Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140567 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurmarina
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33205
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rianti Adi Cahyaningsih
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33114
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Wahyu Atmaja K.J
"Daun sukun (Artocarpus altilis (Park.) Fsb.) telah dimanfaatkan sebagai obat
tradisional untuk terapi penyakit hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
efek hepatoprotektif infus daun sukun pada kerusakan hati tikus putih jantan yang
diinduksi dengan karbon tetraklorida. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus
putih jantan galur Sprague-Dawley yang dibagi ke dalam 5 kelompok. Kelompok
I (kelompok kontrol normal) dan kelompok II (kontrol induksi karbon
tetraklorida) hanya menerima larutan karboksimetilselulosa (CMC) 0,5%.
Kelompok III-V masing-masing merupakan kelompok yang diberi infus daun
sukun selama tujuh hari berturut-turut, yaitu 13,5 g/kg BB (dosis 1), 27 g/kg BB
(dosis 2), dan 54 g/kg BB (dosis 3). Pada hari ke-7, semua kelompok selain
kelompok normal diinduksi dengan karbon tetraklorida dosis 0,4 ml/kgBB secara
peroral dua jam setelah pemberian infus terakhir. Parameter kerusakan hati
diamati melalui pengukuran aktivitas alanin aminotransferase (ALT), kadar
peroksida lipid hati, dan kadar kadar peroksida lipid plasma. Hasil uji ANOVA
(p<0,05) memperlihatkan bahwa pemberian infus daun sukun dengan dosis 54
g/kgBB (dosis 3) selama tujuh hari berturut-turut sebelum induksi karbon
tetraklorida dosis 0,4 ml/kgBB memiliki efek hepatoprotektif ditinjau dari
parameter aktivitas ALT plasma dan kadar peroksida lipid hati."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Visto Tjahjadi
"Sukun merupakan tumbuhan yang banyak digunakan secara empiris untuk berbagai macam penyakit, diantaranya diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari infus daun sukun pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam lima kelompok. Sediaan uji diberikan per oral dengan variasi dosis setara dengan daun kering, yaitu 13,5 g; 27 g; dan 54 g/kg BB tikus. Sediaan uji disuspensikan dalam CMC 0,5%, sehingga untuk kontrol normal digunakan CMC 0,5% dan kontrol pembanding (Metformin HCl 270 mg/200 g BB tikus) disuspensikan dalam CMC 0,5%. Tikus dipuasakan ±18 jam, kemudian diukur kadar glukosa darah puasa, lalu diberikan larutan uji. Satu jam setelah perlakuan, kadar glukosa diukur kembali, kemudian diberikan glukosa 2 g/kg BB peroral. Pengukuran dilakukan pada menit ke-30, 60, 90, 120 setelah pemberian glukosa. Kadar glukosa darah diukur menggunakan glukometer Accu-Chek Active®. Pemberian infus daun sukun dengan dosis 27 dan 54 g/kg BB tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna secara statistik pada setengah dan satu jam setelah pemberian glukosa, sedangkan dosis 13,5 g/kg BB tikus hanya dapat menurunkan kadar glukosa darah yang bermakna pada setengah jam setelah pemberian glukosa."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33208
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Juliati
"Biji petai telah digunakan secara luas di masyarakat baik sebagai makanan maupun pengobatan tradisional. Senyawa aktif yang terkandung dalam biji petai adalah polisulfida bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif jus biji petai (Parkia speciosa Hassk.) pada tikus putih jantan yang diberi karbon tetraklorida melalui pengamatan aktivitas alanin aminotransferase plasma dan peroksida lipid. Kelompok perlakuan terdiri dari kelompok kontrol normal, kelompok kontrol induksi dan tiga kelompok variasi dosis ( 600 mg/200 gr bb, 1200 mg/200 gr bb, 2400 mg/200 gr bb ). Pemberian jus biji petai dilakukan selama delapan hari dan pada hari ke delapan kelompok kontrol induksi dan kelompok dosis diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,45 mg per gram berat badan secara oral. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jus biji petai memberikan efek hepatoprotektif pada variasi dosis tersebut dan memberikan efek optimal pada dosis 1200 mg/ 200 gr bb ditinjau dari aktivitas ALT plasma dan peroksida lipid."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33181
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Ariani
"Tapak liman (Elephantopus scaber Linn) telah lama dikenal sebagai tanaman obat tradisional. Penelitian ini dilakukan sebagai lanjutan dari penelitian yang telah dilakukan dan bertujuan untuk mengetahui dosis efektif dari rebusan akar tapak liman sebagai hepatoprotektor. Dua puluh empat ekor tikus dibagi secara acak dalam enam kelompok. Kelompok I kontrol normal, dan kelompok II kontrol positif. Kelompok III, IV, V, kelompok perlakuan yaitu masing-masing mendapat rebusan akar tapak liman dengan dosis 0,1 g/200 g bb, 0,2 g/200 g bb, 0,4 g/200 g bb. Kelompok VI kontrol pembanding yang diberikan obat Hepasil® dengan dosis 0,19 g/200 g bb. Tiap kelompok mendapatkan perlakuan selama 8 hari, kemudian diberi karbon tetraklorida dengan dosis 0,40 mg/g bb dan 48 jam berikutnya dibedah. Pengamatan dilakukan melalui aktivitas ALT plasma dengan metode kolorimetri Reitman-Frankle dan kadar peroksida lipid plasma serta hati dengan metode kolorimetri Placer-Cushman-Johnson. Berdasarkan pengamatan aktivitas ALT plasma dan kadar peroksida lipid plasma serta hati diketahui bahwa rebusan akar tapak liman dengan dosis 0,4 g/200 g bb memiliki efek hepatoprotektif paling baik.

Tapak liman (Elephantopus scaber Linn.) has been known as traditional drug plants. The research is continuity from previous research and the purpose of this research is to give primary information about effective dose of Tapak Liman root decoction as a hepatoprotector. Twenty-four rats were divided randomly into 6 groups. Group I was normal group and group II was control group. Group III, IV, and V were treatment group of Tapak liman root decoction, each of them got doses 0,1 g/200g BW; 0,2 g/200 g BW; 0,4 g/200 g BW. Group VI was compared group got Hepasil® doses 0,19 g/200 g BW. Each of them got the treatment for 8 days, then they got carbon tetrachloride doses 0,40 g/200 g BW, and sacrificed 48 hours later. Examination is based on the activity of ALT plasma using Reitman-Frankle colorimetric method and the quantity of lipid peroxida using Placer-Cushman-Johnson colorimetric method. Based on examination the activity of ALT plasma and quantity of lipid peroxida plasma also liver were found that Tapak liman root decoction are having hepatoprotective effect at doses 0,1 g/200 g BW; 0,2 g/200 g BW; 0,4 g/200 g BW. Tapak liman root decoction have the best hepatoprotective effect at dose 0,4 g/200 g BW."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2007
S32976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carolina Astari
"Keong tutut (Bellamya javanica) merupakan bahan alam yang secara empiris digunakan oleh masyarakat untuk mencegah kerusakan hati. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek hepatoprotektif daging keong tutut dalam menurunkan aktivitas enzim aspartat aminotransferase (AST) dan alanin aminotransferase (ALT) yang merupakan parameter kerusakan hati. Tiga puluh enam (36) ekor tikus dibagi menjadi enam kelompok perlakuan, yaitu kontrol normal (CMC 0,5%), kontrol negatif (CMC 0,5%), kontrol positif (silymarin 9,45 mg/200 g BB), dosis 1 (serbuk daging keong tutut 56 mg/200 g BB), dosis 2 (serbuk daging keong tutut 112 mg/200 g BB), dan dosis 3 (serbuk daging keong tutut 224 mg/200 g BB). Bahan tersebut diberikan secara peroral selama 14 hari. Pada hari ke-15, semua tikus, kecuali kontrol normal diinduksi dengan CCl4 1 ml/kg BB melalui rute yang sama. Dua puluh empat jam setelah induksi, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital. Aktivitas AST dan ALT plasma diukur menggunakan kit dan ditunjukkan melalui perbedaan serapan. Hasilnya menunjukkan kelompok dosis 112 mg/200 g BB dan dosis 224 mg/200 g BB memiliki aktivitas AST dan ALT yang berbeda bermakna (p ≤ 0,05) dengan kelompok kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa daging keong tutut berpotensi sebagai hepatoprotekor karena mampu menurunkan aktivitas AST dan ALT.

Freshwater snail (Bellamya javanica) is natural materials that are empirically used by society to prevent liver damage. This study aimed to prove scientifically hepatoprotective effect of flesh of tutut snail in lowering the activity of aspartate aminotransferase (AST) and alanine aminotransferase (ALT) enzymes which are the parameters of liver damage. Thirty-six (36) rats were divided into six treatment groups. Those are normal control (0,5% CMC), negative control (0,5% CMC), positive control (silymarin 9,45 mg/200 g BW), dose 1 (flesh powder of freshwater snail 56 mg/200 g BW), dose 2 (flesh powder of freshwater snail 112 mg/200 g BW), and dose 3 (flesh powder of freshwater snail 224 mg/200 g BW). Those ingredients were given orally for 14 days. On the fifteenth day, all rats, except the normal control were induced by CCl4 1 ml/200 kg BW via the same route. Twenty-four hours after the induction, blood sampling done through orbital sinus. AST and ALT plasma activity were measured using kit and shown through the absorbance differences. The results show AST and ALT activity among dose 112 mg/200 g BW group and dose 224 mg/200 g BWgroup were significantly different (p ≤ 0,05) with the negative control group. It can be concluded that freshwater snail is a potential hepatoprotector due to its ability in lowering AST and ALT activity."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S60978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
C. Yudhi Setyandarta
"Johar yang dikenal dengan nama botani Cassia siamea
Lamk., biasa digunakan sebagai tanaman perindang jalanan
dan sebagai obat tradisionil untuk beberapa penyakit
tertentu. Akan tetapi, inforinasi ilmiah mengenai efek
farmakologi johar masih sangat sedikit.
Pada penelitian mi, dilakukan pengujian efek hepatoprotektif
infus.daun Johar terhadap hewan percobaan. Tiga
puluh lima ekor tikus betina, strain Winstar, berumur ± 4
bulan, dan berat 130 - 160 gram, dibagi secara acak dalam
lima kelompok. Kelompok I adalah kelompok kontrol,
kelompok II adalah kelompok yang diberi infus daun Johar
20 % 1 ml /150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55 mg/g
BB. Kelompok III adalah kelompok yang diberi infus daun
Johar 40 % 1 ml/150 g BB selama delapan hari dan CC14 0,55
mg/g BB. Kelompok IV adalah kelompok yang diberi infus
daun Johar 80 % 1 ml/ 150 g BB selama delapan hari dan
CC14 0,55 mg/g BB. Kelompok V adalah kelom pok yang diberi
CC14 0,55 mg/g BB.
Efek hepatoprotektif daun Johar ditentukan melalui
perubahan aktivitas GPT-plasma dan pemeriksaan derajat
kerusakan jaringan hati.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun Johar mempunyai
efek hepatoprotektjf, seperti terlihat pada kelompok II,
III dan IV yang menunjukkan perubahan berrnakna terhadap
kelompok V. Walaupun Efek hepatoprotektif tidak rneningkat
secara bermakna terhadap bertarnbahnya dosis yang
diberikan, seperti yang dapat dilihat pada kelompok II,
III dan IV nainun terlihat hubungan antara dosis dan efek.
Pada ketiga kelompok tersebut efek hepatoprotektif
terbesar terdapat pada kelompok IV. Maka dapat disimpulkan
bahwa daun Johar mengandung senyawa yang dapat menghambat
peningkatan aktivitas GPT-plasma dan kerusakan jaringan
hati akibat Cd4 dan terdapat hubungan antara dosis dan
efek."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>