Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124610 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol menghasilkan meti
ester dari asam Iemaknya memerlukan bantuan katalis agar reaksinya
berjalan Iebih cepat, mengoptimalkan penggunaan metanol, dan memiliki
persen konversi yang tir1ggi_ Katalis yang paling mudah dipisahkan dari
produk setelah akhir reaksi adalah katalis hetroger1_ Pada penelitian ini,
katalis IV|g-AI hidrotalsit dengan perbandingan mol IV|g/AI divariasikan 2 - 5,
diujikan pada reaksi heterogen katalisis minyakjarak dengan metar1o|_
Perbandingan antara mol minyak dengan mol metanol adalah 1 1 4,5 dengan
mencampurkan 80% metanol dari perbandingan tersebut pada avval reaksi_
\/\/aktu reaksi divariasikan 1 - 6 jam, setetah gliserol dipisahkan dari metil
ester, metil ester kemudian direaksikan kembali dengan 20% metanol dari
perbandingan selama 1 jam dengan mengambil hasil reaksi setiap 15 menit
Suhu reaksi dijaga antara 60°C - 65° C. Hasil persen konversi optimum yaitu
94_17%, diperoleh pada reaksi dengan bantuan katalis IV|g-AI hidrotalsit
dengan perbandingan mol IV|g/AI = 4 dan vvaktu reaksi selama 5 jam
ditambah 1 jam reaksi"
Universitas Indonesia, 2007
S30409
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Margisari
"Pembuatan polimer Core-Shell Stirena Butil Akrilat, telan dicoba dengan metoda polimeriSaSi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan iniSator rec|okS [H2O2-ASam Askorbat] dengan ammonium persulfat untuk mendapatkan optimasi core Stirena. VariaSi yang dilakukan untuk membandingkan keduanya pada tanapan core Stirena meliputi variaSi konSentraSi Surfaktan di ataS nilai cmc, konSentraSi iniSiator, dan teknik po|imeriSaSi, Serta pengarun penggunaan pengikat Silang Glisidil IV|etakri|at [GIVIA] pada tanapan core Shell. Polimer yang dinasilkan ditentukan perSen konverSi, ukuran partikel dan diStribuSi ukuran partikel, guguS fungSi dengan FTIR, dan nilai Tg dengan DSC. Penelitian ini menemukan bahwa pada teknk Seeding iniSiator recloks mampu memberikan ukuran partikel Iebih beSar dibanding APS, Serta teknik polimerisasi Seeding Semikontinu mengnaSi|kan %konverSi yang Iebin tinggi dibandingkan teknik Seeding, tetapi ukuran partikel menjadi Iebin kecil. Hasil juga menunjukkan Semakin kecil konSentraSi Surfaktan, Semakin beSar ukuran partikelnya, Serta pengunaan konSentraSi Surfaktan diatas nilai cmc menghasilkan polimer dengan Struktur kopolimer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Film poli-o-toluidin yang memiliki pelekatan yang kuat pada substrat non polar dikaji kegunaannya sebagai sensor optis pH. Karakterisasi terhadap film pada berbagai nilai pH dilakukan dengan memantau kurva absorbansinya mengunakan alat spektrofotometer Uv-Vis (ultra violet-visibel). Dalam penelitian ini ditemukan bahwa daerah kerja film poli-o-toluidin yang dibuat pada berbagai kondisi berada pada nilai pH 2,0- 6,0. Dengan menggunakan hubungan logaritmik antara absorbansi terhadap pH, daerah kerja film poli-o-toluidin dapat diperluas menjadi 2,0 - 8,0. Sensitivitas tertinggi respons terhadap pH diperoleh pada film poli-o-toluidin yang dibuat pada HCl 1,0 M dan pada waktu perendaman 12 jam. Penelitian juga mengkaji efek histeresis film dalam responsnya terhadap pH. Dari kajian tersebut, ditemukan bahwa film poli-o-toluidin sukar untuk dikembalikan pada bentuk awalnya. Hal inilah yang kemudian menjadikan film poli-o-toluidin hanya cocok untuk sekali penggunaan.

The Influence of Polymerization Condition to Optical Properties of Poly-o-toludine Films for PH Sensor Application. Properties of poly-o-toludine film strongly bonded to non polar substrate was studied for application as optical pH sensor. Characterization of film in various pH value is carried out by recording absorbance curve using uv-visible spectrophotometer. All poly-o-toluidine film was then found to be applicable as optical pH sensor in the pH range of 2.0- 6.0. Further computational processing by means of curve fitting into logaritmic trend will allow expansion of measurement to the pH range of 2.0-8.0. Sensitivity of pH response was highest in poly-o-toluidine film fabricate at HCl 1.0 M and at 12 hours of dipping time. This paper also studied hysteresis effect in pH response. It was concluded that poly-o-toluidine salt exposed to basic pH will not be easily regenerated. For this reason, poly-o-toluidine film will only be suitable for single usage of pH measurement."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iman Abdullah
"Telan dilakukan optimasi polimerisasi emulsi core metil metakrilat (MMA) melalui variasi konsentrasi monomer dan jenis inisiator untuk mengnasilkan ukuran partikel 100-150 nm dengan distribusi monocIispers_ Teknik polimerisasi yang digunakan adalan semikontinu dengan vvaktu feeding lima jam dan konsentrasi surfaktan sodium Iauril sulfat (SLS) 10 CIVIC. Kenaikan konsentrasi monomer ternyata dapat menaikkan persen konversi dan ukuran partikel yang terbentuk sampai batas tertentu. Kondisi optimum diperolen pada konsentrasi MMA 25% dan inisiator termal amonium persulfat (APS) 0,5% yang mengnasilkan partikel berdiameter 103 nm dengan indeks polidispersitas 0,149 dan persen konversi 73,87%. Data spektrum IR dan sunu transisi gelas memperkuat telan terjadinya po|imerisasi. Juga telan dilakukan sintesis polimer emulsi metil metakrilat-butil akrilat berstruktur partikel core-shell tanpa agen pengikat silang dengan variasi penambanan inisiator tanap kedua Konsentrasi SLS yang digunakan dalam preemulsi shell butil akrilat adalan sebesar 0,5 CMC untuk menoegan pembentukan inti sekunder akibat terbentuknya misel-misel bam. Penambanan inisiator APS kedua seoara shot dan kontinu sekaligus telan mengnasilkan polimer emulsi yang stabil tetapi sebagian BA masin ternomopolimerisasi. Terdapat keoenderungan kenaikan persen konversi seiring dengan meningkatnya jumlan inisiator kedua yang ditambankan secara shot. Kondisi optimum diperoleh pada penambahan secara shot sebanyak 80% dan kontinu 20% dengan persen konversi 6O,65%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30450
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Hidayah
"Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kondisi optimum untuk menghasilkan homopolimer emulsi etil akrilat (PEA) dengan ukuran partikel berkisar 100 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers dan persen konversi yang tinggi. Optimasi PEA dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi surfaktan sodium lauryl sulfate (SLS) yaitu 0,5 CMC, 1 CMC, 3 CMC dan 5 CMC, dan variasi teknik polimerisasi yaitu semikontinu, batch, shot 10%, dan seeding 10%. Konsentrasi monomer etil akrilat (EA) dan inisiator ammonium persulfat (APS) dibuat konstan, yaitu konsentrasi EA sebesar 18,38% dari total berat bahan, dan konsentrasi APS sebesar 3% dari total berat monomer yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum berupa ukuran partikel sebesar 120,5 nm dengan distribusi ukuran partikel yang monodispers (PDI 0,053) dan persen konversi yang tinggi (93,3%) pada konsentrasi 5 CMC SLS dengan teknik semikontinu. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat bukti telah terjadi polimerisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30419
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Suswanti
"Ukuran partikel merupakan salah satu faktor yang menentukan sifat polimer emusi. Untuk aplikasi coating, polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek warna opal. Pada penelitian ini dilakukan polimerisasi emulsi core shell metil metakrilat-butil akrilat yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi pengikat silang glisidil metakrilat (GMA) dan variasi teknik polimerisasi terhadap ukuran partikel dan indeks polidispersitas. Variasi teknik polimerisasi yang dilakukan adalah variasi teknik penambahan insiator kedua yaitu secara shot dan kontinu dan suhu aging akhir yaitu 800C dan 1000C.
Variasi GMA yang dilakukan yaitu tanpa GMA, GMA 6% bersama preemusi shell, dan GMA 3% sebelum pre-emulsi shell. Polimer yang dihasilkan kemudian ditentukan solid content, indeks viskositas, ukuran dan distribusi ukuran partikel, suhu transisi gelas (Tg), dan spektrum infra merah. Kondisi optimum yang diperoleh adalah polimerisasi MMA-BA tanpa penambahan GMA, dengan teknik penambahan inisiator kedua secara kontinu, dan suhu aging akhir 800C. Teknik ini menghasilkan ukuran partikel 149 nm, persen konversi 97,06% dan bersifat monodispers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S30369
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Nadillah Permata Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan sifat polivinil asetat dengan cara menambahkan koloid pelindung dan agen ikat silang agar diperoleh emulsi polivinil asetat yang lebih stabil dan memiliki kemampuan untuk menghambat laju api pada saat kebakaran. Polivinil asetat (PVAc) disintesis melalui proses polimerisasasi emulsi dengan menggunakan teknik semi-continuous yang dilakukan selama 5 jam pada suhu 70-80˚ C dengan kecepatan pengadukan 300 rpm. Variasi yang digunakan dalam proses polimerisasi adalah dengan menambahkan polivinil alkohol (PVA) dan asam borat dengan konsentrasi penambahan 2 wt.% dan 0,5 wt.%. Karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan mengukur pH, densitas, kandungan padatan, viskositas, dan gugus fungsi dari polimer emulsi. Selain itu, untuk mengetahui sifat ketahanan api yang dimiliki oleh PVAc emulsi melalui reaksi ikat silang bersama asam borat dilakukan dengan cara uji pembakaran menggunakan substrat kertas. Diperoleh hasil, nilai pH yang semakin menurun hingga mencapai pH ~1 menunjukkan adanya pembentukan produk samping asam asetat dari PVAc. Nilai kandungan padatan PVAc tertinggi adalah 22,70% diperoleh dari penggunaan surfaktan yang ditambahkan PVA dan asam borat. Sedangkan densitas tertinggi diperoleh sebesar 1,07 gram/mL. Untuk nilai viskositas, emulsi yang ditambahkan PVA menjadi lebih kental dengan viskositas 14,06 mPa.s. Nilai kandungan padatan, densitas, dan viskositas dari variasi polivinil asetat dengan adanya tambahan aditif koloid pelindung dan agen ikat silang cenderung bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan variasi tanpa adanya komponen tambahan. Gugus fungsi polimer emulsi polivinil asetat yang sudah terbentuk diketahui dari pengukuran menggunakan FTIR Spectrophotometer. Pengembangan emulsi PVAc menghasilkan material penghambat laju api dengan laju pembakaran terlama 15,54 detik dan dengan waktu inisiasi pembakaran pada 1,98 detik.

This research was conducted to develop the properties of polyvinyl acetate by adding protective colloids and crosslinking agents to obtain a polyvinyl acetate emulsion that is more stable and can retard the rate of fire. Polyvinyl acetate (PVAc) was synthesized through an emulsion polymerization process using a semi-continuous technique carried out for 5 hours at a temperature of 70-80 ˚C with a stirring speed of 300 rpm. The variation used in the polymerization process is by adding polyvinyl alcohol (PVA) and boric acid with different concentrations of 2 wt.% and 0.5 wt.%. The characterization carried out in this study was to measure the pH, density, solids content, viscosity, and functional groups of the emulsion polymer. In addition, it is carried out through a combustion test using a paper substrate to determine the fire retardant properties of PVAc emulsion that has been crosslinked with boric acid. The results showed that the pH value decreased until it reached pH ~1, indicating the formation of acetic acid by-products from PVAc. The highest value of solids content of PVAc is 22.70%, obtained from the use of surfactants added with PVA and boric acid. Also, it got the highest density at 1.07 grams/mL. For the viscosity value, the emulsion added with PVA became denser with a viscosity of 14.06 mPa.s. The value of solids content, density, and viscosity of the polyvinyl acetate variation with the addition of protective colloid additives and crosslinking agents tend to be higher than the variations without additional components. The functional groups of the polyvinyl acetate emulsion polymer that have been formed are known from measurements using an FTIR spectrophotometer. The development of PVAc emulsion resulted in flame retardant material with the most extended burning rate of 15.54 seconds and the initiation time of combustion at 1.98 seconds."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, [2022;, ]
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angela Dian S. Dewi
"Dalam beberapa tahun terakhir ini telah banyak industri yang menggunakan membran-membran polimer pennselektif untuk sistem pemisahan gas, antara lain pemisahan C02 dari udara (02 dan Nz). Untuk mempelajari kinerja proses permeasi gas melalui membran, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan membran poli-imida dari Nitto Denko, Jepang, dan sel penneasi sebagai alat pengujinya. Membran poli-imida ini adalah membran asimetrik dari polimer glassy yang memiliki stabilitas termal, kimia dan mekanis yang sangat baik. Selain itu sebagai polimer glassy, poli-imida memperlihatkan permeabilitas dan selektivitas gas yang lebih tinggi daripada polimer lain (Matsumoto, 1993).
Dalam tugas akhir ini dilakukan penelitian dengan menguji pengaruh kondisi operasi terhadap permeabilitas gas CO2, O2 dan N2 pada membran poli-imida. Dengan menggunakan sel permeasi dapat diukur Iaju permeasi dan permeabilitas gas dengan berbagai variasi tekanan dan temperatur pada kondisi ideal.
Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan kenaikan permeabilitas gas CO2 sebanding dengan kenaikan tekanan dan temperatur operasi, karena adanya efek plastisisasi sehingga membran menjadi bersifat rubbery. Sedangkan untuk O2 dan N2, permeabilitas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Sementara itu permeabilitas ketiga gas meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur. Permeabilitas gas-gas tersebut membentuk urutan Pco2 > Po2 > PN2; sesuai dengan peningkatan ukuran diameter kinetik molekulnya.
Kenaikan tekanan menyebabkan naiknya nilai selektivitas ideal gas CO2/O2 maupun CO2/N2, tetapi pengaruh temperatur terhadap selektivitas tidak dapat diperkirakan. Selektivitas gas-gas tersebut membentuk urutan αCO2/O2 < αCO2/N2. Dari hasil penelitian juga diperoleh energi aktivasi rata-rata untuk permeasi CO2, O2 dan N2 masing-masing sebesar 25.747 kJ/mol, 17.624 kJ/mol, dan 18.153 kJ/mol, serta permeabilitas standar masing-masing sebesar 3.17E-13 m3(STP).m/m2.det.Pa, 1.06E-15 m3(STP).m/m2.det.Pa, dan 1.21E-15 m3(STP).m/m2.der.Pa."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S48895
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Parameter polimerisasi pada fasa aqueous yang berpengaruh pada sifat-sifat film polimer dipelajari lebih lanjut untuk memungkinkan kontrol tak langsung pembuatan film dengan cara mengontrol fasa aqueous. Di antara parameter-parameter yang dipelajari adalah konsentrasi HCl, rasio APS/o-toluidin, lama polimerisasi, dan suhu. Konsentrasi HCl optimal pada nilai berlebih 1,0M, sementara rasio APS/o-toluidin optimal pada nilai 1,25. Lama polimerisasi ternyata berpengaruh pada kestabilan dan ketebalan. Secara umum, semakin lama waktu polimerisasi, film yang dihasilkan akan semakin tebal dan stabil. Suhu juga berpengaruh pada pengaturan ketebalan film. Meski data yang diperoleh baru bersifat semi kuantitatif, terdapat indikasi yang jelas bahwa kontrol tak langsung pembuatan film o-toluidin sangat dimungkinkan.

O-toluidine Polymerization in Aqueous Phase and Its Development to Produce In Situ Poly-o-toluidine Films. Polymerization parameters of aqueous phase which have an effect to polymer film were studied in order to establish indirect control of film fabrication by means of controlling the parameters of aqueous phase. Among the parameters studied are the concentration of HCl, APS/o-toluidine ratio, polymerization duration, and temperature. HCl concentration was found to be optimum at the excess value of 1.0M, whereas ratio of APS/o-toluidine at 1.25. Polymerization duration was found of having an effect to both stability and thickness. As a rule, longer duration of polymerization leads to a thicker and more stablized polymer film. Temperature was found to be a parameter that have a defining role in the control of film thickness. Despite of the rather semi quantitative nature of the data, the results show a clear indication that indirect control is possible for in situ method of o-toluidin film fabrication."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Marlyne
"Pengembangan tanaman jarak pagar sebagai bahan energi nabati (bahan bakar nabati/BBN) terbarukan pengganti BBM menjadi cukup menjanjikan, karena harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih cenderung berfluktuasi. Pada penelitian ini digunakan minyak jarak, sehingga reaksi transesterifikasi terjadi antara minyak jarak dan metanol dengan menggunakan katalis Mg-AI Hidrotalsit. Reaksi transesterifikasi dilakukan dengan variasi suhu, yaitu 70, 80 dan 90°C dan dilakukan juga variasi perbandingan mol dari minyak dengan meta not, yaitu 1 :4,5; 1 :6 dan 1 :9. Katalis hasil reaksi dikarakteristik dengan menggunakan XRD. Dari hasil perhitungan, didapat bahwa semakin tinggi suhu yang direaksikan maka persen konversi dari angka asam maupun angka penyabunan semakin besar dan sernakin besar perbandingan mol antara minyak dengan metanol, didapat bahwa persen konversi antara angka asam dan angka penyabunan juga semakin besar. Penambahan PEG (polyethylene glycol) pada katalis Mg-AI Hidrotalsit, menyebabkan struktur Mg-AI Hidrotalsit lebih kristalin. Metanol dapat larut pada suhu 56-60°C, namun karena struktur Mg-AI Hidrotalsit lebih kristalin maka dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk dapat melarutkan metanol, yaitu pada suhu 90°C, sehingga hasil konversi angka asam dan angka penyabunan menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 62, 573% dan 65,455% pada perbandingan antara mol minyak dengan mol metanol 1:4,5."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>