahui memiliki sifat sebagai emulsifier. Sementara itu, pengujian aktivitas sitotoksik terhadap senyawa ester linoleat-fruktosa, ester linoleat-manitol dan ester linoleat-manosa terhadap lini sel kanker MCF-7 menghasilkan nilai IC50 berturut-turut sebesar 42,68 μg/mL, 51,08 μg/mL, dan 64,07 μg/mL. Hasil ini mengindikasikan bahwa produk hasil sintesis ester linoleat-manitol memiliki toksisitas sedang, sedangkan ester linoleat-fruktosa dan ester linoleat-manosa yang memiliki toksisitas lemah.

Breast cancer is one of the main causes of death from cancer in women. Medical treatments that provide side effects, encourage research related to natural compounds that have the potential to inhibit the spread of cancer. Fatty acid sugar esters are known to have antimicrobial, antifungal, and anticancer activities. This research was conducted to synthesize fatty acid sugar esters through the esterification reaction of linoleic acid with fructose, mannose and mannitol in n-hexane solvent catalyzed by lipase enzyme Novozym Eversa® Transform 2.0 FG. The products obtained were linoleic-fructose esters, linoleic-mannitol esters and linoleic-mannose esters. Products were identified using TLC and FTIR instrumentation. The results of the FTIR showed the absorption of the C=O group at wave numbers 1739 cm-1 for linoleic-fructose ester, 1730 cm-1 for linoleic-mannitol ester and 1734 cm-1 for linoleic-mannose ester. Products was tested by emulsion test and found out to have properties as an emulsifier. Furthermore, the cytotoxic activity of linoleic-fructose ester, linoleic-mannitol ester and linoleic-mannose ester against the MCF-7 cancer cell given IC50 values of 42,68  μg/mL, 51,08 μg/mL, and 64,07 μg/mL. These results indicate that the product of linoleic-mannitol esters have moderate toxicity, while linoleic-fructose and linoleic-mannose esters have weak toxicity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>