Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99673 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nababan, Amelia M. R.
"Tugas akhir ini membahas tentang apakah program perlindungan Dread Disease itu, beserta metode pendanaannya. Metode pendanaan dibatasi pada tipe accelerated saja, yaitu apabila benefit dibayarkan sebagai 'uang muka' pada kejadian menderita sakit, dan sisanya pada saat meninggal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nazirah Istianisa
"Sistem pembayaran prospektif dengan paket tarif INACBG untuk kasus dengan jaminan BPJS menuntut rumah sakit agar dapat melakukan kendali biaya. Penelitian ini bertujuan untuk menilai upaya cost containment RSUD Kota Bogor melalui penerapan Clinical Pathway, formularium, dan struktur insentif. Studi dilakukan pada kasus Sectio Caesarea periode Januari-Maret 2016 secara kuantitatif, dengan membandingkan selisih klaim BPJS dan tagihan RS serta menilai penerapan Clinical Pathway (n=133), dan secara kualitatif dengan wawancara mendalam (10 informan). Selisih kurang yang didapat sebesar Rp.1.014.125.684,00 dengan rata-rata selisih kurang sebesar Rp.4.899.157,89 per kasus. Didapatkan 84% kasus memiliki length of stay sesuai Clinical Pathway. Dari kasus tersebut, 96% visitasi dokter sesuai, 21% penggunaan obat dan BHP sesuai, dan 48% pemeriksaan laboratorium sesuai. Formularium yang digunakan sesuai dengan formularium nasional. RSUD Kota Bogor belum memiliki sistem evaluasi untuk menilai penerapan clinical pathway dan penggunaan obat. Struktur insentif yang digunakan adalah sistem fee-for-service yang tidak sesuai dengan metode pembayaran prospektif.

Prospective payment system with INACBG tariff for cases using BPJS Insurance demands hospital to control their cost. This study aims to see the cost containment in Kota Bogor Regional Hospital through the implementation of Clinical pathway, drug formulary, and incentive structure. The study looked into Sectio Caesarea cases from January to March 2016, using quantitative method, comparing BPJS claim and hospital billing and the implementation of clinical pathway (n=133), and using qualitative method through in depth interview (10 informants). It is noticed the deficit amount Rp.1.014.125.684,00 and the average of deficit per case is Rp.4.899.157,89. Eighty four percent of cases have length of stay in accordance with clinical pathway. From those cases, 96% has concordant doctors visit, 21% has concordant drug usage, and 48% has concordant laboratory diagnostic test. The hospital formulary uses the national formulary. It is found that Kota Bogor Regional Hospital does not have an evaluation system for clinical pathway implementation and drug usage. The incentive structure that is used is fee-forservice system which is not suitable for prospective payment method."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46066
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyana, translator
"ABSTRAK
"Proyek adalah merupakan suatu usaha temporan yang dilakukan untuk mendapatakan suatu produk atau jasa yang khusus. Temporari berarti bahwa setiap proyek mempunyai waktu mulai dan waktu akhir yang tertentu. Khusus maksudnya adalah bahwa produk atau jasa tersebut memerlukan penanganan atau memiliki kondisi yang berbeda untuk produk atau jasa yang sejenis. Di dalam proyek pada dasamya tercakup pengelolaan biaya, waktu pelaksanaan dan kualitas produk atau jasa.
Komponen biaya adalah salah satu faktor yang terpenting dalam suatu proyek dikarenakan bahwa biaya ini juga merupakan sumber daya yang sangat dibatasi jumlahnya_ Qleh karena itu dalam studi kasus pada pembangunan struktur sipil Kantor dan Pabrik PT. Herlina Indah di Kawasan Lippo Cikarang akan dibahas khusus mengenai perhitungan, perencanaan dan pengendalian biayanya. Data-data utama yang dibutuhkan untuk perhitungan biaya proyek pada dasarnya diperoleh dari identifikasi pekedaan, metoda pelaksanaan yang dipakai dimana ada kaitannya dengan penggunaan tenaga kerja dan alat, serta jaringan kerja untuk memperoleh jadwal pelaksanaan peker aan. Data pendukung lainnya adaiah adanya harga material, upah pekeda dan alat.
Perkiraan biaya yang dihitung adalah Rencana Biaya Qperasional (RBO), Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Biaya Penawaran untuk Tender. Dari jaringan kerja dan jadwal waktu pelaksanaan yang disusun dalam diagram batang maka dibuat kurva ""S"" yang selanjutnya menjadi dasar untuk penyusunan cash flow baik untuk pengeluaran biaya (cash out) maupun pencrima n biaya (cash in). Cash flow tersebut ditinjau terhadap Rencana Biaya Qperasionai dan Rencana Anggaran Biaya baik tanpa kredit Bank maupun dengan Kredit Bank. Pada akhimya kita dapat menyimpulkan alternative cash flow yang paling menguntungkan sesuai dengan kondisi yang ada dan akan menjadi pengontrol kondisi keuangan proyek."

"
2000
S35620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizki Hadi Putra
"Estimasi biaya merupakan hal penting dalam dunia konstruksi, keakuratan dalam estimasi biaya tergantung pada informasi-informasi terbaru yang didapat. Dalam prakteknya, estimasi biaya awal digunakan untuk studi kelayakan, alternatif disain yang mungkin, dan pemilihan desain yang optimal untuk sebuah proyek. Holm et al 2005 menjelaskan bahwa estimasi biaya konseptual adalah kegiatan memperkirakan biaya di awal proyek sebelum informasi yang signifikan tersedia dan definisi lingkup kerja belum lengkap. Karakteristik dari estimasi biaya konseptual mengakibatkan tingkat akurasi yang sangat rendah yaitu 30-50. Phaobunjong 2002.

Projects Estimated cost is important in the world of construction, the accuracy of the estimated costs depend on the latest information obtained. In practice, the initial cost estimate is used to study the feasibility, design alternatives are possible, and the selection of optimal design for a project. Holm et al 2005 explain that the conceptual cost estimate is activity at the beginning of the project cost estimate before significant information available and the definition of the scope of work is not yet complete. The characteristics of the resulting conceptual cost estimation accuracy is very low at 30-50. Phaobunjong 2002."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S66141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Anggara Wijayatman
"Kompetisi dalam meraih kecepatan tertinggi dalam melakukan proses pengiriman barang memicu gudang untuk terus melakukan improvisasi agar dapat terus bersaing .Proses Order Picking merupakan salah satu proses yang paling kritikal. Dalam beberapa penelitiannya, proses order picking dapat berkontribusi sebesar 50-55% dari total biaya operasional bahkan dapat mencapai 60-65% dari biaya tersebut. Perhitungan jumlah tenaga kerja yang produktif namun paling efisien dari segi biaya akan sangat membantu perusahaan dalam mencapai tujuan bisnisnya. Metode pengaturan beban kerja yang paling sering digunakan adalah metode Full Time Equivalent (FTE). Metode ini akan menghitung jumlah tenaga kerja yang optimal dari jumlah beban kerja dibanding dengan jumlah waktu kerja yang ditentukan. Optimasi ini dapat dibantu dengan penggunaan model matematika Integer Linear Programing yang secara langsung juga dapat menghitung fungsi optimasi biaya. Dalam penelitian ini, didapatkan efisiensi biaya sebesar 7.55% dan tidak adanya pekerja yang overload dari optimasi jumlah tenaga kerja dengan pendekatan FTE dan ILP.

Competition in achieving the highest speed in the process of shipping goods triggers the warehouse to continue to improvise in order to continue to compete. The Order Picking process is one of the most critical processes. In several studies, the order picking process can contribute 50-55% of the total operational costs and can even reach 60-65% of these costs. Calculation of the number of workers who are productive but most efficient in terms of costs will greatly assist the company in achieving its business goals. The most frequently used workload management method is the Full Time Equivalent (FTE) method. This method will calculate the optimal number of workers from the total workload compared to the specified amount of working time. This optimization can be assisted by the use of the Integer Linear Programming mathematical model which can also directly calculate the cost optimization function. In this study, we found a cost efficiency of 7.55% and there were no workers who were overloaded from optimizing the number of workers using the FTE and ILP approaches."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Almanya
"Di perancis Kontrol Teknik atau Kontrol Kualitas adalah sebuah aktivitas yang didasarkan pada hukum Spinetta yang dikeluarkan pada tanggal 4 januari 1978, atas permintaan dan sebagai perwakilan dari klien. Sejak saat itu kontrol teknik menjadi wajib untuk projek projek khusus, seperti konstruksi bangunan untuk publik; bangunan dengan tinggi lantai terakhir adalah lebih dari 28 m dari lantai dasar bangunan dan bangunan dengan tujuan selain industri yang memilki struktur kantilever lebih dari 20 m, balok berbentuk arc lebih dari 40 , bagian dari struktur yang berada dibawah tanah sedalam mebih dari 15 m , pondasi dengan kedalaman lebih dari 30 m, dinding penahan gaya horizontal yang besebelahan lebih dari 5 m. Misi utama kontrol teknik ini adalah untuk membantu pencegahan berbagai resiko teknik dalam penyelesaian suatu projek dan selama masa servicenya. Tiga misi utama dari control teknik adalah: Misi kekuatan dan stabilitas dari bangunan, misi keamanan dan keselamatan selama periode konstruksi dan penggunanan serta misi kemudahaan penggunanan fasilitas gedung untuk orang cacat. Pada kesempatan ini saya berhasil mengikuti berbagai projek seperti konstruksi perumahan, kolam renang, kompleks olahraga dan lain-lain. Disini saya menganalisa berbagai dokumen dan gambar teknik berbagai bidang berbeda (konstruksi beton, metallik, pondasi spesial, atap, pengevakuasian asap dll) yang akan kemudian digunakan dalam sebuah projek. Saya juga mendapat kesempatan untuk membuat dan berpartisipasi dalam pembuatan berbagai dokumen seperti: daftar hal ? hal penting yang harus diperhatikan atau diperbaiki dalam sebuah dokumen dan gambar teknik dan exekusi, laporan kontrol teknik dan laporan inisial.

In France the Technical Control is a reviewed exercise within the framework of the Act Spinetta on January the 4th, 1978, at the request and on behalf of a client. It has since become mandatory for certain operations such as construction of facilities to the public; buildings whose floor bottom of the last level is more than 28 m above the ground and the buildings other than industrial use with a cantilever of more than 20 m; arc beams which is greater than 40 m; parts of a construction buried more than 15 metres deep; foundation of more than 30 m; or jacks neighbours over 5 m. The Technical Control?s main mission is to contribute to the prevention of various technical uncertainties in achieving the works. Its three main missions are: the mission of strength, the mission of security for the people before and after construction and the mission of handicapped accessibility. In this opportunity I was able to attend several operations such as the construction of houses, pools, sports complexes, and so on. I had the opportunity to analyze various technical papers and execution plans for different fields (Outside Carpentry, Roofs, Smoke evacuation, Concrete Construction, Special Foundation and Metallic construction). I also had the opportunity to write and collaborate in the creation of many documents such as list of notices for an execution document and plan, the report of a technical control, an initial report."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S35276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiansyah
"Kualitas pelaksanaan proyek salah satunya ditentukan oleh pengawasan dan pengendalian saat konstruksi berlangsung untuk mencapai tujuan mutu, waktu dan biaya yang sesuai dengan anggaran biaya proyek Variabel biaya proyek yang dapat dikendalikan adalah biaya tenaga kerja, biaya material, biaya peralatan, biaya subkontraklor, biaya kondisi umum dan overhead. Pada proyek konstruksi, biaya peralatan menyumbangkan biaya proyek yang nilainya mencapai 20 - 30 % dari total biaya proyek Dengan kontribusi terhadap total biaya proyek yang cukup besar tersebut, kesalahan pada manajemen peralatan dapat mengakibatkan timbulnya penyimpangan biaya proyek Untuk memperbaiki penyimpangan biaya, dilakukan identifikasi masalah-masalah terhadap manajemen peralatan dan mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan Tindakan koreksi. Tindakan koreksi dapat dilaksanakan apabila penyimpangan yang timbul dalam pelaksanaan proyek dapat di identifikasi secara cepat, sehingga alternatif keputusan tindakan koreksi yang terbaik dapat diambil secara cepat dan tepat. Untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam tindakan koreksi dapat dilakukan dengan banluan program komputer yang berbasis expert system. Pemilihan expert system sebagai pendekatan dalam melakukan tindakan koreksi pada manajemen peralatan dimaksudkan agar pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ataupun beberapa ahli dapat dikumpulkan dan direkam dalam suatu alas berupa program komputer sehingga pakar dapat berbagi pengetahuan yang dimilikinya baik ilmu maupun pengalamannya kepada pengguna yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Penerapan expert system pada bidang konstruksi merupakan salah salu terobosan dalam era teknologi informasi saat ini karena begitu banyak informasi yang tersedia namun belum dapat diolah secara optimal.

The quality of constructing a project is determined by monitoring and controlling the construction phase to achieve the intended quality, time and cost The cost's variables /hat should be controlled are labor costs, material costs, equipment costs, subcontract costs, general condition costs, and overhead. In a construction project, 20 -30% of the total project costs came from the equipment costs. With this contribution to the total project costs, a mistake or misleading from managing equipment can cause cost variances. To fix these cost variances, ident f cation towards problems from equipment management should be done and a corrective action should be taken. A corrective action can be implemented if the variance is already identified To help and support in determining a corrective action, an expert system based in a computer program can be used. Expert system can collect knowledge from experts where this knowledge are used for recommendation in decision making. Applying expert system in construction industry is one of the breakthrough in information technology era these days."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T 10408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wishnu Jati Wikantyasa
"ABSTRAK
Dampak-dampak negatif yang terjadi pada pelaksanaan proyek konstruksi bisa menyebabkan tidak tercapainya : mutu, walau dan biaya sesuai dengan perencanaan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi penyebab terjadinya dampak negatif tersebut selanjutnya diambil tindakan koreksi. Peralatan merupakan unsur pendukung utama dalam pelaksanaan suatu proyek sehingga perlu dikendalikan supanya tidak terjadi cost overrun. Indikator penyebab terjadinya cost overrun pada manajemen peralatan dibagi menjadi 5 kategori, yaitu : biaya kepemilikan, biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya perbaikan dan biaya pengelolaan (overhead). Berdasarkan hasil survey, indikator biaya operasional mempunyai sumber resiko cost overrun paling banyak Dalam penelitian ini analisa yang dilakukan adalah analisa tingkat resiko yang dilanjutkan dengan analisa statistik dengan bantuan program SPSS 11.0, untuk mencari dampak signifikan kemudian dilakukan simulasi dengan program Crystall Ball, untuk mencari probabilitas terjadinya cost overrun dad dampak signifikan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada indikator biaya kepemilikan, indikator biaya operasional dan indikator biaya pengelolaan mempunyai dampak signifikan yang sama, yaitu : meningkatnya biaya perbaikan karena kapasitas alas tidak sesuai, profit menurun karena tingginya biaya sewa, profit menurun karena lemahnya sistem administrasi dan penjamin kontrak dan penundaan pelaksanaan kegiatan konstruksi karena tingginya frekuensi perbaikan perbaikan alat. Untuk indikator biaya pemeliharaan, dampak yang signifikan adalah : arus kas mengalami perubahan karena kesalahan dalam merencanakan perkiraan anggaran biaya yang terlalu rendah untuk peralatan, rneningkatnya biaya perbaikan karena kapasitas alat tidak sesuai, dan penundaan pelaksanaan kegiatan konstruksi karena tingginya frekuensi perbaikan perbaikan alat. Sedangkan untuk indikator biaya perbaikan dampak yang signifikan adalah : arus kas mengalami perubahan karena kesalahan dalam merencanakan perkiraan anggaran biaya yang telalu rendah untuk peralatan, meningkatnya tingkat kerusakan alat karena kapasitas alat tidak sesuai, meningkatnya biaya perbaikan karena kapasitas alat tidak sesuai, dan profit menurun karena lemahnya sistem administrasi dan penjamin kontrak.

ABSTRACT
The negative effects of construction a project can make failure to achieve: quantity, time and cost, that have been planned It's necessary to identify& the reason of negative effect for determine the corrective action. Equipment is main support of construction project so they need to be controlled the indicator cost overrun of the equipment management consist of the own cost, operational cost, maintenance cost, repair cost and overhead cost. According survey result, Indicator of operation cost has the most cost overrun risk resource. This thesis use risk level analysis, statistic analysis with SPSS software, then simulation with Crystal Ball Software to find probability of cost overrun. The result indicates that the indicator of own cost, operation cost and overhead have same significant effect. That are the increasing of repair cost because equipment capacity isn't compatible, decrease of profit because highly rent cost, decrease of profit because the weakly of administration system and contract guarantor, and delay of construction project because the highly frequency repair of equipment. For the indicator of maintenance cost, the significant effects are the change of cash flow because the lower budget, increase of repair cost because equipment capacity isn't compatible, and delay of construction project because the highly frequency repair of equipment. Then the significant effect for indicator of repair cost are the change of cash flow because the lower budget, increase of equipment breakage level because equipment capacity isn't compatible, increase of equipment repair cost because equipment capacity isn't compatible, and decrease of profit because the weakly of administration system and contract guarantor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T10216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjetjep Muljana
"ABSTRAK
Industri minyak dan gas bumi yang merupakan tulang punggung pembangunan
Indonesia, dikelola oleh Pertamina bersama dengan Kontraktor Asing dalam bentuk
Kontrak Production Sharing, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, ?Undang
Undang No.44/PRP/1960 dan No.8/1971. Dalam kontrak tersebut Kontraktor Asing
membiayai semua operasi perminyakan yang akan diganti dan hasil minyak/gas yang
dihasilkan, sedang sisanya akan dibagi antara Pertamina dan Kontraktor Asing dengan
rasio yang ditentukan dalam kontrak.
Dalam melaksanakan bisnisnya, Kontraktor Asing dan Pertamina melaksanakan
pengendalian biaya melalui prosedur program kerja dan anggaran, pelaporan
keuangan dan statistik, serta pengadaan barang dan jasa. Sistem pengendalian biaya
yang digariskan oleh Pertamina bertujuan mengendalikan biaya seefisien mungkin
bagi kepentingan Pertamina sesual dengan misi yang ditetapkan dalam Undang
Undang No.8/1971. Sedangkan ?X? Petroleum Company (sebagai salah satu
kontraktor yang menjadi tempat penelitian) melaksanakan sistem pengendalian
biayanya sesuai ketentuan dan kantor pusatnya, yang kemudian dijabarkan dan
disesuaikan dengan sistem yang ditentukan Pertamina.
Dengan adanya perbedaan misi antara Pertamina dan Kontraktornya, maka
pelaksanaan sistem pengendalian biaya tidak dapat berjalan secara optimal dan tujuan
agar biaya dapat dikeluarkan secara efisien tidak sepenuhnya dapat dicapai.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan pada ?X? Petroleum Company, ada
beberapa hal dalam sistem pengendalian biaya yang dapat diperbaiki agar sistem ini
bekerja secara optimal baik bagi kepentingan Pertamina maupun Kontraktornya.
Kesimpulan dan saran bagi perbaikan sistem pengendalian pada Kontrak Production
Sharing adalah sebagai berikut:
1. Secara umum sistem pengendalian biaya pada Kontrak Production Sharing tidak
disesuaikan dengan perkembangan lingkungan yang kadang bergejolak
(misalnya perkembangan harga minyak). Untuk itu sebaiknya dibuat sistem yang
dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan tidak kaku.
2. Perlakuan akuntansi yang digabung dengan negosiasi bisnis dapat
mengakibatkan rancunya sistem pengendalian biaya, sebaiknya perlakuan
akuntansi tetap mengacu kepada Standard Akuntansi Keuangan sedangkan
insentif bisnis dapat diberikan dalam bentuk lain. Dengan demikian pengendalian
biaya tidak dipengaruhi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu.
3. Saat ini Pertamina hanya menerima laporan keuangan dan Kontraktor, sehingga
Pertamina tidak mengetahui sistem alokasi biaya yang dilaksanakan
Kontraktornya dan mengakibatkan salah interpretasi. Hal ini dapat diatasi bila
Pertamina menerapkan Accounting Procedure yang terdapat dalam kontrak, yaitu
menentukan daftar perkiraan (Chart of Accounts) serta sistem alokasi biayanya
bagi seluruh Kontraktor di Indonesia.
4. Perbedaan kepentingan antara Pertamina dan Kontraktornya dalam hal-hal
tertentu dapat menghambat lancarnya operasi. Hal ini hanya dapat ditanggulangi
dengan keterbukaan antara Pertamina dan Kontraktor dalam merumuskan tujuan
perusahaan balk jangka panjang, menengah maupun pendek dalam bentuk
program kerja dan anggaran.
5. Pengukuran kinerja dengan cara benchmarking melalui laporan operasional
statistik kurang dapat dipergunakan karena kniteria maupun kiasiflkasi biayanya
belum seragam. Untuk ¡tu sebaiknya semua Kontraktor Production Sharing
dipertemukan dan bersama-sama membuat bench marking, agar dapat dihasilkan
suatu tolok ukur yang benar dan perbaikan yang menuju kearah efisiensi biaya
dapat dllaksanakan dengan Iebih akurat.
6. Persetujuan pengeluaran biaya melalui anggaran, AFE (Authorization For
Expenditure) dan penetapan lelang yang sering memerlukan waktu yang lama
membuat anggaran sebagai salah satu sistem pengendalian biaya tidak dapat
melaksanakan fungsinya dan . perencanaan sering tertunda dan mengakibatkan
membesarnya pengeluaran biaya. Hal ini hams segera ditunggulangi dengan
mengurangi waktu dan jenjang tingkat persetujuan.
7. Keppres No.16 tahun 1994 beserta semua petunjuk teknis pelaksanaan yang
bertujuan untuk mengetatkan pengeluaran biaya, ternyata dapat juga
mengakibatkan bertambah besarnya biaya yang disebabkan oleh adanya syarat
kandungan lokal yang memberikan toleransi harga yang lebih mahal dan
prosedur penunjukan pemenang lelang yang berjenjang dan makan waktu. Hal ¡ni
hams segera ditanggulangi dengan tidak sepenuhnya menerapkan Keppres no.16
tahun 1994 terhadap Kontraktor Production Sharing, atau segera menetapkan
peraturan yang bersifat debirokratisasi dan deregulasi untuk menyederhanakan
rantai persetujuan pengadaan barang dan jasa, agar biaya clapat ditekan serendah
mungkin."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soemardiono
"Satu diantara "Arah dan Sasaran Pengembangan Perusahaan PT. X" adalah senantiasa mampu memenuhi komitmen biaya. Oleh karenanya fokus program diarahkan kepada "Penguasaan kemampuan menggunakan dan menerapkan teknologi secara bertahap dan berkesinambungan, khususnya bidang Cost Control. Berkenaan dengan itu maka dalam memenuhi komitmen biaya tersebut terkandung suatu kemampuan untuk membandingkan status biaya. Sehingga cara pengukuran status biaya merupakan faktor-faktor penentu keberhasilan program.
Pengukuran status biaya terkait erat dengan kinerja progress dan durasi penyelesaian setiap pekerjaan di segala tingkatan sistem produksi PT. X. Untuk itu pada langkah awal dilakukan identifikasi kerunutan aktifitas produksi dan scoping aktifitas yang terdapat di dalam sub-fungsi sistem produksi, sampai akhirnya diperoleh struktur masing-masing sub-sistem tersebut. Struktur ini merupakan bentuk terakhir atas perkembangan struktur awal yang berpijak pada Sistem dan Prosedur Operasi PT. X yang karena tuntutan iklim bisnis mulai disesuaikan dengan kebutuhan. Analisa juga dilakukan untuk mengenali arah perkembangan masing-masing sub-sistem produksi yang cenderung menuju spesialisasi.
Langkah berikutnya adalah identifikasi substansi dasar subsistem di atas tentang bagaimana merepresentasikan cara-cara pengukuran status biaya dan bentuk-bentuk abstraksi informasi biaya yang dianutnya. Dan bentuk abstraksi informasi sub-sistem tersebut hanya dikaji yang bersifat dominan dalam sistem produksi secara keseluruhan. Kemudian dilakukan analisa sehingga diantara sub-sistem yang dominan tersebut, yaitu dalam kedudukannya sebagai komponen sistem, akankah mampu berperan memberikan tingkat integritas yang memadai. Beberapa altematif Model Abstraksi Informasi akan dipertimbangkan pada langkah ini, sedemikian rupa sehingga mampu memperbaiki kondisi integritas oleh Model Abstraksi Informasi sebelumnya (Model Awal). Alternatif yang diketengahkan berprinsip pada integritas sistem dalam konsensus status biaya ini dapat diperbaiki dengan peleburan cara abstraksi informasi biaya secara trans sub-sistem dan trans bagian (Model Dasar Integral) dalam bentuk Kode Kontrol trans fungsionallsub-sistem.
Dari analisa di atas Model Abstraksi Informasi Integral memberikan respon yang lebih balk saat dilakukan analisa cost dan benefit (obyek benefit waktu dan konsekuensi biaya yang ditimbulkannya). Terakhir adalah peran Model Dasar Integral ditingkatkan melalui Manajemen Data dengan paket program "Microsoft Access, Relational Database.Management System for Windows versi 2.0" (Universitas Indonesia).

The ability to perform a commitment of costs in any time is one of the "Company direction and point development should PT X go." Therefore all the programs focused on engineering and technology's implementation by continuous improvement, especially in cost control disciplines. In the way of performing the cost commitment required the kind of cost status comparation. Related to the cost status comparation will agree that the cost status measurement is the key success factors. It is because if the cost status measurement performed in the different way will produce a confused interpretation.
The cost status measurement close related to progress performance and duration of each work completition in the all of PT X production system level. Thereafter the first step to be done is identifying on both of activity's sequence and activities scoping of each production subsystem. In identifying above mentioned should be produce the recent structure system based on the business environment requirement. By this identification will be performed analyze to get as well as to know the subsystem's specialty.
The next step identified the how each subsystem represents the measurement method of cost status and the own related abstracted information. Therefore the abstracted information should identify those similarities among other's subsystem will be-clear and distinct. Just the major of the way in which the subsystems represent information will be considering. After considering it, to be done integrity analyzes with one by one and discipline by discipline so the result is which one as the best overall integrity. As long as performing analyze above mentioned some abstracted information improvement should add in order to have an alternative of abstracted information model. The earlier condition of introducing the abstracted information called the "Model Awal" and the improved of abstracted information called the "Model Dasar Integral." The Model Dasar Integral employs the "Kode Kontrol" so it could be translate the one abstracted information to others.
The last analyze performed by cost and benefit factors between Model Awal and Model Dasar Integral. The best reason in costing and the best contribution in benefit will improve whether Model Dasar Integral could accept as solution in this case. In order to make up performance of what the Model Dasar Integral could support the cost control system, the computerize data management should be consider. In this time those related data will be manage in "Microsoft Access, Relational Database Management System for Windows version 2.0" (Universitas Indonesia).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>