Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 56765 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Margareth
"Penggunaan MAF sebagai antioksidan dalam bentuk serbuk pada lipstik mengakibatkan rasa kurang nyaman sewaktu pemakaian serta penetrasi melewati stratum korneum akan lebih sulit. Diharapkan dengan menjerap vitamin C dalam liposom akan menghilangkan rasa tidak nyaman pada saat penggunaan lipstik dan dapat meningkatkan penetrasi vitamin C ke dalam stratum korneum. Liposom MAF dibuat dengan metode lapis tipis menggunakan lesitin dan kolesterol dalam perbandingan 200:80 dengan variasi lama sonikasi yaitu 10, 20 dan 30 menit dengan efisiensi penjerapan berturut - turut adalah 55.13%, 63.98%, 46.43%. Liposom dengan lama sonikasi 20 menit selanjutnya akan diformulasikan pada sediaan lipstik. Bentuk dan ukuran dari liposom yang dilihat dengan mikroskop optik dan particle size analyzer adalah bulat dengan ukuran 1,321 μm sebelum ekstruksi dan bulat dengan ukuran 1,204 μm setelah ekstruksi. Lipstik yang didapat memiliki suhu lebur pada 35.34°C dengan tekstur halus dan polesan yang homogen dengan warna merah marun."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32745
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yang Disa Karina
"Magnesium Askorbil Fosfat ( MAF ) sebagai antioksidan dan pelembab yang bersifat hidrofilik bila diformulasikan ke dalam lipstik dienkapsulasi terlebih dahulu menjadi liposom agar dapat mencapai lapisan dermis. Metode Reverse Phase Evaporation digunakan untuk membuat liposom MAF. Liposom dibuat tiga formula menggunakan lesitin dan kolesterol dengan perbandingan 10 : 1 (formula I), 10 : 2 (formula II), dan 10 : 3 (formula III) menghasilkan efisiensi penjerapan MAF sebesar 62,00 %, 67,26 %, dan 73,44 %. Formula III yang menghasilkan jerapan terbesar dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 0,496 μm diformulasikan ke dalam lipstik dan dibuat menjadi lima formula yang pengembangannya berdasarkan hasil evaluasi. Lipstik terbaik didapatkan dari formula V yang memenuhi kriteria penampilan fisik, tekstur polesan, homogenitas warna, kekerasan 152 1/10 mm, dan titik lebur 37,5°C."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32744
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Deborah Valentia
"Penggunaan vitamin C pada kulit dapat memberikan efek antioksidan dengan cara memutuskan radikal bebas, yang merupakan zat yang berbahaya yang dibentuk dari pemaparan sinar uv, dimana bila tidak dicegah atau dikontrol, akan menyebabkan penuaan, pembentukan kanker, bahkan kerusakan sel. Dalam penelitian ini, natrium askorbil fosfat (NAF) yang merupakan salah satu derivat vitamin C yang stabil, dienkapsulasi ke dalam liposom untuk meningkatkan penetrasinya melalui stratum korneum ke bagian lapisan kulit yang lebih dalam. Pembuatan liposom ini menggunakan metode lapis tipis, dimana masing-masing formulanya dibuat dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol yang berbeda (200:40 mg; 200:60 mg; 200:80 mg). Karakterisasi liposom yang diamati meliputi bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan persen penjerapan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penjerapan obat dalam liposom dipengaruhi oleh jumlah kolesterol, dan persen penjerapan obat terbesar ialah pada liposom formula II dengan komposisi fosfatidilkolin:kolesterol 200:60 mg, yaitu menghasilkan penjerapan obat sebanyak 31,09%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yang Disa Karina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
FAR.028/09 Kar f
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Priyo Yunianto
"Curcumin, suatu polifenol yang berasal dari rhizoma kunyit yang digunakan sebagai obat herbal dan bumbu masak, memiliki banyak efek farmakologis yang menguntungkan, diantaranya sebagai antioksidan, antiinflamasi, antikarsinogenik dan hepatoprotektif. Selain itu juga merupakan suatu antiradikal bebas yang poten dan memiliki aktivitas menghambat peroksidasi lipid. Meskipun memiliki efek farmakologi yang menguntungkan, curcumin memiliki bioavailabilitas yang buruk apabila diberikan per oral, sehingga penggunaannya terbatas. Disamping itu, curcumin mengalami transformasi selama absorpsi melalui usus. Dalam penelitian ini, formulasi liposom curcumin dikembangkan untuk mengatasi keterbatasan absorpsi dan untuk melindungi curcumin dari biotransformasi. Liposom dibuat dengan metode hidrasi lapis tipis, dimana setiap formula memiliki komposisi soluthin MD:kolesterol:curcumin yang berbeda (700:30:10 dan 525:30:10). Liposom diperiksa bentuk vesikel, distribusi ukuran partikel dan penjerapan obat dalam liposom. Hasil menunjukkan bahwa curcumin dari liposom formula I terinkorporasi dalam fase lipid dan memiliki penjerapan 84,55%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Thohiroh
"Warna gelap pada bibir disebabkan oleh adanya paparan oksidan yang dapat diatasi dengan senyawa antioksidan. Xanton merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat. Namun, xanton bersifat semi-hidrofilik dengan log P 3,39, yang membuat xanton sulit untuk bercampur dengan basis lipstik yang bersifat lipofilik. Oleh karena itu, xanton dibuat dalam bentuk transfersom agar dapat bercampur dengan basis lipstik serta dapat mencapai lapisan dermis bibir sehingga mampu mengatasi masalah kerusakan bibir akibat bahan-bahan pengoksida. Transfersom xanton dibuat menggunakan fosfatidilkolin dengan tiga surfaktan non-ionik, yaitu Span 20, Span 60, dan Span 80 dengan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom xanton menggunakan span 20 menghasilkan indeks deformabilitas 47,04 dengan efisiensi penjerapan xanton sebesar 89,90 %. Pada penggunaan span 60, dihasilkan indeks deformabilitas 23,19 dengan efisiensi penjerapan 63.84 % dan pada span 80 dihasilkan indeks deformabilitas 25,98 dan efisiensi penjerapan 74.80 %. Transfersom xanton dengan span 20 yang menghasilkan jerapan terbesar serta karakterisasi yang terbaik, diformulasikan ke dalam lipstik dan dibandingkan dengan lipstik yang mengandung xanton serbuk. Lipstik transfersom yang dihasilkan memiliki kekerasan senilai 65 (1/10 nm) dengan suhu lebur 53,8 °C, bersifat tidak iritatif, dan memberikan polesan yang homogen dengan warna merah muda.

The dark color in lips is caused by exposure to oxidants that can be overcome by antioxidant compounds. Xanthone has strong antioxidant activity. However, xanthone as semi-hydrophilic compound with log P value is 3,39, is difficult to mix with lipstick bases which are lipophilic. Therefore, xanthone made in the form of transfersome to be mixed with lipstick bases and also reach the lips dermis layer so that it can overcome the problem of lips damage as a result of oxidizing materials. Transfersomal xanthone made using phosphatidylcholine with three non-ionic surfactants, Span 20, Span 60, and Span 80 with a thin layer hidration method. Transfersomal xanthone using span 20 produces deformability index 47,04 and entrapment efficiency 89,90 %. On the use of span 60, resulting deformability index 23,19 and entrapment efficiency 63.84 % while on the use of span 80 shown deformability index 25,98 and entrapment efficiency 74.80 %. Transfersomal xanthone using span 20 which generate the highest entrapment efficiency and the best characterization, is formulated into a lipstick and compared with lipstick that contains xanthone powder. The transfersomal lipstick has rigidness 65 (1/10 nm) with melting point temperature 53,8 °C, non-irritative, and provide a pink homogeneous polish texture.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59708
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Septorini
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fauzi
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S33072
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dian Rahma Bakti
"Pemanfaatan herbal di Indonesia telah lama dilakukan baik untuk penyembuhan penyakit, salah satunya pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) sebagai penyembuh luka dan mencegah terbentuknya keloid dengan zat aktif asiatikosid yang diaplikasikan secara topikal. Oleh karena asiatikosid memiliki berat molekul yang besar, kelarutan dalam air dan lipid yang buruk, sehingga susah untuk berpenetrasi melewati kulit, untuk itu dibuat dalam sistem pembawa liposom.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat liposom dengan menganalisis pengaruh penambahan konsentrasi fosfatidilkolin terhadap stabilitas liposom dan mengetahui daya penetrasinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode hidrasi lapis tipis, analisis kuantitatif kadar penjerapan asiatikosid dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri dan uji penetrasi secara in vitro dengan sel difusi Franz. Ada empat formula yang digunakan sesuai dengan perbandingan fosfatidilkolin dan kolesterol, di mana konsentrasi kolesterol tetap, hanya fosfatidilkolin yang mengalami penambahan.
Hasil menunjukkan adanya peningkatan efisiensi penjerapan terhadap zat aktif asiatikosid; memperkecil distribusi ukuran partikel melalui pengukuran Particle Size Analyzer (PSA), Transmission Electron Microscope (TEM); dan peningkatan jumlah kumulatif, fluks, serta persentase jumlah asiatikosid yang terpenetrasi berdasarkan uji penetrasi in vitro selama 8 jam.

The use of herbs in Indonesia has been carried out long time ago for healing the disease, one of which gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) as wound healing and prevent the formation of keloids with asiaticoside active substance applied topically. However, asiaticoside has a large molecular weight, poor solubility in water and lipid, so difficult to penetrate through the skin. Therefore, it needs such a carrier system called liposome, which is the major constituent of lipid components, namely phosphatidylcholine and cholesterol.
The aims of this study is to analyze the effect of addition on phosphatidylcholine concentration for the stability of liposomes and its penetration. This study is using a thin layer hidration method to make liposom, entrapment levels of asiaticoside analyzed quantitatively by Thin Layer Chromatography (TLC) densitometry and in vitro penetration test with Franz diffusion cell. There are four formulas were used in accordance with the ratio of phosphatidylcholine and cholesterol, where cholesterol concentration was constant.
The results showed there was increase in efficiency of entrapment the active substance and reduce the particle size distribution. The results also showed there was increase in the cumulative number penetration, flux, and the percentage amount of asiaticoside that penetrated based on Franz diffusion cell test for 8 hours.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S43656
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>