Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141010 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liana Salami
"Udang merupakan komoditas yang penting bagi hasil perikanan Indonesia, sehingga menyebabkan meningkatnya industri pengolahan udang yang dapat menghasilkan produk samping berupa limbah kulit dan kepala udang. Kulit udang mempunyai tiga komponen utama, yaitu khitin, mineral dan protein. Khitin yang terdapat dalam kulit udang dapat diperoleh dengan proses isolasi dengan cara deproteinasi dan demineralisasi. Turunan khitin yaitu khitosan yang dapat diperoleh melalui proses deasetilasi khitin.
Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang dewasa ini. Hal ini menyebabkan banyaknya limbah cair yang dihasilkan selama prosesnya. Limbah ini mempunyai sifat asam atau alkali , berwarna, keruh dan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik yang cukup tinggi . Sehingga perlu ditangani terlebih dahulu sebelum dibuang ke perairan.
Khitin yang terbentuk dengan metode yang sudah dimodifikasi menghasilkan khitin dengan kadar air =1,23% , kadar mineral = 0,22%. Kadar protein 3,18% , derajat deasetilasi = 44,15% dan rendemen 28.69%. Sedang khitosan yang terbentuk menghasilkan kadar air = 0,69%, kadar mineral = 0,55%, kadar protein = 2,28%, derajat deasetilasi = 75,40% dan rendemen = 18,78%.
Proses koagulasi optimum dengan koagulan khitosan dilakukan dengan konsentrasi khitosan 50 ppm pada pH 8 dan lama pengadukan 15 menit, yang dapat menurunkan nilai BOD = 76,955%; COD = 83,169%; padatan tersuspensi = 53,556% dan kekeruhan 83,085%, sedang proses koagulasi dengan FeS04 400 ppm dapat menurunkan nilai BOD = 90,849% ; COD = 83, 333% ; padatan tarsuspensi = 56,560% dan kekeruhan = 97,408%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Rita Uli Mediana
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S31953
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi limbah pengeboran minyak berupa lumpur bor bekas (used mud) yang dapat menyebabkan kematian 50% (LC50) post larva (PL) 19 Udang Windu (Penaeus monodon) melalui bioassay. Nilai LC50 selanjutnya dapat memberikan gambaran sifat toksik dari limbah pemboran minyak. Data toksisitas limbah tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memperlakukan limbah selanjutnya, apakah boleh dibuang langsung ke lingkungan atau harus dilakukan pengelolaan lebih lanjut untuk menurunkan sifat toksiknya. Pengelolaan limbah pemboran ini mengacu pada Peraturan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No.45 Tahun 2006. Limbah pengeboran berasal dari daerah Babelan,Bekasi Utara. Benur udang windu diperoleh dari Hatchery di Tanjung Pasir, Tangerang. Penentuan nilai LC50 dilakukan dengan metode probit menggunakan software EPA Probit Program Version 1.5. Setelah pengamatan 72 hingga 96 jam, sebagian besar benur udang pada seluruh media uji terkecuali kontrol mulai mengalami kematian. Gejala dari benur udang sebelum mati adalah sangat lemah dalam pergerakan dan sangat lemah dalam merespon rangsangan dari luar. Kematian ditandai dengan adanya lendir dan perubahan pada warna tubuh. Berdasarkan hasil analisis probit diperoleh nilai LC50 limbah hasil pengeboran minyak terhadap benur udang Windu (P. monodon) pada pemaparan waktu 24, 48, 72 dan 96 jam adalah berturut-turut 154.333 ppm, 139.862 ppm, 107.169 ppm dan 91.706 ppm. Limbah hasil pengeboran minyak diduga bersifat tidak toksik karena nilai LC50 - 96 jam masih dalam batasan yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu ≥ 30.000 ppm. Oleh karena itu, limbah pengeboran minyak diperkenankan dibuang langsung ke badan air, tanpa keharusan untuk melakukan pengolahan. "
540 LTR 4:2 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Sulistiyani
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian bioflokulan ini dilakukan untuk membantu memberikan solusi terhadap permasalahan lingkungan akibat pencemaran limbah cair industri tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja GSHN sebagai bioflokulan. Parameter-parameter yang dioptimasi adalah pH, konsentrasi koagulan FeCl3, konsentrasi flokulan GSHN dan waktu sedimentasi. optimasi dilakukan dengan metoda jar test sedangkan untuk penurunan kadar logam Cu, digunakan instrument spektroskopi serapan atom (AAS). Efektivitas kinerja GSHN diperoleh dengan membandingkan nilai EPT (Efisiensi penurunan turbiditas) pada tahap optimasi dan membandingkan nilai EPT pada tahap aplikasi. Pada tiap tahap tersebut diberikan dua perlakuan yaitu tanpa penambahan flokulan dan dengan penambahan flokulan. Keadaan optimum dari parameter-parameter yang dioptimasi yaitu pH = 8, konsentrasi koagulan 700 ppm, konsentrasi flokulan 1000 ppm dan waktu sedimentasi 30 menit. Pada optimasi pH tahap pertama perbandingan EPT dari dua perlakuan itu adalah 4.04 % tanpa penambahan flokulan dan 10 % dengan penambahan flokulan. Optimasi konsentrasi koagulan 84,8 % tanpa menggunakan flokulan dan 85,3 % tanpa penambahan flokulan. Optimasi pH tahap kedua 86,29 % tanpa penambahan flokulan dan 86,89 % dengan penambahan flokulan. Optimasi konsentrasi flokulan menghasilkan EPT sebesar 88.64 %. Optimasi waktu sedimentasi EPT 90,21 % berbanding 92,04 %. Tahap aplikasi menghasilkan EPT 90,42 % tanpa penambahan flokulan dan 92,32 % dengan penambahan flokulan. Bioflokulan GSHN dapat menurunkan kadar logam sebesar 802,95 ppm"
541 JSTK 5:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Nida Sopiah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indang Dewata
"Kegiatan pembangunan yang paling banyak menimbulkan pencemaran adalah limbah industri, limbah permukiman dan kota, limbah kendaraan bermotor, limbah pertanian dan pariwisita. Akibatnya lingkungan hidup yang tercemar adalah adalah perairan, sungai, danau, pesisir, udara dan tanah.
Untuk mengurangi tingkat pencemaran, maka yang harus dilakukan adalah meningkatkan efisiensi pengolahan bahan dalam setiap kegiatan pembangunan, dan pengembangan teknologi daur ulang limbah dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Selain dari pada itu perlu pula dikembangkan industri hilir yang menggunakan limbah dari industri hulu sebagai bahan bakunya, serta dikembangkan pengaturan nilai ambang batas limbah maksimum yang masih dibolehkan dibuang ke dalam lingkungan hidup, yaitu limbah yang tidak melebihi kemampuan lingkungan alam untuk mencernanya.
Sehubungan dengan hal tersebut maka jelaslah bahwa pengolahan dan daur ulang limbah wajib dilakukan oleh setiap industri. Dari kajian yang telah dilakukan mengenai sampai seberapa jauh pihak industri telah melaksanakan kewajiban tentang pengolahan limbah, diketahui bahwa ada industri yang telah melaksanakan sistem pengolahan daur ulang limbah, tetapi masih banyak yang belum melaksanakan.
Berdasarkan hal tersebut diatas permasalahan yang perlu diperhatikan antara lain pemanfaatan limbah untuk pengolahan limbah terhadap dua industri, yaitu industri pulp dan kertas serta industri lapis listrik yang melakukan proses pelapisan logam.
Industri pulp dan kertas telah melakukan proses daur ulang dan pengolahan limbah cair, tetapi pada akhir proses masih ada limbah padat berupa serat yang perlu dicari pemanfaatanya. Industri lapis listrik melakukan daur ulang hanya pada sebagian kecil limbah padatnya, sedangkan limbah cairnya yang sangat berpotensi mencemari lingkungan karena mengandung B3 yaitu logam berat dan sianida masih banyak yang belum diolah.
Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Masri (1974), kemudian Larsen (1981), ternyata bahwa bahan-bahan alamiah seperti limbah padat proses lumpur aktif, limbah dari kulit kayu, merang, padi-padian. dapat mengikat kation logam berat di dalam larutan. Kemampuan ini teriadi karena bahanbahan tersebut mempuyai gugus aktif seperti polifenolik dalam tannin atau amida dalam chitin. Limbah pulp dan kertas antara lain mengandung lignin, selulosa dan hemiselulosa yang juga mengandung gugus aktif polihidroksil dan polifenolik. Di samping itu limbah beberapa kulit kayu mengandung tannin yang juga mampu mengikat logam berat karena juga mengandung gugus polifenolik. Berdasarkan pertimbangan tersebut dilakukan penelitian untuk menyelidiki pemanfaatan limbah serat dari unit pengelolaan limbah (UPL) limbah padat industri pulp dan kertas untuk menurunkan kadar logam berat dalam air limbah industri lapis listrik.
Untuk itu telah diselidiki kemampuan penyerapan limbah dari UPL pulp dan kertas untuk menyerap limbah krom, nikel dan seng dari limbah industri lapis listrik (electroplating). Kondisi optimum percobaan didapatkan dengan memvariasikan pH, kadar awal limbah cair dan waktupenyerapan limbah serat terhadap limbah cair industri lapis listrik."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1995
T1593
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harmita
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S31900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>