Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101992 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budi Susanto
"Kerjasama PT Telkom dengan investor sektor swasta dengan bentuk Pola Bagi Hasil (PBH) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan percepatan pembangunan infrastruktur telekomunikasi. Karakteristik khusus kerjasama ini, yakni berbentuk Build, Operate and Transfer (BOT), memerlukan perlakuan akuntansi yang khusus pula. Secara umum praktek akuntansi untuk kerjasama Pola Bagi Hasil pada PT Telkom telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK) Tahun 1994. PSAK no. 35 mengenai Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi mengharuskan biaya investasi kerjasama dikapitalisasi sebagai Aktiva Tetap Kerjasama dengan akun tandingan Pendapatan Yang Ditangguhkan. Penerapan standar akuntansi tersebut pada PT Telkom telah meningkatkan posisi keuangan PT Telkom per 31 Desember 1994 sebesar Rp1,423 trilyun, yang merupakan dampak positif bagi upaya PT Telkom untuk go public dan go international."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djasa Birawa
"Telekomunikasi mempunyai peranan penting bagi kemajuan pembangunan
ekonomi suatu bangsa. Sebagai sarana dunia usaha, pendesentra!isasian organisasi
dan mengurangi arus urban, telekomunikasi jelas mutlak perlu untuk dikembangkan.
PT. MSCBSM adalah perusahaan pertama yang mendapat !isensi dibidang komunikasi bukan dasar, yaitu teknologi jaringan VSAT. Sebagai perusahaan pertama yang mengoperasikan sistem jaringan tersebut, masa!ah penentuan harga
sewa menjadi signifikan. Skripsi mi bertujuan untuk menganalisa persoa!an yang timbul da!am menentukan harga sewa jasa komunikasi data serta faktor yang
mempengaruhinya. Penu!is inenggunakan metode pene!itian lapangan, tanya jawab dan riset kepustakaan.
Penentuan harga sewa, merupakan hal yang penting bagi setiap pengambil keputusan. Harga sewa, dapat ditentukan oleh beberapa faktor, baik faktor eksterna,
maupun faktor internal. Biaya, merupakan faktor internal yang mempengaruhi pembentukan harga sewa, karena biaya merupakan batas dasar dari penentuan harga atau floor price.
PT. MSCBSM, yang karena sampai saat mi belum melakukan perhitungan cost of services, dapat menggunakan alternatif analisa biaya sebagai pendekatan
penetapan harga sewa remote VSATnya. Dengan pendekatan biaya tersebut, PT. MSCBSM dapat mengalokasikan biaya-biaya langsung dan tidak langsungnya
kepada jasa yang disediakan. Namun, dikarenakan berbagai hal, perhitungan dan pengalokasian biaya-biaya tersebut nampak kurang mencerminkan penetapan harga
sewa yang berlaku sekarang. Kemajemukan kondisi tersebut menyebabkan perusahaan mengalami akumulasi kerugian yang cukup material.
Berdasarkan kenyataan ini, perusahaan dipandang perlu untuk meninjau kembali proses kiasifikasi dan alokasi biaya-biayanya. Tindakan ini mutlak
diperlukan, dengan melakukan evaluasi dan perbaikan. Perusahaan sebaiknya mengklasifikasi, mengalokasi, dan menyajikan komponen biaya-biaya, termasuk
juga format penyajian laporan keuangan yang lebih informatif. Perhitungan cost of services yang representatif serta penyajian laporan keuangan yang wajar serta
informatif, akan membantu proses penetapan harga dan pengambilan keputusan, yang, tidak saja cepat dan tepat, namun juga bermanfaat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Dahlan
"Akuntansi manajemen modem menggunakan pendekatan aktivitas dalam pembuatan keputusan manajerial. Pendekatan aktivitas dapat digunakan untuk menetapkan biaya produk yang lebih akurat sehingga informasi biaya yang disajikan lebih berdayaguna jika digunakan untuk membuat keputusan manajerial. Pendekatan aktivitas dimulai dengan melakukan penetapan biaya (costing) berdasarkan aktivitas. Penetapan biaya berbasik aktivitas (Activity-Based Costing) akan lebih mencerminkan biaya yang sebenarnya diserap (true cost) oleh suatu produk barang atau jasa. Selanjutnya informasi yang disajikan oleh ABC digunakan untuk membuat keputusan manajerial dan melakukan perbaikan kinerja perusahaan secara menyeluruh dan berkesinambungan, manajemen yang demikian disebut manajemen yang berbasis aktivitas (Activi ,-Based Management). Penelitian skripsi ini adalah pada penggunaan pendekatan aktivitas pada sistem akuntansi manajemen untuk diterapkan pada Dept. Planning Dit. Selular PT Satelindo yang merupakan satu cost center. Penggunaan ABM yang menggunakan penetapan biaya berdasarkan ABC akan membantu perusahaan dalam menganalisa aktivitasnya dan membuat keputusan manajerial."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riyana Miranti
"Penelitian memiliki tujuan untuk menganalisa dampak interkoneksi, tarif akuntansi dan kurs valuta asing terhadap akuntansi pendapatan jasa telepon internasional. Penelitian meliputi penelitian lapangan. Selain itu, penelitian juga mencakup telaah kepustakaan yang mendukung penelitian ini. Penelitian ini menggambarkan kompleksnya akuntansi pendapatan jasa telepon internasional sehubungan dengan masalah interkoneksi. Interkoneksi mencakup interkoneksi antara penyelenggara jasa telepon internasional dan juga interkoneksi antara penyelenggara jasa telepon domestik dan penyelenggara jasa telepon internasional. Penurunan tarif akuntansi menyebabkan penurunan pendapatan telepon internasional. Perubahan kurs valuta asing menyebabkan kenaikan pendapatan telepon internasional. Penurunan tarif pungut dan tarif telekomunikasi lintas batas menyebabkan penurunan pendapatan telepon internasional. Berdasarkan penelitian, penulis menyimpulkan bahwa akuntansi pendapatan jasa telepon internasional merupakan akuntansi pendapatan khusus sesuai dengan PSAK No. 35 tentang Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi. Penulis juga menyimpulkan bahwa pertumbuhan riil pendapatan mendekati pertumbuhan trafik telepon internasional. Penulis menyarankan pemakaian istilah interkoneksi diperluas tidak hanya antara penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dengan internasional tetapi juga mencakup hubungan antara penyelenggara jasa telekomunikasi internasional. Penulis juga menyarankan agar konsep pembagian pendapatan sesuai dengan PSAK No. 35 butir 12 (a) dipertimbangkan dalam pola kerjasama antara penyelenggara jasa telekomunikasi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muh. Fahmi Tadjuddin
"FWA atau fixed wireless access adalah suatu penyelenggaraan jaringan lokal tetap tanpa kabel dengan mobilitas yang terbatas. Dimana mobilitas yang terbatas adalah mobilitas jaringan akses pelanggan tetap lokal tanpa kabel yang dibatasi pada satu daerah operasi tertentu dengan satu kode area layanan jaringan tetap lokal. PT. Telkom sebagai operator jaringan FWA cdma2000-1X di Cirebon selalu berupaya memberikan kinerja jaringan yang baik. tingginya angka drop call jaringan FWA di Cirebon yang mencapai rata-rata 4,37 %, membuat PT. TELKOM mengusulkan optimasi guna memperbaiki kinerja jaringan FWA di Cirebon dengan dengan merujuk pada sebelas indikator dengan nilai standar tertentu yang disebut Key Performance Indikator (KPI). Optimasi dilakukan sebagai usaha untuk mencapai kondisi kinerja jaringan yang lebih baik. Karena berdasarkan data drive test, kinerja jaringan FWA di Cirebon belum memenuhi standar KPI. Melalui analisa data, rekomendasi dan implementasi perubahan parameter untuk memecahkan masaiah yang berasal dari sistem internal jaringan, diperoleh suatu kinerja jaringan yang secara umum lebih baik dari kondisi sebelumnya, meskipun belum semua indikator yang ada memenuhi standar KPI. Hal ini disebabkan karena selain faktor dalam jaringan sendiri, ada juga faktor luar yang tidak dapat dihilangkan seketika sehingga menyebabkan kinerja jaringan tidak dapat memenuhi seluruh standar nilai dalam KPI. Setelah pelaksanaan optimasi, secara keseluruhan kinerja jaringan menjadi lebih baik dengan luas cakupan area yang lebih baik dari sebelumnya dan drop call berhasil ditekan hingga mencapai rata-rata 2,27%.

FWA or fixed wireless access is an implementation of fixed wireless local network with limited mobility. Limited mobility means limited accessibility at only one operation area or one area code of fixed local network service. PT, Telkom as Fixed Wireless Access (FWA) cdma2000-1X network operator in Cirebon try to achieve a good network performance. High drop call rate in Cirebon's FWA network with average 4.37% makes PT.TELKOM give optimization solution to improve network performance based on eleven indicators with definite standardized value that called Key Performance Indicator (KPI). Optimization is implemented as en effort to achieve a better network performance, because based on drive test data, FWA's network performance in Cirebon has not met KPI's standard. By data analyzing, recommendation and implementation of hardware parameter changing to solve internal system problem, generally, better network performance has achieved after optimization has done, even though not all of indicators meet KPI standards. This is caused by the existence of some internal and external problems that could not eliminated at once, so that cause network performance could not meet all of standard value in KPI. At least after optimization has done, overall, FWA network performance in Cirebon improve better with wider coverage and drop call rate success to be pressed to average value 227%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Alfianto
"Divisi Regional II Jakarta yang merupakan kontributor pendapatan terbesar PT Telkom (53%), masih mengandalkan bisnis telepon sebagai bisnis utamanya sekaligus merupakan sumber. pendapatan utamanya (76%). Permasalahan penurunan pertumbuhan pelanggan dan penurunan pertumbuhan produksi pulsa merupakan ancaman terhadap pertumbuhan pendapatan Divisi maupun PT. Telkom secara keseluruhan.
Selain krisis ekonomi yang melanda Indonesia hingga saat ini sebagai salah sate faktor yang hams dihadapi, penurunan pertumbuhan pelanggan dan produksi merupakan gejala tahap kedewasaan produk telepon. Disisi lain, gejala semakin mendesaknya era pasar dan perdagangan babas adalah tantangan yang tidak dapat dihindari.
Strategi yang berdasarkan pemanfaatan kekuatan dan kesempatan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman diperlukan untuk mengamankan bisnis telepon Divre H Jakarta. Dengan menyadari tahap kedewasaan produk maka strategi pemasaran yang tepat diharapkan dapat memberikan suatu solusi dalam upaya peningkatan kontribusi pendapatan telepon.
Strategi modifikasi pasar, modifikasi produk dan bauran pemasaran dipergunakan dalam upaya peningkatan pendapatan telepon, yaitu melalui peningkatan pertumbuhan pelanggan dan peningkatan produksi pulsa. Untuk menjamin keberhasilan upaya tersebut, diperlukan penerapan ketiga strategi tersebut secara bersamaan, hal ini dibuktikan dengan model perhitungan yang mengukur pengaruh penambahan saluran berbayar (LIS), peningkatan rate pulsa dan modifikasi segmen penambahan LIS terhadap peningkatan pendapatan telepon DIVRE II.

Regional Division II Jakarta as the biggest contributor of PT. Telkom revenue (53%), still hanging on the POTS business, as the main business while as the main source of revenue (76%). The revenue of Divre II is influenced by the growth of the telephone usage and the growth of costumer number. The decreasing of the telephone usage is influenced by many parameters as economic crisis and the maturity of technology are deployed. On other hand, the open market and free trade era, come as a challenge that can 't be avoided.
Refer to the actual condition of the POTS business, Divre II should implement the good strategy to enforcement the strength of company and to take the opportunity on existing market. Marketing strategy, the part of company strategy is implemented to solve the marketing problem for the maturity technology was deployed.
The simultaneous market modification, product modification and marketing-mix are used to increase the growth of the telephone usage and the number of costumer for increase the pots revenue. Those conclusions proved by the calculating contributor simulations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuhung Suleman
"Teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang diimplementasikan dengan brand ?TELKOMFIexi" oleh PT Telekomunikasi Indonesia berupa layanan mobilitas terbatas (limited mobility) yang merupakan layanan telepon bergerak dalam satu area terbatas dan layanan telepon tetap.
Dalam proses perencanaan penggelaran "TELKOMFIexi? di wilayah Jakarta, penentuan segmentasi pasar dilakukan dengan metode apriori yang berpatokan pada data pelanggan telekomunikasi selular dan calon pelanggan PSTN (Public Switched Telephone Network) sehingga segmennya sangat luas dan tidak fokus target marketnya, untuk itu pertu dilakukan re-segmentasi, targeting dan positioning ulang.
Tesis ini akan menganalisa segmentasi, targeting dan positioning produk ?TELKOMFlexi? di wilayah Jakarta Selatan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif distribusi frekuensi dan pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 100 responden.
Hasil analisis berupa; Segmen "TELKOMFIexi" adalah konsumen yang berorientasi pada pulsa murah, jangkauan layanan luas, dan migrasi perpindahan pengguna telepon bergerak, sementara target market dari produk "TELKOMFlexi" adalah konsumen berusia 31 tahun keatas, dengan status karyawan, dan professional, dengan kebiasaan menggunakan ?TELKOMFIexi?untuk kebutuhan pribadi yang digunakan untuk percakapan,SMS (short massage service), dan internet, serta membutuhkan kenyamanan dalam berkomunikasi. Positioning "TELKOMFIexi" adalah layanan telekomunikasi dengan pulsa murah, dan positioning berdasarkan manfaat yaitu membantu konsumen untuk merasakan manfaat yang diperoleh dari produk ?TELKOMFlexi? sehingga image kemudahan menggunakan produk ini dapat tertanam di benak konsumen.

The CDMA (Code Division Multiple Access) technology as implemented with the Brand ?TELKOMFIexi" by PT Telekomunikasi Indonesia form a limited mobility services that is a mobility telephone service in a limited area and fixed telephone service.
In the process of planning the introduction of ?TELKOMFlexi" in the Jakarta area, the determination of the market segment is done through the apriori method based on the data of customers of cellular telecommunication and candidate customers of the PSTN (Public Switched Telephone Network) so that the segment is very wide and the target is not focused, therefore a re-segmentation, targeting, and positioning should be repeated.
This thesis will analyze the segmentation, targeting, and positioning of ?TELKOMFlexi" product in the South Jakarta area by applying the frequency distribution descriptive statistical analysis and collection of the data is done through questionnaires with a sample of 100 respondents.
The result of analysis is that the "TELKOMFIexi" segment are consumers oriented toward cheap pulses, wide service coverage, and migration of mobile telephone users, while the target market of the "TELKOMFIexi" product are customers age 31 years and older, with the status of employees with the habit to use ?TELKOMFIexi? for personal purposes for chatting, SMS (Short Massage Service), internet and needing convenience in communication. The positioning of "TELKOMFlexi? is telecommunication services with cheap pulses and the positioning is based on the benefits to help customers experience the benefits obtained from ?TELKOMFlexi? product so that the image of easy usage of this product can be planted in the mind of the consumers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T11693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Lestari
"ABSTRAK
Telkom Flexi merupakan layanan jaringan tetap lokal nirkabel dengan mobilitas terbatas pertama dan terbesar di Indonesia. Dengan market share lebih dari 67% telah mengungguli kompetitornya seperti Esia dan Starone. Layanan Telkom Flexi yang berbasis CDMA 2000-1X sudah ada di seluruh kota di Indonesia. Namun untuk area Jakarta, Banten dan Jawa Barat jumlah pelanggan Esia mengungguli jumlah pelanggan Telkom Flexi. Ini merupakan tantangan bagi Telkom Flexi untuk mengevaluasi strateginya dalam memenangkan kembali kompetisi di area itu.
Dengan diberlakukannya KM No. 162/KEP/M.KOMINFO/12/2007 tentang pengalokasian kanal pada pita frekuensi radio 800 MHz, Telkom Flexi untuk daerah Jakarta, Banten dan Jawa Barat harus berpindah frekuensi dari 1900 MHz ke 800 MHz. Banyak konsekuensi yang harus dihadapi Telkom Flexi pasca migrasi frekuensi ini, diantaranya dengan adanya penggantian perangkat BSS, optimalisasi network, kompensasi penggantian terminal, upgrade PRL dan hal lainnya yang akan mengganggu kenyamanan pengguna dan berpotensi meningkatkan churn. Konsekuensi yang dihadapi Telkom untuk migrasi frekuensi tersebut membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Roadmap Telkom menuju NGN juga mengharuskan Flexi untuk berpindah teknologi dari circuit switch menuju ke softswitch. Mempertimbangkan perkembangan teknologi dan layanan di masa yang akan datang Telkom membangun kembali jaringannya dari awal mulai dari NSS sampai BSS paralel sejalan dengan proses migrasi frekuensi yang dilakukan. Dengan menggunakan analisis Porter 5 Forces ternyata didapatkan bahwa Telkom Flexi memiliki potensi keunggulan kompetitif yang tinggi pasca migrasi frekuensi. Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh Telkom Flexi dalam penyusunan strategi bersaing sehingga Telkom Flexi dapat memenangkan kembali kompetisi di Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

ABSTRAK
Telkom Flexi is the first and biggest CDMA service provider in Indonesia, based on CDMA2000-1X technology and leading with more than 67% market share compared to other service provider like Esia and Starone. Contrary to national penetration, in Jakarta, Banten and Jawa Barat area, Esia earns bigger subscriber number. This become a challenge for Telkom Flexi in evaluating their strategies to win back the competition at the area.
KM No 162/KEP/M.KOMINFO/12/2007 states frequency allocation for fixed wireless and mobile service in Indonesia. Telkom Flexi in Jakarta, Banten and Jawa Barat must shift the frequency from 1900 MHz to 800 MHz. Many consequences will be faced by Telkom Flexi post frequency migration process like replacement BSS equipment, network optimization, replacement customer equipment, PRL upgrade, etc, all those things will impact customer perception of services, beside possibilities to increase subscriber churn rate. All the migration frequency processes will generate enormous number of cost.
Telkom NGN Roadmap requires Telkom Flexi to change switching technology from circuit switch to softswitch. Telkom must rebuilt new network from NSS to BSS equipment sein just one year. By using Porter 5 Forces, Telkom Flexi has high competitive advantage potential post frequency migration. This result could be used by Telkom Flexi to arrange competitive strategies to win back competition in Jakarta, Banten and Jawa Barat area.
"
2008
T24796
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>