Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172817 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leviria Madina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31489
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hasan A.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S31493
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Pramono
"Tanaman kelapa merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, salah satunya adalah produk minyak hasil ekstraksi buah kelapa. Minyak ini dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). Varietas kelapa yang memiliki oil extraction rate (OER) tertinggi untuk menghasilkan CPO dan PKO adalah jenis kelapa sawit (elais guineensis). CPO dan PKO merupakan bahan dasar untuk produk-produk seperti: minyak goreng, margarine, kosmetik, obat-obatan, dan sebagainya. Dan saat ini CPO juga dapat diolah menjadi biodiesel sebagai bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil. Tahun 2005, produksi CPO Indonesia menduduki posisi kedua di dunia setelah Malaysia, dan diperkirakan pada tahun 2010 Indonesia akan menjadi produsen CPO nomor satu di dunia. Kebutuhan penduduk dunia akan CPO selalu meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Indonesia menggunakan 50% produksi CPOnya untuk kebutuhan dalam negeri, sisanya diekspor ke India, China, Korea, dan negara Eropa. Prospek permintaan akan CPO di masa depan akan sangat cerah, hal ini dikarenakan CPO memiliki keunggulan dibanding produk substitusinya. Dari sisi produktivitas dan biaya produksi, kelapa sawit memiliki produktivitas yang lebih tinggi dan biaya produksi yang lebih rendah dibanding produk substitusinya. Pada tahun 2004, PT. XYZ telah melakukan tahapan pembangunan kelapa sawit dan tahun 2008 diharapkan akan berproduksi Tandan Buah Segar (TBS) untuk pertama kali. Untuk dapat memproses TBS lebih lanjut untuk menjadi CPO, tahun 2007 PT. XYZ berencana membangun pabrik pengolahan kelapa sawit, sehingga diharapkan pabrik akan dapat beroperasi di akhir 2008. PT. XYZ telah melakukan investasi berupa tanaman, perkebunan, dan segala infrastruktur pendukungnya melalui modal sendiri. Oleh sebab itu, rencana ekspansi perkebunan dan pembangunan pabrik kelapa sawit membuat PT. XYZ melakukan usaha untuk meningkatkan pendanaan. Alternatif sumber tambahan pendanaan tersebut adalah dengan melakukan pinjaman dari Bank. PT. XYZ telah melakukan pembiayaan dari sebagian investasi awal proyek, hal ini harus dilakukan agar risk of completion dari proyek menjadi minimal. Sehingga para kreditor dapat melihatfeasibility yang positif dari proyek ini. Melalui perhitungan dengan skenario yang dijalankan memperlihatkan bahwa proyek ini dapat dibiayai melalui mekanisme project financing. Dimana arus kas perusahaan dari proyek ini dapat membiayai kewajiban terhadap hutang yang dimiliki. Namun yang menjadi kendala adalah seberapa besar hutang agar value dari proyek ini optimal? Secara teoritis optimasi value dapat dilakukan melalui pendekatan weighted average cost of capital (WACC), dimana metode WACC menggambarkan bahwa proyek secara kontinyu dibiayai secara bersamaan melalui equity dan debt. Secara praktis, value dari proyek dapat dicari melalui iterasi perhitungan trial and error untuk mendapatkan komposisi yang terbaik. Total biaya yang dibutuhkan untuk capital expenditure dari proyek ini adalah sebesar US$129,187,479,-, sedangkan PT. XYZ telah melakukan pembiayaan melalui sub-ordinated slzareholders' loan sebesar US$42,000,000,-. Dari hasil perhitungan, besar pinjaman yang akan dilakukan adalah sebesar US$90,000,000,- dimana penggunaan untuk pembelanjaan capital expenditure sebesar US$67,310,839,-, interest during construction (IDC) sebesar US$18,780150, commitment fee sebesar US$1,288,317,-, dan cadangan sebesar US$2,620,694,-. Komposisi debt-to-equity untuk pinjamanan diatas adalah 68:32. Perhitungan valuasi dengan komposisi tersebut, juga menghasilkan angka yang maksimal yaitu sebesar US$124,524,924. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T23066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafif Mu'afa
"Perilaku pengasuhan orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus) menjadi gambaran adanya interaksi antara orangutan induk dan anaknya. Telah dilakukan penelitian mengenai pola perilaku pengasuhan orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka. Peralihan habitat dari alam ke kebun binatang dapat menyebabkan perubahan perilaku salah satunya perilaku pengasuhan. Perilaku pengasuhan menjadi bagian terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan orangutan anak. Penelitian ini bertujuan mengamati dan menganalisis pola perilaku pengasuhan orangutan kalimantan, sehingga orangutan dapat berperilaku secara alami dan orangutan anak dapat diasuh dengan baik. Subjek penelitian ini yaitu satu orangutan induk (Mony) dan satu orangutan anak (Hope). Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling dan ad libitum sampling. Berdasarkan hasil penelitian terdapat pola pengasuhan yang terbentuk, yaitu breastfeeding, grooming, following, food sharing, protection, carried, playing, no food sharing, dan aggression. Perilaku pengasuhan tertinggi yaitu perilaku breastfeeding (32,60%), sedangkan perilaku terendah yaitu perilaku no food sharing dan aggression (0%). Pengaruh keberadaan pengunjung membuat perilaku pengasuhan yang muncul memiliki perbedaan, seperti ketika ramai pengunjung perilaku yang mendominasi (following), sedangkan ketika sepi pengunjung perilaku yang mendominasi (breastfeeding). Kesejahteraan orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka, Yogyakarta termasuk ke dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata 85,20. Perilaku pengasuhan yang diberikan orangutan induk sesuai dengan kondisi anaknya dimana masih usia yang belum disapih. Selain itu, terdapat pengaruh keberadaan pengunjung terhadap beberapa perilaku pengasuhan yang muncul pada orangutan kalimantan di Kebun Binatang Gembira Loka.

Parenting behavior of Bornean orangutans (Pongo pygmaeus) becomes an overview of interactions between parent orangutans and their children. A study regarding the parenting behavior of Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo has been conducted. Habitat transition from nature to the zoo can cause changes in behavior, one of which is parenting behavior. Parenting behavior becomes the most important part of the growth and development of baby orangutans. Therefore, this study aims to observe and analyze the parenting behavior of Bornean orangutans, so that orangutans can behave naturally and baby orangutans can be well cared for. The subjects of the study were one parent orangutan (Mony) and one baby orangutan (Hope). Methods used were focal animal sampling and ad libitum sampling. Based on the results of the study, the parenting behaviors formed were breastfeeding, grooming, following, food sharing, protection, carried, playing, no food sharing, and aggression. The highest parenting behavior was breastfeeding (32,60%), while one lowest parenting behavior was no food sharing and aggression (0%). The influence of visitors made parenting behavior different. When there were many visitors, the dominating behavior was following, while when there were no visitors, the dominating behavior was breastfeeding. The welfare of Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo, Yogyakarta is included in a very good category with an average score of 85,20. The parenting behavior given by parent orangutans is in accordance with the babies’ conditions, which are not weaned yet. Moreover, there is an influence of visitors on some parenting behavior that appear in Bornean orangutans in Gembira Loka Zoo."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mangunsong, Farma
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
S19311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putera Ikhsan
"Orangutan kalimantan yang sebelumnya dipelihara oleh manusia menunjukkan perilaku stereotipe dan tingkat agresivitas yang rendah sehingga mereka sulit untuk bertahan hidup ketika dilepasliarkan. Program rehabilitasi orangutan kalimantan bertujuan untuk mengurangi kemunculan perilaku stereotipe, pengurangan ketergantungan kepada manusia, dan mengembalikan perilaku alami orangutan kalimantan. Telah dilakukan penelitian yang bertujuan menganalisis pola perilaku stereotipe dan agonistik pada orangutan kalimantan kandidat rilis di Sintang Orangutan Center. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Hutan Jerora, Sintang Orangutan Center. Pengamatan orangutan dilakukan secara instantaneous sampling dengan metode focal animal sampling. Subjek penelitian ini adalah empat orangutan kandidat rilis, yaitu Kingkong, Mongki, Tom, dan Awin. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, keempat individu menunjukkan perilaku stereotipe dan tingkatan perilaku agonistik yang berbeda. Frekuensi kemunculam perilaku stereotipe dan frekuensi interaksi perilaku agonistik di kandang lebih tinggi di bandingkan di sekolah hutan. Perilaku stereotipe yang memiliki kemunculan tertinggi adalah memantul, configure lips, melipat tangan kebelakang, dan menghisap jari. Berdasarkan hasil pengamatan perilaku agonistik, orangutan kandidat rilis menampilkan tingkatan agresivitas yang berbeda. Awin merupakan orangutan yang memiliki angresivitas tertinggi dan Mongki merupakan orangutan dengan agresivitas terendah.

Bornean orangutans previously kept by humans exhibit stereotypic behaviors and low levels of aggression, making it difficult for them to survive when released into the wild. The bornean orangutan rehabilitation program aims to reduce the occurrence of stereotypic behaviors, decrease dependency on humans, and restore natural behaviors in Bornean orangutans. A study has been conducted to analyze the patterns of stereotypic and agonistic behaviors in release candidate bornean orangutans at the Sintang Orangutan Center. This research was carried out at the Jerora Forest School, Sintang Orangutan Center. Observations of the orangutans were conducted using instantaneous sampling with the focal animal sampling method. The subjects of this study were four release candidate orangutans, that is Kingkong, Mongki, Tom, and Awin. According to the research results, the four individuals showed different levels of stereotypic and agonistic behaviors. The frequency of stereotypic behavior and the frequency of agonistic interactions were higher in the cage compared to the forest school. The stereotypic behaviors with the highest occurrence were bouncing, configuring lips, folding arms behind the back, and sucking fingers. Based on observations of agonistic behavior, the release candidate orangutans displayed different levels of aggressiveness. Awin was the orangutan with the highest aggressiveness, while Mongki had the lowest aggressiveness."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Wahyu Susanto
"
Abstract
The aim of this study was to determine individual orangutan home ranges
and core areas and identify overlapping areas among individuals. The research
was conducted over 34 months, at Cabang Panti Research Station, Gunung Palung
National Park, West Kalimantan. Observations were conducted by focal animal
sampling, were taken 30 minutes points during focal follows. Data results show
that the average daily journey length of a female orangutan at Cabang Panti
was762 meters and the average length of a male was 748 meters. Based on
Kernel analysis, it was determined that a female orangutan home range area
occupies 33,6% of the research area on average, roughly quivalent to a male?s
home range, which occupies 36,9% of the research area. Meanwhile, the average
female orangutan core area was 36 ha and average male core area was 43 ha.
Among female orangutans, Beth was the adult female who had the largest overlap
area with the male ranges, wheareas Codet (a flanged male) and Zorro (an
unflanged male) had the largest overlap areas with the female ranges."
2012
T30919
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rozza Saputri Zulty
"ABSTRAK
Penelitian pengenalan sumber pakan dan perilaku bersarang orangutan borneo Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 golongan umur anak tanpa induk di Sekolah Hutan Tembak, Sintang Kalimantan Barat telah dilakukan. Penelitian bertujuan untuk mengamati pengenalan sumber pakan dan perilaku bersarang orangutan anak dalam Kandang Sosialisasi dan Sekolah Hutan Tembak. Sebanyak dua orangutan anak diamati melalui metode focal animal sampling dan ad libitum. Melalui 401 jam pengamatan, hasil penelitian yang diperoleh yaitu jenis makanan kedua orangutan anak di Kandang Sosialisasi didominasi oleh buah 76,82 , sedangkan di Sekolah Hutan Tembak didominasi oleh daun 38,32 . Perilaku bersarang kedua orangutan anak di Kandang Sosial dan Sekolah Hutan Tembak cukup baik. Kedua orangutan anak mampu membuat sarang meskipun belum sampai pada tahap penguncian sarang.

ABSTRACT
The research of explore to food sources and nesting behaviour of orphaned juvenile bornean orangutan Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 at Tembak Forest School, Sintang West Kalimantan has been conducted. The study aims to observe food sources exploration and nesting behaviour of juvenile orangutan in Socialization Cages and Tembak Forest School. Two juvenile orangutans were observed through focal animal sampling and ad libitum methods. With 401 hours observation, the result showed that food sources introduction at Socialization Cages of both juvenile orangutans are dominated by fruits 76,82 while at Tembak Forest School are dominated by leaves 38,32 . The nesting behaviour both of juvenile orangutans are quite good, both of juvenile orangutans are able to make nest even though it has not reached the nest locking stage."
[;, ]: 2017
S68753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emira Fajarini
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku orangutan anak terhadap pengasuhan dan pembelajaran sosial dari orangutan remaja tidak berkerabat yang terjadi di Sekolah Hutan Tembak. Subjek pengamatan yang diamati yaitu dua individu orangutan borneo, Pongo pygmaeus Linnaeus, 1760 dari kelas umur anak dan remaja. Pengamatan perilaku menggunakan metode pencatatan data focal instantaneus sampling dengan interval 5 menit dan ad libitum sampling untuk perilaku sosial yang mengindikasikan pengasuhan dan pembelajaran sosial. Pengasuhan pada individu yang tidak berkerabat merupakan suatu bentuk perilaku altruisme. Orangutan remaja memenuhi peran induk dengan kebiasaan berbagi makanan, berbagi sarang, dan menunggu ketika menjelajah. Kedekatan di antara kedua subjek pengamatan memungkinkan terjadinya pembelajaran sosial. Pembelajaran sosial menyebabkan orangutan anak banyak mengimitasi perilaku orangutan remaja. Hasil penelitian didapatkan data yang setara dengan 396 jam waktu pengamatan di Kandang Sosialisasi dan Sekolah Hutan. Terdapat perbedaan signifikan Uji Friedman, P < 0,05 antara proporsi aktivitas orangutan anak ketika beraktivitas bersama dan terpisah dengan orangutan remaja. Proporsi aktivitas harian orangutan lebih menyerupai orangutan remaja ketika bersama dibandingkan ketika berpisah. Hal tersebut membuktikan bahwa jarak kedekatan memungkinkan terjadinya pengasuhan dan pembelajaran sosial yang berpengaruh pada perilaku orangutan anak.

ABSTRACT
Adoption or parental care behavior to unrelated individuals is a form of altruism. The adoption of orangutans is demonstrated by parental care habits, such as sharing food, sharing nests, and wait during travel, fulfilling the parent role to juvenile orangutan. This research was conducted to find out juvenile orangutan rsquo s behavior responses to adoption and social learning by unrelated adolescent orangutans that occurred at Tembak Forest School. In the case of social learning, the juvenile orangutan will copy or imitate the behavior of adolescent orangutan when in close proximity. The observation used focal instantaneous sampling with 5 minute interval and ad libitum sampling for recording the social behavior, social learning, and altruism data. The results of the study were equals to 396 hour observation at Socialization Cage and Forest School, both showed significant difference Friedman Test, P 0.05 between activity proportion when juvenile orangutan in close proximity and separated with the adolescent orangutan. When in close proximity, juvenile orangutan rsquo s behavior is more similar to adolescent orangutan than when separated. Close proximity between individuals enable parental care behavior and social learning that affecting juvenile orangutan rsquo s behavior."
2017
S69084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machroes Effendy
"Isi Ringkasan :
Dalam rangka peningkatan dan pemerataan pendapatan, Pemerintah melaksanakan Pembangunan di daerah-daerah, termasuk daerah Kalimantan Barat. Pembangunan Dilakukan sesuai dengan kondisi,masing-masing daerah.
Pembangunan daerah Kalimantan Barat dititikberatkan pada pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi tersebut selain bertumpu pada pengelolaan hasil hutan beserta industri pengolahannya, juga pada perkebunan, termasuk di dalamnya adalah perkebunan kelapa sawit yang rerata pertumbuhannya tertinggi di antara jenis perkebunan lainnya.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Barat dilaksanakan mulai tahun 1980 oleh PN Perkebunan VII (Sekarang PT Perkebunan Nusantara XIIIKalimantan). Perkebunan ini berkembang pesat dan diprediksikan mencapai setengah juta hektar pada tahun 2000. Dengan luas tersebut diharapkan pada masa datang sektor industri kelapa sawit akan merupakan unsur pokok penggerak pembangunan di Kalimantan Barat.
Di sisi lain, pembangunan perkebunan kelapa sawit, seperti halnya pembangunan proyek-proyek pada umumnya, akan berdampak positif dan negatif terhadap komponen-komponen lingkungan hidup, termasuk komponen sosial ekonomi dan budaya. Dampak tersebut harus diwaspadai, dampak negatif harus ditekan menjadi sekecil-kecilnya.
Cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan mengadakan evaluasi terhadap dampak yang ditimbulkan. Dengan evaluasi akan diketahui apakah tindakan dan dampak tersebut sesuai dengan yang diharapkan, selanjutnya dapat dilakukan tindakan-tindakan yang tepat untuk menghindarkan dampak negatif.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak yang timbul dengan adanya PIR V Ngabang yang meliputi aspek demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya, mengkaji sebab dan akibat dampak, serta persepsi masyarakat terhadap keberadaan PIR V Ngabang. Untuk mendukung penelitian tersebut, dipergunakan hipotesis, jika keberadaan PIR V Ngabang memberikan dampak sosial ekonomi dan budaya, maka adanya PIR V Ngabang dapat menimbulkan dampak terhadap tingkat pendidikan, kegiatan bersama dan pertemuan warga, mata pencaharian, dan penghasilan masyarakat. Untuk menganalisis dan membuktikan hipotesis di atas, maka dalam penelitian ini akan diukur dan dianalisis beberapa variabel, yaitu:
- Tenaga kerja yang terserap oleh PIR V
- Tingkat pendidikan masyarakat sebelum dan sesudah adanya PIR
- Kegiatan masyarakat dan pertemuan warga sebelum dan sesudah adanya perkebunan
- Mata pencaharian utama dan sampingan sebelum dan sesudah adanya PIR V
- Tingkat penghasilan masyarakat sebelum dan sesudah ada perkebunan
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan kriteria desa yang dipilih adalah desa yang berdekatan dengan PIR, dan mata pencaharian masyarakatnya beragam. Untuk itu lokasi penelitian ditentukan di desa Hilir Kantor, sebuah desa terletak disebelah timur PIR dan berhimpitan dengan FIR. Dari desa Hilir Kantor diteliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya.
Untuk mendapatkan gambaran keadaan desa sebelum ada PIR, ditentukan desa dengan kriteria terletak di Kecamatan Ngabang, diperkirakan tidak terkena dampak PIR, dan mempunyai kemiripan dalam hal akses keluar masuk desa . desa tersebut kemudian-dijadikan desa pembanding-. Desa .yang ditetapkan sebagai desa pembanding adalah desa Jelimpo, sebuah desa diperbatasan Kecamatan Ngabang dengan Sosok, dan terletak kira-kira 30 km dari desa Hilir Kantor. Dari desa Jelimpo diteliti keadaan sosial ekonomi dan budaya masyarakatnya.
Dengan membandingkan keadaan kedua desa tersebut dapat diperoleh gambaran dampak sosial ekonomi dan budaya PIR V Ngabang terhadap masyarakat sekitarnya.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi yang dimaksud dalam hal ini adalah kepala keluarga (KK) yang sudah bermukim di lokasi penelitian lebih dari 15 tahun. Sampel ditentukan secara acak sebesar 10% dari populasi.
Berdasarkan data, jumlah Kepala Keluarga (KK) yang telah lebih dari 15 tahun bermukim di desa Hilir Kantor adalah 671 KK dan di desa Jelimpo adalah 336 KK. Sesuai dengan ketentuan tersebut, responden di desa Hilir Kantor berjumlah 67 orang (KR) dan responden di desa Jelimpo berjumlah 33 orang (KK).
Data primer diperoleh dengan mempergunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden, selain itu dilakukan wawancara yang mendalam untuk mengetahui hal-hal yang tidak terungkap dari kuesioner. Data yang diperoleh dari penelitian selanjutnya di analisis dengan program SPSS PC Plus; distribusi frekuensi untuk mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan budaya meliputi demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya, uji-t dan uji proporsi untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dan budaya PIR V Ngabang terhadap desa Hilir Kantor, dan tabulasi silang untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap keberadaan PIR V Ngabang.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, kecuali meningkatnya pendidikan dan penghasilan penduduk, secara umum dapat dikatakan keberadaan PIR V Ngabang memberikan dampak positif yang kecil dan bahkan Menimbulkan dampak negative terhadap budaya masyarakat.
Meningkatnya tingkat pendidikan pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpha 0,05, karena PIR V Ngabang membangun sarana pendidikan SD dan SMP untuk keluarga karyawan, yang dapat pula dipergunakan oleh masyarakat sekitar.
Tingkat penghasilan rata-rata setelah ada PIR adalah sebesar Rp 255.731,00 lebih tinggi dibandingkan sebelum ada PIR dimana rata-rata penghasilan penduduk Rp 357.424,00 , pada tingkat kepercayaan 0,99 atau alpa 0,01. Meningkatnya penghasilan masyarakat karena dengan adanya PIR V telah mendorong berkembangnya non basic ekonomi, sektor informal, warung-warung, perdagangan jasa dan lain-lain di desa sekitarnya. Beberapa hal lain' yang ditemukan sebagai berikut :
PIR V Ngabang sangat rendah merespon tenaga kerja lokal. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa tenaga kerja lokal yang diserap hanya sebanyak 7,5% dari angkatan kerja yang ada, dan ini hanya mengisi 1,8% lowongan yang ada di perkebunan.
Hasil penelitian juga menyiratkan adanya perubahan mata pencaharian utama dan sampingan penduduk yang bergeser dari petani menjadi beragam usaha, pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpa 0,05, yang disebabkan bertambah luasnya kesempatan berusaha di sektor perdagangan di sekitar perkebunan. Keberadaan PIR V telah memberikan dampak negative dengan "melemahnya keterlibatan sosial (social involvement) anggota masyarakat, pada tingkat kepercayaan 0,95 atau alpa 0,05, sebagai akibat lebih banyaknya ourahan waktu dan perhatian mereka tujukan pada pekerjaan mereka.

Social, Economic And Cultural Impact Of Oil Palm Plantation (A Case Study of PIR V Ngabang P.T Perkebunan Nusantara KIII in West Kalimantan)Summary :
In the frame of increasing and implementing earning even distribution, the government carries out the development in all regions, including West Kalimantan. This development is carried out in accordance with the capability and potential which are available in each region.
The development in West Kalimantan is focused on economical sector. That economical sector's development encompasses the management of forest product, processing industry and plantation, including oil palm plantation that has the highest grade among other plantations.
The development of oilpalm plantation in West Kalimantan was first carried out in 1980 by PN Perkebunan VII (recent name P.T Perkebunan Nusantara KIII Kalimantan).The oilpalm plantation is grown up rapidly and it is estimated will reach 500.000 acres by the year 2000. By having that 500.000 acres, it is hoped that oilpalm industry sector can be the main key of development in West Kalimantan in the future.
Besides, the development of oilpalm plantation, like other developments, will bring about positive and negative impacts to the living environmental components, including social component, economical component and cultural component. Those impacts should be alert, and negative impact should be minimized. The way that can be done to overcome those emerging impacts is by initiating evaluation, for by having evaluation it can be known whether the measures as well as the impacts conform to the setting desire. So, the appropriate measures can be carried out in order to be able to avoid the negative impact.
The purpose of this research is to find out what types of impact that are going to emerge after PIR V Ngabang is established and it encompasses some aspects, such as demography, socioeconomic and sociocultural, examine the impact of cause - impact, as well as society's perception to the existence of PIR V Ngabang. Hypotesis is used to support the research, and the existence of PIR V brings about some impacts to socioeconomic and sociocultural at PIR surrounding area. By using hypothesis, education level after having PIR is higher than before having PIR and also together activities after having FIR is fewer than before having PIR, social meeting after having PIR is fewer than before having PIR, the main earnliving after having PIR is getting more and more various than before having PIR, secondary earnliving after having PIR is also geting more and more various than before having PIR and the income after having PIR is higher than before having PIR. To analyze and prove the above hypothesis, so this research is going to measure and analyze some variables, they are:
- Employees that are employed by PIR V
- Society's education grade before and after having PIR
- Society's activities and meeting of members of society before and after having plantation.
- The main and the second earnliving before and after having PIR Y
- Society's income level before and after having plantation
The determination of location of research is initiated purposively and the criteria of the chosen village is a village that is close to PIR and the members of the society have various earnlivings. That-is why, research location is determined at the village of Hilir Kantor, a village that is located on southern PIR and is close to PIR. There, the research is done on the situation of socioeconomic and cultural society. To get the illustration of the village situation before having PIR, it is determined with criteria of having similarity topography with the village of Hilir Kantor, located at Ngabang subdistrict and it is assumed that the impact of PIR will not effect it. That village, furthermore, is to be' a standard village. The Jelimpo village is determined as a standard village, it is in the border of Ngabang subdistrict and Sosok and is located around 30 km away from Hilir Kantor village. In Jelimpo village, the research is done on socioeconomic and cultural society. By comparing the situation of those two villages, so it can get an illustration of socioeconomic impact and culture of PIR V Ngabang to the surrounding society.
This research constitutes a descriptive research. Population which is related to this subject means the family heads (KK) who have been living at the research location for more than 15 years. Samples are based on data, the number of family heads (KK) who have been living at Hilir Kantor village for more than 15 years is 671 family heads (KR) and those who have been living at Jelimpo village is 336 family heads (KK). In conformity with those stipulations, respondents at Hilir Kantor village are 67 people and at Jelimpo village are 33 people. Data which are obtained from further research are analyzed with SPSS PC Plus programme. The frequency of distribution to 'identify the condition of socioeconomic and cultural encompasses demography, ocioeconomic and sociocultural, the initiating of t-test is to find out the impact of socioeconomic and cultural PIR V Ngabang to Hilir Kantor village and crossed tabulation in order to find out the society's perception to the existence of PIR V Ngabang.
First data is obtained by using questionnaires. Besides, an intense interview is used in order to obtain a further information.
Based on the outcome of the research, generally the existence of PIR V Ngabang brings about a minor positive impact and even it can arouse negative impact to the cultural society, except the increasing of the education level and society's income. The increasing of education level at the degree of 0,95 trusting or alpha 0,05 is caused PIR V have built means of education from elementary school (SD) to junior high school (SHP) level and those schools are to be used by the family of employees as well as by the surrounding society. The average of salary degree after having PIR is Rp. 265.731,00 and it is higher than before having FIR, viz Rp. 157.424,00, at 0,99 of trusting degree or alpha 0.01. The increasing of society's income is caused PIR V have contributed the motivation to develop non-basic economic, informal sectors, stalls, service of trade and so forth at surrounding villages. Some other things that were found are:
PIR V Ngabang is lack of responding local employees. The research shows that local employees which are employed are just 7.5 percent of the available work force or it just fills 1.8 percent of the available vacancies at plantation field.
The outcome of the research also shows that there is a change of main earnliving of the society, it is from cultivators into merchants profession, at 0,95 of trusting degree or alpha 0,05 because the expansion of oppurtunities of having a job at trade sector around the plantation.
The existence of PIR V arouse negative impact together with the lack of social involvement of members of society because they completely spend their time on their jobs.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T1716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>