Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167797 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shelly Nathassha
"Starch is an additive substance which is use in industry, food, and pharmacy. Despite of it, the use of starch is limited so usually modified into ester starch, one of them is acetate starch which is made of acetate anhydride as substituent compound. Microwave heating is one of method to make acetate starch. To obtain the optimal degree of substitution can be made experimentation with varied temperatures and durations. This method also conducted at amylose from of cassava starch isolation, to know how many acetate group which substitution. The lowest degree of substitution (DS), reached in heating during 1,5 minutes at 85°C, is 0,055 for acetate starch and 0,037 for acetate amylose. The highest degree of substitute for acetate starch obtained in heating during 7 minutes at 140°C is 0,093. The highest degree of substitute for acetate amylosa is 0,059 in heating during 3,5 minutes at 105°C which produce brownish powder.

Pati adalah suatu bahan tambahan yang dapat digunakan dalam industri, pangan dan farmasetika. Namun, penggunaannya terbatas, sehingga biasanya dilakukan modifikasi yang salah satunya adalah pembentukan pati ester, yaitu pati asetat yang dibuat dengan menggunakan asetat anhidrida sebagai senyawa pensubstitusi. Salah satu cara untuk membuat pati asetat adalah dengan pemanasan menggunakan microwave. Untuk memperoleh derajat substitusi (DS) yang optimal dilakukan percobaan dengan variasi waktu dan suhu. Metode ini juga dilakukan pada amilosa hasil isolasi pati singkong, untuk mengetahui seberapa banyak gugus asetat yang tersubstitusi. DS pati asetat terendah diperoleh pada pemanasan selama 1,5 menit pada suhu 85°C yaitu sebesar 0,055 dan untuk amilosa asetat sebesar 0,037. DS tertinggi pati asetat diperoleh pada pemanasan selama 7 menit, pada suhu 140°C yaitu sebesar 0,093, sedangkan amilosa asetat sebesar 0.059 pada pemanasan selama 3,5 menit, pada suhu 105°C dan menghasilkan serbuk yang berwarna coklat muda."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
S32904
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Pati singkong merupakan eksipien yang paling umum di gunakan dalam sediaan
farmasi, tetapi penggunaannya terbatas pada pembuatan tablet secara granulasi. Untuk
memperluas pemanfaatan pati alami, akhir-akhir ini telah dilakukan proses modifikasi
pati sehingga dapat meningkatkan fungsi dan sifat fisika-kimia dapat digunakan sebagai
bahan pembantu dalam sediaan oral. Dua unsur utama pati adalah amilosa dan
amilopektin, dimana amilosa dua kali lebih mudah disubtitusi dengan gugus lain,
sehingga perlu ditentukan derajat subtitusi amilosa yang tersubtitusi oleh asetat
anhidrida. Modifikasi pati yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode
esterifikasi yaitu menambahkan gugus asetat anhidrida pada molekul amilosa dan pati.
Metode esterifikasi yang digunakan dengan menggunakan microwave pada suhu 900C
dengan variasi waktu 1,5; 2; 2,5; 3; 3,5; dan 4 menit. Hasil pengukuran spectrum IR
menunjukkan adanya gugus asetat tersubstitusi pada molekul pati dan amilosa pada
bilangan gelombang 1732,13 cm-1 dan 1716,70 cm-1. Nilai tertinggi derajat subtitusi
amilosa dan pati asetat diperoleh pada pemanasan microwave 4 menit dengan derajat
substitusi kurang dari 0,5."
Universitas Indonesia, 2009
S33026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fithri Khairani
"ABSTRAK
Bentonit merupakan tanah liat yang sangat berpotensi sebagai katalis asam padat dalam sintesis organik. Bentonit mempunyai sifat plastis dan koloidal tinggi dengan kandungan utama mineral smektit (monmorillonit) dengan kadar 85 ? 95 % (Grim, 1968 dalam Buchari dan Harsini, 1996). Pada penelitian ini digunakan katalis monmorillonit K10 berpilar Al, dan bentonit lokal K2SD dan K2SD berpilar Al dari laboratorium katalis LIPI Kimia, Serpong dan katalis monmorillonit komersial K10 dalam sintesis sitronelil asetat, sebagai pembanding digunakan asam sulfat pekat dalam reaksi esterifikasi sitronelol dengan asam asetat glasial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari katalis asam padat yang digunakan dalam sintesis sitronelil asetat serta melakukan identifikasi produk sitronelil asetat yang dihasilkan dari proses esterifikasi sitronelol dengan katalis asam padat. Berdasarkan analisis dengan GCFID konsentrasi sitronelil asetat terbesar dihasilkan oleh esterifikasi sitronelol dengan katalis Al-K10 yaitu 42574,88 ppm. Katalis K10 dan Al-K10 memiliki sisi asam Bronsted dan Lewis yang lebih aktif daripada K2SD dan Al-K2SD dalam sintesis sitronelill
asetat dengan menggunakan katalis asam padat, pilarisasi Al pada K10 dan K2SD berhasil meningkatkan aktivitas katalitik katalis asam padat yang digunakan pada penelitian ini."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia L. Radiman
"Dalam penelitian ini telah dibuat membran selulosa asetat dengan teknik inversi fasa yang menggunakan 10 % (b/b) selulosa asetat, 10 % (b/b) formamida dan 80 % (b/b) aseton. Larutan cetak dikoagulasi dalam air atau 2-propanol pada berbagai temperatur antara 5 dan 25 oC. Membran yang dihasilkan dikarakterisasi dengan menentukan fluks air dan rejeksi terhadap larutan dekstran dengan berbagai massa molekul, sedangkan morfologi membran diamati dengan Scanning Electron Microscope (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa membran yang dikoagulasi oleh 2-propanol lebih rapat dibandingkan dengan membran yang dikoagulasi dalam air, sehingga rejeksi terhadap dekstran meningkat dan fluks air menurun. Koagulasi pada temperatur yang lebih rendah menurunkan kecepatan difusi antara pelarut dan non-pelarut yang mengakibatkan terbentuknya struktur membran yang lebih rapat.

Effects of type and temperature of coagulant on the morphology and characteristics of cellulose acetate membranes. Cellulose acetate membranes have been made in this work by phase inversion method using 10 wt. % of cellulose acetate, 10 wt. % of formamide and 80 wt. % of acetone. The dope was coagulated in water or 2-propanol at varied temperature ranging between 5 and 25 oC. The characteristics of the obtained membranes were measured by their water flux and rejection towards dextrans with varied molecular mass, while membrane morphology was observed by Scanning Electron Microscope (SEM).
The results showed that membranes coagulated in 2-propanol was denser than the ones coagulated in water resulting in higher rejection of dextrans and lower water permeability. Coagulation in lower temperatures decreased the diffusion rate between solvent and non-solvent and the membrane structure was less porous."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
JMIPA3-4(1-2)1998/1999
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fira Luthfiana Putri
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada kulit buah melinjo (Gnetum gnemon Linn.),
percobaan ini melputi ekstraksi, pemisahan, isolasi dan identifikasi serta uji
bioaktivitas pada fraksi etil asetat. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi, yang
kemudian di partisi menggunakan pelarut bergradien sesuai dengan sifat
kepolaroitasannya, mulai dari n-heksana-etil asetat-butanol. Pemisahan dan isolasi
kandungan kimia di dalam fraksi etil asetat dilakukan dengan cara kromtografi lapis
tipis dam kromatografi kolom. Struktur dari isolat yang didapatkan ditentukan
menggunakan GC-MS, spektroskopi infra merah, 1H dan 13C-NMR. Dari hasil
penelitian ini didapatkan kandungan kimia berupa dua isolat, isolat A yang
merupakan senyawa golongan alkohol sekunder dan isolat B fraksi yang mengandung
senyawa yang identik dengan senyawa β-sitosterol. Percobaan aktivitas biologi yang
dilakukan adalah uji toksisitas pada larva udang A. salina Leach dimana fraksi yang
mengandung β-sitosterol ini bersifat toksik terhadap larva udang A. salina Leach
dengan nilai LC50 sebesar 51,63 µg/mL.

ABSTRACT
A research has been done on the fruit peel of melinjo (Gnetum gnemon Linn.). This
study included extraction, separation, isolation, identification and biological activity
from the ethyl acetate fraction. Extraction was conducted by maceration method, then
partition was conducted by using solvent gradien, it started from n-hexane-ethyl
acetate-butanol. Separation and isolation of chemical constituents from ethyl acetate
fraction were conducted by thin layer chromatography and column chromatography
techniques. The structure from isolates compound was established by using GC-MS,
infra red, 1H and 13C-NMR. This study obtained two isolates, isolate A is a group of
secondary alcohol and isolate B is a fraction of β-sitosterol. The biological activity
was toxicity of larva shrimp A. salina Leach where β-sitosterol faction toxic to larvae
of shrimp A. salina Leach and has LC50 51,63 µg/mL"
Universitas Indonesia, 2013
T35084
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Amrina
"Pemisahan gas CO2 dari CH4 yang terdapat dalam gas alam penting dilakukan karena sifatnya dapat menyebabkan korosi pada pipa gas. Gas CO2 juga dapat menurunkan nilai kalor dari gas alam. Teknologi membran telah mulai dikembangkan untuk pemisahan gas CO2 dari CH4 karena prosesnya yang sederhana, mudah, ramah lingkungan serta konsumsi energi dan biaya operasional yang rendah. Di dalam penelitian ini digunakan membran selulosa asetat (CA). Pembuatan membran CA dilakukan dengan melarutkan CA di dalam aseton. Proses koagulasinya dilakukan dengan metode inversi fasa. Untuk memperoleh selektivitas pemisahan CH4 dan CO2 optimum dilakukan penambahan PEG, Formamida, variasi media penyimpanan (desikator, air dan solvent drying desikator dan solvent drying heksan) dan variasi suhu koagulasi ( 10oC, 18oC dan 250C). Pengukuran laju permeasi dilakukan menggunakan sel permeasi pada tekanan 10-100 psi . Nilai selektivitas didapat melalui perbandingan laju permeasi CO2 terhadap CH4.. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa selektivitas optimum pemisahan CO2 dan CH4 adalah dengan menggunakan PEG, dengan media penyimpanan solvent drying desikator dan suhu koagulasi 25oC. Nilai selektivitas optimum 572.74.

The separation of CO2 from CH4 in the natural gas are important because its characteristics can cause corrosion, can also reduce the heat value of natural gas. Nowadays, membrane technology has been environment and energy consumption and operational costs are low. In this research we use membrane made from cellulose acetate (CA). Membrane CA made by dissolved its CA in the acetone. The process coagulation itself using phase inversion. To gain an optimum selectivity in separation CH4 and CO2, we could added PEG, Formamida, variations of the storage media (desiccators, water and solvent drying desiccators and solvent drying hexane) and the variations of coagulation temperature (10oC, 18oC and 25oC). To measured its permeability we can use permeation cell at the pressure of 10-100 psi. Selectivity also been measured by compare its permeatio of CO2 to CH4. This research found that an optimum selectivity for separation CO2 and CH4 is using PEG, with storage media solvent drying desiccators and coagulation temperature measured at 250. Optimum selectivity is 572.74."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30721
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Bandoro Siswayudha
"ABSTRAK
Pemanfaatan bentonit di Indonesia sebagai nanofiller masih belum optimal. Sintesis nanokomposit selulosa asetat (SA)/selulosa asetat butirat (SAB) dengan penguat organoclay bertujuan untuk mendapatkan plastik yang mudah terurai dengan sifat mekanik dan sifat fisis dari masing-masing komposit. Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu preparasi bentonit, purifikasi karbonat, sintesis Na-Bentonit, sintesis organoclay-ODTMABr (OCT-C18) dan sintesis nanokomposit SA serta SA/SAB OCT-C18. Pengaruh terinterkalasi terlihat dari pergeseran puncak (001) difaktogram dengan kenaikan nilai basal spacing dari Na-Bentonit ke OCT yaitu 15,19 Å ke 21,69 Å. Kuat tarik tertinggi terjadi pada membran SA/5wt%SAB yaitu 24,34 MPa. Setelah dilakukan dekomposisi UV selama 24 jam, SA/1wt%OCT-C18 dan SA/5wt%SAB/ 7wt% OCT-C18 terdegradasi dengan kuat tarik masing-masing 22,03 MPa dan 9,87 MPa.

ABSTRACT
The utilization of bentonite as nanofiller in Indonesia is not optimum. Nanocomposite synthesis of cellulose acetate (CA) / cellulose acetate butyrate (CAB) with organoclay aims to get biodegradable plastics with mechanical and physical properties of each composite. This research was carried out in several stages, namely bentonite preparation, carbonate purification, Na-Bentonite synthesis, synthesis of organoclay-ODTMABr (OCT-C18), the synthesis of CA as well as CA / CAB OCT-C18 nanocomposites. Diffractogram showed that peak (001) shifted related to the increase of basal spacing from Na-Bentonite to the OCT is 15.19 Å to 21.69 Å. The highest tensile strength from the membrane CA/5wt%CAB which was 24,34 MPa. After 24 hours UV exposure, the CA/1wt%OCT-C18 and CA/5wt%CAB 7wt% OCT-C18 were degraded with each tensile strength of 22,03 MPa and 9,87 Mpa respectively.
"
Universitas Indonesia, 2014
S57833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tegar Budi Aguta
"Membran elektrolit padat berbahan selulosa asetat memiliki proses fabrikasi yang lebih ramah lingkungan dan dapat terdegradasi secara alami. Fokus dalam penelitian ini adalah proses fabrikasi separator baterai padat berbasis selulosa melalui metode pemisahan fase terinduksi nonsolvent (NIPS) dengan pelarut aseton dan non-pelarut air. Dalam penilitian ini akan diselidiki pengaruh variasi komposisi aseton dalam bak koagulasi, mulai dari 0%, 25%, 50% hingga 75%(v/v) terhadap morfologi serta performa membran. Pengujian yang dilakukan berupa uji tarik, porositas, rasio penyusutan, penyerapan elektrolit, sudut kontak, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), dan Scanning Electron Microscopy (SEM) dan menghasilkan kesimpulan bahwa peningkatan komposisi asetan dalam bak koagulasi meningkatkan terjadinya proses pemisahan, yang memicu peningkatan porositas, penyerapan elektrolit, hidrofisilitas, kemampuan pembasahan, dan konduktivitas ionik, namun menurunkan kekuatan tarik. Perubahan struktur yang terjadi akibat perubahan komposisi aseton dalam bak koagulasi dibuktikan dengan perubahan morfologi membrane melalui Scanning Electron Microscopy (SEM).

Solid electrolyte membranes made from cellulose acetate have a fabrication process that is more environmentally friendly and can be degraded naturally. The focus of this research is the fabrication process of cellulose-based solid battery separators through the nonsolvent induced phase separation (NIPS) method with acetone as solvent and water as non-solvent. This research will show the effect of variations in the composition of acetone in the coagulation bath, ranging from 0%, 25%, 50% to 75% (v/v) on the morphology and performance of the membrane. The tests carried out were tensile test, porosity, shrinkage ratio, electrolyte uptake, contact angle, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), and Scanning Electron Microscopy (SEM) and resulted in the conclusion that the composition of the increased acetate in the coagulation bath enhances the demixing process, which increases porosity, electrolyte absorption, hydrophilicity, wetting ability, and ionic conductivity, but decreases tensile strength. Structural changes that occur due to changes in the composition of acetone in the coagulation bath are evidenced by changes in membrane morphology through Scanning Electron Microscopy (SEM)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riza Shabrina
"Garcinia merupakan marga terbesar dari suku Clusiaceae, memiliki kurang lebih 400 jenis. Beberapa senyawa dari spesies Garcinia menunjukkan aktivitas farmakologis, seperti antioksidan. Salah satu jenis tanaman dengan marga Garcinia adalah Garcinia fruticosa Lauterbach. Penelitian sebelumnya yang dilakukan secara in vitro menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat daun Garcinia fruticosa memiliki aktivitas antioksidan yang kuat terhadap radikal DPPH, dengan nilai IC50 12,369 ?g/mL. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan aktivitas antioksidan fraksi dari ekstrak etil asetat daun Garcinia fruticosa dan identifikasi golongan senyawa pada fraksi teraktif. Fraksinasi dilakukan dengan kromatografi kolom menggunakan sistem elusi gradien. Uji aktivitas antioksidan dilakukan secara in vitro dengan metode peredaman radikal DPPH 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan FRAP Ferric Reducing Antioxidant Power menggunakan microplate reader. Aktivitas antioksidan terkuat pada metode penangkapan radikal DPPH diperlihatkan oleh fraksi 11 dengan nilai IC50 6,5798 ?g/mL. Metode FRAP menunjukkan fraksi 10 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai FeEAC 1015,34 ?mol/g. Hasil identifikasi golongan senyawa menunjukkan bahwa fraksi 10 dan 11 mengandung flavonoid. Dari hasil penelitian, fraksi dari ekstrak etil asetat daun Garcinia fruticosa memiliki potensi untuk menjadi sumber antioksidan alami.

Garcinia is the biggest genus in the Clusiaceae family, with about 400 species. Some biocompounds from Garcinia species exhibited biological and pharmacological activities such as antioxidant ability. One of the plant species from the genus Garcinia is Garcinia fruticosa Lauterbach. In a previous in vitro study, ethyl acetate extract from Garcinia fruticosa leaves showed a strong antioxidant activity towards DPPH radical with IC50 value 12.369 g mL. This study aims to evaluate antioxidant activity of fractions from ethyl acetate leaves extract of Garcinia fruticosa and identify the compound groups from the most active fraction. Ethyl acetate extract was fractionated with column chromatography using gradient elution system. Fractions were evaluated for in vitro antioxidant activity using DPPH radical scavenging and FRAP assay with the use of UV Visible spectrophotometer and microplate reader, respectively. The compund groups were identified using TLC method. The results of this study showed that fraction 11 demonstrated the strongest DPPH radical scavenging activity with IC50 value 6.5798 g mL, while in FRAP the strongest one was fraction 10 with FeEAC value 1015.34 mol g. Compound groups identification showed that fraction 10 and 11 contained flavonoid. These results indicated that the fractions from ethyl acetate leaves extract of Garcinia fruticosa have the potential to be used as a natural antioxidant."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>