Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92078 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Warlina
1985
S29637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Khalisa Manzis
"Air limbah domestik merupakan air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Untuk mengetahui karakteristik air limbah diperlukan pengujian segera setelah sampel diambil, namun pada realitanya seringkali sampel tidak dapat langsung diuji dan membutuhkan waktu tunggu penyimpanan sebelum diuji di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh waktu tunggu terhadap perubahan konsentrasi dan laju penurunan konsentrasi, serta memprediksi konsentrasi awal berdasarkan perubahan konsentrasi BOD dan COD. Penentuan koefisien laju penurunan dilakukan menggunakan fitur “Trendline” jenis eksponensial dari grafik scatter plot pada Microsoft Excel, sedangkan analisis prediksi konsentrasi awal dilakukan dengan pemodelan menggunakan solusi persamaan diferensial reaksi orde pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi BOD menurun seiring waktu tunggu, sedangkan konsentrasi COD mengalami peningkatan setelah turun terlebih dahulu. Diperoleh rata-rata koefisien laju penurunan BOD sebesar 0,278/hari pada sampel tanpa pengawetan dan 0,13/hari pada sampel dengan pengawetan, sedangkan rata-rata koefisien laju penurunan COD sebesar 0,046/hari pada sampel tanpa pengawetan dan 0,0185/hari pada sampel dengan pengawetan. Hasil pemodelan untuk memprediksi konsentrasi awal BOD reliabel hingga hari ke-2 penyimpanan pada sampel tanpa pengawetan dan hari ke-2,25 penyimpanan pada sampel dengan pengawetan. Sementara itu, hasil pemodelan untuk memprediksi konsentrasi awal COD reliabel hingga hari ke-21 penyimpanan pada sampel dengan pengawetan, namun tidak reliabel sama sekali pada sampel tanpa pengawetan.

Domestic wastewater originates from daily human activities involving the use of water. To determine the characteristics of wastewater, testing is required immediately after sample collection. However, samples often cannot be tested immediately and require a holding period before laboratory testing. This study aims to analyze the impact of holding time on the concentration changes and the degradation rate, as well as to predict the initial concentration based on changes in BOD and COD concentrations. The determination of the degradation rate coefficient was performed using the "Trendline" feature with an exponential type from the scatter plot graph in Microsoft Excel, while the analysis of the initial concentration prediction was conducted through modeling using the solution of the first-order reaction differential equation. The results showed that BOD concentration decreases over the holding time, whereas COD concentration increases after initially decreasing. The average degradation rate coefficient for BOD was found to be 0.278/day in samples without preservation and 0.13/day in preserved samples, while the average degradation rate coefficient for COD was 0.046/day in samples without preservation and 0.0185/day in preserved samples. The modeling results for predicting the initial BOD concentration were reliable up to the 2nd day of storage for samples without preservation and the 2.25th day for preserved samples. Meanwhile, the modeling results for predicting the initial COD concentration were reliable up to the 21st day of storage in preserved samples but not reliable at all in samples without preservation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iswarini Krisanti Dewi
"ABSTRAK
Waktu inkubasi tnerupakan salah satu inasalah penting
dalam proses ferinentasi enzim, yang diperlukan untuk
ineinperoleh aktivitas enzim yang tinggi.
Penelitian .ini bertujuan inembandingkan aktivitas
glukoainilase Aspergillus awainori UICC 314 pada 8 variasi
waktu inkubasi, yaitu 16, 18, 20, 24, 28, 30, 36, dan 42
jam serta inencari waktu inkubasi yang optimal untuk
peinanenan enzim.
Pada proses fermentasi digunakan medium Sakai
inodifikasi. Pengujian aktivitas glukoainiiase dilakukan
dengan inetoda Nishise dkk. modifikasi. Aktivitas
giukoamilase dinyatakan dalam satuan unit/mi. Satu unit
aktjvitas glukoamilase setara dengan satu pmol giukosa
yang dilepas per menit. Pengukuran kadar glukosa
dilakukan dengan inetoda Somogyi-Nelson.
Hasil pengujian statistik menunjukkan adanya
perbedaan aktivitas giukoatnilase A. awainori UICC 314
antara waktu inkubasi 16 jam dengan 18, 20, 24, 28, 30,
36, dn 42 jam; 18 jam dengan 20, 24, 28, 30, 36; dan 42
jam; 20 jam dengan 24, 28, 30, 36, dan 42 jam; 24 jam
dengan 28, 30, 36, dan 42 jam; 28 jam dengan 30, 36, dan
42 jam; 36 jam dengan 42 jam. Aktivitas giukoamilase
tertinggi diperoleh pada waktu inkubasi 16 jam.
viii + 57 him; gbr.; lamp.; tab.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ungke Anton Jaya
"ABSTRAK
Waktu inkubasi merupakan salah satu faktor yang
panbing dalam proses fermentasi untuk menghasilkan
enzim ekstraselular.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas
enzim glukoamilase RKtsopus UICC 128 serta
meneliti waktu inkubasi optimal enzim.
Fermentasi dilakukan dengan menggunakan medium
Sakai modifikasi pada suhu 30°C. Pengujian aktivitas
glukoamilase dilakukan dengan metode Nishise dhK.
modifikasi. Pengukuran kadar glukosa basil hidrolisis
enzim dilakukan dengan metode Somogyi-Nelson.
Basil analisis seoara statistik menunjukkan adanya
pengaruh waktu inkubasi terhadap aktivitas enzim gluko
amilase Rhisopus orysae UICC 128. Demikian pula
terdapat perbedaan nilai tengah aktivitas enzim
glukoamilase di antara waktu-waktu inkubasi: 4 jam
dengan 8, 10, dan 12 jam; 6 jam dengan 10 dan 12 jam;
serta 8 jam dengan 14 jam. Aktivitas tertinggi
glukoamilase Rhisopxis or-yzae UICC 128 tercapai pada
waktu inkubasi 8 jam.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1996
TA881
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Eritropoietin (EPO) adalah hormon glikoprotein yang terdiri dari 165 asam amino dan memiliki berat molekul sebesar 30.400 Daltons. Sebagian besar kebutuhan EPO didapatkan dari hasil sintesis pada sel
mamalia Chinese hamster ovary (CHO). Pichia pastoris adalah sejenis khamir yang populer digunakan untuk menggantikan sistem ekspresi pada sel mamalia. P. pastoris dapat menggunakan metanol sebagai satu-satunya sumber energi karbon. Pada studi ini, protein rekombinan EPO (rhEPO) disintesis dengan cara mengekspresikan gen hEPO pada khamir metilotropik P. pastoris strain X33. Studi ini dilakukan untuk mengetahui konsentrasi metanol dan waktu
inkubasi yang optimal untuk mensintesis rhEPO. Pada studi ini konsentrasi metanol yang digunakan adalah 0%, 0.5%, 1%, 2.5%, 5%, 10%, dan 20%. Sedangkan waktu inkubasi yang digunakan adalah 0 jam, 24 jam, 48 jam, 72 jam, 96 jam, 120 jam, and 144 jam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspresi protein yang tertinggi terjadi pada
konsentrasi metanol sebesar 2.5% dan waktu inkubasi selama 48 jam.

Abstract
Erythropoietin (EPO) is a glycoprotein hormone consists of 165 amino acids and has molecular mass of 30,400 Daltons. The large quantities of these hormone required to satisfy clinical demand are currently met by recombinant expression in mammalian cell, namely chinese hamster ovary (CHO). Pichia pastoris has become popular yeast based protein
production systems to substitute mammalian expression systems.
P. pastoris is capable to use methanol as sole carbon and energy source. In this study, recombinant human EPO (rhEPO) protein obtained by expressing the hEPO gene in methylotropic yeast
P. pastoris, strain X33. The present work was carried out to study the optimal methanol concentration for induction and the incubation time to obtain rhEPO protein. To perform this study, the transformed
P. pastoris was induced with various concentrations of methanol (0%, 0.5%, 1%, 2.5%, 5%, 10%, and 20%) and incubation times (0 hours, 24 hours, 48 hours, 72 hours, 96 hours, 120 hours, and 144 hours). The results demonstrate that the highest protein expression level occurred at concentration of 2.5% methanol induction, while the optimal incubation time was at 48 hrs. "
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Pusat Penelitian Bioteknologi], 2012
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2000
TA844
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sesara Maharani
"ABSTRAK
Industri pembuatan benang termasuk dalam kategori industri tekstil yang di mana air buangannya memiliki kandungan COD dan BOD yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji efisiensi penyisihan COD dan BOD dengan metode Anaerobic Baffled Reactor ABR serta berapa hydraulic retention time HRT optimum untuk pengolahan air limbah industri pembuatan benang. Air limbah diproses dalam reaktor ABR 5 kompartemen dengan volume 10 L. Proses penelitian meliputi tahapan seeding, aklimatisasi, dan feeding. Feeding dilakukan dengan variasi HRT 12 jam, 18 jam, dan 24 jam. Karakteristik air limbah memiliki kandungan COD 1.950 ndash; 3.210 mg/L, BOD 300,8 ndash; 421 mg/L dengan pH 5,66, dan temperature 28,5 ndash; 28,9oC. Efisiensi penyisihan mampu mencapai 97,58 untuk parameter COD dan 82,11 untuk parameter BOD. HRT optimum untuk parameter COD diperoleh pada saat HRT 12 jam dengan rata-rata penyisihan 94,79 dan untuk parameter BOD diperoleh pada saat HRT 18 jam dengan rata-rata penyisihan 71,73 . Tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antar variasi HRT. HRT optimum pada penelitian ini adalah 12 jam.

ABSTRACT
Yarn making industry is part of textile industry with high COD and BOD wastewater. The purpose of this study is to figure the efficiency decreased levels of COD and BOD in processing with Anarobic Baffled Reactor ABR method and also the optimum HRT in processing yarn making industry wastewater. The wastewater processed in 5 compartment ABR with 10 L volume. The research process include seeding, acclimatization, and feeding. Feeding is done with HRT variations of 12 h, 18h, and 24h. The characteristic of the wastewater contain 1.950 ndash 3.210 mg L COD, 300,8 ndash 421 mg L BOD with pH 5,66 and temperature of 28,5 ndash 28,9oC. Highest efficiency of COD and BOD removal up to 97,58 and 82,11 , respectively. Optimum HRT achieved at HRT 12h for COD removal with average efficiency 94,74 and 18h for BOD removal with average efficiency 71,73 . There were no significant differences between HRT variations. Optimum HRT in this study is 12h."
2017
S66982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Andanis Zafhira
"ABSTRAK
Penggunaan zeolit sebagai konsentrator adsorptif dalam proses ozonasi telah terbukti meningkatkan efektivitas degradasi polutan organik dengan signifikan. Namun, penggunaan zeolit pada proses ozonasi tersebut belum diarahkan untuk disinfeksi bakteri. Penelitian ini mencoba meningkatkan efektivitas disinfeksi dengan memvariasikan dosis ozon dan waktu inkubasi bakteri pada zeolit untuk meningkatkan kontak antara ozon, zeolit dan bakteri. Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang menyebabkan penyakit Kresek pada tanaman padi diinkubasikan pada zeolit selama 1, 2, 12, dan 24 jam, lalu didisinfeksi dengan ozon. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat disinfeksi secara keseluruhan mencapai hampir 100%, namun semakin lama waktu inkubasi, tingkat disinfeksi cenderung lebih rendah. Pada variasi dosis ozon dengan variasi laju alir umpan ozonator, peningkatan laju alir menyebabkan peningkatan tingkat disinfeksi akhir, namun laju disinfeksi cenderung lebih rendah pada sistem kombinasi ozon-zeolit, dibandingkan sistem tanpa zeolit

ABSTRACT
The use of zeolite as adsorptive concentrator in ozonation process has been proven to improve the effectivity of organic compounds degradation. However, this combination of ozone-zeolite system has not yet been utilized to disinfect microorganisms, especially bacteria. The aim of this experiment was to improve the effectivity of bacteria disinfection by using variations of ozone doses and incubation time of bacteria on zeolite, to improve contact between ozone and bacteria. Xanthomonas oryzae pv. oryzae, the bacteria that causes Kresek disease on rice plant, was immobilized on zeolite with 1, 2, 12, and 24 h incubation time prior to disinfection by ozone. Results showed that overall level of disinfection reaches nearly 100%, however, the rate of disinfection tends to be lower in longer incubation period. In ozone doses variation (based on ozonator inlet flowrate), the total disinfection level increases in higher flowrate, but the rate of disinfection tends to be lower in the ozone-zeolite combined system, compared to the system without zeolite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nadira Putri Pinasthika
"Dua persen dari 48 juta penyandang cacat menderita tuna grahita, dimana penyebab terbesar adalah kekurangan Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA dan Eicosapentanoic Acid EPA yang berperan dalam perkembangan otak. Single Cell Oil, yaitu pemanfaatan mikroorganisme satu sel, dapat menjadi solusi, seperti kapang Aspergillus oryzae, untuk menghasilkan AA, DHA EPA. Kapang A. oryzae dikultivasi pada medium Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA dan Malt Extract Agar MEA, lalu divariasikan waktu inkubasinya selama 2,4,5,6 dan 7 hari pada medium yang optimal. Lipid kapang diekstrak menggunakan etanol dan n-heksana. Karakterisasi lipid kapang dilakukan dengan metode kromatografi gas GC. Medium yang paling optimal adalah CDA dengan produktivitas lipid 21,516. Waktu inkubasi yang paling optimal pada medium CDA adalah 5 hari dengan produktivitas lipid sebesar 33,59 yang mengandung 58,3 asam lemak tak jenuh. Komposisi asam lemak tak jenuh yang dihasilkan pada hari ke-5 adalah 29,2 oleat; 29,1 linoleat dan 0,046 EPA.

Two percent of the 48 million people with disabilities suffer from mental illness, where the biggest cause is the lack of Arachidonic Acid AA , Docosahexaeonic Acid DHA and Eicosapentanoic Acid EPA that play a role in brain development. Single Cell Oil, which utilizes one cell microorganism, can be a solution, such as Aspergillus oryzae, to produce AA, DHA EPA. A. oryzae was cultivated on Potato Dextrose Agar PDA, Czapek Dox Agar CDA and Malt Extract Agar MEA, then the incubation time are 2,4,5,6 and 7 days in optimal medium. Lipid were extracted using ethanol and n hexane. The characterization of lipid was done by gas chromatography GC method. The most optimal medium is CDA with a lipid yield of 21.516. The most optimal incubation time on CDA medium was 5 days with 33.59 lipid productivity containing 58.3 unsaturated fatty acid. The unsaturated fatty acid composition produced on the 5th day was 29.2 oleate 29.1 linoleate and 0.046 EPA."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>