Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18502 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hienny Aliaman
1984
S29597
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Waliy
"Resin alkid merupakan bahan polimer yang banyak dipakai dalam formulasi cat dan umumnya dibuat dari bahan baku minyak nabati seperti minyak biji bunga matahari. Pada penelitian ini resin alkid hendak dibuat dari minyak kulit biji mete (CNSL) untuk formulasi cat anti fouling yang akan diterapkan sebagai cat lambung kapal. Pemilihan CNSL sebagai bahan cat anti fouling didasarkan pada sifat licin dan kandungan senyawa fenol (asam anakardat) yang tinggi supaya biota laut tidak menempel erat pada permukaan badan kapal. Penelitian dilakukan menggunakan minyak biji mete (cashew nut shell liquid) yang direaksikan dengan gliserol untuk membentuk ester poliol, ester ini kemudian direaksikan dengan anhidrida ftalat untuk menghasilkan resin alkid. Esterifikasi CNSL dengan gliserol dilakukan menggunakan tiga katalis berbeda, yaitu asam sulfat, padatan SiO2-H2SO4 dan PbO dengan suhu yang divariasikan.
Ester yang terbentuk diharapkan merupakan monogliserida. Karakterisasi dilakukan menggunakan TLC, FTIR, HPLC, dan GC/MS. Reaksi yang menghasilkan ester adalah reaksi dengan katalis asam sulfat setelah bereaksi selama 24 jam pada suhu 110 oC. Ester tersebut digunakan membuat resin dengan anhidrida ftalat dengan katalis PbO. Resin tidak terbentuk dengan baik karena tidak terbentuknya monogliserida pada tahap esterifikasi.

Alkyd resin, a polymer product, which is mostly used in paint formulations and usually produced from vegetable oils, such as sunflower oil. In this research alkyd resin was prepared from cashew nut shell liquid (CNSL) for the formulation of anti fouling paint to be applied on the surface of ship’s body. The reason of selecting CNSL for anti fouling paint component based on the slippery property of CNSL and the high content of phenolic compound of anacardic acid, to prevent sea mollusca strongly attached on the surface of ship body. This research used cashew nut sell liquid (CNSL) as the raw material, which was reacted with glycerol to produced ester.
The ester was further reacted with phthalic anhydride to produce alkyd resin. Esterification of CNSL with glycerol used three different catalyst; sulfuric acid, the solid of SiO2-H2SO4 and lead (II) oxide. The reaction temperatures were varied in each reaction. The characteristics of products were evaluated by TLC, FTIR, HPLC and GC/MS analysis. The reaction of CNSL and glycerol was successfully catalysed by sulfuric acid for 24 h reaction under reflux at temperature of 110 oC. The ester product was used to make alkyd resin with phthalic anhydride and PbO catalyst. Unfortunately the resin was not formed properly due to the unproperly chemical structure of the ester product.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T35675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Selama ini untuk kebutuhan pelumasan berbagai mesin industri maupun otomotif bahan bakunya di peroleh dari minyak bumi....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Manningara
"ABSTRAK
Pada penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan biodiesel (metil ester) menggunakan minyak yang diekstraksi dari biji karet. Biji karet yang digunakan adalah klon PB 280. Serangkaian pengujian telah dilakukan untuk melihat sifat fisiko-kimia dari minyak biji karet maupun kualitas dari biodiesel yang yang dihasilkan. Minyak yang dapat diekstrak dari biji karet klon PB 280 adalah sekitar 49,03 % dari berat serbuk kering. Komposisi asam lemak penyusun trigliserida minyak biji karet tersebut terdiri dari; asam palmitat (9,39%), asam stearat (12,07%), asam oleat (18,03%), dan asam linoleat (60,51%). Metil ester dibuat dengan menambahkan 64 g minyak ke dalam 27 mL metanol-KOH 1,5% berat, dicampurkan hingga larut dalam Erlenmeyer tertutup. Setelah larut, campuran diaduk dengan pengaduk magnetik dengan suhu sekitar 50 0C selama 30 menit dalam keadaan tertutup. Metil ester yang dihasilkan memiliki berat sekitar 96,18% dari berat awal minyak. Hasil pengujian pada biodiesel dari minyak biji karet ini membuktikan bahwa biodiesel tersebut cukup untuk memenuhi standar internasional. Biodiesel yang dihasilkan dari minyak biji karet hasil ekstraksi ini dapat diperkirakan termasuk dalam kategori bahan bakar minyak diesel no. 2-D. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
S29969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulastri
"Kebutuhan bahan bakar masyarakat dan industri setiap tahun mengalami peningkatan, sedangkan kondisi bahan bakar berbasis fosil, jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah berusaha mengembangkan sumber bahan bakar alternatif yang berasal dari tanaman. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan biodiesel dari minyak biji mahoni (Swietenia mahagoni (L). Jacq), dan diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Biji mahoni diperoleh dari hutan jati di Kabupaten Blora, Jawa Tengah. Biji mahoni dikeringkan dengan dioven pada suhu ±700 C selama ± 3 jam untuk mengurangi kadar air yang terkandung di dalamnya. Biji kering tersebut selanjutnya dihaluskan untuk memudahkan proses ekstraksi. Berdasarkan sifat lemak yang non polar, maka dilakukan ekstraksi minyak menggunakan pelarut non polar, yaitu n-heksana dengan alat soxhlet. Kondisi suhu dipilih berdasarkan pertimbangan titik didih pelarut dan kestabilan minyak yaitu sekitar 600C, sedangkan waktu untuk sekali proses soxhletasi sekitar 6-8 jam. Minyak biji mahoni yang diperoleh dari hasil ekstraksi sebesar 55,87% (w/w). Biodiesel yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi menggunakan metode batch dengan katalis KOH 1,5% dari bobot minyak, serta pelarut yang digunakan adalah metanol, dengan perbandingan mol antara minyak dan pelarut metanol sebesar 1 : 9, selama ±1 jam, pada suhu 23-270C, menghasilkan biodiesel sebesar ±93,90% dari bobot minyak biji mahoni. Hasil uji karakteristik biodiesel dari minyak biji mahoni antara lain: bilangan asam 0,76 mg KOH/g, bilangan iod 45,47 g/ 100 g, residu karbon 0,025 % wt, viskositas kinematik 4,627 cSt, titik nyala 180 ºC, bobot jenis/density 0,8836 g/mL, titik tuang 11,0 ºC, kandungan belerang 0,0328 %wt, indeks setana 67,059, dan kadar abu 0,03 % wt.

The needs of the fuel for society and industry increase every year, whereas the condition of the fuel based fossil, limited amount and can not renewed. To overcome the problems, government attempt to expand alternative fuel from plants. In this research, was produce the biodiesel from mahagony seeds oil (Swietenia mahagoni (L). Jacq), and it is hoped to able to use as alternative fuel to substitute fossil fuel. Mahagony seeds obtainable from the teak forest in Blora regency, Central Java. Mahagony seeds is dried in the oven at the temperature 70 0C for 3 hours to remove the water . Then the dry seeds are mashed to facilitate the extraction process. Because the oil is non polar, the extraction is carried out using non-polar solvent nhexane with soxhlet device. Temperature conditions are selected based on consideration of boiling point solvent and stability of the oil, it is about 60 0C, and the time required for the extraction about 6-8 hours. Mahagony seeds oil obtained from extraction 55,87% (w/w). Biodiesel derived from transesterification using batch method with KOH catalyst 1.5% of the oil weight, the methanol solvent with the ratio oil as mole is 1 : 9 , for 1 hour, at temperature of 23-27 0C, produced biodiesel is 93,90% of mahagony seed oil weight. The yield of characteristic of biodiesel of mahagony seeds oil are acid number 0,76 mg KOH / g, iodine number 45,47 g/ 100 g, carbon residue 0,025%wt, 4,627 cSt kinematik viscosity, flash point 180 0C, density 0,8836 g/mL, the pour point is 11,00C, 0,0328% wt sulfur content, cetane index is 67,059 and cinder content 0,03% wt."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29045
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Cifriadi
"ABSTRAK
Sampai saat ini, karet siklo yang dibuat dari proses siklisasi lateks karet alam
aplikasinya belum maksimal karena sukar larut dalam pelarut hidrokarbon. Dalam
penelitian ini telah dipelajari perbandingan karakteristik antara karet siklo yang
diperoleh dari siklisasi lateks karet alam dan lateks karet alam berbobot molekul
rendah. Penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan
penelitian tentang degradasi lateks karet alam menggunakan kombinasi bahan
pendegradasi H2O2 dan NaNO2 untuk menghasilkan lateks karet alam berbobot
molekul rendah. Tahap kedua dipelajari karakteristik karet siklo dari siklisasi
lateks karet alam dan lateks karet alam berbobot molekul rendah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa degradasi lateks karet alam pada temperatur reaksi sebesar
70oC dengan bahan pendegradasi H2O2 1 bsk dan NaNO2 3 bsk selama 8 jam
waktu reaksi dapat menghasilkan lateks karet alam yang memiliki bobot molekul
rendah. Karet siklo yang dihasilkan dari siklisasi lateks karet alam dan lateks karet
alam berbobot molekul rendah tidak larut dalam pelarut toluen, namun karet siklo
dari siklisasi lateks karet alam berbobot molekul rendah memiliki daya rekatan
lebih baik pada substrat karet-logam dan logam-logam."
2008
T39881
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hans
"Biodiesel adalah bahan bakar nabati sebagai alternatif bahan bakar fosil yang mengandung metil ester asam lemak dan memiliki banyak keunggulan. Akan tetapi, biodiesel memiliki kelemahan yaitu rentan terhadap oksidasi karena adanya ikatan rangkap pada struktur asam lemak penyusunnya. Salah satu aditif antioksidan biodiesel yang paling efektif adalah pyrogallol. Akan tetapi, pyrogallol memiliki kelemahan yaitu kelarutan yang rendah dalam minyak. Untuk itu telah dikembangkan turunan pyrogallol melalui reaksi antara pyrogallol dan methyl linoleate dengan menggunakan radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl atau DPPH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa methyl linoleate dan pyrogallol bereaksi membentuk turunan pyrogallol yang lebih larut dalam biodiesel. Akan tetapi,
penggunaan methyl linoleate murni tidak ekonomis karena memiliki harga yang tinggi. Pada penelitian ini, biodiesel minyak biji bunga matahari dengan 54.13% methyl linoleate yang telah diuji oleh GCMS digunakan untuk mensintesis turunan
pyrogallol dengan rasio 10 ml biodiesel, 5 ml DPPH, dan 5 ml pyrogallol. TLC, FTIR, dan LCMS/MS digunakan untuk menentukan keberadaan senyawa turunan pyrogallol. Pada hasil TLC terdapat spot baru yang memiliki perbedaan ketinggian spot antara senyawa turunan pyrogallol dengan pyrogallol yang menunjukkan
perbedaan polaritas dari keduanya. FTIR menunjukkan adanya pergeseran peak pada 1240 cm-1 yang menunjukkan terbentuknya senyawa turunan pyrogallol. LCMS/MS menunjukkan adanya senyawa dengan berat molekul yang terdiri dari methyl linoleate dengan pyrogallol. UV-Vis dari senyawa turunan pyrogallol
menunjukkan bahwa senyawa tersebut lebih larut dalam biodiesel dibandingkan
dengan pyrogallol. Karakteristik stabilitas oksidasi diuji dengan bilangan iodin dan
periode induksi. Penambahan turunan pyrogallol sebanyak 2000ppm ke dalam
biodiesel dapat menghambat penurunan bilangan iodin dan meningkatkan periode
induksi sebesar 0,75 jam.

Biodiesel is renewable plant-based fuel as an alternative for fossil fuel containing
fatty acid methyl esters and also has many advantages. However, biodiesel has the
disadvantage of oxidation instability because of the double bonds in the constituent
fatty acid structures. One of the most effective antioxidant for biodiesel is
pyrogallol. Unfortunately, pyrogallol has a low solubility in biodiesel. Subsequent
research was developed by synthesizing pyrogallol derivative through the reaction
between pyrogallol and a pure methyl linoleate using 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
or DPPH as catalyst. The results showed that the pyrogallol derivative formed was
more soluble in biodiesel. However, the use of pure methyl linoleate is not
economical because it has a high selling price. In this research, sunflower oil
biodiesel with 54.13% methyl linoleate which has been tested by GCMS used to
synthesize pyrogallol derivative with ratio of 10 ml biodiesel, 5 ml DPPH, and 5 ml
pyrogallol. TLC, FTIR, and LCMS/MS were used to determine the presence of
pyrogallol derivative compounds. TLC shows a new spot marked by the difference
of height between pyrogallol and pyrogallol derivative which has a different
polarity. FTIR shows a different peak at 1240 cm-1 which shows the formation of
pyrogallol derivative. LCMS-MS indicates a possible molecular weight consisting
of methyl linoleate and pyrogallol. UV-Vis of the derivatives in biodiesel shows
that the derivative is more soluble in biodiesel in comparison with the solubility of
pure pyrogallol. Iodin number and Rancimat were also tested to find out the
oxidation stability. Addition 2000ppm pyrogallol derrivative to biodiesel can
inhibit the decrease on iodine number and increase the induction period up to 0.75
hours.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Surahman
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>