Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139541 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Steffany
"Polimerisasi stirena melalui sistem bulk dengan menggunakan dua jenis inisiator redoks yaitu H2O2/Asam askorbat dan H2O2/Fe2+ telah berhasil dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi konsentrasi dan komposisi masing-masing inisiator serta variasi temperatur terhadap persen konversi dan berat molekul rata-rata polimer. Dengan konsentrasi dan komposisi inisiator yang sama, inisiator redoks H2O2/Asam askorbat menghasilkan persen konversi yang lebih besar daripada inisiator H2O2/Fe2+. Terhadap polistirena dari masing-masing inisiator redoks yang dihasilkan dilakukan karakterisasi berat molekul rata-rata, dan didapat hasil: 196.170,44 gram mol-1 untuk konsentrasi inisiator H2O2/Asam askorbat 3% dengan komposisi 6:1 dan suhu 900C dalam waktu 5 jam; dan 354.413,28 gram mol-1 untuk konsentrasi inisiator H2O2/Fe2+ 2% dengan komposisi 3:1 dan suhu 950C dalam waktu 5 jam. Polistirena dengan inisiator H2O2/Asam askorbat menghasilkan persen konversi yang lebih besar dan berat molekul rata-rata yang lebih kecil daripada polistirena dengan inisiator H2O2/Fe2+.

Polystyrene was prepared by bulk polymerization method with two types of redox initiator, namely H2O2/Ascorbic acid and H2O2/Fe2+. This research has studied the effect of variation concentration and composition from each redox initiator and also temperature reaction to percent conversion and average molecular weight. With the same concentration and composition of initiator, percent conversion of initiator H2O2/Ascorbic acid was larger than initiator H2O2/Fe2+. Average molecular weight characterization has been measured after polystyrene was produced from each redox initiator, and the yield: 196.170,44 gram mole-1 for redox initiator H2O2/Ascorbic acid with 3% concentration, composition 6:1, temperature at 900C in 5 hours; and 354.413,28 gram mole-1 for redox initiator H2O2/Fe2+ with 2% concentration, composition 3:1, temperature at 950C in 5 hours. Polystyrene from H2O2/Ascorbic acid initiator has larger percent conversion and lower average molecular weight than initiator H2O2/Fe2+."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Kuswantiningsih
"Polimerisasi redoks memiliki keuntungan pada waktu induksi yang cepat, energi aktivasi yang kecil, serta pembentukan radikal yang dapat berlangsung lebih mudah dan kontinyu pada kisaran temperatur yang lebih luas sehingga polimerisasi dapat berlangsung dengan laju tinggi menghasilkan berat molekul yang besar dan persen konversi yang besar pula. Dalam penelitian ini, telah dilakukan optimasi polimerisasi metil metakrilat dengan menggunakan dua jenis pasangan inisiator redoks yaitu H2O2-Fe2+ dan H2O2-Asam Askorbat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh masing-masing pasangan inisiator terhadap persen konversi dan berat molekul rata-rata. Teknik polimerisasi yang digunakan adalah teknik polimerisasi bulk dengan waktu reaksi selama 2 jam dan keduanya direaksikan pada suhu 800C. Hasil penelitian diperoleh persen konversi tertinggi sebesar 69,29% pada penggunaan 2% inisiator H2O2/Fe2+ terhadap berat monomer (w/w) dengan perbandingan komposisi H2O2/Fe2+ 18:1 (w/w). Sedangkan persen konversi tertinggi sebesar 35,51 pada penggunaan 1% inisiator H2O2/Asam Askorbat terhadap berat monomer (w/w) dengan perbandingan komposisi H2O2/Asam Askorbat 1:1(w/w). Berat molekul rata-rata yang dihasilkan sebesar 154.498,73 g/mol pada penggunaan inisiator H2O2/Fe2+ dan 93.815,27 g/mol pada penggunaan H2O2/Asam Askorbat. Data spektrum IR dan suhu transisi gelas memperkuat telah terjadinya polimerisasi.

Redox polymerization has several advantages on short induction time, a small activation energy, and radical formation can take place more easily and continuously on a wider range of temperatures so that polymerization can take place with a high rate of velocity to produce high molecular weight averages and also high percent conversion. In this study, optimization of methyl methacrylate polymerization had done by using two types of redox initiator pair which are H2O2-Fe2+ and H2O2-ascorbic acid in order to determine the influence of each spouse initiator of the percent conversion and molecular weight averages. Polymerization technique used is the bulk polymerization technique with two hours reaction time and both are reacted at a temperature of 800C. Results are obtained with the highest percent of 69.29% conversion to the use of 2% initiator H2O2/Fe2+ to the weight of monomer (w/w) with the composition ratio H2O2/Fe2+ 18:1 (w / w). While the highest conversion of 35.51 percent on the use of 1% initiator H2O2/ascorbic acid to the weight of monomer (w/w) with the composition ratio H2O2/ascorbic acid 1:1 (w / w). Molecular weight average are produced at 154.498,73 g/mol on the use of initiator H2O2/Fe2+ and 93.815,27 g/mol on the use of H2O2/ ascorbic acid. IR spectral data and the glass transition temperature strengthen the occurrence of polymerization."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30706
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Amroni
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30698
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Berat molekul polimer pada umumnya tidak seragam, terdiri dari polimer dengan berat molekul rendah, sedang sampai tinggi, dan jika disusun dari yang paling rendah sampai yang palig tinggi akan merupakan suatu sebaran atau distribusi berat molekul. Pengukuran berat molekul polimer tidak cukup ditentukan hanya oleh berat molekul rata-rata tetapi juga oleh distribusi berat molekulnya.
Tulisan ini bertujuan mengungkapkan hubungan antara istilah-istilah dalam pengukran berat molekul polimer dengan istilah-istilah statistika seperti varian dan koefisien variasi."
MPI 1:2 (1998)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anjar Margisari
"Pembuatan polimer Core-Shell Stirena Butil Akrilat, telan dicoba dengan metoda polimeriSaSi emulsi. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan iniSator rec|okS [H2O2-ASam Askorbat] dengan ammonium persulfat untuk mendapatkan optimasi core Stirena. VariaSi yang dilakukan untuk membandingkan keduanya pada tanapan core Stirena meliputi variaSi konSentraSi Surfaktan di ataS nilai cmc, konSentraSi iniSiator, dan teknik po|imeriSaSi, Serta pengarun penggunaan pengikat Silang Glisidil IV|etakri|at [GIVIA] pada tanapan core Shell. Polimer yang dinasilkan ditentukan perSen konverSi, ukuran partikel dan diStribuSi ukuran partikel, guguS fungSi dengan FTIR, dan nilai Tg dengan DSC. Penelitian ini menemukan bahwa pada teknk Seeding iniSiator recloks mampu memberikan ukuran partikel Iebih beSar dibanding APS, Serta teknik polimerisasi Seeding Semikontinu mengnaSi|kan %konverSi yang Iebin tinggi dibandingkan teknik Seeding, tetapi ukuran partikel menjadi Iebin kecil. Hasil juga menunjukkan Semakin kecil konSentraSi Surfaktan, Semakin beSar ukuran partikelnya, Serta pengunaan konSentraSi Surfaktan diatas nilai cmc menghasilkan polimer dengan Struktur kopolimer."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S30427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Aditya Rakhmi
"Polimer emulsi core-shell merupakan polimer sintetis yang saat ini sedang berkembang dalam berbagai bidang industri seperti pada industri cat dan bahan perekat. Penelitian ini melanjutkan penelitian pendahulu oleh Yogi Dwisatria dengan tujuan mengoptimalkan hasil core-shell stirena-butil akrilat yang diperoleh sebelumnya. Sintesis polimer emulsi core-shell stirena-butil akrilat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik batch untuk pembentukan core stirena dan teknik semikontinu untuk pembentukan shell butil akrilat. Variasi dilakukan pada shell butil akrilat dengan memvariasikan konsentrasi inisiator untuk mempelajari pengaruhnya agar diperoleh polimer core-shell stirena-BA yang bersifat monodispers (monomodal) dengan persen konversi tinggi.
Dari hasil penelitian diperoleh polimer core-shell stirena-butil akrilat dengan persen hasil konversi sebesar 59,94% untuk NaPS 0,5%; persen konversi 43,53% untuk NaPS 1%; dan persen konversi 33,52% untuk NaPS 1,5%. Kemudian ukuran partikel sebesar 188,8 nm untuk NaPS 0,5%; 181,3 nm untuk NaPS 1%; dan 134,3 nm untuk NaPS 1,5% dan distribusi ukuran partikel bersifat monomodal untuk NaPS 0,5% dan yang lainnya bersifat polimodal.

Core-shell emulsion polymer is a synthetic polymer that is currently being developed in various industries seems adhesive and coating industries. This research has been developing from previous by Yogi Dwisatria for making optimum composition of shell in core-shell particles which could provide maximum result. Shynthesize was prepared using a batch technique for core and semicontinued technique for coating shell. Shell butyl acrylate was varied concentration initiator to study their effect and obtain core-shell polymer which monodisperse and high conversion.
From this research has been obtained the core-shell polymer with percent conversion were 59,94% for NaPS 0,5%; percentage conversion 43,53% for NaPS 1%; and percentage conversion 33,52% for NaPS 1,5%. Then for particle size was obtained 188,8 nm for NaPS 0,5%; then 181,3 nm for NaPS 1%; and 134,3 nm for NaPS 1,5% with particle size distribution were monodisperse for NaPS 0,5% and polydisperse at left.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42063
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Polimer dengan ukuran partikel 200-300 nm dan monodisperse
merupakan material yang menjanjikan untuk kreasi efek vvarna opal dengan
tujuan aplikasi coating. IVIetode yang digunakan untuk mengnasilkan partikel
polimer monodisperse adalan metode polimerisasi emu|si_ Pada penelitian
ini telan dilakukan polimerisasi emulsi oore-she// seoara bertanap ternadap
dua monomer dengan perbedaan indeks refraksi yang oukup tinggi antara
monomer Iunak butil akrilat (BA) dan monomer keras stirena (St), melalui
variasi konsentrasi surfaktan SLS, konsentrasi inisiator redoks H202-asam
askorbat dan variasi teknik seeding dan seeding semi kontinu pada polimer
core butil akrilat, serta variasi pengikat silang GMA dan variasi penambanan
inisiator redoks tanap kedua pada polimer oore-she// butil akrilat stirena,
dengan tujuan mempelajari pengarunnya ternadap ukuran dan distribusi
ukuran partikel pada polimerisasi oore-she// butil akrilat- stirena
Hasil pengukuran IR dan temperatur transisi gelas menunjukkan
banvva terbentuk kopolimer BA/GIVIA/St. Dari nasil TEM diperolen morfologi
partikel polimer dengan struktur core-she//, yang memiliki ukuran partikel
250 nm-500 nm dan masin bersifat po|icIisperse_ Polimer core butil akrilat
optimal dinasilkan dengan menggunakan konsentrasi surfaktan 30 CIVIC,
konsentrasi inisiator 1,5% melalui teknik seeding yang mengnasilkan persen
konversi 87,45%, ukuran partikel 104,65 nm, dan indeks polidispersitas
0,204_ Struktur polimer core-shell butil akrilat-stirena yang dihasilkan memiliki ukuran partikel antara 250 nm- 500 nm dengan persen konversi
88,55% dihasilkan menggunakan konsentrasi surfaktan 20 CMC dan
konsentrasi inisiator 0,8% melalui teknik seeding."
Universitas Indonesia, 2007
S30431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rindu Wahono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30691
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Taufik Mubarak
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Ardelia Syifana
"Kebisingan merupakan tingkat suara atau intensitas bunyi yang dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia. Sumber kebisingan dapat dibedakan menjadi beberapa sumber, di antaranya adalah akibat dari aktivitas lalu lintas. Kebisingan berdasarkan aktivitas lalu lintas sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kecepatan rata-rata. Untuk mengetahui besar perubahan tingkat kebisingan yang diakibatkan oleh kecepatan kendaraan, dilakukan pembentukan model nilai koreksi kebisingan berdasarkan kecepatan kendaraan dengan mempertimbangkan faktor gradien jalan, serta komposisi kendaraan. Pertimbangan klasifikasi kecepatan kendaraan berdasarkan faktor gradien adalah adanya variasi gradien jalan pada ruas Jalan Ir. H. Juanda, Depok yang menjadi lokasi penelitian. Selain itu, pertimbangan klasifikasi kecepatan kendaraan berdasarkan komposisi kendaraan adalah adanya variasi volume kendaraan di tiap jamnya. Variasi-variasi tersebut yang menjadi landasan pertimbangan klasifikasi berdasarkan gradien dan komposisi kendaraan. Secara garis besar, berdasarkan hasil pengolahan data ditemukan koefisien determinansi hubungan kecepatan kendaraan dengan nilai koreksi berada di atas 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa kecepatan kendaraan dapat mempengaruhi nilai koreksi kebisingan. Meski begitu, nilai ini masih jauh dari kata sempurna sehingga hal ini masih perlu dikaji secara lanjut.

Noise is the intensity of sound that can disrupt human comfort and health. Noise’s source can be categorized into several types, one of which arises from traffic. Traffic noise is influenced by various factors, including average vehicle speed. To determine the changes in noise levels caused by vehicle speed, models of noise correction need to be developed. In this study the writer developed noise correction models based on vehicle speed, considering road gradient and the percentage of vehicle factors. In summary, based on data analysis, the coefficient of determination for the relationship between vehicle speed and the correction value is found to be above 0,6. This suggests that vehicle speed does have some influences on noise correction values. However, this value is still far from perfect, suggesting that further study is needed. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>