Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arviati Prasetyaningrum
"Persaingan industri jasa keuangan yaitu industri asuransi dan industri perbankan yang semakin meningkat memicu timbulnya produk-produk baru yang diharapkan dapat menghimpun dana masyarakat sesuai dengan anjuran dan himbauan pemerintah. Untuk tujuan menghimpun dana masyarakat, beberapa perusahaan asuransi dan perusahaan perbankan melaksanakan kerjasama untuk menciptakan suatu produk yaitu tabungan pendidikan. Produk tabungan pendidikan didasarkan pada produk asuransi beasiswa yang dikelola oleh perusahaan asuransi. Skripsi ini mempergunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif diperlukan guna memahami karakteristik variabel-veriabel yang tercakup, diantaranya analisa segmentasi pasar, lambannya perkembangan industri asuransi, analisa hukum. Produk asuransi beasiswa dalam hal ini asuransi beasiswa biasa memberikan proteksi yang hampir sama dengan tabungan pendidikan yang diselenggarakan oleh perusahaan perbankan, namun demikian jumlah nilai tunai yang diterima tidaklah sama. Tabungan pendidikan memiliki nilai tunai yang lebih tinggi dibandingkan dengan asuransi beasiswa biasa. Hal ini dikarenakan pada asuransi beasiswa biasa dikenakan bunga aktuaria sedangkan pada tabungan pendidikan dikenakan bunga bank yang selalu berubah sesuai dengan keadaan perekonomian. Dad segi pemasaran, asuransi beasiswa biasa dan tabungan pendidikan tidak jauh berbeda. Namun jika dilihat dan aspek hukum, dasar hukum asuransi beasiswa biasa jauh Iebih kokoh dibandingkan dengan tabungan pendidikan. Berdasarkan analisa dapat disimpulkan bahwa baik perusahaan asuransi maupun perusahaan perbankan harus meningkatkan keunggulan produk jasanya dengan jalan melakukan upaya inovasi secara kontinyu sehingga dapat tercipta suatu produk yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat luas sehingga mengoptimalkan tujuan untuk menghimpun dana masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Normaeni Endah Iswarni
"[Pengertian hibah yang diatur dalam Pasal 1666 KUH Perdata adalah
perjanjian yang dilakukan oleh penghibah ketika masih hidup untuk
memberikan suatu barang dengan cuma-cuma kepada penerima hibah dan
tidak dapat ditarik kembali. Kata-kata “tidak dapat ditarik kembali” ini
berarti pencabutan hibah baru dapat dilakukan jika penerima hibah
memberi persetujuan kepada pemberi hibah. Syarat dan tata cara untuk
melakukan hibah adalah harus dengan akta notaris untuk objek hibah
berupa benda bergerak seperti disebutkan dalam Pasal 1682 KUH
Perdata, dan dengan akta PPAT untuk tanah dan bangunan seperti yang
disebutkan dalam Pasal 37 ayat (1) PP No. 24/1997. Yang akan
dibicarakan dalam tesis ini adalah bagaimana syarat-syarat untuk
pembuatan akta hibah terutama terhadap barang tetap (tanah) serta tata
cara pencabutan terhadap akta hibah otentik, dan bagaimana akibat
hukum terhadap pembatalan akta hibah yang dilakukan dengan surat
pernyataan pencabutan yang dibuat di bawah tangan dan diwaarmerking
oleh Notaris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif yang berbentuk yuridis normatif untuk memberikan
pemahaman mengenai analisis terhadap implikasi pembatalan akta hibah
secara sepihak dengan surat pernyataan di bawah tangan yang diwaarmerking dan
peralihan hak atas tanah yang dibuat tanpa akta PPAT. Hibah atas barang tetap
(tanah) yang dibuat tanpa akta PPAT tidak menyebabkan perbuatan
hukum hibahnya menjadi batal atau akta hibahnya menjadi tidak sah,
karena hal ini hanya menyangkut akta hibahnya saja, sedangkan untuk
pendaftaran peralihan haknya dapat dibuat kembali di hadapan PPAT
yang nantinya digunakan sebagai dasar untuk peralihan hak ke Kantor
Pertanahan. Akta hibah yang telah memenuhi persyaratan pembuatan
akta otentik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1868 KUH Perdata maka
pembatalannya tidak dapat dilakukan secara sepihak dengan surat
pernyataan di bawah dan diwaarmerking, melainkan harus diajukan ke
pengadilan umum. Dengan demikian, surat pernyataan pembatalan akta
hibah yang dibuat di bawah tangan tersebut adalah tidak sah dan batal
demi hukum.;The definition of grant provided for in Article 1666 of the Civil Code is an
agreement made by grantor while still alive to give an item for free to grantees
and irrevocable. The words "irrevocable" means repeal the new grant can be done
if the grantee to give consent to the grantor. Requirements and procedures to carry
out the grant is to be the object of a notarial deed for a grant in the form of
moving objects as mentioned in Article 1682 Civil Code, and the PPAT deed for
the land and buildings as mentioned in Article 37 paragraph (1) PP 24/1997.
Which will be discussed in this thesis is how the conditions for the grant deed,
especially against goods fixed (ground) as well as the procedure for revocation of
the authentic grant deed, and how the legal consequences of the cancellation of
the grant deed performed by a letter of revocation declaration made under the
hand and waarmerkened by Notary. The method used in this study is a qualitative
method in the form of normative to provide an understanding of the analysis of
the implications of the cancellation of the deed of grant unilaterally by waiver
under waarmerken hands and transfer of rights on land made without PPAT deed.
Grants of goods fixed (ground) are made without PPAT deed does not lead to
legal action grants will be canceled or deed grants become invalid, because it
concerns only its grant deed alone, while for the registration of transfer of rights
can be made back before PPAT that will be used as the basis for the transfer of
rights to the Land Office. Grant deed that has met the requirements of making
authentic document as referred to in Article 1868 of the Civil Code, the
cancellation can not be done unilaterally by the letter of the statement below and
under waarmerken, but should be brought to public trial. Thus, a statement of
cancellation of the deed grants made under the hand is invalid and void.;The definition of grant provided for in Article 1666 of the Civil Code is an
agreement made by grantor while still alive to give an item for free to grantees
and irrevocable. The words "irrevocable" means repeal the new grant can be done
if the grantee to give consent to the grantor. Requirements and procedures to carry
out the grant is to be the object of a notarial deed for a grant in the form of
moving objects as mentioned in Article 1682 Civil Code, and the PPAT deed for
the land and buildings as mentioned in Article 37 paragraph (1) PP 24/1997.
Which will be discussed in this thesis is how the conditions for the grant deed,
especially against goods fixed (ground) as well as the procedure for revocation of
the authentic grant deed, and how the legal consequences of the cancellation of
the grant deed performed by a letter of revocation declaration made under the
hand and waarmerkened by Notary. The method used in this study is a qualitative
method in the form of normative to provide an understanding of the analysis of
the implications of the cancellation of the deed of grant unilaterally by waiver
under waarmerken hands and transfer of rights on land made without PPAT deed.
Grants of goods fixed (ground) are made without PPAT deed does not lead to
legal action grants will be canceled or deed grants become invalid, because it
concerns only its grant deed alone, while for the registration of transfer of rights
can be made back before PPAT that will be used as the basis for the transfer of
rights to the Land Office. Grant deed that has met the requirements of making
authentic document as referred to in Article 1868 of the Civil Code, the
cancellation can not be done unilaterally by the letter of the statement below and
under waarmerken, but should be brought to public trial. Thus, a statement of
cancellation of the deed grants made under the hand is invalid and void.;The definition of grant provided for in Article 1666 of the Civil Code is an
agreement made by grantor while still alive to give an item for free to grantees
and irrevocable. The words "irrevocable" means repeal the new grant can be done
if the grantee to give consent to the grantor. Requirements and procedures to carry
out the grant is to be the object of a notarial deed for a grant in the form of
moving objects as mentioned in Article 1682 Civil Code, and the PPAT deed for
the land and buildings as mentioned in Article 37 paragraph (1) PP 24/1997.
Which will be discussed in this thesis is how the conditions for the grant deed,
especially against goods fixed (ground) as well as the procedure for revocation of
the authentic grant deed, and how the legal consequences of the cancellation of
the grant deed performed by a letter of revocation declaration made under the
hand and waarmerkened by Notary. The method used in this study is a qualitative
method in the form of normative to provide an understanding of the analysis of
the implications of the cancellation of the deed of grant unilaterally by waiver
under waarmerken hands and transfer of rights on land made without PPAT deed.
Grants of goods fixed (ground) are made without PPAT deed does not lead to
legal action grants will be canceled or deed grants become invalid, because it
concerns only its grant deed alone, while for the registration of transfer of rights
can be made back before PPAT that will be used as the basis for the transfer of
rights to the Land Office. Grant deed that has met the requirements of making
authentic document as referred to in Article 1868 of the Civil Code, the
cancellation can not be done unilaterally by the letter of the statement below and
under waarmerken, but should be brought to public trial. Thus, a statement of
cancellation of the deed grants made under the hand is invalid and void., The definition of grant provided for in Article 1666 of the Civil Code is an
agreement made by grantor while still alive to give an item for free to grantees
and irrevocable. The words "irrevocable" means repeal the new grant can be done
if the grantee to give consent to the grantor. Requirements and procedures to carry
out the grant is to be the object of a notarial deed for a grant in the form of
moving objects as mentioned in Article 1682 Civil Code, and the PPAT deed for
the land and buildings as mentioned in Article 37 paragraph (1) PP 24/1997.
Which will be discussed in this thesis is how the conditions for the grant deed,
especially against goods fixed (ground) as well as the procedure for revocation of
the authentic grant deed, and how the legal consequences of the cancellation of
the grant deed performed by a letter of revocation declaration made under the
hand and waarmerkened by Notary. The method used in this study is a qualitative
method in the form of normative to provide an understanding of the analysis of
the implications of the cancellation of the deed of grant unilaterally by waiver
under waarmerken hands and transfer of rights on land made without PPAT deed.
Grants of goods fixed (ground) are made without PPAT deed does not lead to
legal action grants will be canceled or deed grants become invalid, because it
concerns only its grant deed alone, while for the registration of transfer of rights
can be made back before PPAT that will be used as the basis for the transfer of
rights to the Land Office. Grant deed that has met the requirements of making
authentic document as referred to in Article 1868 of the Civil Code, the
cancellation can not be done unilaterally by the letter of the statement below and
under waarmerken, but should be brought to public trial. Thus, a statement of
cancellation of the deed grants made under the hand is invalid and void.]"
Universitas Indonesia, 2015
T44074
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hikmah
"ABSTRAK
Hukum waris di Indonesia bersifat pluralistik, karena masih berlaku beberapa
sitem hukum kewarisan, yaitu hukum waris adat, hukum waris islam dan hukum
waris menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Ke pluralistikan ini terbukti dari belum adanya pengaturan khusus yang bersifat nasional mengenai sistem hukum kewarisan di Indonesia, yang mengakibatkan masyarakat Indonesia menggunakan aturan hukum yang berbeda-beda untuk menentukan pembagian warisan. Begitu pula dengan aturan mengenai hibah di Indonesia. Saat ini di Indonesia, pengaturan hukum yang mengatur hibah berlaku lebih dari satu sistem hukum, yaitu diatur baik menurut hukum islam, hukum perdata berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maupun hukum adat. Tesis ini akan membahas tentang hak waris anak angkat dan istri menurut hukum waris di Indonesia dan status hukum atas warisan yang menjadi objek hibah yang dibatalkan. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan tipe penelitian deskriptif dengan data sekunder yang bersumber dari kepustakaan. Dari hari pembahasan ditemukan bahwa hibahnya tidak sah karena dibuat oleh pihak yang tidak berwenang untuk membuat hibah tersebut.

ABSTRACT
Inheritance law in Indonesia is pluralistic, because they apply some system of
inheritance law, namely customary inheritance law, inheritance law and the
Islamic law of inheritance according to the Book of the Law of Civil Law. This
diversity is proven because there are no special arrangement which is national
heritage of the legal system in Indonesia, which resulted in the Indonesian people using legal rules different to determine the division of inheritance. Similary, the rules on grants in Indonesia. Currently in Indonesia, the legal rules governing the grant applies more than one legal system, which is governed both by Islamic Law, civil law based on the Book of the Law of Civil Law, as well as Customary Law. This thesis will discuss the inheritance rights of an adopted child and the wife of the heir according to inheritance law in Indonesia and the legal status of heritage is the object of the grant is canceled. The method used in this research is normative with descriptive type with secondary data obtained from the literature. The result og the research, it was found that the grant does is illegitimate, because the grant was made by the subject that unauthorized."
2016
T46588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subanrio
"Di Indonesia, hukum wakaf merupakan salah satu bagian dari hukum Islam yang telah menjadi hukum positif, karena telah diatur dan diakui di dalam Pasal 49 ayat (3) Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) No. 5 tahun 1960, yaitu "Perwakafan tanah milik dilindungi dan diatur dengan Peraturan Pemerintah". Untuk memenuhi kehendak Pasal 49 ayat (3) tersebut, pada tanggal 17 Mei 1977 Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, dan diikuti oleh sejumlah peraturan pelaksanaan yang berupa peraturan-peraturan Menteri.
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 termasuk salah satu bentuk pembaharuan hukum nasional di bidang hukum pertanahan yang mengatur prosedur dan tatacara mewakafkan tanah milik di seluruh Indonesia, agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan tertib dan teratur, sehingga tujuan wakaf dapat tercapai.
Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, tentang perwakafan tanah milik hanya mengatur wakaf umum tidak mengatur wakaf keluarga (wakaf keluarga). Dan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah tersebut merupakan pengembangan perwakafan yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih tradisional, seperti rukun-rukun dan syarat-syarat wakaf. Oleh sebab itu dalam pelaksanaannya, di samping harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 juga harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam kitab-kitab fikih tradisional.
Di Kotamadya Bengkulu sampai akhir tahun 1990 terdapat 205 lokasi (persil) tanah wakaf yang luasnya 1304.369 m2. Tanah-tanah wakaf tersebut sebagian besar (82%) diwakafkan sebelum diberlakukan Peraturan Pemerintah No.28 tahun 1977, yang pelaksanaannya tidak melalui prosedur administrasi sebagaimana yang diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977. Dengan demikian tanah-tanah wakaf tersebut pada umumnya tidak mempunyai bukti-bukti yang otentik, seperti akta ikrar wakaf, tertifikat tanah wakaf dan lain-lain.
Dari 205 lokasi tanah wakaf tersebut di atas, sebagian besar (83%) dipergunakan untuk sarana ibadah, misalnya untuk pembangunan mesjid dan mushalla. Oleh karena itu para nadzir (pengurus tanah wakaf) tidak dapat mengembangkan tanah wakaf yang diurusnya. Dengan demikian tanah wakaf yang terdapat di Kotamadya Bengkulu dikategorikan tidak produktif.
Ketentuan-ketentuan perwakafan tanah milik yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977, di Kotamadya Bengkulu, belum semua dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya, terutama yang berkenaan dengan pendaftaran dan tanda bukti hak atas tanah. Hal ini terbukti dari masih banyaknya tanah wakaf yang belum memiliki akta pangganti ikrar wakaf, sertifikat tanah wakaf dan belum terdaftar sebagaimana mestinya pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kotamadya Bengkulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 di Kotamadya Bengkulu adalah; (1) peraturan itu sendiri, yaitu adanya perbedaan antara ketentuan-ketentuan tentang perwakafan tanah milik yang terdapat di dalam kitab-kitab tradisional dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977; (2) para penegak hukum balk formal maupun nonformal, belum melaksanakan fungsi dan peranannya sebagaimana mestinya; (3) tidak tersedianya fasilitas yang memadai; dan (4) kurangnya kesadaran hukum masyarakat, karena umat Islam tidak mengetahui, tidak mangerti, dan tidak memahami isi Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Murlan
"Tesis ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan kegiatan program dana Block Grant dan faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan kegiatan program dana Block Grant. Jenis penelitian dengan menggunakan penelitian evaluasi. Tehnik pengambilan sampel untuk informan dengan menggunakan tehnik Purposive Sampling. Lokasi penelitian di Desa Baula Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari aspek input terdiri dari petunjuk pelaksanaan, sumber daya manusia, manajemen/organisasi, sarana dan prasarana, serta alokasi dana. Dari aspek proses terdiri dari pengajuan proposal kegiatan, penyaluran dana bantuan, pengambilan dana bantuan, dan pengawasan. Sedangkan faktor penghambat yaitu kurangnya sosialisai dan mekanisme pencairan.

This thesis aims to evaluate the process of implementation of the Block Grant program funds and the factors that impede the implementation of the Block Grant program funds. This type of research by using research evaluation. Sampling techniques to informants by using purposive sampling techniques. Research sites in the Village District Baula, Regency Kolaka.
The results showed that the input consists of aspects of implementation guidelines, human resources, management/organization, facilities and infrastructure, as well as the allocation of funds. From the aspect of the proposal submission process consisting of activities, the distribution of grants, grant making, and oversight. While the inhibiting factor is the lack of socialization and disbursement mechanisms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
T29753
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Harlisa Musa
"Tesis ini membahas tentang evaluasi pelaksanaan program bantuan block grant Madrasah Education Development Project (MEDP) di dua Madrasah Ibtidaiyah, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, yang mencakup input dan proses pelaksanaan program, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaannya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif.
Hasil penelitian menyarankan adanya program lanjutan dan pendampingan dalam pelaksanaannya, pedoman/juknis dibuat oleh ahli yang berpengalaman dibidangnya, diadakannya pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru and internal effisiensi madrasah serta peningkatan tata kelola manajemen madrasah.

The focus of this thesis is to evaluate the implementation of block grant program of Madrasah Education Development Project (MEDP) in two Islamic elementary schools, at Lamongan district, East Java, which includes aspects of input and process of program implementation, as well as factors supporting and inhibiting its implementation. This study is a descriptive qualitative research design.
The results suggest that a follow-up programs and assistancy in the implementation should be made, guidelines should be made by experts with related experiences, implement/conduct workshops or trainings to improve teacher quality and internal efficiency and madrasah management and good governance.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30567
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Rustam
"Pemerintah Meiji melaksanakan beberapa kebijakan baru tentang pendidikan yang dilaksanakan mendasar secara sosial, yaitu dengan mengubah kesadaran dari setiap orang terhadap fungsi negara. Orang Jepang yang pada masa pemerintahan Tokugawa masih berfikir kedaerahan, pada masa Meiji diharuskan mempunyai pemikiran atau kesadaran nasional (satu kebijakan pendidikan yang bersifat nasionalistik). Perubahan kesadaran dari kedaerahan menjadi nasional inilah yang merupakan hasil terpenting yang dilakukan oleh pemerintah Meiji dalam bidang pendidikan.

The Meiji administration issued some new policies on education which were basically carried out socially by transforming the awareness of each citizen on the role of the state. The Japanese during the Tokugawa era were still bound by provincialism, whereas in the Meiji era they were obliged to have a national consciousness based on a nationalistic educational policy. The transformation of the provincial awareness to the nationalistic one is the most significant change carried out by the Meiji administration in the domain of education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Sundari Husen
"Pada abad-abad 16, 17 dan 18, gagasan reformasi pendidikan di Prancis muncul pertama-tama dalam karya sastra. Dimulai oleh Rabelais dalam dongeng-dongengnya Pantagruel (1532) dan Gargantua (1534), tulisan tentang pendidikan dikembangkan dalam Essais (tiga jilid) karangan Montaigne (1580), dan dalam roman Jean-Jacques Rousseau, Emile (1762). Gagasan yang sama didukung pula antara lain oleh Descartes dalam Discours de la Méthode [Risalah tentang Metode] (1637) dan oleh Voltaire dalam dongengnya L?Ingénu (1767). Intinya adalah pertentangan antara sistem pendidikan lama yang mementingkan hafalan dan teori dengan sistem pendidikan baru yang mereka usulkan, yang lebih mementingkan pembinaan nalar, cara berpikir, dalam suasana belajar yang menyenangkan, yang dikaitkan dengan kehidupan nyata serta alam sekitar. Secara resmi reformasi pendidikan Prancis baru dicanangkan Menteri Pendidikan Jules Ferry pada tahun 1880 dengan pembuatan peraturan wajib belajar di sekolah dasar, biaya belajar cuma-cuma dan pemisahan pendidikan formal di sekolah dari pendidikan keagamaan.

In the 16th., 17th. and 18th. century, the first ideas of educative reform in France appeared in litterary master pieces. Rabelais wrote his critics and proposals on child education in his stories Pantagruel (1532) and Gargantua (1534), developped later in the Essays (three volumes) written by Montaigne and in Rousseau?novel, Emile. Actually the same ideas were supported also by Descartes in Discours de la Méthode (1637) and Voltaire in L?Ingénu (1767). The central issue was the opposition between the old system of education focusing on learning by heart and theories and the system they proposed which gave importance on the formation of the way of thinking, in a pleasant learning atmosphere, in relation to real life and nature. Officially French education reform was started by the Minister of Education Jules Ferry in 1880 in the decrees proclaming compulsory education in the primary school, free of charge, and the separation between secular and religious education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Shanti
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa permasalahan yang berada di seputar hibah luar negeri seperti isu mengenai intervensi negara/lembaga donor terhadap Indonesia serta tidak tertibnya administrasi hibah luar negeri sehingga menimbulkan tumpang tindihnya pembiayaan program-program pembangunan. Namun di sisi lain hibah luar negeri dibutuhkan sebagai alternatif sumber pembiayaan pembangunan untuk melengkapi pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dengan kondisi ini maka hibah tetap diperlukan namun administrasinya harus ditertibkan antara lain melalui kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel komunikasi dan variabel sumberdaya terhadap implementasi kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran serta bagaimana keadaan komunikasi dan sumber daya di dalam implementasi kebijakan ini. Model analisis yang digunakan didasarkan pada Teori Edwards III namun tidak secara utuh karena hanya meneliti pengaruh dari dua variabel dari empat variabel yang dinyatakan oleh Edwards berpengaruh terhadap implementasi kebijakan. Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah komunikasi dan sumberdaya, sedangkan variabel yang dipengaruhi adalah implementasi kebijakan. Penelitian menggunakan pendekatan positivisme dan merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui survai, wawancara dan kajian dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan komunikasi terhadap implementasi kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga pelaksana program kerjasama hibah UNICEF yang menjadi respponden dalam penelitian ini merupakan hubungan yang kuat serta mempunyai pengaruh positif dan signifikan; hubungan sumberdaya terhadap implementasi kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga instansi pelaksana program kerjasama hibah UNICEF yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan hubungan yang kuat serta mempunyai pengaruh positif dan signifikan; hubungan komunikasi dan sumberdaya secara bersama-sama terhadap implementasi kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran Kementerian/Lembaga instansi pelaksana program kerjasama hibah UNICEF yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan hubungan yang sangat kuat serta mempunyai pengaruh positif dan signifikan. Hasil penelitian juga memperlihatkan bahwa komunikasi sudah dilakukan namun belum mencapai hasil optimal dilihat dari pemahaman pelaku kebijakan terhadap kebijakan pencantuman hibah dalam dokumen pelaksanaan anggaran.
Saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian yaitu komunikasi dan kapasitas sumber daya harus ditingkatkan baik secara sendiri-sendiri maupun secara paralel.

Several problems existing in the grants from overseas become the background for this research, and those problems are like the issue on state/donor institution?s intervention towards Indonesia and unorganized administration of the grants from overseas so that it causes the overlapping of the financing of the development programs. On the other hand, the grants from overseas are needed as an alternative development financing source to complement the financing from the State Budget. Because of this condition, the grants are still needed, but the administration has to be organized through, among others, the policy of putting a grant in a budget implementation document.
The research aims to find out the influence of the communication variable and the resources variable towards the implementation of the policy of putting a grant in a budget implementation document and to understand how the condition of communication and resources is in the implementation of this policy. The analysis model used is based on the Theory of Edwards III, but the model is not based entirely on that theory because the study only investigated the influence of the two variables out of the four variables stated by Edwards having the influence towards the implementation of the policy. The variables influencing in this research are communication and resources, while the variable influenced is the implementation of the policy. The research used the positivism approach, and it is descriptive-quantitative research. The data collection technique was through survey, interview, and documentation study.
One of the research results shows that the communication relation towards communication in the implementation of the policy of putting a grant in a budget implementation document of a Ministry/Institution which becomes an official body to implement the UNICEF grant cooperation program is a powerful relation and has a positive and significant influence; another result is the relation of resources towards the implementation of the policy of putting a grant in a budget implementation document of a Ministry/Institution which becomes an official body to implement the UNICEF grant cooperation program is a powerful relation and has a positive and significant influence; the relation of communication and resources together towards the implementation of the policy of putting a grant in a budget implementation document of a Ministry/Institution which becomes an official body to implement the UNICEF grant cooperation program is a very powerful relation and has a positive and significant influence. The research results also show that communication has been done, but it has not reached an optimal result seen from the understanding of the doers of the policy towards the policy of putting a grant in a budget implementation document.
The recommendation given based on the research results is communication and the capacity of the resources have to be improved separately and in parallel."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T29764
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan janji negara yang harus dipenuhi. Setiap anak memiliki haka untuk mengakses layanan pendidikan yang berkualitas. Mendapatkan layanan pendidikan merupakan hak yang paling asasi dan harus dipenuhi oleh negara. Salah satu hal yang menyebabkan tertinggalnya Orang Asli Papua (OAP) di berbagai bidang kehidupan adalah kurang diperhatikannya layanana pendidikan bagi mereka. Kondisi tersebut menyebabkan mereka semakin termajinalkan di tanahnya sendiri.Buku ini menyajikan dua masalah mendasar yang membuat percepatan pembangunan pendidikan di Tanah Papua tidak dapat terlaksana secara optimal. Pertama, persoalan struktural yang terkait dengan regulasi, tata kelola kelembagaan, anggaran, dan program-program pendidikan yang belum responsif terhadap kondisi geografis, demografi, sosial, dan budaya Orang Asli Papua (OAP). Kedua, tantangan sosial kultural meliputi identitas budaya yang beragam; pemenuhan hak yang terkendala oleh situasi geografis; keterbatasan anak-anak untuk belajar; dan pendidikan bagi OAP yang tidak relevan karena tidak membangun imajinasi, berbasis kearifan lokal, dan pengembangan diri. Terhadap kondisi tersebut, buku ini merekomendasikan desai pendidikan dan peta jalan yang responsif terhadap kondisi geografis, demografi, sosial, dan budaya OAP untuk memperbaiki kualitas pendidikaan di Tanah Papua."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019
370 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>