Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67718 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Saus tomat memiliki kandungan senyawa karotenoid yang bernama
likopen dimana sebagian besar dalam bentuk all-trans yang sukar diabsorpsi
di saluran pencernaan. Bentuk all-trans likopen di dalam tubuh akan diubah
menjadi bentuk cis yang lebih mudah diabsorpsi. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh bentuk cis likopen melalui induksi isomerisasi dengan
beberapa pelarut organik. Pelarut organik yang digunakan yaitu n-heksana,
n-heksana-metanol = 25:75, aseton. Kondisi optimum reaksi isomerisasi
dicari melalui variasi suhu dan lamanya inkubasi. Saus tomat diekstraksi
dengan etanol selanjutnya dengan diklorometana hingga menghasilkan
supernatan berwarna merah. Kadar trans likopen ditentukan secara
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom fase terbalik (C18)
dengan fase gerak campuran asetonitril ? diklorometana ? metanol = 47,5:
42,5:10 dan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Hasil optimum isomerisasi terjadi
pada penambahan aseton pada suhu 37°C selama 45 menit dengan
perbandingan cis:trans = 1:44,2."
Universitas Indonesia, 2009
S33066
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Mestika L S
Depok: Universitas Indonesia, 2003
S30177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Gunawan
"Tujuan: Mengetahui pengaruh konsumsi jus tomat 350 gram/hari selama 4 hari berturut-turut terhadap kadar likopen plasma dan 8-OHdG DNA lekosit pada 27 subyek pekerja laki-laki perokok ringan
Bahan dan cara: Penelitian eksperimental dengan desain pre dan post test, dengan subyek penelitian sebanyak 27 orang yang telah memenuhi kriteria penerimaan. Subyek penelitian diberikan jus tomat sebanyak 350 gram setiap hari selama 4 hari berturut-turut. Data yang dikumpulkan meliputi data demografi, data antropometri sebelum perlakuan, data asupan nutrisi sebelum dan selama perlakuan serta data laboratorium sebelum dan sesudah perlakuan berupa kadar likopen plasma dan 8-OHdG DNA lekosit.
Hasil : Data demografi menunjukkan sebagian besar subyek berpendidikan menengah dengan penghasilan di bawah garis kemiskinan, mengalami paparan tidak langsung terhadap debu panas dalam pekerjaannya dan merokok jenis rokok standar. Data antropometri sebelum perlakuan menunjukkan 1MT dan persentase massa lemak tubuh masih dalam Batas normal. Asupan nutrisi selama perlakuan meliputi asupan energi, lemak, serat dan likopen meningkat bermakna (p<0,05). Data laboratorium menunjukkan median kadar likopen plasma sesudah perlakuan mengalami peningkatan bermakna (p<0,05) sebesar 39,1% dari 0,143 (0,019 - 0,259) µmol/L menjadi 0,185 (0,065 - 0,317) µmol/L. Median kadar 8-OHdG DNA lekosit sesudah perlakuan mengalami penurunan berrnakna (p<0,05) sebesar 45,3% dari 62,425 (13,499 - 133,206) ng/mL menjadi 35,459 (7,595 - 91,247) ng/mL. Terdapat korelasi negatif derajat cukup (r = -0,28) antara persentase massa lemak tubuh dengan kadar likopen plasma sebelum perlakuan. Juga tedapat korelasi negatif derajat cukup (r = -0,39) dan bermakna (p<0,05) antara besarnya peningkatan kadar likopen plasma dengan penurunan kadar 8-OHdG DNA lekosit sesudah perlakuan.
Simpulan : Konsumsi jus tomat sebanyak 350 gram/hari selama 4 hari berturut-turut pada pekerja laki-laki perokok ringan, terbukti meningkatkan kadar likopen plasma dan menurunkan kadar 8-OHdG DNA lekosit.

The Effects of Tomato Juices on Plasma Lycopene and 8-Hydroxy-Deoxyguanosin of Leukocyte DNA Levels of Light Smoking Male WorkersObjective : To evaluate the effects of 350 gram/day tomato juices consumption for 4 consecutive days on plasma lycopene and 8-hydroxy-deoxyguanosin of leukocyte DNA levels of 27 light smoking male worker subjects.
Material and method: An experimental study with pre and post test design was carried out on 27 subjects who fulfilled the criteria of the selection. Subjects were given 350 gram tomato juices daily for 4 consecutive days. Data collected were demographic, anthropometric, nutritional and laboratory such as plasma lycopene and 8-OHdG of leukocyte DNA.
Results: Demographic data showed that most of the subjects had moderate education, monthly income below the poverty line, indirect exposure to the working environmental pollutant and smoked standard cigarette. Anthropometric data showed that BMI and fat mass percentage were in normal range. Dietary intake during treatment increased significantly (p<0.05), for energy, fat, fiber and lycopene intake. Median value of plasma lycopene after treatment increased significantly (p<0.05) by 39.1% from 0.143 (0.019 - 0.259) µmol/L to 0.185 (0.065 - 0.317) µmol/L. Median value of 8-OHdG of leukocyte DNA after treatment decreased significantly (p<0.05) by 45.3% from 62.425 (13.499 - 133.206) ng/mL to 35.459 (7.595 - 91.247) ng/mL. A moderate negative correlation (r = -0.28) was obtained between percentage of body fat mass and plasma lycopene levels before treatment although non significant. There were a moderate negative and significant (pc0.05) correlation (r = - 0.39) was obtained between elevated plasma lycopene level and decreased of 8-OHdG of leukocyte DNA after treatment.
Conclusion: Consumption of 350 gram tomato juices daily for 4 consecutive days on light smoking male workers was proven to elevate the level of plasma lycopene and decrease the level of 8-OHdG of leukocyte DNA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003
T 11351
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharmoko
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S29864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herni Asih Setyorini
"Karbaril merupakan salah satu golongan pestisida N-metilkarbamat yang pertama
kali sukses dipasaran, biasa digunakan sebagai insektisida. Karbaril bekerja
dengan cara menghambat asetilkolinesterase, dimana asetilkolin yang dihasilkan
akan terakumulasi didalam tubuh sehingga mengakibatkan menurunnya
koordinasi otot-otot tubuh, konvulsi dan bahkan kematian. Karbaril dapat
dianalisis dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) pasca
kolom melalui proses hidrolisis dengan NaOH menjadi metalamin dan derivatisasi
dengan ortoftalaldehid (OPA) dan 2-merkaptoetanol menjadi senyawa
berfluoresensi, sehingga dapat dideteksi dengan detektor fluoresensi. Kondisi
analisis karbaril menggunakan KCKT pasca kolom adalah sebagai berikut: kolom
fase balik dimetiloktadesilsilil (3,9 x 150 mm), fase gerak gradien (air-metanolasetonitril)
dengan kecepatan alir 1,5 mL/menit, suhu kolom 30°C, suhu reaktor
pasca kolom 80°C, kecepatan alir reagen pasca kolom 0,5 mL/menit, panjang
gelombang eksitasi 339 nm dan emisi 445 nm. Metode yang digunakan
berdasarkan metode EPA (Enviromental Protection Agency) ini telah memenuhi
persyaratan validasi yaitu parameter akurasi, presisi dan linearitas, dimana
memiliki batas deteksi sebesar 2,26 ng/mL dan batas kuantitasi 7,53 ng/mL.
Sampel yang digunakan untuk uji perolehan kembali adalah buah tomat merah
organik. Sampel simulasi diekstraksi dengan asetonitril dan natrium klorida,
kemudian dimurnikan dengan SPE aminopropil menggunakan metanoldiklormetan
(1:99) sebanyak sepuluh kali 2 mL dan dihasilkan perolehan kembali
sebesar 8,28%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33090
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Nurul Fadilah
"Likopen adalah pigmen merah yang terdapat pada tumbuhan dan merupakan senyawa karotenoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Senyawa ini merupakan senyawa yang tidak stabil, sehingga untuk mendapatkan senyawa murni dibutuhkan proses yang sulit.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan metode isolasi dan purifikasi optimum untuk memperoleh likopen yang murni melalui reaksi saponifikasi. Oleoresin yang berasal dari tomat atau semangka dilarutkan dalam n-propanol selama setengah jam, lalu ditambahkan larutan KOH 45% dan aquadest dengan penimbangan masing-masing komponen tersebut adalah 657,20 mg oleoresin, 16 ml n-propanol, 2,25 ml larutan KOH 45% , dan 3 ml aquadest. Selain n-propanol, pada isolasi ini juga digunakan pelarut etanol dan propilen glikol dengan menggunakan tiga temperatur yang berbeda, yaitu 50°C, 65°C, dan 70°C. Proses isolasi ini berlangsung selama 3 jam, setelah pendinginan selama ± 4 jam presipitat yang terbentuk disaring dengan menggunakan filter glass. Dari ketiga pelarut yang digunakan, n- propanol dengan temperatur 50°C yang memberikan hasil isolasi paling optimum, dengan kadar perolehan kembali likopen yang berasal dari oleoresin tomat dan semangka masing-masing 21,83% dan 18,14%.

Lycopene is the red pigment was found in plants and carotenoid compound with antioxidant function. This compound is unstable, hence require difficult process to obtain its pure form.
The purpose of this study is to determine optimal method of isolation and purification to obtain pure lycopene was through saponification reaction. Oleoresin from tomatoes or watermelon dissolved in npropanol for half an hour, then added by 45% (w/v) KOH solution and aquadest with a ratio of each component: 657.20 mg oleoresin, 16 ml n-propanol, 2.25 ml 45% KOH and 3 ml aquadest. Ethanol and propylene glycol were also used as solvents substituted for n-propanol. The reaction were carried out at three different temperature such as 50°C, 65°C, and 70°C respectively. This isolation were processed for 3 hours, and followed by cooling for 4 hours ± to form precipitate. The precipitate was filtered using a filter glass. From three kinds of solvents used, n-propanol with a temperature of 50°C gives the most optimum isolation result. The recovered lycopene from oleoresin tomato and watermelon were 21.83% and 18.14% of oleoresin respectively."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S1822
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harya Pradhana
"Sejak dahulu masyarakat sudah mengenal buah tomat. Likopen, yang merupakan kandungan utama buah tomat, banyak menarik perhatian karena kemampuan antioksidan dan antikankernya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar likopen dalam tomat dan menganalisis pengaruh waktu dan temperatur, serta penambahan minyak zaitun pada sampel tomat menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. Mula-mula tomat dihaluskan dengan blender, lalu diekstraksi dengan petroleum eter. Setelah lapisan petroleum eter disaring, filtratnya dicampur dengan air di dalam corong pisah. Lapisan airnya dibuang dan lapisan organiknya dicuci dengan air sebanyak 2 kali dan ditampung dalam cawan penguap, lalu dipekatkan sampai didapat ekstraknya. Pemisahannya menggunakan kolom fase terbalik C18, fase gerak etil asetat-metanol (3:7 v/v), dan kecepatan alir 1,0 mL/menit. Dari ketiga macam sampel tomat, kadar likopen berkisar antara (73,31±0,28)mg/100g hingga (98,05±0,79) mg/100g. Peningkatan waktu dan temperatur pemanasan dapat meningkatkan laju degradasi likopen, tetapi asam-asam lemak dalam minyak zaitun melindungi likopen dari degradasi dan meningkatkan isomerisasi likopen."
Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lelitasari
"Latar belakang : Terpajan pelarut organik merupakan kejadian sehari-hari yang dialami oleh banyak pekerja. Pelarut organik banyak digunakan dalam proses pembuatan alas kaki disektor formal maupun informal. Menurut beberapa penelitian beberapa jenis pelarut organik mempunyai sifat neurotoksik sehingga perlu deteksi gejala-gejala tersebut yang mungkin timbul pada para pekerja. Kuesioner Swedish Q16 adalah kuesioner deteksi dini yang paling sering digunakan untuk penupisan pekerja yang terpajan pelarut organik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi gejala neurotoksik akibat pajanan pelarut organik menggunakan Kuesioner Swedish Q16, serta mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi seperti : umur, pendidikan, masa kerja, status gizi, pemakaian APD, kebiasaan minum alkohol, merokok, cuci tangan, makan minum di tempat kerja dan hasil pemantauan kadar pelarut organik di lingkungan,kerja.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dengan subyek penelitian 138 orang pekerja alas kaki di sektor informal Ciomas Bogor. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung, sedangkan lingkungan kerja dilakukan dengan pengukuranpersonal sampling dan hasilnya diperiksa menggunakan teknik Gas Chromatography. Gejala neurotoksik dideteksi menggunakan kuesioner Swedish Q16. Pengumpulan data dilakukan pada bulan September-Oktaber 2006. Hasilnya diolah menggunakan program statistik SPSS 11,5.
Hasil : Hasil identifikasi lem didapatkan lem kuning mengandung : toluen (45,3%), benzen (5,18%) dan metil etil keton (18,68%), lem putih mengandung : toluen (41,31%), benzen (3,52%) dan aseton (19,24%). Kadar toluen di lingkungan kerja rata-rata 1,12 ppm, tertinggi 2,48 ppm dan terendah 0,33 ppm. Keluhan terbanyak kesemutan (62,3%), sakit kepala (62,3%), mudah Ietih (56,5%). Prevalensi gejala neurotoksik pads subyek penelitian sebesar 55,8%. Pada analisis bivariat faktor umur, masa kerja dan IMT memiliki hubungan bermakna terhadap terjadinya gejala neurotoksik. Setelah dilakukan analisis multivariat didapatkan umur < 28 tahun memiliki risiko 6 kali lipat untuk mengalami gejala neurotoksik. (p = 0,000; OR = 6,235). Penieriksaan finger tapping test dilakukan secara sub sampling pada 53 subyek dan dipemleh basil tidak normal pada tangan kanan 47,2% dan tangan kiri 43,3%.
Kesimpulan : Prevalensi gejala neurotoksik pada pekerja industri alas kaki sektor informal , Ciomas , Bogor yang terpajan pelarut organik sebesar 55,8%. Faktor umur berhubungan dengan terjadinya gejala neurotoksik (OR = 6,235 ; p = 0,000).

Background : Exposured by organic solvent is form of occurrence day by day for many workers. Organic solvent is used in many process on footwear manufacture both formal and informal sector. According to several studies , many organic solvent has neurotoxic char tcterisl it:, so need to early detection for symptoms that influences to workers. The Swedish Q16 is a questionnaire that often use for workers screening from exposured by organic solvent. The goal of this study is to identification of glue, prevalence neurotoxic symptoms cause by organic solvent exposure, with Swedish Q16 Questionnaire, and to know factors of influences as : age, education, working periode, body mass index, using of PPE, drink of alcohol, washing hand, smoking, eat and drink at workplace and organic solvent level in workplace.
Method : The design of this study was cross sectionai,and the total number of sample were 138 footwear workers. Data collecting was conducted to interview, direct monitoring and measuring personal sampling at workplace which checking by Gas Chromatography technique. Neurotoxic symptoms detected by Swedish Q16 Quetionnaire. Data collecting was done on September-October 2006. All data research result processing by Statistic Program SPSS version 11.5.
Result : Identification of glue has result that content of yellow glue are toluene (45,3%), benzene (5,18%) dan metyl etyl ketone (18,68%), white glue content are : toluene (41,31%), benzene (3,52%) dan acetone (19,24%). Degree of toluene at workplace was average 1,12 ppm, and range 2,48 ppm to 0,33 ppm. Highest complaint from subject are : tingling ((62,3%), headache (62,3%), fatigue (56,5%). Study's subject neurotoxic symptoms prevalence was 55,8%. On bivariate analysis, age factor, work periode, body mass index, have related to neurotoxic symptoms outcome. On multivariate analysis be found that age < 28 years have risk six time to experience with neurotoxie symptoms, (p0,000; OR = 6,235). Examination on finger tapping test to be done as sub sampling on 53 subject and the result is unnormally on right hand 47,2% and left hand 43,3%.
Conclutions : Prevalence of neurotoxicity symptoms in informal sector footwear workers at Ciomas Bogor was 55,8%. Age factor was related to the neurotoxic symptoms (OR = 6,235 ; p = 0,000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Aldiansyah SP
"Perkembangan teknologi telah mendorong terciptanya pelapis organik (cat) yang lebih ramah lingkungan seperti pelapis berbasis air. Analisis dilakukan dengan perbandingan sampel uji yang dilapisi pelapis organik berbasis pelarut dan pelapis berbasis air. Pengujian yang dilakukan adalah uji sembur garam 120 jam, uji adesi, dan pengamatan mikro hasil lapisan. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kualitas material cat yang memiliki sifat anti korosi yang tinggi.
Dari pengujian dan analisis yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan, dari pengujian sembur garam 120 jam, sampel uji memiliki peringkat anti korosi sebesar 9. Dari uji adesi, sampel uji berbasis pelarut mengalami kegagalan kohesi. Dari pengamatan mikro hasil lapisan, sampel uji berbasis air memiliki morfologi yang lebih padat dan seragam akibat penambahan coupling agent yaitu 2,4,6-Tris (Dimethylaminomethyl) phenol.

The development of technology has encouraged the creation of an organic coating which is more eco-friendly environment such as waterborne coating. Analysis is done with the comparison test sample coated with solvent-borne epoxy and waterborne epoxy. The tests which are conducted are 120 hours of salt spray test, adhesion test, and micro-layers observation. The objective from this research is to evaluate the quality of the material's nature coat that has a high anti-corrosion.
From testing and analysis, it can be concluded, from the 120 hours of salt spray test, sample tests has a rank 9 of anti-corrosion. From adhesion test, solvent-borne sample test showed cohesive failure. And from the micro-layers observation, waterborne has a more compact and uniform due to addition of coupling agent namely 2,4,6-Tris (Dimethylaminomethyl) phenol.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Wijanarko
"Penelitian ini dilakukan untuk meneliti kelayakan penggunaan pelarut organik non ODS tipe EMSY 03 terhadap pembersihan permukaan baja tahan karat tipe 430 dan kuningan tipe 44400. Pelarut organik EMSY 03 ini sedang dikembangkan sebagai alternatif pengganti pelarut pembersih terdahulu yang kebanyakan mengandung senyawa terklorinasi substansi perosak ozon seperti 1, 1, 1-trichloroethane.
Pengujian yang dilakukan pada dasarnya untuk mengetahui bilamana terjadi gejala korosi pada sampel logam setelah proses pember.rihan oleh pelarut EMSY 03. Pengujian utama pada penelitian ini adalah pengujian pengildsan ASTM D 1280 yang dirangkai dengan pengujian kekasaran permukaan (ASME B46.I), pengujian AAS. pengamatan mikro dan makro sampel logam, sebelum dan sesudah pencelupan 1, 2 dan 3 jam. Kondisi pengujin untuk kamar dan tanpa agitasi. Selain itu juga dilakuka pengujian untuk mengetahui kecepatan pengeringan dan daya bersih pelarut, karena waktu pengeringan termasuk dalam faktor-faktor yang menyebabkan korosi pada proses pembersihan permukaan logam.
Dari serangkaian pengujian didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan pelarut organik EMSY 03 untuk pembersihan permukaan baja tahan karat tipe 430 dan kuningan tipe 44400 tidak menimbulkan dampak negatif gejala karosi seperti penumpukan produk korosi maupun pengikisan permukaan logam. Hasil yang didapat dari pengujian tingkat kebersihan menunjukkan bahwa larut EMSY 03 ini agak sulit mengakat kotoran jika digunakan pada proses pembersihan permukaan logam dengan metode pencelupan konvensional terutama untuk pembersihan komponen berlubang. Selain itu waktu pengeringan pelarut EMSY 03 pada temperature dan tekanan kamar membutuhkan waktu yang lambat, sehingga pada aplikasi di industry dibutuhkan temperature operasi yang lebih tinggi."
2000
S41485
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>