Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 124771 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khairunnisa
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30498
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dita Angelia
"Kebutuhan minyak bumi yang semakin besar merupakan tantangan yang perlu diantisipasi dengan pencarian alternatif sumber energi. Salah satu energi alternatif yang dapat diperbarui adalah biodiesel yang merupakan senyawa metil ester dari asam lemak rantai panjang yang dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi minyak nabati. Pada penelitian ini dilakukan reaksi transesterifikasi minyak goreng komersil dengan metanol menggunakan katalis K-zeolit dan cairan ionik 1-n-butil-3-metilimidazolium heksaflorofosfat (BMI-PF6). Preparasi K-zeolit dilakukan dengan cara mendispersikan zeolit alam Sukabumi ke dalam larutan NaCl sehingga terjadi proses pertukaran kation menjadi Na-zeolit. Kemudian Na-zeolit didispersikan dengan larutan KOH untuk menghasilkan K-zeolit. K-zeolit yang diperoleh, selanjutnya dianalisis menggunakan XRD dan XRF. Karakteristik K-zeolit menunjukkan bahwa perlakuan pertukaran kation tidak merusak struktur zeolit. Proses modifikasi zeolit alam menjadi K-zeolit akan meningkatkan kemampuan katalitiknya. Dimana reaksi transesterifikasi pada suhu 65 ºC selama 4 jam dengan perbandingan minyak metanol 1:12 dengan menggunakan zeolit alam yang belum dimodifikasi belum menghasilkan produk metil ester sedangkan reaksi dengan K-zeolit berhasil membentuk produk metil oleat dan metil palmitat. Produk metil ester dianalisis dengan menggunakan GC-MS. Untuk reaksi transesterifikasi dengan menggunakan K-zeolit dan cairan ionik reaksi berlangsung pada suhu 65 ºC selama 2 jam dengan perbandingan minyak metanol 1:12 dan penambahan 3 % k-zeolit , menghasilkan produk metil ester yaitu metil oleat, metil palmitat, dan metil linoleat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febnita Eka Wijayanti
"Minyak jelantah merupakan limbah berbahaya yang dapat didaur ulang menjadi metil ester melalui proses esterifikasi dari asam lemak dengan metanol. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kadar total metil ester yang diperoleh dari reaksi transesterifikasi dengan metode kromatografi gas (KG). Reaksi ini dilaksanakan dengan perbandingan mol metanol dengan minyak 4:1, 5:1, 9:1, 10:1, 12:1, dan 20:1 pada suhu 40oC selama 1 jam dengan konsentrasi katalis (KOH) sebesar 1,5 % dari berat minyak. Pengaturan suhu injektor, detektor, dan kolom KG berturut-turut adalah 230oC, 250oC, dan 130oC. Kolom KG diatur menggunakan pemrograman suhu dengan suhu awal 130oC, kenaikan suhu 2oC/menit sampai 230oC dan dipertahankan selama 100 menit. Metil ester murni hasil transesterifikasi minyak jelantah diperoleh dari sampel metil ester yang dihasilkan dengan perbandingan mol metanol dengan minyak 5:1, 9:1, dan 10:1. Waktu retensi metil ester dimulai dari menit ke-18 sampai menit ke-59. Kadar total metil ester sampel kontrol MEB 9:1 adalah 99,74%; sampel MEJ 4:1 adalah 99,42%; sampel MEJ 5:1 adalah 99,68%; sampel MEJ 9:1 adalah 99,61%; sampel MEJ 10:1 adalah 99,68%; sampel MEJ 12:1 adalah 99,42%; dan sampel MEJ 20:1 adalah 99,48%.

Waste cooking oil is dangerous pollution which could be recycled as methyl ester by esterification process between fatty acid and methanol. This research was aimed to determine some methyl ester total content as a result from transesterification reaction using gas chromatography (GC) method. The reaction was carried out with methanol?oil at mol ratio of 4:1, 5:1, 9:1, 10:1, 12:1, and 20:1 at 40oC for 1 hour with catalyst (potassium hydroxide) consentration of 1,5% w/w of oil. The GC injector, detector, and oven temperatures were maintained at 230, 250, and 130oC respectively. The GC oven using temperature program started from 130oC and heated at 2oC/minutes up to 230oC and it was kept for 100 minutes. Pure methyl ester that received from this transesterification of waste cooking oil were methyl ester which produced with methanol?oil at mol ratio of 5:1, 9:1, and 10:1. Time retention of methyl ester was started from 18 minutes until 59 minutes. The total amount of sample control MEB 9:1 was 99,74%; sample MEJ 4:1 was 99,42%; sample MEJ 5:1 was 99,68%; sample MEJ 9:1 was 99,61%; sample MEJ 10:1 was 99,68%; sample MEJ 12:1 was 99,42%; and sample MEJ 20:1 was 99,48%."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32753
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana
"Surfaktan dietanolamida merupakan salah satu jenis surfaktan yang banyak digunakan dalam pembuatan beragam produk pembersih, perawatan dan kosmetika Surfaktan ini bersifat terbaharukan dan mudah terdegradasi, sehingga tidak mencemari lingkungan. Jenis asam lemak dari minyak nabati yang dapat digunakan dalam pembuatan surfaktan dietanolamida adalah asam laurat.
Dalam penelitian ini, bahan baku surfaktan dietanolamida menggunakan asam Iemak dari Iimbah margarin yang mengandung asam Iaurat dengan jumlah terbanyak dibandingkan dengan asam Iemak lainnya. Sintesis dilakukan melalui tiga tahap reaksi: yaitu reaksi esterifikasi antara asam lemak bebas Iimbah margarin dengan metanol dan katalis asam (y-AI2O3/SO4), reaksi transestrifikasi antara trigliserida Iimbah margarin dengan metanol dan katalis basa (K2CO3/ y-AIQO3), serta reaksi amidasi antara metil ester Iimban margarin dengan dietanolamina dan katalis basa (K2CO3/ y-AI2O3).
Rasio mol antara asam Iemak bebas dengan metanol 1 1:4,5 dan 1:6, kondisi reaksi esterifikasi menggunakan suhu 50, 60, 70°C, Iama reaksi 1, 2, 3 jam dan katalis y-AI2O3/S04 2 % berat. Kondisi reaksi transesterifikasi antara trigliserida Iimbah margarin dengan metanol, rasio mol 1:4,5, suhu reaksi 60°C, vvaktu reaksi 1 jam dan katalis K2CO3/y-AI2O32 % berat Reaksi amidasi antara metil ester dengan dietanolamina menggunakan katalis K2CO3/ V-AI2O3 0,3 % berat, rasio mol reaktan 1:2, suhu reaksi 180°C, waktu reaksi 4 jam dan kecepatan pengadukan 200-300 rpm.
Karakteristik katalis heterogen asam dan base menggunakan XRF, XRD, dan BET. Karakteristik metil ester menggunakan bilangan asam dan uj pembakaran Konversi metil ester dengan reaksi esterifikasi mencapai 81,865 % dan reaksi transesterifikasi mencapai 75,00 %. Pengujian bilangan penyabuhan surfaktan dietanoamida sebesar 138,20 mg KOH/g sampel, dan nilai HLB surfaktan dietanolamida adalah 7,238, nilai ini menandakan bahwa surfaktan ini termasuk wetting agent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30353
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Arbianti
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasikin
"ABSTRAK
Plastik dan sejenisnya merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia modern. Oleh karena itu etilen yang merupakan bahan baku produk tersebut mempunyai nilai sangat strategic. Saat ini, etilen diproduksi dengan cara mengkonversi hidrokarbon dari minyak bumi. Mengingat semakin terbatasnya cadangan minyak, maka perlu dicari alternatif untuk memproduksi etilen. Etilen dapat dibuat dari etanol yang merupakan bahan baku terbarukan. Pada penelitian ini, dipakai katalis H-zeolit alam Lampung dan terjadi reaksi dehidrasi seri-paralel menghasilkan dua produk, yaitu dietil eter sebagai produk antara dan etilen sebagai hasil akhir.
Tahun pertama penelitian diarahkan untuk melakukan identifikasi zeolit alam Lampung serta treatment untuk merubah menjadi H-Zeolit yang dilanjutkan dengan konstruksi alat dan pengujian H-Zeolit pada reaktor alir kontinyu. Sedangkan tahun II, penelitian dilakukan untuk menentukan metode keseluruhan untuk mendapatkan katalis H-Zeolit yang memenuhi syarat aktivitas, selektivitas dan stabilitas sebagai katalis. Pada tahun ke-2 penelitian ini dilakukan dealuminasi dengan larutan asam untuk menaikkan ketahanan termal zeolit. Sedangkan tahun ke-3 difokuskan pada studi kinetika untuk menentukan persamaan reaksi, besaran konstanta laju reaksi, serta pemodelan untuk mensimulasi reaksi untuk skala pilot maupun skala komersial.
Pada tahun pertama, didapatkan metode preparasi zeolit menjadi H-Zeolit(HZ) dengan luas permukaan 90m2/g dan jumlah ion tertukar maksimum 62% (1120 meg1100 gzeolit) serta kekuatan asam yang tinggi dengan suhu desorpsi piridin 500°C. H-Zeolit tersebut memiliki aktivitas 3x lebih tinggi dibandingkan Zeolit alam (ZAL) dan mampu mengkonversi etanol 100% pada suhu reaksi 325°C akan tetapi mempunyai ketahanan termal hanya sampai suhu 300°C.
Dealuminasi terhadap zeolit alam Lampung pada tahun II dapat menaikkan rasio Si/Al sampai 1,6x apabila digunakan HC1 (HZC) dan terjadi kenaikan 1,8x apabila dengan HE. Terjadi pula kenaikan luas permukaan dengan luas maksimum 100m2/g. Kenaikan luas permukaan ini diikuti dengan kenaikan luas mikropori sehingga zeolit hasil dealuminasi memenuhi syarat sebagai katalis untuk reaksi dehidrasi etanol. Spektra IR menunjukkan zeolit yang telah didealuminasi mempunyai ketahanan termal sampai 600°C. Dari uji reaksi dapat disimpulkan bahwa HZC memiliki aktivitas, stabilitas termal maupun stabilitas reaksi yang paling tinggi. Oleh karena itu zeolit yang dipakai pads penelitian selanjutnya adalah zeolit dengan dealuminasi HCL 1 tahap dan pertukaran ion menggunakan NH¢NO3 dengan suhu kalsinasi 420°C.
Studi kinetika pada tahun ke-3 menunjukkan bahwa reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen adalah reaksi concecutive-parallel dengan dietil eter sebagai produk antara. Harga konstanta laju reaksi sating berhubungan satu sama lain sehingga keseluruhan konstanta dapat ditentukan dengan penentuan satu konstanta laju pengurangan etanol menjadi eter.
Model untuk reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen dapat disusun dari persamaan neraca massa berskala pelet katalis maupun berskala reaktor. Pers maan yang terbentuk merupakan persamaan diferensial biasa orde dua. Persamaan ini dipecahkan dengan metode Runge-Kutta dan disimulasikan pada berbagai kondisi operasi.
Hasil simulasi skala pelet menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh tahanan difusi sehingga semakin besar diameter pelet akan menurunkan harga faktor efektivitas. Kenaikan diameter pelet dari 0,2-0,5 cm mengakibatkan penurunan faktor efektivitas sebesar 60 % untuk dietileter dan 40 % untuk etanoI. Untuk diameter partikel = 0,5cm dan suhu reaksi = 673K faktor efektivitas etanol, eter dan etilen adalah berturut-turut 0,6, 0,4 dan 0,62. Sedangkan peningkatan suhu dari 450 menjadi 673K menyebabkan penurunan faktor efektivitas etanol dari 0,97 menjadi 0,6.
Sedangkan hasil simulasi skala Raktor menunjukkan pada P =i atrn, dan T = 673 K dihasilkan etilen maksimum dengan selektifitas 96,4 %, yield 92,4 %, dan konversi etanol 95,8%. Eter maksimum dihasilkan dengan selektifitas 14,7% , yield 14,39% dan konversi etanol 97,68% pada P =9 atm, dan T = 673 K. Reaktor isotermal untuk reaksi dehidrasi etanol yang dapat menghasilkan produk etilen optimum pada P = 1 atm dan T = 673 K, adalah raktor dengan dimensi : L = 3 m, D reaktor = 10 cm, diameter pelet katalis = 0,5 cm, dan berat katalis = 14,7 Kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Nasikin
"ABSTRAK
Plastik dan sejenisnya merupakan kebutuhan yang mutlak bagi manusia modern. Oleh karena itu etilen yang merupakan bahan baku produk tersebut mempunyai nilai sangat strategic. Saat ini, etilen diproduksi dengan cara mengkonversi hidrokarbon dari minyak bumi. Mengingat semakin terbatasnya cadangan minyak, maka perlu dicari alternatif untuk memproduksi etilen. Etilen dapat dibuat dari etanol yang merupakan bahan baku terbarukan. Pada penelitian ini, dipakai katalis H-zeolit alam Lampung dan terjadi reaksi dehidrasi seri-paralel menghasilkan dua produk, yaitu dietil eter sebagai produk antara dan etilen sebagai hasil akhir.
Tahun pertama penelitian diarahkan untuk melakukan identifikasi zeolit alam Lampung serta treatment untuk merubah menjadi H-Zeolit yang dilanjutkan dengan konstruksi alat dan pengujian H-Zeolit pada reaktor alir kontinyu. Sedangkan tahun II, penelitian dilakukan untuk menentukan metode keseluruhan untuk mendapatkan katalis H-Zeolit yang memenuhi syarat aktivitas, selektivitas dan stabilitas sebagai katalis. Pada tahun ke-2 penelitian ini dilakukan dealuminasi dengan larutan asam untuk menaikkan ketahanan termal zeolit. Sedangkan tahun ke-3 difokuskan pada studi kinetika untuk menentukan persamaan reaksi, besaran konstanta laju reaksi, serta pemodelan untuk mensimulasi reaksi untuk skala pilot maupun skala komersial.
Pada tahun pertama, didapatkan metode preparasi zeolit menjadi H-Zeolit(HZ) dengan luas permukaan 90m2/g dan jumlah ion tertukar maksimum 62% (1120 meg1100 gzeolit) serta kekuatan asam yang tinggi dengan suhu desorpsi piridin 500°C. H-Zeolit tersebut memiliki aktivitas 3x lebih tinggi dibandingkan Zeolit alam (ZAL) dan mampu mengkonversi etanol 100% pada suhu reaksi 325°C akan tetapi mempunyai ketahanan termal hanya sampai suhu 300°C.
Dealuminasi terhadap zeolit alam Lampung pada tahun II dapat menaikkan rasio Si/Al sampai 1,6x apabila digunakan HC1 (HZC) dan terjadi kenaikan 1,8x apabila dengan HE. Terjadi pula kenaikan luas permukaan dengan luas maksimum 100m2/g. Kenaikan luas permukaan ini diikuti dengan kenaikan luas mikropori sehingga zeolit hasil dealuminasi memenuhi syarat sebagai katalis untuk reaksi dehidrasi etanol. Spektra IR menunjukkan zeolit yang telah didealuminasi mempunyai ketahanan termal sampai 600°C. Dari uji reaksi dapat disimpulkan bahwa HZC memiliki aktivitas, stabilitas termal maupun stabilitas reaksi yang paling tinggi. Oleh karena itu zeolit yang dipakai pads penelitian selanjutnya adalah zeolit dengan dealuminasi HCL 1 tahap dan pertukaran ion menggunakan NH¢NO3 dengan suhu kalsinasi 420°C.
Studi kinetika pada tahun ke-3 menunjukkan bahwa reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen adalah reaksi concecutive-parallel dengan dietil eter sebagai produk antara. Harga konstanta laju reaksi sating berhubungan satu sama lain sehingga keseluruhan konstanta dapat ditentukan dengan penentuan satu konstanta laju pengurangan etanol menjadi eter.
Model untuk reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen dapat disusun dari persamaan neraca massa berskala pelet katalis maupun berskala reaktor. Pers maan yang terbentuk merupakan persamaan diferensial biasa orde dua. Persamaan ini dipecahkan dengan metode Runge-Kutta dan disimulasikan pada berbagai kondisi operasi.
Hasil simulasi skala pelet menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi oleh tahanan difusi sehingga semakin besar diameter pelet akan menurunkan harga faktor efektivitas. Kenaikan diameter pelet dari 0,2-0,5 cm mengakibatkan penurunan faktor efektivitas sebesar 60 % untuk dietileter dan 40 % untuk etanoI. Untuk diameter partikel = 0,5cm dan suhu reaksi = 673K faktor efektivitas etanol, eter dan etilen adalah berturut-turut 0,6, 0,4 dan 0,62. Sedangkan peningkatan suhu dari 450 menjadi 673K menyebabkan penurunan faktor efektivitas etanol dari 0,97 menjadi 0,6.
Sedangkan hasil simulasi skala Raktor menunjukkan pada P =i atrn, dan T = 673 K dihasilkan etilen maksimum dengan selektifitas 96,4 %, yield 92,4 %, dan konversi etanol 95,8%. Eter maksimum dihasilkan dengan selektifitas 14,7% , yield 14,39% dan konversi etanol 97,68% pada P =9 atm, dan T = 673 K. Reaktor isotermal untuk reaksi dehidrasi etanol yang dapat menghasilkan produk etilen optimum pada P = 1 atm dan T = 673 K, adalah raktor dengan dimensi : L = 3 m, D reaktor = 10 cm, diameter pelet katalis = 0,5 cm, dan berat katalis = 14,7 Kg."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49473
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2002
S29722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>