Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81103 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Komalasari
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S33069
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Saodah
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, ], 2008
S32980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mikrosfer mukoadhesif merupakan salah satu bagian dari sistem
penghantaran obat yang dapat mengendalikan pelepasan obat dan dapat
memperlama waktu kontak sediaan pada membran absorpsi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kemampuan mukoadhesif dari mikrosfer yang
terbuat dari pragelatinisasi pati singkong suksinat (PPSS) dan kombinasinya
dengan natrium alginat (Na-Alg) atau natrium karboksimetilselulosa (Na-
CMC), serta kemampuannya dalam menahan pelepasan obat. Mikrosfer yang
mengandung propranolol hidroklorida sebagai model obat dibuat dengan
metode semprot kering dan dikarakterisasi meliputi morfologi, uji perolehan
kembali, distribusi ukuran partikel, kadar air, kekuatan mukoadhesif, daya
mengembang, efisiensi penjerapan dan pelepasan obat dalam medium
klorida pH 1,2 dan fosfat pH 7,2. Mikrosfer yang terbuat dari PPSS 4%
memberikan kekuatan mukoadhesif yang lebih besar dibandingkan dengan
mikrosfer yang terbuat dari kombinasi PPSS dengan Na-Alg atau Na-CMC
pada mukosa lambung dan usus tikus. Uji pelepasan obat secara in vitro
menunjukkan mikrosfer PPSS dan kombinasinya dengan Na-Alg atau Na-
CMC dapat berfungsi sebagai matriks hidrofilik dalam sediaan lepas
terkendali."
Universitas Indonesia, 2009
S32716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Cindy Pratiwi
"Mikrosfer merupakan salah satu bentuk sediaan untuk pelepasan
terkendali. Pelepasan obat di dalam tubuh dari bentuk sediaannya dapat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan pH dan enzim dalam saluran cerna.
Pada penelitian ini, diuji efek enzim-enzim proteolitik pada pelepasan obat
dari mikrosfer alginat dengan dan tanpa penambahan polietilen glikol 6000.
Alginat telah menjadi perhatian sebagai pembawa dalam penghantaran obat
terkontrol. Mikrosfer kalsium alginat dibuat dengan menggunakan metode
ionotropic gelation dengan penambahan polietilen glikol 6000. Adanya
polietilen glikol dalam formulasi mikrosfer kalsium alginat diperkirakan dapat
mempengaruhi stabilitas enzimatik mikrosfer. Evaluasi yang dilakukan adalah
pemeriksaan bentuk dan morfologi mikrosfer, distribusi ukuran partikel, uji
perolehan kembali proses, penetapan kadar air, uji kadar obat yang terjerap
dalam mikrosfer dan uji pelepasan obat in vitro. Uji pelepasan obat dilakukan
dalam medium simulasi cairan lambung (pH 1,4) dan simulasi cairan usus
(pH 7,4) tanpa enzim atau dengan enzim yaitu pepsin dan tripsin. Hasil uji
pelepasan obat menunjukkan bahwa pelepasan obat dari mikrosfer kalsium
alginat meningkat dengan peningkatan polietilen glikol."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mikrokapsul adalah sediaan obat yang dapat memberikan pola pelepasan obat secara lambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pelepasan propranolol hidroklorida dari mikrokapsul yang dibuat dengan menggunakan pati singkong suksinat sebagai bahan penyalut. Mikroenkapsulasi dilakukan menggunakan metode penguapan pelarut dengan perbandingan zat aktif-penyalut 1:1, 1:2, dan 1:3. Mikrokapsul yang dihasilkan dievaluasi ukuran partikel, kandungan zat aktif tersalut, dan pola pelepasan obatnya. Pola pelepasan obat diamati dengan uji disolusi menggunakan alat Tipe I (keranjang) dengan medium dapar klorida pH 1,2 selama 2 jam dan dapar fosfat pH 6,8 selama 6 jam. Mikrokapsul yang dihasilkan tidak menunjukan pola pelepasan obat secara lambat, pada jam ke-2 propranolol hidroklorida yang telah dilepas sebanyak 85-91% dan pada jam ke-8 telah dilepas sebanyak 92-95%. Pelepasan obat dari mikrokapsul terjadi secara cepat karena propanolol hidroklorida tidak tersalut dengan baik sehingga tidak dihasilkan mikrokapsul yang bagus. Hal ini diperkirakan karena pati singkong suksinat tidak cocok sebagai bahan penyalut mikrokapsul, atau metode yang dipergunakan tidak cocok untuk melakukan mikroenkapsulasi menggunakan pati singkong suksinat."
Universitas Indonesia, 2006
S32576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liwa Kartina
"Pati singkong terpregelatinasi merupakan pati singkong yang diolah sehingga
terjadi perubahan struktur granul yang memungkinkan penggunaannya sebagai bahan
pembantu tablet cetak langsung. Dalam penelitian ini hendak diketahui pengaruh
ukuran partikel pati singkong terpregelatinasi terhadap karakteristik fisik tablet cetak
langsung isoniazida (INH).
Pati singkong terpregelatinasi dibuat dari suspensi yang mengandung air 55%,
pad a suhu 120 ± 5 °C menggunakan alat single! drum dryer. Lapisan tipis yang
dihasilkan dijadikan serbuk menggunakan cufler mill. Dari hasil pengayakan
bertingkat, serb uk dibagi menjadi 3 kelompok ukuran partikel; 60-100 mesh, 100-200
mesh dan yang lebih halus dari 200 mesh. Pati singkong terpregelatinasi dengan ukuran
tersebut akan mensubtitusi Avicel dalam fonnula tablet secara bertahap, 25 %, 50%,
75% dan 100%. Pengamatan dilakukan terhadap laju alir massa tablet, beberapa
parameter fisik tablet dan kadar INH dalam tablet.
Hasil penelitian menunjukkan tablet dengan nilai kekerasan tertinggi, keregasan
terendah dan waktu hancur tercepat, dihasilkan oleh fonnula yang menggunakan pati
singkong terpregelatinasi ukuran 60-100 mesh. Semakin kecil ukuran partikel pati
singkong terpregelatinasi yang digunakan, tampilan fisik tablet semakin baik dan
waktu hancur semakin lama. Pati singkong terpregelatinasi ukuran 60-100 mesh dapat
mensubtitusi A vicel sebanyak 75%, ukllran 100-200 mesh sebanyak 50% dan ukuran
>200 mesh sebanyak 25%, dari total Avicel pada fonnula standar."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heryanti Primasari
"Eksipien koproses merupakan suatu konsep baru yang melibatkan interaksi antara dua atau lebih eksipien. Tujuan utama koproses adalah meningkatkan fungsionalitas bahan secara sinergis dan menutupi sifat yang tidak diinginkan dari masing-masing eksipien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik eksipien koproses dari pragelatinisasi pati singkong (PPS) dan metilselulosa (MC), serta memanfaatkan eksipien tersebut dalam formulasi mikrosfer sebagai matriks hidrofilik. Koproses PPS-MC dibuat dengan tiga perbandingan yaitu 2:1, 3:1, dan 4:1 yang kemudian dikarakterisasi. Koproses PPS-MC yang dipilih sebagai bahan pembentuk matriks mikrosfer adalah perbandingan 2:1 karena memiliki nilai viskositas dan kekuatan gel yang lebih besar dibandingkan kedua rasio lainnya. Mikrosfer dengan model obat natrium diklofenak dibuat dengan metode semprot kering dan dievaluasi. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa mikrosfer PPS-MC 2:1 memiliki ukuran diameter volume rata-rata pada rentang 16,61-21,41μm dan efisiensi penjerapan yang berkisar antara 108,01-144,47%. Uji pelepasan obat selama delapan jam secara in vitro pada medium fosfat pH 7,2 dari mikrosfer koproses PPS-MC 2:1 menunjukkan bahwa pelepasan natrium diklofenak dari keempat formula yaitu formula B, C, D dan E masing-masing sebesar 95,71; 72,82; 69,10 dan 66,35%.

Coprocessed excipients is a novel concept involves interactions of two or more excipients. The main aim of coprocessed excipients is to provide a synergy of functionality improvements as well as masking the undesirable properties of the individual excipients. The purposes of the study were to characterized coprocessed excipients which is made of pregelatinized cassava starch (PCS) and methylcellulose (MC) and used it as hydrophilic matrix in the microspheres formulation. Coprocessed PCS-MC which is characterized were made by the ratio of 2:1, 3:1, and 4:1. The result of characterization shows that the gel strength and viscosity value of coprocessed PCS-MC 2:1 was greater than coprocessed PCSMC 3:1 or 4:1, so the well-chosen coprocessed as former of microspheres matrix is 2:1 ratio. Microspheres containing diclofenac sodium as a model drug were prepared by spray-drying technique and the obtained-microspheres were evaluated. The results showed that the produced microspheres of coprocessed PCS-MC 2:1 have average particles sizes ranging from 16.61 to 21.41 μm and the entrapment efficiency of range between 108.01-144.47%. During 8 hours in vitro release study, the release of diclofenac sodium from the microspheres of PCS-MC 2:1 on formula B, C, D and E in pH 7.2 are 95.71; 72.82; 69.10 and 66.35%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33086
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Ramadhita
"Secara umum, formulasi farmasetik dipengaruhi oleh beberapa faktor formulasi dan proses variabel. Dalam kenyataannya, respon farmasetik atau sifat dari suatu sediaan obat pasti dipengaruhi oleh formulasi farmasetik. Hubungan antara faktor formula dan respon farmasetik secara individu yang biasanya non linear umumnya ditunjukkan dengan permukaan respon. Dengan menyatukan masing-masing respon individu bisa ditetapkan nilai optimum dari proses formulasi. Lebih lanjut penelitian pragelatinisasi pati singkong suksinat sebagai eksipien farmasetik telah dikembangkan. PPSS merupakan modifikasi pati secara fisika dan kimia. Pada penelitian ini, PPSS dan polietilen glikol (PEG) 400 masing-masing digunakan sebagai polimer dan plastisizer dalam bahan formula lapis tipis. Nilai optimum dari PPSS dan PEG 400 dalam formula telah diamati dengan metode permukaan respon. Parameter respon dari formula bahan penyalut lapis tipis adalah kenaikan bobot, waktu hancur tablet salut dan ketebalan lapisan tipis. Hasilnya menunjukkan bahwa nilai optimum dari PPSS dan PEG 400 masing-masing adalah 5 – 6,7% dan 10 – 11,6% (dari nilai PPSS) dalam formula bahan penyalut.

In general, a pharmaceutical formulation is affected by several formulations factors and process variables. Additionally, pharmaceutical responses or properties of the dosage forms must be affected by the pharmaceutical formulation. The relationship between the formulation factors and the individual pharmaceutical response, which is usually non linier, can be represented by response surface. By overlaging each the individual response, can obtain the optimum value of the formulation factors. Furthermore, the utilization of pregelatinized cassava starch succinate (PPSS) as pharmaceutical excipients have been addressing. PPSS is a physically and chemically modified starch. In this research, PPSS and polyetilen glikol (PEG) 400 were used as the polymer and plasticizer in the film coating formulation, respectively. The optimum amount of PPSS and PEG 400 in the formulation was obtained by response surface method. The response parameters of the film coating formulation were presentation of weight increase, disintegration time of coating tablet and thickness of film coating layer. The result shows that the optimum amount of PPSS and PEG 400 are 5–6,7% and 10–11,6% (of the PPSS amount) respectively in the film coating formulation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S33077
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Niosom adalah sistem pembawa obat vesikular yang terbentuk secara spontan dari surfaktan non-ionik sintetik. Sistem ini telah diteliti untuk menjerap berbagai tipe obat, hidrofilik, hidrofobik, maupun ampifilik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan kolesterol, span 60, dan disetil fosfat (DCP) dengan perbandingan molar 47,5 : 47,5 : 5 untuk membentuk vesikel, maltodekstrin dari pati singkong (Manihot utilissima) yang digunakan sebagai carrier, dan ketoprofen sebagai obat model lipofilik. Maltodekstrin digunakan untuk mengganti sorbitol yang lebih umum digunakan sebagai carrier dalam formulasi konvensional. Dalam penelitian ini diteliti pengaruh nilai DE maltodekstrin terhadap laju disolusi obat lipofilik dari sediaan niosom, nilai DE yang digunakan adalah DE 1 – 5 dan DE 10 – 15. Hasil penelitian menunjukan walaupun laju disolusi ketoprofen dalam formula niosom maltodekstrin DE 10 – 15 lebih besar daripada sediaan niosom dari maltodekstrin DE 1 – 5, perbedaan diantara keduanya tidak signifikan, hal ini karena maltodekstrin dalam formulasi tidak mengalami kontak langsung dengan obat model. Obat lipofilik dalam sediaan niosom terjerap diantara lapisan lipid bilayer."
Universitas Indonesia, 2006
S32518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum digunakan dalam sediaan padat farmasi. Namun, pati singkong masih memiliki sifat yang kurang menguntungkan. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan eksipien dengan karakteristik yang lebih baik yang berasal dari pati singkong dan salah satunya adalah dengan suksinilasi pati singkong. Pati singkong yang telah disuksinilasi dapat digunakan dalam formulasi obat lepas lambat dan lepas terkendali. Suksinilasi pati singkong dilakukan dengan mereaksikan pati singkong dengan anhidrida asam suksinat pada pH 8 dengan penambahan NaOH 0,8 N. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik pati singkong suksinat lalu dibandingkan dengan pati singkong dan Primogel®. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pati singkong suksinat memiliki perbedaan dengan pati singkong dan Primogel®. Namun, dalam beberapa hal pati singkong suksinat memiliki karakteristik yang lebih baik daripada kedua eksipien tersebut."
Universitas Indonesia, 2005
S32531
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>