Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widya Puspantari
"Pencemaran logam berat seperti logam kromium merupakan pencemaran yang membahayakan masyarakat, karena sifatnya yang dapat terakumulasi dalam rantai makanan. Pengolahan limbah tersebut dapat ditanggulangi dengan proses adsorpsi pada suatu penukar kation atau anion. Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu serat penukar anion berbahan dasar serat rayon. Modifikasi serat dilakukan dengan metode kopolimer cangkok monomer dengan teknik ozonasi. Ozonasi dilakukan untuk menginisiasi pembentukan radikal pada proses pencangkokan agen pengikat silang N,N-Metilendiakrilamida (NBA) dan monomer precursor Glisidil Metakrilat (GMA) dalam media gas N2. Pencangkokan agen pengikat silang NBA dilakukan pada berbagai waktu ozonasi dan reaksi. Pengaruh pelarut pada pencangkokan GMA dipelajari pada berbagai perbandingan metanol :air, dan selanjutnya pencangkokan GMA dilakukan pada berbagai waktu ozonasi dan reaksi. Selanjutnya GMA direaksikan dengan DEA pada berbagai suhu, konsentrasi, dan waktu reaksi untuk menghasilkan serat rayon-co-NBA-graft-(GMA-DEA)+Cl-. Karakterisasi serat rayon termodifikasi dilakukan dengan FT-IR dan sifat pertukaran anionnya dipelajari dengan larutan NaNO3 serta menentukan koefisien distribusi (Kd) penyerapannya terhadap ion Cr (VI) pada berbagai pH. Hasil uji FT-IR menunjukkan puncak serapan pada 1527,62 cm-1, menunjukkan adanya gugus amida sekunder dari NBA. Puncak serapan pada 1726,29 cm-1 menunjukkan adanya serapan rentangan C=O ester dari GMA. Puncak serapan pada 2715,6 cm-1 menunjukkan adanya ikatan –CH2-NHR2 dari DEA. Serat rayon termodifikasi dapat menukar ion Cl- dengan ion Cr (VI). Nilai Kd terhadap Cr (VI) tertinggi didapatkan pada pH 2. Penyerapan anion Cr (VI) semakin besar dengan semakin kecil pH larutan Cr (VI)."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, ], 2009
S30499
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Purwanto
"Uranium memiliki peranan penting dalam bidang energi. Ion uranil sangat larut dalam ikatan asam atau larutan karbonat-bikarbonat dan akan membentuk kompleks yang stabil dengan ion karbonat dan sulfat, sehingga pelindihan lebih banyak menggunakan asam sulfat atau natrium karbonat/bikarbonat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimum dan kapasitas adsorpsi maksimal resin Amberlite IRA 402-Cl terhadap uranium (VI) karbonat. Penelitian dilakukan secara batch dengan resin Amberlite IRA-402 Cl pada variabel waktu kontak, pH larutan terhadap masing-masing konsentrasi karbonat. Eksperimen juga dilakukan secara kontinyu di dalam kolom dengan konsentrasi karbonat 0,05 M dan 0,1 M untuk memperoleh kurva breakthrough. Pemodelan dilakukan untuk menentukan kurva breakthroughpada konsentrasi karbonat 0,05 M dan 0,1 M. Eksperimen pada variabel konsentrasi karbonat dan pH didapatkan nilai optimum pada konsentrasi karbonat 0,1 M  dan pH 10. Waktu kesetimbangan eksperimen batch pada menit ke-120. Kinetika adsorpsi uranium mengikuti pseudo orde dua. Model isoterm Langmuir menghasilkan kapasitas adsorpsi uranium 81,96 mg/g. Kurva breakthrough hasil eksperimen kontinyu dipengaruhi oleh konsentrasi karbonat. Hasil karakterisasi FTIR, SEM XPS, dan XRF menunjukkan mekanisme adsorpsi uranium oleh resin Amberlite IRA 402-Cl melalui pertukaran ion. Hasil pemodelan proses kontinyu adospsi uranium konsentrasi karbonat 0,05 M dan 0,1 M divalidasi dengan hasil eksperimen menghasilkan tingkat kevalidan yang sangat baik.

Uranium is a key element in the nuclear fuel cycle. In aqueous phase, uranyl ion forms stable complexes with ligands, such as carbonate and sulfate ions. Therefore adsorption study of these aqueous uranyl complexes is important for various purposes, from uranium mining to waste treatment. The objectives of this study were to obtain the optimum conditions and maximum adsorption capacity of Amberlite IRA 402-Cl resin for uranium (VI) in carbonate solution. The study was conducted using batch experiments to investigate the effect of  contact time, pH of the solution, and carbonate concentration. Furthermore, continuous experiments were also carried out using glass column with carbonate concentrations of 0.05 and 0.1 M to obtain breakthrough curves. Additionally, modeling was carried out to determine the breakthrough curves at 0.05 and 0.1 M carbonate concentrations. The modeling was carried out with PHREEQC code using selectivity of the resin for uranyl carbonate and carbonate ion obtained from the batch experiment. The results show that the equilibrium time of adsorption of uranyl carbonate onto the resin was attained at 120 minutes. The optimum adsorption efficiency was obtained at 0.1 M carbonate concentration and pH 10. The uranium adsorption kinetics followed pseudo second order. The maximum adsorption capacity obtained from Langmuir isotherm model was 81.96 mg/g. The FTIR, SEM XPS, and XRF characterization results suggest the mechanism of uranyl carbonate adsorption onto Amberlite IRA 402-Cl resin is predominantly through ion exchange. The breakthrough curve of continuous experiment was affected by the carbonate concentration. The results of continuous process modeling of uranium adsorption at carbonate concentrations of 0.05  and 0.1 M were validated with experimental results to produce a very good level of validity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tahta Muslim Karim
"ABSTRAK
Sintesis Co/ZSM-5 mesopori menggunakan template kedua PDDA-Cl dan CTABr untuk konversi metana menjadi metanol telah dilakukan dalam penelitian ini. ZSM-5 mesopori baik yang menggunakan template kedua PDDA-Cl maupun CTABr disintesis dengan total rasio molar gel: 1 Al2O3 : 64,3469 SiO2 : 10,0768 TPA 2O : 3571,6628 H2O pada temperatur 100 0C untuk PDDA-Cl dan pada temperatur ruang untuk CTABr dalam tahap kristalisasi, dan pengarah mesopori yang digunakan sebanyak 3 g PDDA-Cl dinamakan ZSM5-PDDACl , 1,2665 g CTABr dinamakan ZSM5-30 , 2,5341 g CTABr dinamakan ZSM5-15 , 4,9242 g CTABr dinamakan ZSM5-7,5 . Penamaan sampel yang menggunakan CTABr tersebut didasarkan pada nilai rasio molar Si Al /CTABr. Keempat produk ZSM-5 mesopori dikarakterisasi dengan instrumen XRD, FTIR, SEM, EDX, BET, dan TGA. Produk konversi metana dikarakterisasi dengan GC-FID. Berdasarkan karakterisasi XRD sudut lebar, FTIR dan SEM menunjukkan bahwa ZSM-5 yang menggunakan template kedua PDDA-Cl, CTABr-15, dan CTABr-30 berhasil disintesis dengan munculnya puncak-puncak khas ZSM-5 pada pola XRD di 2? = 70-90 doublet peaks dan 220-250 triplet peaks , adanya serapan pada bilangan gelombang 550 cm-1, dan terbentuknya morfologi khas dari ZSM-5. Berdasarkan karakterisasi BET dan SEM tampak jelas bahwa ZSM5-PDDACl, ZSM5-30, ZSM5-15, dan ZSM5-7,5 menghasilkan sistem mesopori. Hal ini ditunjukkan dengan adanya grafik hysteresis loop pada grafik adsorpsi isotermal dan adanya struktur kasar pada permukaan kristal ZSM-5. Tetapi, sistem mesopori yang dihasilkan pada ZSM5-PDDACl, ZSM5-30 dan ZSM5-15 tidak teratur. Sedangkan ZSM5-7,5 memiliki sedikit keteraturan. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya pola difraksi pada analisa XRD sudut rendah untuk sampel ZSM5-PDDACl, ZSM5-30, ZSM5-15, sementara sampel ZSM5-7,5 memiliki pola difraksi yang melebar di sekitar 2? = 20. Analisa EDX menunjukkan bahwa ZSM5-PDDACl, ZSM5-30, ZSM5-15 dan ZSM5-7,5 memiliki rasio Si/Al sebesar 26,69, 37,18, 12,62, dan 13,19, masing-masing. Analisa TGA menunjukkan bahwa temperatur 550 0C sudah dapat menghilangkan semua template yang digunakan. Untuk karakterisasi produk konversi, analisa GC-FID menunjukkan bahwa metanol diproduksi secara kualitatif dengan menggunakan Co/ZSM5-PDDACl, Co/ZSM5-30, dan Co/ZSM5-15, meskipun persen yield relatif sangat kecil.

ABSTRACT
Synthesis of mesoporous Co ZSM 5 using secondary template PDDA Cl and CTABr for conversion of methane to methanol have been studied. The mesoporous ZSM 5 both using secondary template PDDA Cl and using CTABr were synthesized with molar ratio of gel 1 Al2O3 64.3469 SiO2 10.0768 TPA 2O 3571.6628 H2O at temperature of 100 0C for PDDA Cl and at room temperature for CTABr in crystallization step, and the mesoporous directing agent used of 3 g PDDA Cl it named ZSM5 PDDACl , 1.2665 g CTABr it named ZSM5 30 , 2.5341 g CTABr it named ZSM5 15 , 4.9242 g CTABr it named ZSM5 7.5 . The naming of samples using CTABr based on value of molar ratio of Si Al CTABr. All products of mesoporous ZSM 5 were characterized by XRD, FTIR, SEM, EDX, BET, and TGA instruments. The product of methane conversion was characterized by GC FID instrument. Based on the characterization of wide angle XRD, FTIR, and SEM showed that ZSM 5 using secondary template PDDA Cl, CTABr 15, and CTABr 30 were successfully synthesized with the presence of the typical peaks of ZSM 5 on XRD patterns at 2 70 90 doublet peaks and 220 250 triplet peaks , the presence of band at wavenumbers around 550 cm 1, the formation of the typical morphology of ZSM 5. Based on the characterization of BET and SEM that ZSM5 PDDACl, ZSM5 30, ZSM5 15, and ZSM5 7.5 produced mesoporous system. It was showed by the presence of hysteresis loop graph on isothermal adsorption graph and the presence of rough structure on crystal surface of ZSM 5. However, the obtained mesoporous system of ZSM5 PDDACl, ZSM5 15, and ZSM5 30 were disordered. While ZSM5 7.5 has less ordered. It was evidenced by the absence of diffraction patterns on the analysis of low angle XRD for samples of ZSM5 PDDACl, ZSM5 30, and ZSM5 15, while ZSM5 7.5 sample has broad peak around 2 20. EDX analysis show that ZSM5 PDDACl, ZSM5 30, ZSM5 15, and ZSM5 7.5 have Si Al ratio of 26.69, 37.18, 12.62, 12,19, respectively. TGA analysis showed at temperature 550 0C all templates used have been eliminated. For the characterization of conversion product, GC FID analysis showed that methanol was qualitatively produced by using Co ZSM5 PDDACl, Co ZSM5 30, and Co ZSM5 15, although the yield percent was relatively very small."
2017
T47126
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Miranda Yustika Elmaria
"Hidrogel disintesis dari biopolimer natrium alginat (SA) dan asam akrilat poli (PAA) menggunakan metode okulasi, kalium peroksidisulfat (KPS) sebagai inisiator dan N, N-metilen-bis-akrilamida (MBA) sebagai tanda silang. agen-link. Matriks jaringan hidrogel digunakan sebagai nanoreaktor untuk pembentukan nanopartikel perak (AgNP) menggunakan metode post-loading sehingga dapat diterapkan pada kain katun yang memiliki aktivitas antibakteri. Karakterisasi hidrogel dan kain katun menggunakan instrumentasi FTIR, SEM, TEM, dan XRD DSN AAS. Bahan tanpa modifikasi HB 5 memiliki kapasitas situs maksimum 59,06 g/g dan Ag pemuatan ion + 663 ppm/g. Variasi prekursor AgNO3 dalam bahan hidrogel HB 5 diketahui bahwa HBT 5 dengan konsentrasi AgNO3 500 ppm (kode HBT 5/500) memiliki hasil yang baik untuk aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro terhadap bakteri uji Staphylococcus Aureus dan Escherichia Coli. Hasil untuk HBT 5/500 adalah kapasitas situs maksimum 80,66 g/g, pemuatan ion Ag + 203,15 ppm/g dan kapasitas rilis maksimumnya 0,34 ppm/g. HB 5 memiliki kinetika yang mengikuti urutan semu dua dengan parameter laju situs adalah 142,8 menit. Sementara itu, HBT 5 memiliki kinetika yang mengikuti urutan semu satu dengan parameter tingkat situs 294,1 menit. Bahan hidrogel terbaik diterapkan pada kain katun menggunakan proses pelapisan, aktivitas anti-bakteri diuji terhadap E. coli dan S. aureus. Berdasarkan uji aktivitas antibakteri, dapat dicatat bahwa ketika kain berlapis kapas dari AgNP yang dimodifikasi hidrogel memiliki aktivitas antibakteri yang sangat baik terhadap bakteri E. coli dan S. aureus, dibuktikan dengan hasil persentase pengurangan (% R) = 100%, di mana tidak ada pertumbuhan bakteri yang terjadi.

Hydrogels are synthesized from the sodium alginate (SA) and poly acrylic acid (PAA) biopolymers using the grafting, potassium peroxidisulfate (KPS) method as the initiator and N, N-methylene-bis-acrylamide (MBA) as a cross mark. agent-link. Hydrogel tissue matrix is ​​used as a nanoreactor for the formation of silver nanoparticles (AgNP) using the post-loading method so that it can be applied to cotton fabrics that have antibacterial activity. Characterization of hydrogels and cotton cloth using FTIR, SEM, TEM, and XRD AAS instrumentation. Material without HB 5 modification has a maximum site capacity of 59.06 g/g and Ag loading of + 663 ppm/g. Variation of AgNO3 precursors in HB 5 hydrogel material is known that HBT 5 with 500 ppm AgNO3 concentration (HBT code 5/500) has good results for antibacterial activity. Antibacterial activity was carried out in vitro against Staphylococcus Aureus and Escherichia Coli test bacteria. The results for HBT 5/500 are a maximum site capacity of 80.66 g/g, Ag + 203.15 ppm/g ion loading and a maximum release capacity of 0.34 ppm/g. HB 5 has kinetics that follow a pseudo-second order with a site rate parameter of 142.8 minutes. Meanwhile, HBT 5 has kinetics that follow a pseudo-one sequence with site level parameters of 294.1 minutes. The best hydrogel material is applied to cotton fabrics using a coating process, the anti-bacterial activity is tested against E. coli and S. aureus. Based on the antibacterial activity test, it can be noted that when the cotton-coated cloth of the modified Hydrogel AgNP has very good antibacterial activity against E. coli and S. aureus bacteria, evidenced by the results of a percentage reduction (% R) = 100%, where there is no bacterial growth that occurs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovan Sunu Meirivandhy
"Bentonit alam yang berasal dari Tapanuli dimodifikasi menjadi Organoclay Tapanuli agar menjadi lebih organofilik. Sebelum digunakan untuk preparasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Tapanuli untuk memurnikan montmorillonit (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan tembaga amin (Cu(en)22+), dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang diperoleh sebesar 24,2 mek/100 gram Na-MMT. Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan surfaktan BTMA-Cl (Benzil Trimetilammonium Klorida) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi BTMA-Cl yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK yaitu 0,0484 M dan 2 KTK yaitu 0,0968 M.
Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan surfaktan BTMA-Cl telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Setelah itu, organoclay diaplikasikan sebagai adsorben p-klorofenol dan fenol dengan variasi konsentrasi 10-80 ppm. Karakterisasi untuk melihat daya adsorpsinya dibandingkan dengan bentonit alam. Hasil karakterisasi menunjukkan daya adsorpsi organoclay lebih besar dibandingkan bentonit alam. Pada konsentrasi tertinggi daya adsorpsi bentonit alam, organoclay terhadap p-klorofenol, dan organoclay terhadap fenol masing-masing sebesar 1,53 mg/g; 4,28 mg/g; dan 2,83 mg/g yang menunjukkan bahwa adsorpsi organoclay terhadap p-klorofenol lebih besar dibandingkan adsorpsi organoclay terhadap fenol.

Raw Bentonit from Tapanuli will modified into Organoclay Tapanuli to be more organophilic. Before being used for the preparation, carried out on bentonite Tapanuli fractionation process for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Cation in MMT homogenized with Na+ to be Na-MMT. Further use of copper amine, calculated values ​​Cation Exchange Capacity (CEC) and CEC values ​is 24.2 mek/100 gram Na-MMT. Organoclay were prepared via the Na-MMT with BTMA-Cl surfactant (Benzyl Trimethylammonium Chloride) as an intercalated agent and BTMA-Cl concentration were added according to the value of 1 CEC is 0.0484 M and 2 CEC is 0.0968 M.
Characterization results showed organoclay surfactant preparation has been successfully intercalated BTMA-Cl into MMT. After that, organoclay applied as adsorbent p-chlorophenol and phenol with various concentration 10-80 ppm. Characterization to see adsorption value, then compare with Raw Bentonite. Characterization results showed the organoclay adsorption better than the raw bentonite adsorption. At the highest concentration, the adsorption value of raw bentonite, organoclay against p-chlorophenol, and organoclay against phenol is 1.53 mg/g, 4.28 mg/g, and 2.83 mg/g which show that the adsorption organoclay against p-chlorophenol better than the adsorption organoclay against phenol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Satriandi Rahman
"Organoclaydipreparasidengancara modifikasimontmorillonite(MMT) yang berasal dari fraksi bentonit Jambi dengan cara interkalasi Benzil Trimetil Ammonium Klorida (BTMA-Cl). Sebelum digunakan untuk preparasi, dilakukan proses fraksinasi terhadap bentonit Jambi untuk memurnikan montmorillonite (MMT) yang ada pada bentonit. Hasil MMT kemudian diseragamkan kation penyeimbangnya dengan Na+ menjadi Na-MMT. Selanjutnya menggunakan tembaga amin, dihitung nilai Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan nilai KTK Na diperoleh sebesar 43,5 mek/100 gram Na-MMT. Preparasi organoclay menggunakan Na-MMT dengan surfaktan BTMA-Cl (Benzil Trimetil Ammonium Klorida) sebagai agen penginterkalasi dan konsentrasi BTMA-Cl yang ditambahkan sesuai dengan nilai 1 KTK dan 2 KTK.
Hasil karakterisasi organoclay menunjukkan surfaktan BTMA-Cl telah berhasil terinterkalasi ke dalam MMT. Produk organoclay tersebut selanjutnya diuji kemampuan adsorpsinya terhadap fenol dan p-klorofenol dengan variasi konsentrasi (10-80 ppm) dan membandingkannya dengan kemampuan adsorpsi dari bentonit alam dengan konsentrasi fenol dan p-klorofenol yang sama. Dari data yang diperoleh pada kurva isoterm adsorpsi menunjukkan bahwa organoclay lebih efektif dari bentonit alam dalam menyerap fenol dan p-klorofenol.

Organoclay is prepared from montmorillonite (MMT) derived from fraction of bentonite Jambi by intercalating Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride (BTMA-Cl). Before being used for the preparation, carried out on bentonite Jambi fractionation process for purifying montmorillonite (MMT) which is in bentonite. Cation in MMT homogenized with Na+ to be Na-MMT. The Cation Exchange Capacity (CEC) was determined by using copper ethylendiamine, and the obtained value is 43,5 meq/100 gram Na-MMT. Organoclay were prepared by mixing Na-MMT with BTMA-Cl surfactant (Benzyl Trimethyl Ammonium Chloride) solution as an intercalated agent and BTMA-Cl according to the value of 1 CEC and 2 CEC.
The results showed that surfactant BTMA-Cl has been successfully intercalated into MMT. Organoclay product is then tested as phenol and p-chlorophenol adsorbtion by varying the concentration (10-80 ppm) and compared the adsorption capacity to the natural bentonite. From the data obtained indicated that the adsorption isotherm curves of phenol and p-chlorophenol on the organoclay is more effective than the natural bentonite.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S43988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liu, C.L. (Chung Laung), 1934-
New York: McGraw-Hill, 1968
511.6 LIU i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Barnhart, Clarence L.
New York: Random House, 1951
RB 427.73 B 38 a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Leon Valentino
"Ubi ungu adalah salah satu bahan organik yang tersedia di alam yang mempunyai fungsi sebagai anti oksidan. Fungsi dari anti oksidan yang terdapat dalam kandungan ubi ungu ternyata dapat dikembangkan menjadi inhibitor yang menghambat laju korosi baja karbon rendah pada lingkungan air laut. Inhibitor ubi ungu diharapkan dapat menggantikan inhibitor organik sintetis yang tidak ramah lingkungan. Pengembangan inhibitor ubi ungu diharapkan ke depan menjadi inhibitor yang ramah lingkungan, biodegradable, dan murah. Metode pengujian pencelupan atau immersion dilakukan dengan variasi penambahan konsentrasi 2 ml, 4 ml dan 6 ml dan waktu pencelupan selama 5 hari untuk mengetahui kadar optimal penambahan sirup ubi ungu. Hasil penelitian membuktikan bahwa inhibitor ubi ungu mampu menurunkan laju korosi hingga 49.49% dengan penambahan 6 ml.

Purple Potato (Solanum Andigenum) as one of organic materials that exist in nature have function as an antioxidant. The antioxidant function that exist in sweet potato can be developed as inhibitor to reduce corrosion rate of low carbon steel in NaCl 3,5 environment. Purple potato inhibitor is expected to replace the use of synthetic organic inhibitors which is not evironmental friendly. The developing of purple potato inhibitor is expected to become inhibitor that environmental friendly, biodegradable and cheap. The immersion methode is used with the variation of concentration addition 2 ml, 4 ml and 6 ml and 5 days of immersion to determine the optimum concentration addition of purple potato. Result shows that purple potato inhibitor capable to reduce corrosion rate up to 49.49% with 6 ml additon."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1862
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thijssen-Schoute, C.L
Assen Van Gorcum 1939
839.33 Wie z
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>