Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 66532 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurina KD
"Area geothermal Hayati merupakan daerah prospek yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan vulkanik. Secara stratigrafi memiliki formasi batuan vulkanik yang terbentuk pada zaman kuarter di bagian atasnya, dan formasi sedimen terbentuk pada zaman pra- Tertier di bagian bawahnya. Sistem geothermal ini ditunjukkan dengan adanya upflow di bagian tengah yang diindikasikan oleh manifestasi fumarol, serta fluida yang mengalir membentuk outflow ke tenggara dengan ditemukannya hot springs di daerah tersebut. Data MT menunjukkan adanya lapisan clay cap yang membentuk up-dome shape dan data gravity membentuk kaldera. Untuk mengetahui karakteristik reservoir, letak dan besar energi heat source, serta hidrogeologi maka diperlukan pemodelan dan simulasi reservoir dengan menggunakan simulator TOUGH2. Parameter yang digunakan berdasarkan data geoiisika, geologi, geokimia dan data sumur yang meliputi batas sistem yang dimodelkan, permeabilitas, porositas, densitas batuan serta kapasitas panas spesifik.
Hasil model simulasi merupakan kondisi natural state yang dicapai ketika data temperatur sumur dan hasil simulasi sesuai. Pemodelan hasil simulasi divisualisasikan dalam bentuk 3-dimensi. Diperoleh bahwa heat source berada di sekitar G.Putik, G.Hayati dan G.Paras dengan top reservoir yang berada pada elevasi 200 m serta luas reservoir sekitar 6,7 kmz. Hasil simulasi juga merekomendasikan letak sumur-sumur produksi dan injeksi untuk tahap pengembangan.

Hayati geothermal is a geothermal prospect area formed due to tectonic and vulcanic activities. Stratigraphically this area is composed of volcanic rocks formations from the quartial age on its top and the formations of sedimentary rocks from the pre-tertiary age on its bottom. This geothermal system showed an upflow in center, indicated of fumarol manifestation, and fluid flow forming an outflow in the south east with occurred hot springs. MT data shows up-dome shape clay cap, and gravity data shows a caldera. To determine about reservoir characteristic, location and energy total of heat source, and hydrogeology, furthennore the reservoir simulation is done with TOUGH2 simulation. The simulation requires several parameters based on geophysics, geology, geochemistry, and well data are including the system boundary that will be modeled, penneability, porosity, rock density and specific heat capacity.
The result of the simulation is a natural state condition model that reached when the temperature well data and result of the simulation are match. Modeling of the simulation result are showed on three-dimensional. The obtained results are the heat source exists in the vicinity of Mt.Putik, Mt.Hayati, Mt.Paras with top reservoir exists on elevation 200 m and has a reservoir area of approximately 6.7 km2. As an addition, the simulation results are recommending of production and injection wells location for development stage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29383
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rivan Tri Yuono
"Lapangan geotermal Ulumbu berada di bagian selatan dari wilayah vulkanik tua Mandasawu ndash; Ranakah dan Poco Leok. Lapangan ini memproduksi energi listrik sebesar 4 x 2.5 MW pada tahun 2014 sampai sekarang. Sistem geotermal lapangan ini termasuk ke dalam jenis sistem dua fasa, dengan nilai temperatur reservoir sekitar 230 ndash; 240 oC. Penelitian ini bermaksud untuk melakukan simulasi reservoir lapangan Ulumbu. Proses simulasi reservoir ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari sistem reservoir geotermal. Simulasi reservoir ini diawali dengan membuat model konseptual sebagai hasil dari interpretasi data geosains geologi, geokimia, dan geofisika. Tahap pertama yaitu melakukan pengolahan data magnetotelluric MT sebagai data utama dan digabungkan dengan hasil analisis data pendukung lainnya sehingga menghasilkan model konseptual. Model konseptual ini akan menjadi data input pada pemodelan numerik. Tahap kedua yaitu melakukan simulasi reservoir yaitu mengubah model konseptual menjadi model numerik. Penelitian ini berhasil membuat model natural state lapangan Ulumbu. Profil tekanan dan temperatur sangat representatif dengan data di ketiga sumur. Model natural state ini kemudian digunakan untuk membantu melakukan skenario pengembangan lapangan geotermal yaitu, menghitung cadangan sumber daya dan membuat rekomendasi zona pengeboran berikutnya.

Ulumbu geothermal field were located in the south of Mandosawu Ranakah Old volcanics and Pocoleok, Flores Island. This field produces 4 x 2.5 MW electric power in 2014 until now. The type geothermal system is natural two phase, with temperature between 230 ndash 240 oC. This study aims to perform reservoir simulation in the Ulumbu field. The reservoir simulation method aims to determine the reservoir characteristics of the geothermal field. This method begins by creating a conceptual model as a result of interpretation of geosciences data geology, geochemistry, geophysics. The first step is processing of Magnetotelluric MT data as the main data and then combine with the results of analysis supporting data so as to generate a conceptual model. This model will be the input data in numerical modeling. The second stage is doing reservoir simulation that is changing the conceptual model into a numerical model. This research succeeded in making natural state model of Ulumbu reservoir. The pressure and temperature profiles are very representative with the data in the three wells. The natural state model is then used to help undertake a geothermal field development scenario, that is, to calculate resource reserves and to make recommendations for subsequent drilling zones."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T50546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris Maulana Yunus
"Wilayah geothermal Tulehu ditandai oleh kemunculan manifestasi permukaan. Tidak ada manifestasi yang mengindikasikan zona upflow. Survei geosains telah dilakukan dan diikuti oleh pengeboran 4 sumur eksplorasi. Namun, penggambaran zona upflow suhu tinggi yang terkait dengan sumber panas masih sulit. Hal ini karena area survei geosains yang dilakukan belum mencakup keseluruhan sistem geotermal (daerah upflow dan outflow). Dugaan keberadaan sumber panas kemungkinan menuju G. Eriwakang seperti yang ditunjukkan oleh distribusi temperatur dari data sumur. Berdasarkan studi data geosains yang tersedia, diintegrasikan dengan data sumur yang ada, maka dibuat model konseptual yang mencakup kemungkinan keberadaan sumber panas (zona upflow) di sekitar G. Eriwakang dan kemunculan manifestasi permukaan sebagai zona outflow. Untuk menyelidiki kemungkinan lokasi sumber panas sistem geotermal Tulehu, maka simulasi reservoir dilakukan berdasarkan model konseptual yang telah dibuat dengan menggunakan simulator TOUGH2/iTOUGH2. Hasil simulasi setelah mencapai kondisi natural state menunjukkan bahwa sumber panas dimungkinkan berada di bawah G. Eriwakang. Hal ini ditunjukkan dengan kesesuaian kurva temperatur vs kedalaman antara hasil simulasi dengan data sumur. Untuk mengkonfirmasi hasil penelitian ini, maka direkomendasikan untuk dilakukan survei geosains lebih lanjut.

Tulehu geothermal area is characterised by surface manifestations. Fumarole and other steam-type manifestations are absent. Geoscientific surveys covering thermal manifestations area have been conducted followed by exploration drillings. However, delineation of high temperature up-flow zone associated with heat source is still challenging, even drilling data from 4 wells could not answer the question yet. Possible existence of the heat source is likely toward Mt Eriwakang as indicated by temperature distribution from wells. Based on the geoscientitic data study, integrated with the existing well data, a conceptual model was developed that includes the possibility of the existence of a heat source (upflow zone) around G. Eriwakang and the appearance of surface manifestations as the outflow zones. To investigate the possible location of the heat source of the Tulehu geothermal system, reservoir simulations using TOUGH2/iTOUGH2 simulator were carried out based on the conceptual model that has been made. Simulation results, after achieving natural state conditions, indicate that the heat source is possibly located under Mt. Eriwakang. This is indicated by the suitability of the temperature vs. depth curve between the simulation results and the well data. Furthermore, to confirm the existence of the heat source, further geoscientific surveys are recommended to be carried out in this area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Riziq Maulana
"Identifikasi zona permeabel merupakan aspek penting dalam pengembangan dan pemantauan bidang panas bumi. Zona permeabel umumnya dikaitkan dengan kondisi tegangan bawah permukaan dan adanya struktur seperti fraktur di reservoir. Distribusi dan orientasi fraktur menjadi jalur untuk perbanyakan cairan di reservoir panas bumi. Salah satu metode geofisika untuk mendeteksi keberadaan zona permeabel adalah metode gempa mikro. Metode ini merekam respons alami tegangan-regangan batuan. Studi ini membahas distribusi gempa mikro, distribusi intensitas, dan orientasi fraktur. Data yang digunakan adalah data gempa mikro yang direkam oleh seismogram pada periode Januari - April 2018. Penentuan gempa hiposenter awal menggunakan perangkat lunak Hypo71. Hasil distribusi Hypocenter dari perhitungan Hypo71 masih memiliki spatial error dan residual RMS yang tinggi karena model kecepatan belum sesuai dengan kondisi bawah permukaan lapangan. Oleh karena itu, pembaruan model kecepatan dan relokasi hiposenter diperlukan dengan perangkat lunak Joint Hypocenter Determination (JHD) Velest. Distribusi hiposenter yang telah dipindahkan menunjukkan pergeseran posisi hiposenter ke area zona produksi dan beberapa mengikuti tren struktur permukaan. Sedangkan untuk memetakan distribusi intensitas dan orientasi fraktur, analisis Shear Wave Splitting (SWS) digunakan. Fenomena SWS terjadi ketika gelombang S merambat melalui media anisotropi. Gelombang S akan dibagi menjadi dua polarisasi (ɸ) dengan kecepatan yang berbeda, yaitu Sfast yang paralel dan Sslow yang tegak lurus dengan orientasi fraktur. Teknik korelasi rotasi digunakan untuk menentukan parameter SWS, yaitu arah polarisasi (ɸ) dan waktu tunda (dt) gelombang S. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa area tengah WKP memiliki intensitas patah yang tinggi didukung oleh keberadaan sumur dengan produksi uap terbesar di lapangan dan munculnya struktur yang lebih kompleks di permukaan. Sedangkan arah dominan orientasi fraktur dalam penelitian ini relatif paralel mengikuti tren struktur lokal NW-SE dan NE-SW.

Identification of permeable zones is an important aspect in the development and monitoring of the geothermal field. Permeable zones are generally associated with subsurface stress conditions and the presence of fracture-like structures in the reservoir. The distribution and orientation of the fracture is the pathway for the multiplication of fluids in geothermal reservoirs. One geophysical method for detecting permeable zones is the micro earthquake method. This method records the natural response of stress-strain rocks. This study discusses the micro earthquake distribution, intensity distribution, and fracture orientation. The data used are micro earthquake data recorded by seismograms in the period January - April 2018. Determination of the initial hypocenter earthquake using Hypo71 software. Hypocenter distribution results from the calculation of Hypo71 still have high spatial error and RMS residuals because the velocity model is not in accordance with the subsurface conditions. Therefore, updating the speed model and relocating the hypocenter is needed with Velest Joint Hypocenter Determination (JHD) software. The distribution of the hypocenter that has been moved shows a shift in the position of the hypocenter to the area of ​​the production zone and some follows the surface structure trends. Whereas to map the fracture intensity and orientation distribution, Shear Wave Splitting (SWS) analysis is used. SWS phenomenon occurs when S waves propagate through anisotropic media. S waves will be divided into two polarizations (ɸ) with different speeds, namely Sfast which is parallel and Sslow which is perpendicular to the fracture orientation. Rotational correlation technique is used to determine the SWS parameters, namely the direction of polarization (ɸ) and the time delay (s) of S waves. The results of this study indicate that the central area of ​​the WKP has a high fracture intensity supported by the presence of wells with the largest steam production in the field and the appearance of structures which is more complex on the surface. While the dominant direction of fracture orientation in this study is relatively parallel following the trends of the NW-SE and NE-SW local structures."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Mentari Maimunah
"Lapangan X berada pada Cekungan Jawa Barat Utara dengan stratigrafi yang apabila diurutkan dari usia tua ke muda adalah Basement Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Cibulakan dan Formasi Parigi. Terdapat empat buah sumur yang menjadi pusat penelitian pada lapangan ini. Perhitungan mengenai efektivitas sumur sendiri dilakukan dengan mengidentifikasi konektivitas reservoir yang terpisahkan oleh adanya patahan. Patahan sendiri dapat berlaku sealing maupun leaking, dilihat dari berbagai properti patahan yang dapat dijadikan parameter dalam indikasi sealing ataupun lsquo;leaking. Adapun hasil dari Fault-Seal Analysis yang telah dilakukan adalah keempat sumur tersebut memiliki persebaran vshale yang cukup tinggi dimana sumur PDM-01 memiliki vshale pada kisaran nilai 0.5 pada bagian atas dan menurun persentasenya menjadi 0.1 pada bagian bawah. Sumur PDM-02 memiliki vshale yang beragam, rendah di bagian atas yaitu sebesar 0.1 namun tinggi di bagian bawah yaitu sebesar 0.9-1. Sumur PDM-03 memiliki vshale yang beragam namun cenderung rendah, mulai dari vshale dengan persentase 0.1 hingga 0.5. Sumur PDM-04 memiliki vshale yang beragam dan cenderung rendah, yaitu berkisar antara 0.1-0.5.

Field X is located at the North West Java Basin with Basement, Talang Akar Formation. Baturaja Formation, Cibulakan Formation, Parigi Formation sorted based on the geological age. There are four wells those are being considered here. The calculation about the effectivity of the wells are done by identifying the reservoir connectivity those are separated by faults. Faults might be sealing or leaking, considered by the fault properties as the parameters. The results of the Fault Seal Analysis done to the four wells are they have a high vshale distribution where PDM 01 has 0.5 at the top of the well and decreasing to 0.1 at the bottom. PDM 02 has vshale distribution variation 0.1 at the top and 0.9 1 at the bottom. PDM 03 has vshale distribution variation and tend to have a low value 0.1 0.5. PDM 04 has shale variations and with a low value tendency 0.1 0.5."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nayladiansyah
"Cekungan Sumatera Tengah merupakan salah satu daerah penghasil minyak dan gas bumi terbesar di Indonesia dengan salah satu reservoir yang potensial berada di formasi tualang dan lakat. Penelitian ini menggunakan metode multiatribut seismik dan analisis petrofisika untuk melakukan karakterisasi reservoir pada daerah penelitian. Analisis petrofisika bertujuan untuk mendapatkan parameter petrofisika yaitu volume shale, porositas, dan saturasi air. Batuan reservoir potensial pada penelitian ini memiliki nilai volume shale dengan rentang 0.1 hingga 0.3, nilai porositas efektif dengan rentang 0.144 hingga 0.253, dan nilai saturasi air dengan rentang 0.45 hingga 0.79. Analisis multiatribut bertujuan untuk melakukan penyebaran parameter petrofisika pada area penelitian. Berdasarkan analisis multiatribut seismik didapatkan persebaran zona reservoir sandstone potensial formasi tualang dan lakat terkonsentrasi di daerah tinggian antiklin di tengah dan tenggara area penelitian dengan rentang nilai volume shale dari 0.05 hingga 0.65 dan nilai porositas efektif dengan rentang 0.1 hingga 0.25. Zona tersebut berada pada daerah tinggian yang dikontrol oleh antiklin sesar yang berarah NW-SE sehingga zona tersebut memiliki potensi menjadi jebakan struktural hidrokarbon. Struktur antiklin ini juga mengendalikan proses migrasi sekunder dari formasi kelesa yang dikembangkan di graben yang terletak sekitar 15 km south east (tenggara) dari area penelitian.

The Central Sumatra Basin is one of the largest oil and gas-producing regions in Indonesia, with one of its potential reservoirs located in the Tualang and Lakat formations. This study uses seismic multi-attribute method and petrophysical analysis to characterize the reservoir in the study area. The petrophysical analysis aims to obtain petrophysical parameters, namely shale volume, porosity, and water saturation. The potential reservoir rock in this study has a shale volume ranging from 0.1 to 0.3, effective porosity ranging from 0.144 to 0.253, and water saturation ranging from 0.45 to 0.79. The multi-attribute analysis aims to map the distribution of petrophysical parameters across the study area. Based on the seismic multi-attribute analysis, the distribution of potential sandstone reservoir zones in the Tualang and Lakat formations is concentrated in the anticline highs in the central and southeastern parts of the study area, with shale volume values ranging from 0.05 to 0.65 and effective porosity values ranging from 0.1 to 0.25. These zones are located in high areas controlled by NW-SE trending fault anticlines, suggesting that these zones have the potential to become hydrocarbon structural traps. This anticline structure also controls the secondary migration process from the Kelesa formation, which is developed in the Binio Trough, located approximately 15 kilometers southeast of the study area."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Niatri
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini kami menggunakan metode yang disebut sebagai Control Source Electromagnetic (CSEM) yang diintegrasikan dengan data seismik, yang dikenal dengan High Resolution Electromagnetic (HREM). HREM adalah teknologi explorasi yang dapat mengidentifikasi adanya hidrokarbon pada seismic section. Teknik HR-EM telah diterapkan pada lapangan Takara di cekungan Sumatera Selatan. Dalam studi ini, kami fokus pada cara yang praktis untuk menurunkan karakterisasi Reservoir dari data awal HR-EM yang diperoleh dari sinyal Electromagnetic survey berupa: Resistivity dan Induce Polarization yang diintegrasikan dengan Interval velocity atau dikenal dengan Integrated Attribute. Dengan mengintegrasikan ketiga parameter tersebut, maka kita dapat meningkatkan kepercayaan kita dalam interpretasi suatu prospect, serta dapat menurunkan resiko dryhole. Kemudian data tersebut di link dengan karakteristik reservoir seperti "Porositas?, "Saturasi air" dan "Ketebalan" dengan menggunakan Template sederhana sehingga kita dapat memperkirakan isi fluida daerah yang belum di bor jika memiliki lingkungan geologi pengendapan yang sama dengan daerah yang telah dibor.

ABSTRAK
This research uses a method which is referred to as the control source electromagnetic (CSEM), integrated with seismic data and well logs data. That?s why we call High Resolution electromagnetic (HREM). HREM is land survey technology which can identify the presence of hydrocarbons defined by any anomalies recorded in the seismic section. HR-EM technique has been applied in Takara field at South Sumatra Basin. This study is focused on practical ways to increase confidence level of our interpretation, as well as to reduce the risk of dry hole, by integrating the electrical properties from HR-EM data and elastic properties from seismic data. The elastic property is the interval velocity and the electrical properties are Resistivity and Induce Polarization derived from Electromagnetic signals. The integration of those three parameters is known as Integrated Attribute. Then those data is link with the reservoir characteristics such as porosity, water saturation, and bed thickness by using simple templates. Using this method, we can estimate the fluid content of un-drilled areas if un-drilled area has the same geological depositional environment as the drilled area."
2010
T29111
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fritz
"Perkembangan akhir dari teknologi impedansi seismik menyajikan sebuah pendekatan kuantitatif dalam karakterisasi reservoir. Impedansi yang dinyatakan sebagai Extended Elastic Impedance (EEI) ini yang juga merupakan bentuk ekstensi dari impedansi elastik mampu memberikan akses untuk mengeksplor informasi yang terdapat di sumur melalui data seismik sehingga memungkinkan kita untuk memprediksi distribusinya . Korelasi optimum antara EEI dengan suatu parameter reservoir memberikan pemungkinan untuk menggunakan EEI sebagai pendekatan dari parameter reservoir tersebut. Proyeksi sudut konstan dari penampang seismik dapat digunakan untuk membuat penampang reflektifitas parameter reservoir, yang secara konsep, dibangkitkan oleh EEI. Sehingga akan terdapat pasangan reflektifitas dan impedansi yang menggambarkan distribusi dari nilai parameter reservoir. Dalam penelitian ini, EEI digunakan sebagai pendekatan terhadap gamma-ray dan lamda-rho untuk memprediksikan perkembangan reservoir dan akumulasi gas dari posisi sumur ke sepanjang tutupan daerah survey seismik. Hasilnya menunjukan bahwa adanya kesimpulan yang sinergi antara pendekatan EEI yang satu dengan yang lain dalam memprediksikan deliniasi reservoir."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S28968
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Fatkhurroyan
"Metode seismik merupakan suatu metode geofisika yang hingga saat ini merupakan metode dipercaya dapat memberikan gambaran bawah permukaan dari suatu lapangan. Seismik inversi adalah salah satu dari banyak metode yang digunakan untuk karakterisasi reservoar. Dengan menggunakan inversi seismik simultan mampu mendapatkan jawaban yang lebih pasti dengan cara menganalisa impedansi P, impedansi S dan densitas.
Lapangan X, pada zona dangkal merupakan zona produksi yang cukup menjanjikan. Sehingga, pengembangan pada zona ini cukup gencar. Namun, beberapa kali prediksi reservoar meleset dikarenakan lapisan coal yang melimpah. Sebelum melakukan analisa inversi seismik simultan, perlu diketahui terlebih dahulu hubungan sifat fisik batuan (Zp, Zs, VpVs, lamda-rho dan mhu-rho) dengan properti batuannya (densitas dan porositas).
Studi kelayakan dilakukan dengan cara melakukan cross plot parameter fisik batuan untuk dapat mendefinisikan litologi dan fluida yang ada. Selanjutnya well-seismic tie dilakukan untuk mendapatkan korelasi dan koherensi antara data dari log sumur dengan data seismik. Interpretasi horison, struktur dan pembuatan model frekuensi rendah dilakukan untuk memahami keadaan geologi dari daerah penelitian. Pada akhirnya, inversi seismik simultan dapat dilakukan dengan tepat.
Hasil dari analisa inversi seismik simultan adalah kisaran nilai Zp, Zs dan Dn untuk mengkarakterisasi reservoar. Selain itu, analisa mengenai LMR (lamda-mhurho) juga dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Sehingga, persebaran reservoar pada daerah penelitian dapat diketahui.

Seismic is one of the methods in geophysics that until now still reliable for sub-surface imaging and interpretation of a field. Seismic inversion is one of the methods to characterize the reservoir. Using simultaneous seismic inversion, analyzing the P-impedance, S-impedance and density can be more convenient and certain.
X Field, especially in the shallow zone is a promising production zone. Hence, development in this zone is very incentive. Unfortunately, miss prediction sometimes happens due to coal layer that abundant. Relationship between rock physic (Zp, Zs, Vp/Vs, lamda-rho and mhu-rho) and rock property (density and porosity) must be understood prior to simultaneous seismic inversion analysis. Feasibility study was conducted by cross plotting among some parameters to define the lithology and fluids.
Well-seismic tie was conducted to have a good correlation and coherency between well-log data and seismic data. Horizon, structural interpretation and low frequency model were performed to have geological understanding of research area. The result of series steps previously then analyzed to have a good quality data. Eventually, the simultaneous seismic inversion can be performed in a proper way.
Result of the simultaneous seismic inversion analysis is a value of Zp, Zs and Dn for reservoir characterization. Moreover, LMR (lamda-mhu-rho) analysis can be performed to give more preferable result. Eventually, the distribution of gas-sand reservoir can be understood.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
T44263
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Kirana
"Banyaknya budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA) di Waduk Cirata selain meningkatkan pendapatan petani ikan setempat juga menimbulkan dampak bagi kualitas perairan waduk. Hal ¡ni disebabkan banyaknya sisa pakan dan faeces ikan yang masuk ke perairan mengakibatkan eutrofikasi perairan waduk. Hal ini menyebabkan peledakan (blooming) fitoplankton. Kondisi ini berakibat menurunnya kualitas perairan waduk tersebut.
Usaha untuk mengurangi blooming algae secara biologis telah banyak dilakukan di antaranya dengan mengontrol pemasukan unsur hara atau menggunakan tumbuhan air sebagai perangkap nutrien. Pengendalian secara biologis merupakan cara yang paling aman dan efektif, yaitu dengan mengurangi, merusak atau menghambat pertumbuhan suatu organisme oleh organisme lain. Penggunaan ¡kan untuk mengendalikan blooming fitoplankton merupakan salah satu cara yang sangat ideal.
Ikan mola (Hypothalmichthys molitrix (C.V.)) merupakan jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder yang mempunyai pertumbuhan cepat. Dengan adanya budidaya ikan mola bersama-sama dengan ikan lainnya dalam karamba jaring apung diharapkan pertumbuhan fitoplankton yang berlebihan dapat dikendalikan, dan lestari serta sekaligus dapat menghasilkan protein hewani (ikan).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas perairan, struktur komunitas fitoplankton, indeks keanekaragaman jenis fitoplankton serta melihat pengaruh dan efektivitas ikan mola sebagai. pengendali blooming fitoplankton di Waduk Cirata.
Hipotesis penelitian ini adalah pemanfaatan ikan mola (Hypophfhalmichthys molitrix (C.V) dapat menekan atau mengendalikan blooming fltoplankton sehinggga kwalitas perairannya tetap terjaga.
Penelitian ini menggunakan metode survei:
a. Teknik Pengambilan Sampel: pengambilan sampel air dan ikan dilakukan 6 kali dengan selang waktu 2 minggu selama 3 bulan. Analisis sampel dilakukan di Waduk Cirata dan di Laboratorium. Sampel diambil di tujuh (7) titik (stasiun). Parameter yang diukur adalah suhu air, pH, kecerahan, DO, BOD5 total P, total N, CO2, H2S, fltoplankton yang terdapat di perairan dan yang terdapat di saluran pencernaan ikan mola.
b. Teknik Analisis Data
- perkiraan kandungari fitoplankton keseluruhan sampel dengari menggunakan rumus n = a.c/L
- untuk menghitung keanekaragaman fitoplankton dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener yaitu
H? = pi Iog2 pi, pi = ni/N
c. untuk mengetahui kemerataan fitoplankton dengan rumus
E = H?/H? maks = H?/ In S
d. untuk mengetahui tingkat kesamaan titoplankton di setiap stasiun dengan menggunakan Indeks Sorensen yaitu
IS=2c/a+bx 100%
e. untuk menganalisis makanan ikan mola digunakan Indek Elektivitas dan lvlev yaitu E = ri - pi/ri + pi
f. data kualitas perairan yang diperoleh dibandingkan dengan baku mutu kualitas air bagi peruntukan perikanan (golongan C) berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 dan pustaka.
g. untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fitoplankton yang terdapat di perairan yang ada ikan mala dengan yang tidak ada dilakukan uji ?Jumlah Jenjang Wilcoxon, untuk menguji ada tidaknya perbedaan jumlah fltoplankton di tujuh stasiun dilakukan uji 'Kruskal Wallis dan untuk mengetahul korelasi antara kualitas perairan dengan jumlah fltoplankton digunakan 'Koefisien Korelasi Spearman'.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kualitas perairan permukaan Waduk Cirata adalah sebagai berikut: rata-rata suhu 28,8 ° C; kecerahan 12615 cm; pH 6,8; karbondioksida 3,94 mg/I; DO 6,32 mg/I; BOD5 1.81 mg/i; H2S 0,42 mg/l; total P 0,05 mgII dan total N 2,34 mg/I. Kondisi perairan tersebut masìh cukup baik untuk kehidupan ¡kan dan masih dalam kisaran baku mutu air golongan C (PP No 20 Tahun 1990), kecuali H2S, total P dan total N yang telah melebihi baku mutu air tersebut. Nilai total P dan total N yang tinggi menyebabkan eutrotikasi perairan waduk tersebut sehingga menyebabkan bloomng fitoplankton
Jumlah marga fitoplankton di perairan waduk pada bulan Mei ? Juli 2000 sebanyak 29 marga yang terdiri dan divisi Chlorophyta 17 marga, Chrysophyta 5 marga, Cyanophyta 5 marga, Pyrrophyta dan Euglenophyta masing-masing 1 marga. Jumah individu fitoplankton terbanyak di stasiun 7 (Calincing) sebesar 5.135.041 indu yang diikuti di stasiun I (Jangari) sebesar 5.076.000 md/I, sedangkan yang paling sedikit ditemukan di stasiun 4 (Patok Besi) yaitu 2.301.522 indu dan stasiun 2 (Jarigarildalam karamba) yaitu sebesar 2.424.000 md/I. Marga yang banyak ditemukan adalah Synedra, Chiorella, Microcystis, Cosmanum dan Scenedesmus. Zooplankton yang ditemukan di perairan Waduk Cirata adalah Copepoda 2 marga, Rotifera 4 macga, dan Cladocera 2 macga. Marga yang banyak ditemukan adalah Naupli, Diaptomus, dan Asplanchna.
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (H?) komunitas fitoplankton di Waduk Cirata berkisar antara 2,85 - 3,53. Nilai indeks keanekaragarnan tertinggi terdapat di stasiun 3 (Maleber) yaltu 3,53, sedangkan terendah di stasiun 1 (Jangari/luar karamba) yaitu 2,85.
Indeks keseragaman atau kemerataan (E) komunitas fitoplankton disetiap stasiun berkisar antara 0,61 ? 0,84. Indeks kesamaan Sorensen (IS) komunitas fitoplankton antar stasiun di perairan Waduk Cirata berkisar antara 7179? 89,36 %.
Berdasarkan sampel ikan mola yang diteliti sebanyak 18 ekor dengan ukuran panjang 18,6 ? 27,5 cm dan berat antara 76 ?191,2 g, mempunyam panjang usus atau saluran pencemaan berkisar 101,4 ? 255 cm atau 5,5 ? 9,6 panjang totalnya. Jenis fitoplankton yang terdapat diusus ikan mala sebanyak 30 marga yang terdiri dari Chlorophyta 18 marga, Cyanophyta 5 marga, Chrysophyta 5 marga, Pyrrophyta, dan Eugenophyta masing-masing I marga. Adapun jenis yang dominan adalah Synedra, Mensmopedia, Cosmanum, Chiorella, dan Microcystis.
Berdasarkan nilai lndeks Elektivitas (E) ternyata bahwa komponen pakan yang berasal dari perairan karamba yang disukai ikan adalah Actinasfrum, Ankistrocjesmus, Characium, Cncígenia, Eudotina, Gloeocystis, Kirchneriella Oocystis, Gomphosphaetia, Astenonella, Gomphonema, Peridinium, Eugiena, Mensmopedia, Spaerocystis, Synedra, Scenedesmus, Staurastrum, Dictyosphaerium, Coelastrum, dan Cosmarium. Pakan yang tidak disukai ¡kan mola yaitu Anabaena, Euastnim, Melosira, Navicula, Spiro gyra, Chlorella, Chroococcus, Qsciflatorja, Desmidiurn, dan Microcystis.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terlihat bahwa ikan mola dapat memanfaatkan pakan alami yang berupa fitoplankton secara efektif sampai 50 % sehingga ikan tersebut dapat digunakan sebagai pembersih pencemaran akibat blooming fitoplankton. Hal ini terbukti dengan perairan dalam karamba di mana ikan mola dipelihara, jumlah fitoplankton yang ditemukan jauh lebih sedikit dan Iebih jernih dibandingkan dengan perairan di luar karamba. Berdasarkan Uji Jumlah Jenjang Wilcoxon terdapat perbedaan sangat nyata antara jumlah fitoplankton di stasiun yang ada ikan mola (stasiun 2) dengan stasiun luar karamba (stasiun 1), juga terdapat perbedaan sangat nyata jumlah fitoplankton di antara 7 stasiun penelitian. sedangkan dari Uji Koefisien Korelasi Spearman terbukti bahwa ada korelasi yang positif nyata antara Total P dengan jumlah fitoplankton. Oleh karena ¡tu apabila ikan mola yang ditebarkan keseluruh perairan waduk dalam jumlah yang banyak, maka blooming fìtoplankton yang terjadi selama ini dapat dicegah sehingga tidak terjadi pencemaran dan kematian masal ikan yang pernah terjadi di Waduk Cirata tidak akan terulang kembali.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat diambil kesimpuIan sebagai berikut:
1. Perairan Waduk Crata tergolong perairan yang hypertrofik, dan kuahtas airnya terutama Total P, Total N dan H2S telah melampaui nilai ambang batas baku mutu lingkungan.
2. Jumlah marga yang ditemukan di stasiun 2 adalah 25 marga, stasiun 2 sebanyak 18 marga, stasiun 3 sebanyak 25 marga, stasiun 4 sebanyak 14 marga, stasiun 5 sebanyak 18 marga, stasiun 6 sebanyak 17 marga, dan stasiun 7 sebanyak 22 marga. Marga terbanyak dan divisi Chiorophyta.
3. Nilai indeks keanekaragaman (H?), perairan Waduk Cirata berkisar antara 2,85 ?3,53.
4. Berdasarkan analisis usus ikan mola terlihat bahwa seluruh pakan yang dimakan adalah fitoplankton. Jenis yang disukai adala h Mensmopedia, Synedra, Microcyst is, Spaerocystis, Dictyosphaenum, Coelastrum dan Cosmarium. Dengan demikian terbukti bahwa ¡kan mola dapat mengurangi tingkat pencemaran akibat bloomìng fltoplankton sebesar 50 %."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T3781
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>