Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 105831 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoga Hary Dewanto
"Hemoglobin Adduct dapat terbentuk akibat paparan benzo[a]pyrene dalam udara yang diduga mengandung PAH. Dengan Cara mengisolasi globin kemudian mengnidrolisisnya dengan asam, hemoglobin Adduot dari benzo[a]pyrene (BaP) dapat dideteksi sebagai bentuk nidrolisatnya berupa senyavva benzo[a]pyrene tetrahydrotetro/ (BPT) dengan menggunakan HPLC-Fluoresensi fasa terbalik kolom RP-18, eluen metanol-air (55:45).
Hasil penelitian membuktikan hemoglobin Adduct teridentifikasi pada sampel daran dari pedagang asongan yang berisiko tinggi terpapar PAH. Bates deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 2,6205 pg/mg globin. Konsentrasi adduot tertinggi yang diperolen sebesar 53,3963 pg/mg globin dan konsentrasi terendan 5,7870 pg/mg globin. Terdapat indikasi pengarun faktor kebiasaan merokok pada konsentrasi adduot yang terbentuk pada sampel responden. Untuk memperkuat nubungan faktor tersebut perlu dilakukan penelitian Iebin lanjut dengan menamban jumlan sampel dan melakukan uji statistik."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S30292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rambe, Seira Yuana Putri Boru
"ABSTRAK
Latar BelakangWorld Resources Institute WRI berdasarkan kebakaran hutan di Indonesia pada tahun 2014, terdapat 3.101 titik api dipulau Sumatera dan 87 dari jumlah tersebut ditemukan di Provinsi Riau. Asap yang berasal dari kebakaran hutan menghasilkan senyawa karsinogenik yaitu Benzo a pyrene dengan metabolit utamanya Benzo a pyrene-diol epoxide BPDE yang bersifat mutagenik tinggi sehingga menyebabkan kerusakan DNA dan meningkatkan terjadinya risiko kanker termasuk kanker paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar BPDE serum pada petugas pemadam kebakaran pasca kebakaran hutan tahun 2015 di Provinsi Riau.MetodePenelitian dengan desain potong lintang yang dilakukan pada Mei 2016 bertempat di kantor pusat pemadam kebakaran kota Pekanbaru, terhadap 70 orang petugas pemadam kebakaran yang ikut memadamkan api kebakaran hutan di Provinsi Riau periode Agustus-Oktober 2015. Dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar BPDE serum, pengukuran kadar CO ekspirasi menggunakan alat CO analyzer, pengisian kuesioner data dasar, status merokok, keluhan respirasi, fagerstorm dan penggunaan APD.HasilNilai tengah kadar BPDE serum dan kadar CO ekspirasi yaitu 16 ng/ml 1,93-71,13 dan 9 ppm 0-54 . Kadar BPDE serum pada perokok 15,26 ng/ml 1,93-48,47 , bukan perokok 15,63 8,42-50,51 dan bekas perokok 22,07 13,46-71,13 nilai p = 0,025. Kadar BPDE serum pada kelompok yang tidak menggunakan APD dan yang menggunakan APD 17,15 ng/ml vs 15,63 ng/ml . Kadar CO ekspirasi pada perokok 11,52 ppm 0-54 , bukan perokok 7,02 ppm 0-45 dan bekas perokok 7,00 ppm 0-27 nilai p = 0,05. Keluhan respirasi terbanyak berupa dahak/reak sebanyak 44,3 .KesimpulanKadar BPDE serum lebih tinggi pada bekas perokok dan pada responden yang tidak menggunakan APD Kadar CO ekspirasi didapatkan lebih tinggi pada perokok Keluhan respirasi terbanyak adalah dahak/reak.Kata kunci : Benzo a pyrene diol epoxide, asap kebakaran hutan, pemadam kebakaran
BackgroundWorld ,hr> ABSTRACT
Resources Institute WRI based on the 2014 forest fires in Indonesia, showed 3.101 firespots in the Sumatera island and 87 of them were located in the Riau Province. Forestfire smoke produced carcinogenic compound, Benzo a pyrene, with its main metabolic which is Benzo a pyrene-diol epoxide BPDE . It had a high mutagenic characteristic and could cause damage to DNA and increased the risk of cancer, especially lung cancer. This study rsquo;s purpose was to know serum BPDE levels in firefighters after forestfire 2015 at Riau Province.Method A cross sectional study conducted in May 2016 at Pekanbaru rsquo;s Fire Departement, involve 70 firefighters who took part in extinguishing at the Riau rsquo;s forestfires between August-October 2015. Blood samples were taken to check the serum BPDE levels, the level of exhale carbon monoxide CO during expiration using a CO analyzer and filling questionaire about smoking status, respiratory symptoms, fagerstrom and universal precaution. ResultMedian for serum BPDE levels and CO expiration levels to be 16 ng/ml 1,93-71,13 and 9 ppm 0-54 . Serum BPDE levels in smokers 15,26 ng/ml 1,93-48,47 , non-smokers 15,63 8,42-50,51 and ex-smokers 22,07 13,46-71,13 with p=0,025. Serum BPDE levels in firefighters not using universal precautions were higher than the firefighters who did 17,15 ng/ml vs 15,63 ng/ml . CO expiration level was higher in smokers 11,52 ppm 0-54 , non-smokers 7,02 ppm 0-45 and ex-smokers 7,00 ppm 0-27 , with p=0,05. Sputum was the major respiratory symptoms 44,3 .ConclusionSerum BPDE levels are higher in firefighters who are ex-smokers and firefighters who not using universal precautions compared with those who use. CO expiration levels are higher in smokers and the major respiratory complaints is sputum."
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indawati
"ABSTRAK
Latar Belakang : Benzo(a)pyrene (BaP) adalah hidrokarbon aromatik polisiklik sangat karsinogenik yang terdapat dalam asap rokok. Tidak hanya perokok yang perlu menjadi perhatian, namun bahaya yang ditimbulkan akibat asap rokok pada orang yang tidak merokok juga perlu diperhatikan.
Metode : Penelitian ini berjenis potong lintang pada 26 perempuan dewasa bukan perokok yang terpajan asap rokok dan 15 perempuan tidak terpajan asap rokok di rumahnya di kelurahan Palmeriam Kecamatan Matraman, Jakarta. Kadar BPDE-protein adducts diukur menggunakan metode ELISA. Kadar CO ekspirasi, informasi kebiasaan merokok anggota keluarga di rumah pada subjek penelitian dikumpulkan melalui kuesioner.
Hasil : Nilai BPDE-protein adducts <40 ng/ml sebanyak 16 orang (61,5%) dan nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml sebanyak 10 orang (38,5%), sedangkan pada kelompok perempuan tidak terpajan asap rokok di rumah, nilai BPDE-protein adducts <40 ng/ml sebanyak 11 orang (73,3%) dan nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml sebanyak 4 orang (26,7%), hasil analisis menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (p=0,443). Pengukuran kadar CO ekspirasi pada penelitian ini memperoleh nilai tengah kadar CO ekspirasi pada kelompok perempuan yang terpajan asap rokok sebesar 5,5 ppm. Pada kelompok perempuan yang tidak terpajan asap rokok, rerata kadar CO ekspirasi sebesar 6 ppm, hasil analisis tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna (p=0,398). Lama pajanan, jenis rokok, banyaknya jumlah rokok yang dihisap serta banyaknya jumlah perokok aktif dirumah tidak mempengaruhi kadar BPDE-protein adducts.
Kesimpulan : Nilai BPDE-protein adducts >40 ng/ml pada perempuan terpajan asap rokok lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan yang tidak terpajan asap rokok di lingkungan rumah.

ABSTRACT
Background: Benzo(a)pyrene (BaP) is a polycyclic aromatic hydrocarbon contained in cigarette smoke. This highly carcinogenic substance is also found in Environmental Tobacco Smoke (ETS) which equally dangerous to the health of population and equally require attentions as much as cigarette smoke. This study observes level of BaP among those in risk of ETS exposure.
Methods: A cross-sectional study was performed involving 26 women exposed to ETS and 15 women unexposed to ETS in Palmeriam Matraman area, Jakarta, Indonesia. The BPDE (Benzo(a)pyrene Diol Epoxide) protein levels of adducts were measured using ELISA method. In addition, exhaled carbon-monoxide (CO) level during expiration was measured and family members smoking habits at home was obtained using questionnaire.
Results: The mean age of women exposed to ETS was 35.8 ± 6.5 years and women unexposed to ETS was 41.7±7.5 years. In the ETS exposed women, the BPDE level of <40 ng/mL was found in 16 people (61.5%) and the BPDE level of >40 ng/mL was found in 10 people (38.5%). In the ETS unexposed women, the BPDE level of <40 ng/mL was found in 11 people (73.3%) and the BPDE level of >40 ng/mL was found in 4 people (26.7%). None of these results were significantly different (p=0.443). The median exhaled CO level of ETS exposed women was 5.5 ppm and of ETS unexposed women was 6.0 ppm. None of these results were significantly different (p=0.398). No correlation was found between length of ETS exposure, types of cigarettes, number of cigarettes smoked and number of active smokers at home and BPDE-protein adducts level.
Conclusion: The BPDE level of ETS exposed women was higher than of ETS unexposed women (>40 ng/mL and <40 ng/mL, respectively). The median exhaled CO level of ETS exposed women was lower than of ETS unexposed women (5.5 ppm and 6.0 ppm). However, none of these results were statistically significant."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nofiarni Yusril
"Latar Belakang : Benzopyrene polycyclic aromatic adalah agen karsinogenik yang ditemukan dalam asap rokok. Benzo a pyrene Diol Epoxide BPDE adalah salah satu metabolit benzopyrene. Perokok kretek adalah orang yang merokok minimal 1 rokok kretek per hari selama minimal 1 tahun tanpa atau kurang dari 20 nya merokok dengan rokok putih. Kami meneliti kadar BPDE dalam darah perokok kretek dibandingkan dengan bukan perokok.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang mengikutsertakan 32 subjek sehat yang merokok kretek dan 32 subjek sehat bukan perokok. telah menandatangani lembar persetujuan diperiksakan kadar CO ekshalasi dengan menggunakan alat pengukur CO portabel kemudian diambil sampel darah untuk diukur kadar BPDE-protein adducts. Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan statistical package for social sciences SPSS 21.
Hasil : Total 64 responden yang dibagi menjadi 32 subjek perokok kretek dan 32 kontrol diperiksakan kadar BPDE-protein adducts dan kadar CO ekshalasi. Karakteristik subjek didapatkan sebanyak 59,4 usia perokok kretek di atas 45 tahun dan 56,3 mempunyai latar belakang pendidikan tinggi sedangkan pada kelompok kontrol 87,5 berusia di bawah 45 tahun dan 75 mempunyai latar belakang pendidikan tinggi. Kadar BPDE-protein adducts pada subjek perokok kretek sebesar 12,15 8,87-33,55 ng/ml dan kadar pada kelompok kontrol sebesar 11,4 3,87-13,27 ng/ml, p=0,004. Faktor yang mempengaruhi kadar BDPE-protein adducts pada perokok kretek berdasarkan analisis multivariat adalah pola hisapan p=0,002 dan derajat adiksi p = 0,047 . Terdapat hubungan yang bermakna secara statistis antara kadar BPDE-protein adducts dengan kadar CO ekshalasi pada perokok kretek p=0,003,r=0,512.
Kesimpulan : Kadar BPDE-Protein adducts pada perokok lebih tinggi dibanding bukan perokok dengan pola hisapan dan derajat adiksi menjadi faktor yang mempengaruhi.

Background: Benzopyrene polycyclic aromatic is a carcinogenic agent found in cigarettes smoke. Benzo a pyrene Diol Epoxide BPDE is one of the benzopyrene metabolite. Kretek cigarette smoker isa person who smokes at least 1 cigarette per day for at least 1 year with no or less than 20 of amount and time of white cigarettes smoking. We investigated the BPDE serum level in kretek cigarette smokers compared to non smokers.
Method: This is a cross sectional study of which 32 'healthy ' kretek cigarette smokers and 32 'healthy ' non smoker were enrolled in this study. We collected blood sample and we analyzed the BPDE level and also their exhale carbon monoxide CO level during expiration. Serum BPDE level were assayed using ELISA kit. The data obtained were tested using statistical package for social sciences SPSS 21.
Results: A total of 32 kretek smokers subjects and 32 controls was underwent examination of BPDE protein adducts level and exhalation CO levels. Characteristics of the subjects obtained was 59.4 kretek smokers aged over 45 years and 56.3 have a high education background, while in the control group 87.5 were aged under 45 years and 75 have high educational backgrounds. The levels of BPDE protein adducts in the kretek smokers subject was 8.87 to 33.55 ng ml and the levels in the control group was 11.4 3.87 to 13.27 ng ml, p 0.004. The factors which influence the levels BDPE protein adducts in smokers cigarettes the most by multivariate analysis were sucking pattern p 0.002 and the degree of addiction p 0.047 . There was a statistically significant relationship between the level of BPDE protein adducts with exhalation CO levels in kretek smokers p 0.003 .
Conclusion: Serum BPDE protein adductslevel higher in smokers compared nonsmokers with suction pattern and degree of addiction are influence factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Mais
"Tingkat paparan benzo[a]pyrene (BaP) salah satu senyawa PAH pada polusi udara dapat dihitung dengan menggunakan metode Hemoglobin-Adduct. Responden terpilih ialah polantas (individu berisiko tinggi), polisi administrasi (individu berisiko rendah), dan pasien kanker (individu yang diduga telah mengalami paparan). Produk hidrolisis asam yang dilakukan pada globin (sampel darah) ialah hidrolisat BaP-adduct berupa senyawa benzo[a]pyrene tetrahydrotetrol (BaPT), dan dianalisis dengan HPLC-Fluoresensi fasa terbalik kolom RP-18, eluen metanol-air (55:45). Hasil uji validasi metode ialah batas deteksi (LOD) dalam penelitian ini mencapai 0,31 pg/mg globin dan batas kuantifikasi (LOQ) ialah 1,03 pg/mg globin. Konsentrasi adduct BaPT pada polantas berkisar 1,36 ? 7,38 pg/mg globin, pada polisi bagian administratif berkisar 0,01 ? 1,85 pg /mg globin, sedang adduct pada pasien kanker paru berkisar 2,58 ? 50,94 pg /mg globin. Disimpulkan bahwa terdapat peranan paparan BaP dalam polusi udara terhadap tingginya tingkat konsentrasi B[a]P Hb-Adduct yang diperoleh.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30460
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meizana Radini Wahyana
"The International Agency for Research on Cancer (IARC) telah mengklasifikasikan benzo(a)piren ke dalam grup 2A (berpotensi sebagai karsinogenik pada manusia). Benzo(a)piren ditemukan dalam makanan yang dipanggang dengan pemanasan pada temperatur tinggi (di atas temperatur 200ºC), dengan kandungan lemak tinggi. Pada penelitian ini dilakukan analisis benzo(a)piren dalam sate yang berasal dari ayam broiler dipanggang di atas arang hingga matang, ayam broiler dipanggang di atas arang hingga setengah matang, ayam kampung dipanggang di atas arang hingga matang, ayam kampung dipanggang di atas arang hingga setengah matang, ayam broiler dipanggang di dalam oven hingga matang secara kromatografi cair kinerja tinggi. Metode ini menggunakan kolom C18-RP dengan detektor UVVis pada panjang gelombang 296 nm, fase gerak asetonitril-air (90:10), dan laju alir 1,2 mL/menit. Waktu retensi yang dibutuhkan benzo(a)piren adalah ± 10,1 menit. Sampel disaponifikasi dengan KOH dalam metanol menggunakan refluks, kemudian disari dengan n-heksana. Filtrat heksana yang telah dipekatkan dipisahkan dengan kromatografi kolom silika gel-alumina (1:1) dengan eluen diklorometana. Rentang kurva kalibrasi 0,01-0,25 μg/mL menunjukkan nilai linieritas 0,99998; dengan batas deteksi 0,001455 μg/mL; batas kuantitasi 0,004849 μg/mL; dan koefisien variasi sebesar 0,3828 %. Kadar benzo(a)piren dalam lima sampel yang dianalisis yaitu 0,6026±0,005 μg/g; 0,5064±0,002 μg/g; 0,204±0,008 μg/g; 0,1034± 0,00017 μg/g; 0,0422± 0,00015 μg/g.

The International Agency for Research on Cancer has classified benzo(a)piren in group 2A (probably carcinogenic for humans). The studies show that benzo(a)piren was found in food with strongly heated (more than 200 ºC) and content high fat. In this research, analysis benzo(a)piren in sate from a broiler chicken in charcoal grilled, local chicken in charcoal grilled, and broiler chicken in oven grilled. This method used C-18 column, acetonitril-air (90:10) as mobile phase, at the flow 1,2 mL/minutes and detection at 296 nm. Sample was saponification with 2 M KOH in methanol refluks for two hours, than the filtrate extraction with n-hexane, and clean-up with column chromatography with dichlormetane as mobile phase and silica gel-alumina (1:1) as a stationary phase. Calibration curve was perfomed in the range 0,01-0,25 μg/mL, the result show good linierty with coefficient of correlation of 0,99998, limit of detection 0,001455 μg/mL; and limit quantitation 0,004849 μg/ml and repeatability 0,3828%. The level of benzo(a)piren in five sate are 0,6026±0,005 μg/g; 0,5064±0,002 μg/g; 0,204±0,008 μg/g; 0,1034±0,00017 μg/g; 0,0422±0,00015 μg/g."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S33029
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutik Murniasih
"Dalam penelitian kami tentang studi availabilitas biodegradasi senyawa PAH oleh bakteri laut, secara garis besar dapat diketahui bahwa pada dasarnya lingkungan laut Indonesia yang tercemar minyak telah menyediakan bakteri pelaku remediasi secara alamiah. Hal ini terbukti dari data skrining yang dilakukan dari ke-empat titik lokasi sampling, (Pel. Tanjung Mas Semarang, Pel. Tanjung Priok, Kumai Kal Sel dan Balikpapan) hanya dari Tanjung Priok yang tidak didapatkan bakteri pendegradasi. Hal ini disebabkan oleh tidak sesuainya kondisi sampel dengan media pengkayaan. Uji biodegradasi fenantren, piren dan benzo[a]antrasen menunjukkan bahwa isolat bakteri terpilih dari Semarang SalP-4b21 dapat mendegradasi fenantren sebesar 100% sesudah 15 hari kultivasi dan piren sebesar 24,53% sesudah 29 hari kultivasi. Sedangkan isolat KalP-3b22 dari Kumai Kal. Sel. dapat mendegradasi benzo[a]antrasen sebesar 38,2% selama 57 hari dan mendegradasi fenantren sebesar 59,5% sesudah 29 hari kultivasi. Karakterisasi senyawa hasil konversi menggunakan GC-Mass dan Spektroskopi Infra Merah menunjukkan bahwa tahap awal benzo[a]antrasen terkonversi menjadi benzo[a]antrasen 7, 12 diol yang terdeteksi sesudah 22 hari kultivasi dan pada hari ke-50 terdeteksi adanya benzo[a]antrasen 7, 12 dion. Fenantren oleh isolat KalP-3b22 terdegradasi menjadi 1-naftalenol sesudah 29 hari kultivasi, sedangkan oleh isolate SalP- 4b21 menjadi senyawa fenol 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4 methyl. Jumlah produk konversi piren yang sangat kecil mengakibatkan sulitnya penentuan strukturnya. Karakterisasi 16S-rDNA isolate KalP-3b22 menunjukkan jenis Pseudomonas sp, sedangkan isolat SalP-4b21 adalah Sphingomonas sp.

In our investigation of bacteria that degrade PAH isolated from Indonesian coastal waters, basically we could conclude that some of Indonesian marine microbial isolated from oil contaminated areas were naturally available remediate the polluted areas. The screening data of this kind of bacteria from four sampling location (Tanjung Mas Semarang Port, Tanjung Priok Jakarta Port, Kumai Kal-Sel Port and Balikpapan Port) showed that almost in every site we could find PAH degrading bacteria. In case we didn? find the PAH degrading bacteria from Tanjung Priok Port was caused by unavailable physical condition sample with enrichment media. PAH Biodegradation test showed that the potent bacteria isolated from Semarang, SalP-4b21 degraded 100% phenanthrene after 15 days cultivation and 24,53% pyren after 29 days cultivation. The second potent bacteria isolated from Kumai Port (KalP-3b22) degraded 59,5% phenanthrene after 29 days cultivation and 38,2% benzo[a]anthracene after 57 days cultivation. Analysis of conversion product using GC-Mass and Infra Red Spectroscopy showed that in the beginning step, benzo[a]anthracene convert to benzo[a]anthracene 7,12 diol, this compound was detected after 22 days cultivation in KalP-3b22 and after 50 days cultivation this compound was converted to benzo[a]anthracene 7, 12 dion. In KalP-3b22 culture, phenantrene was converted to 1-naphtalenol after 29 days."
2007
T40082
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khotib Sarbini
"Biodegradasi pyrena sebagai salah satu senyawa PAHs (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) dilakukan dalam skala kecil dengan menggunakan bakteri indigenous, Bacillus subtilis C19, pada suhu inkubasi 27oC , pH 8.0 , dan 90 rpm. Penelitian dilakukan dengan variasi substrat 40, 200 dan 500 mg/L, dengan konsentrasi sel awal 1% (v/v) media kultur. Dari laju pertumbuhan spesifik (μ) pada masing-masing konsentrasi awal pyrena (So), diketahui kelarutan pyrena paling baik dalam media kultur adalah pada konsentrasi 200 mg/L, sedangkan pada konsentrasi pyrena yang lebih tinggi terjadi inhibisi oleh substrat yang menghambat pertumbuhan sel dan proses biodegradasinya. Karakteristik biosurfaktan yang diisolasi dari kultur bakteri dengan substrat pyrena (100 mg/L) diketahui jenis biosurfaktan yang dihasilkan adalah surfaktin kelompok lipopeptida. Uji efektivitas biosurfaktan dilakukan pada variasi pH dan kadar NaCl dengan substrat minyak kerosin, mendapatkan persentase emulsi terbaik masing-masing pada pH 7 (netral) dan tanpa penambahan NaCl (0 %).

Biodegradation of pyrene as one of the PAHs (Polycyclic Aromatic Hydrocarbons) compounds is done on a small scale by using indigenous bacteria, Bacillus subtilis C19 in the incubation temperature 27oC, pH 8.0, and 90 rpm. The study was conducted with a variety of substrates 40, 200 and 500 mg/L, with the initial cell concentration of 1% (v / v) culture medium. The specific growth rate (μ) at each initial concentration pyrene (S), is known at best pyrena solubility in the culture medium is at a concentration of 200 mg/L, whereas at higher concentrations occur pyrene inhibition by the substrate that inhibits cell growth and its biodegradation processes. Characteristics of biosurfactant isolated from bacterial cultures with substrate pyrene (100 mg/L) known types of biosurfactant generated is surfaktin from lipopeptide group. Study the effectiveness of biosurfactant made on the variation of pH and NaCl content of the substrate kerosene oil, get the best percentage of each emulsion at pH 7 (neutral) and without the addition of NaCl (0%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sharfina Tammy Aryanti
"Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) merupakan salah satu jenis bahan pencemar organik yang dapat dihasilkan dari pembakaran yang tak sempurna (pirogenik) ataupun dari kegiatan perminyakan (petrogenik). Pertambakan adalah salah satu kawasan yang rentan akan bahan pencemar organik. Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap sedimen dan Udang Windu (Penaeus monodon) di pertambakan untuk mengetahui kadar senyawa PAH yang dipengaruhi oleh tataguna lahan dan vegetasi mangrove. Sampel yang sudah kering kemudian diekstraksi dengan soxhlet selama ± 18 jam dengan 250 mL pelarut campuran (1:1) n-heksan : diklorometan (DCM) lalu di fraksinasi menggunakan kolom berisi silika gel, alumina dan natrium sulfat dengan 40 mL pelarut campuran (1:1) n-heksan : diklorometan (DCM) untuk mendapatkan fraksi aromatik. Hasil fraksinasi kemudian dievaporasi dan diblow up dengan gas helium hingga tepat 1 mL, lalu diambil 2 μL untuk analisa dengan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). Hasil analisa menunjukkan bahwa konsentrasi Naphthalene di sedimen Blanakan dan Marunda berkisar antara 0.0944 ng.g-1 - 9.9069 ng.g-1 dan 0.1691 ng.g-1 - 8.3503 ng.g-1. Sedangkan untuk konsentrasi benzo(a)pyrene di sedimen blanakan dan Marunda berkisar antara 2.6294 ng.g-1 - 5.2302 ng.g-1 dan 4.0760 ng.g-1 - 6.3368 ng.g-1. Konsentrasi senyawa naphthalene pada tubuh udang windu di kawasan Marunda dan Blanakan sebesar 4.7080 ng.g-1 dan 1.6322 ng.g-1 serta untuk senyawa benzo(a)pyrene di kawasan Marunda dan Blanakan sebesar 1.5367 ng.g-1 dan 1.2910 ng.g-1.

Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH) is one type of organic pollutants can be produced from incomplete combustion (pyrogenic) or from petroleum activities (petrogenik). Aquaculture is one of the areas that are vulnerable to organic pollutants. In this research, analysis of sediment and tiger prawn (Penaeus monodon) in aquaculture to determine levels of PAH compounds that are affected by land use and mangrove vegetation. The dried samples were then extracted by Soxhlet for ± 18 hours with 250 mL solvent mixture (1:1) n-hexane: dichloromethane (DCM) and fractionated using a column containing silica gel, alumina and sodium sulfate with 40 mL of solvent mixture (1 : 1) n-hexane: dichloromethane (DCM) to obtain the aromatic fraction. Results of fractionation then evaporated and blow up with helium gas to exactly 1 mL, 2 μL of result then taken for analysis by GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry). The analysis shows that the concentration of Naphthalene in sediments Blanakan and Marunda ranged between 0.0944 ng.g-1 - 9.9069 ng.g-1 and 0.1691 ng.g-1 - 8.3503 ng.g-1. As for the concentration of benzo(a)pyrene in sediment Blanakan and Marunda range between 2.6294 ng.g-1 - 5.2302 ng.g-1 and 4.0760 ng.g-1 - 6.3368 ng.g-1. The concentration of naphthalene compound in prawn's body in the Marunda and Blanakan ranged from 4.7080 ng.g-1 to 1.6322 ng.g-1 and for benzo(a)pyrene compound in the Marunda and Blanakan from 1.5367 ng.g-1 to 1.2910 ng.g-1."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Andra Sari
"Kebakaran hutan dan lahan menghasilkan asap yang diketahui mengandung Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). Efek adanya kerusakan oksidatif pada DNA akibat paparan asap kebakaran hutan dan lahan terhadap risiko kanker diselidiki melalui deteksi biomarker 8-Hidroksi-2’-Deoksiguanosin (8-OHdG) dan 1-Hidroksipiren (1- OHP), metabolit utama piren, sebagai indikator paparan PAH dalam urin. Analisis biomarker paparan PAH dalam urin 24 jam dilakukan secara acak dalam suatu populasi di Kota Dumai, Provinsi Riau. Kandungan 8-OHdG dalam sampel urin dianalisis menggunakan HPLC detektor UV dengan fasa gerak buffer natrium fosfat 0,1 M pH 6,7 dan metanol (85:15, v/v). Sementara, kandungan 1-OHP dalam urin dideteksi menggunakan HPLC detektor flourosens dengan eluen metanol dan air (60:40, v/v). Analisis kedua senyawa tersebut dilakukan dengan kromatografi fasa terbalik mode isokratik. Hasil pengujian menunjukan bahwa 8-OHdG terdeteksi pada seluruh sampel dalam rentang konsentrasi 25,29 g/L hingga 2,16 mg/L urin (n = 11), lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrasi 8-OHdG dalam urin individu sehat (1,42 μg/L – 4,25 μg/L). 1-OHP dalam urin juga terdeteksi dalam empat dari lima sampel yang diuji, menandakan bahwa terdapat potensi besar kerusakan oksidatif DNA akibat paparan PAH
orest fires generate woodsmoke that contain Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH). The effect of DNA oxidative damage due to woodsmoke exposure on cancer risk can be investigated through the detection of urinary 8-Hydroxy-2’-Deoxyguanosin (8-OHdG) and 1-Hydroxypyrene, main metabolite of pyrene, as indicators of PAH exposure. Analysis biomarkers of PAH exposure in 24 hours urine was performed within a population randomized in Dumai City, Riau Province. The 8-OHdG levels in urine samples were analyzed by using HPLC with UV detector using sodium phosphate buffer 0.1 M pH 6.7 and methanol (85:15, v/v) as mobile phase. Meanwhile, 1-OHP levels in urine was detected by using a HPLC with fluorosens detector using methanol and water (60:40, v/v) eluent. Analysis of both compounds was performed by reverse phase chromatography with isoratic mode. The results showed that 8-OHdG was detected in all samples with concentration range of 25.29 μg/L to 2.16 mg/L urine (n = 11), higher than urinary 8-OHdG of health person (1,42 μg/L – 4,25 μg/L). Urinary 1- OHP was also detected in four of five samples. It indicates that there was a high potential of DNA damage caused by PAH exposure"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>