Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164455 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Norma Fauziah
"Etilen glikol merupakan senyawa alkohol yang memiliki dua buah gugus hidroksil (-OH) sehingga dari satu senyawa etilen glikol dapat direaksikan dengan suatu asam karboksilat membentuk ester. Salah satu senyawa yang termasuk ke dalam asam karboksilat adalah asam p-hidroksi benzoat yang juga merupakan senyawa fenolik. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterifikasi asam p-hidroksi benzoat dengan etilen glikol menggunakan dua jenis katalis asam yaitu H2SO4 pekat dan y-AI2O3/SO4. Pelarut yang digunakan adalah aseton dengan suhu reaksi 55-60°C dan DMSO dengan suhu sebesar 165-17o°C. Ester yang dihasilkan masih merupakan campuran antara mono-ester dan di-ester berdasarkan uji KLT. Ester hasil esterifikasi dengan katalis H2SO4 pekat diperoleh pada saat digunakan pelarut aseton selama 24 jam dengan nilai Rf pada KLT sebesar 0,33 dan 0,59 yang merupakan mono-ester dan di-ester. Sedangkan dengan katalis y-AI2O3/SO4 diperoleh ester pada saat digunakan pelarut DMSO dengan variasi waktu, dimana persen konversi terbesar yaitu 87,75 % pada waktu 6 jam, dan harga Rf 0,38 untuk mono-ester dan 0,61 untuk di-ester."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30352
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pangabean, Odina Melda K.
"Senyawa ester dapat disintesis dengan cara mereaksikan langsung
suatu asam karboksilat dengan suatu alkohol. Salah satu senyawa yang termasuk
asam karboksilat adalah asam p-hidroksi benzoat. Asam p-hidroksi benzoat
merupakan senyawa fenolik sangat efektif sebagai antioksidan.
Reaksi esterifikasi membutuhkan energi aktivasi yang tinggi dan
waktu yang lama sehingga dibutuhkan katalis. Katalis yang biasa digunakan
adalah katalis homogen. Namun, katalis homogen menimbulkan masalah dalam
proses pemisahan produk dan tidak ramah lingkungan. Pada penelitian ini
dilakukan reaksi esterifikasi asam p-hidroksi benzoat dengan dua reaktan, etilen
glikol dan gliserol menggunakan dua jenis katalis heterogen asam yaitu y-
Al2O3/SO42 dan y-Al2O3/CIO4. Dimana katalis y-Al2O3/SO4² disintesis dari
scrap aluminium sedangkan katalis y-Al2O3/ClO4 dari hasil regenerasi katalis
bekas y-Al2O3 yang diperoleh dari industri. Pelarut yang digunakan adalah DMSO
dimana suhu reaksi sebesar 100°C. Produk esterifikasi dianalisis menggunakan uji
KLT, HPLC dan FT-IR.
Produk ester yang dihasilkan merupakan campuran antara α, Y-ester
dan ẞ-ester. Pada waktu 24 jam reaksi untuk katalis y-Al2O3/SO4² etilen glikol
menghasilkan % konversi asam terhadap produk ester sebesar 91,12% sedangkan
gliserol 100%. Sedangkan untuk katalis y-Al2O3/ClO4¯ etilen glikol menghasilkan
sebesar 71,13% sedangkan gliserol 100%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30696
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Elfia Siska Yasa Putri
"Esterifikasi senyawa fenolik seperti asam p-hidroksi benzoat dengan glukosa dpharapkan dapat menghasilkan ester yang memiliki aktivitas antioksidan. Reaksi esterifikasi berlangsung lambat, oleh sebab itu dibutuhkan katalis asam untuk mempercepat reaksi.
Pada penelitian ini mempelajari katalis γ-Al2O3 yang diimpregnasi dengan asam protik H2SO4 dan HClO4. Katalis heterogen γ-Al2O3/SO4 dan γ-Al2O3/ClO4 dikarakterisasi dengan XRD, XRF, BET. Reaksi esterifikasi menggunakan dua pelarut yakni aseton pada suhu 550C dan dimetil sulfoksida (DMSO) pada suhu 1000C dengan perode waktu reaksi 1 jam sampai 24 jam. Produk reaksi esterifikasi dianalisis menggunakan HPLC dan LC-MS.
Analisis LC-MS menunjukkan bahwa produk ester memiliki berat molekul 300, 420, 540. Aktivitas antioksidan menggunakan metode 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH) menunjukkan produk ester memiliki IC50 282 ppm.

Esterification of phenolic compound, such as p-hydroxy benzoic acid with glucose can be expected to produce esther products, which have antioxidant capacity. Esterification reaction rate is normally very slow and it needs acid catalyst to accelerate the reaction.
This research studied the catalyst performance of γ-Al2O3 impregnated with protic acids H2SO4 and HClO4. The heterogeneous catalysts, γ-Al2O3/SO4 dan γ-Al2O3/ClO4 were characterized by XRD, XRF, and BET methods. The esterification reactions were conducted using two kinds of solvents, in which reactions with acetone were conducted at a temperature of 550C whereas with dimethyl sulfoxide (DMSO) were conducted at temperature of 1000C, for a reaction period from 1 hours up to 24 hours. The reaction product were analyzed using HPLC and LC-MS methods.
The LC-MS showed three the ester products had 300, 420, and 540 molecular weights. The determination of antioxidant capacities with 1,1-difenil-2-pikril hidrazil (DPPH) showed that the ester products had IC50 = 282 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29026
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Muzdalifah
"Reaksi esterifikasi asam p-nidroksi benzoat termasuk reaksi penting karena produknya digunakan sebagai bahan pengawet kosmetik dan obat. Reaksi esterifikasi membutuhkan energi aktivasi yang tinggi sehingga dibutunkan katalis Katalis yang biasa digunakan adalan katalis nomogen. Namun, katalis nomogen menimbulkan masalah dalam proses pemisahan produk dan tidak ramah Iingkungan. Pada penelitian ini, dilakukan reaksi esterifikasi asam p-nidroksi benzoat dengan gliserol menggunakan katalis y-AI2O3/SO4 sebagai katalis neterogen dan dibandingkan dengan katalis HQSO4 pekat Katalis y-AI2O3/S04 disintesis dari tawas yang mempunyai harga ekonomis. Katalis hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD, XRF dan BET. Produk esterifikasi dianalisis menggunakan uji KLT dan FT-IR. Dari hasil esterifikasi, untuk katalis H2SO4 pekat dengan pelarut aseton selama 24 jam menghasilkan 2 bercak ester dengan % konversi ester total sebesar 55,74%, sedangkan katalis y-AI2O3/SO4 diperolen 2 bercak ester dengan % konversi ester total 92,08% setelah 6 jam reaksi dengan pelarut DMSO."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30358
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Maryana Fenida
"Sumber daya alam banyak sekali digunakan dalam sintesis senyawa organik. Keterbatasan sumber daya alam yang tersedia menyebabkan pemakaian sumber daya alam beralih ke sumber daya alam yang dapat diperbaharui. Biomassa adalah sumber daya terbaharui yang dapat dihidrolisis untuk menghasilkan senyawa organik bernilai tinggi seperti asam levulinat. Hidrolisis biomassa pertama-tama akan menghasilkan antara lain glukosa yang selanjutnya terhidrolisis menghasilkan senyawa asam levulinat dan asam format. Pada penelitian ini dilakukan hidrolisis glukosa dengan katalis homogen (H2SO4), katalis heterogen (γ-Al2O3/SO4 2-), dan tanpa katalis sebagai pembanding. Katalis heterogen yang digunakan disintesis dari scrap aluminium kemudian dikarakterisasi dengan XRD, XRF, BET, dan FT-IR. Reaksi hidrolisis dilakukan pada suhu 140 ºC dengan variasi waktu yaitu 2 jam, 4 jam, dan 6 jam untuk reaksi dengan katalis homogen; 4 jam, 6 jam, dan 8 jam untuk reaksi dengan katalis heterogen dan reaksi tanpa katalis. Hasil hidrolisis dianalisis dengan HPLC. Dari hasil penelitian ini didapatkan asam levulinat pada reaksi hidrolisis 6 jam dengan katalis homogen sebanyak 2,93% . Untuk produk reaksi katalisis dengan γ-Al2O3/SO4 2- hanya dapat ditentukan banyaknya asam format yang terbentuk, sedangkan asam levulinat tidak terdeteksi karena teradsorpsi pada padatan katalis.

A lot of natural resources are used in the synthesis of organic compounds. Since the availabilities of some natural resources are limited, they are now replaced by the renewable resources. Renewable natural resources such as biomass can be hydrolyzed to produce high added-value organic compounds. At first, biomass is hydrolyzed to produce glucose and then is further hydrolyzed to produce levulinic acid and formic acid. In this research, the hydrolysis of glucose was conducted using sulfuric acid as homogeneous catalyst and γ-Al2O3/SO4 2- as heterogeneous catalyst. As a comparison, the hydrolysis reaction was also conducted without catalyst. The γ-Al2O3/SO4 2- catalyst was first synthesized from aluminium scraps and was characterized by XRD, XRF, BET, and FT-IR. The hydrolysis reactions were carried out at a temperature of 140 ºC and the reaction periods were varied 2 hours, 4 hours, and 6 hours for the homogeneous catalytic; 4 hours, 6 hours, and 8 hours for the heterogeneous catalytic reaction and the reaction without catalyst. The hydrolysis products were analyzed by HPLC. From the result of this study, 2,93% levulinic acid was produced after 6 hours in the hydrolysis reaction with sulfuric acid. By using heterogeneous catalyst only formic acid can be detected because of adsorption levulinic acid on the catalyst."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30690
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Viandra
"Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan biomassanya. Biomassa lignoselulosa ini tersedia dengan sangat melimpah. Biomassa lignoselulosa sebagian besar terdiri dari campuran polimer karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) dan lignin yang dapat diubah menjadi bahan memiliki nilai yang tinggi. Penelitian ini mempelajari reaksi hidrolisis galaktosa dan fruktosa dengan menggunakan katalis homogen H2SO4 0,1 M dan katalis heterogen γ- Al2O3 /SO4 . Reaksi katalisis ini dilakukan pada temperatur 140 oC selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Hidroksi metil furfural merupakan produk intermediet yang dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi asam levulinat dan asam format, serta produk karbonisasi yang berbentuk material padatan.
Produk hidrolisis tersebut dianalisis dengan metode HPLC dimana diperoleh persen konversi galaktosa dan fruktosa yang semakin meningkat seiring dengan waktu reaksi. Reaksi hidrolisis fruktosa dengan katalis homogen menunjukkan persen konversi terbesar (99%) dari reaksi hidrolisis selama 4 jam, persen yield asam levulinat terbesar (5%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam dan persen yield asam format terbesar (8%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam. Sementara itu, reaksi hidrolisis galaktosa menunjukkan persen konversi terbesar (99%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam dan persen yield asam format terbesar (7%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam.
Hasil dari reaksi fruktosa dengan katalis heterogen tidak diperoleh asam levulinat tapi menunjukkan persen konversi terbesar (60%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam dan persen yield asam format terbesar (11%) dari reaksi hidrolisis selama 2 jam. Sementara itu, reaksi galaktosa dengan katalis heterogen juga tidak diperoleh asam levulinat, tapi diperoleh persen konversi terbesar (46%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam dan persen yield asam format terbesar (2%) dari reaksi hidrolisis selama 6 jam.

Indonesia is agriculture land, in which lignocellulosic biomass is available in abundance. Most of lignocellulosic biomass is composed of carbohydrate polymer mixture (cellulose and hemicellulose), lignin and can be converted into higher added value materials. The hydrolysis reaction of cellulose and hemicellulose can produce levulinic acid. This research studied hydrolysis reaction of galactose and fructose conducted over homogeneous catalyst, H2SO4 0.1 M and over heterogeneous catalyst, γ- Al2O3 /SO4 2-. This catalysis reactions were performed at temperature 140 oC for 2 hours, 4 hours and 6 hours. Hydroxy methyl furfural was produced as the intermediate product, which was further hydrolized into levulinic acid and formic acid, and carboneous product, in form of solid material was also existed.
The reaction products were analyzed by HPLC method, in which the conversion of galactose and fructose were increased with the reaction time. The homogeneous hydrolysis reaction of fructose showed the highest conversion (99%) from hydrolysis reaction for 4 hours, the highest yield of levulinic acid (5%) from hydrolysis reaction for 6 hours and the highest yield of formic acid (8%) from hydrolysis reaction for 6 hours. Meanwhile the reaction of galactose showed the highest conversion (99%) from hydrolysis reaction for 6 hours and the highest yield of formic acid (7%) from hydrolysis reaction for 6 hours.
The heterogeneous result of fructose did not show any levulinic acid but showed the highest conversion (60%) from hydrolysis reaction for 6 hours and the highest yield of formic acid (11%) from hydrolysis reaction for 2 hours. Meanwhile the heterogeneous result of galactose also did not show any levulinic acid but showed the highest conversion (46%) from hydrolysis reaction for 6 hours and the highest yield of formic acid (2%) from hydrolysis reaction for 6 hours."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S30701
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kuskarya Wantini
"ABSTRAK
Gliserol merupakan senyawa alkohol yang memiliki tiga buah gugus hidroksil (-OH) sehingga dapat direaksikan dengan suatu asam karboksilat membentuk ester. Salah satu senyawa yang termasuk ke dalam karboksilat adalah asam p-hidroksi benzoat yang juga merupakan senyawa fenolik. Cairan ionik dikenal sebagai pelarut dan katalis yang ramah lingkungan dalam penggunaannya untuk berbegai senyawa. Pada penelitian ini dilakukan reaksi esterifikasi asam p-hidroksi benzoat dengan gliserol menggunakan dua jenis katalis yaitu cairan ionik, 1-Butil-3-Metil Imidazolium Klorida [BMIM]Cl dan silika gel / [BMIM]Cl Pelarut yang digunakan adalah aseton dengan suhu reaksi 55 - 60°C. Ester yang dihasilkan merupakan monoester berdasarkan uji KLT. Esterifikasi gliserol dengan katalis [BMIM]Cl tidak menghasilkan ester yang diharapkan. Sedang dengan 0,5 g dan 1 g katalis silika gel / [BMIM]Cl kondisi optimum tercapai pada 20 jam dengan persen hasil produk sebanyak 19,83% dan 29,62%. Karakteristik katalis heterogen menggunakan XRD, XRF, FT-IR. Karakteristik ester menggunakan KLT, FT-IR, HPLC dan GC-MS.

ABSTRACT
Glycerol is an alcohol compound having three hydroxyl groups (- OH), which can be reacted with carboxylic acid to produce ester. One compound which included into carboxylic acid is p-hydroxy benzoic acid which also is a phenolic compound. Ionic liquid is known as environmental friendly solvent and catalyst. Since phenolic compounds are known as effective antioxidants, this research studied the esterification reaction of glycerol with a phenolic acid, p-hydroxy benzoic acid using ionic liquid as catalyst. The ionic liquid, l-buthyl-3-methyl imidazolium chloride, [BMIM]Cl, Was used in the form of impregnated catalyst in silica gel and as unimpregnated catalyst. The reactants, glycerol and p-hydroxy benzoic acid in mol ratio of 4 1 l, were disolved in acetone solvent and the esterification reactions were conducted at a temperature around 55 - 60°C up to 24 hours. The reaction products were analyzed using thin layer chromatography, HPLC and FT-IR, which showed the monoester product. The reaction with unimpregnated [BMIM]Cl catalyst did not produce ester product. Where as the rections with [BMIM]Cl impregnated in SiO; produced 19.83% ester product with 0.5 g catalyst and 29.62% ester product with 1.0 g catalyst in 20 hours reaction periods."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S54631
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astriana Widyanti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1989
S29781
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Marzendo
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30705
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kharisma Zalfa Khairunnisa Nugraha
"Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari aktivitas katalitik dari katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat yang disintesis berdasarkan metode sol-gel, pada reaksi esterifikasi antara asam oleat dengan neopentil glikol. Aktivitas katalitiknya dibandingkan dengan empat jenis katalis lain, yaitu katalis SBA-15, SBA-15-PrSO3H dengan dua variasi komposisi, dan Ph-PMO-PrSO3H. Pengujian dilaksanakan pada kondisi reaksi yang sama untuk semua jenis katalis, yaitu dengan rasio molar reaktan neopentil glikol : asam oleat 4:1, suhu reaksi 150 oC, jumlah katalis 3%, dan waktu reaksi selama 120 menit. Hasil dari penelitian didapatkan katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat menghasilkan persen konversi produk yang tertinggi, yaitu 71,09%. Selain itu, dilakukan pula variasi rasio molar reaktan, persen jumlah katalis, dan waktu reaksi untuk mengetahui kondisi optimum reaksi. Didapatkan kondisi optimum dari reaksi adalah rasio molar reaktan neopentil glikol : asam oleat 4:1 dengan jumlah katalis 5% dan waktu reaksi selama 300 menit menghasilkan persen konversi produk 87,14%. Dari pengujian daya daur ulang katalis diketahui bahwa katalis silika-organosilika terfungsionalisasi sulfonat memiliki daya daur ulang yang baik untuk tiga kali reaksi, masing-masing dengan persen konversi asam oleat 87,14%, 87,09%, dan 86,73%. Hal ini juga dikonfirmasi oleh karakterisasi FTIR katalis yang tidak menunjukkan adanya gugus fungsi yang hilang dibandingkan dengan katalis sebelum digunakan di reaksi.

This research was conducted to study the catalytic activity of a sulfonate functionalized silica-organosilicate catalyst synthesized based on the sol-gel method, in the esterification reaction between oleic acid and neopentyl glycol. The catalytic activity was compared to four other types of catalysts, namely SBA-15, SBA-15-PrSO3H with two variations of composition, and Ph-PMO-PrSO3H. The test was carried out under the same reaction conditions for all types of catalysts, namely with a molar ratio of neopentyl glycol reactants: oleic acid 4:1, reaction temperature of 150 oC, amount of catalyst 3%, and reaction time of 120 minutes. The results of the study showed that the sulfonate functionalized silica-organosilica catalyst produced the highest percentage of product conversion, namely 71,09%. In addition, variations in the molar ratio of the reactants, the percent amount of catalyst, and reaction time were also carried out to determine the optimum conditions for the reaction. The optimum conditions for the reaction were the molar ratio of reactants neopentyl glycol : oleic acid 4:1 with 5% catalyst and 300 minutes of reaction time to produce a product conversion percentage of 87,14%. From the catalyst recycling test it was found that the sulfonate functionalized silica-organosilica catalyst had good recyclability for three reactions, with percent oleic acid conversion of 87,14%, 87,09% and 86,73%, respectively. This was also confirmed by the FTIR characterization of the catalyst which did not show any loss of functional groups compared to the catalyst before being used in the reaction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>