Ditemukan 4016 dokumen yang sesuai dengan query
"Teks purwana tatwa, menguraikan tentang tata cara seorang pendeta, tingkah laku bagi wangsa Brahmana, yakni menyebarkan ajaran dharma atau kebenaran seperti yang termuat dalam sastra suci. Sebagai pengayom suatu kerajaan jika ditimpa marabahaya dengan mengadakan upacara pujawali. Disinggung pula tentang tata cara wangsa kesatria, wesya, dan sudra untuk menjalankan ajaran dharma serta bakti terhadap Ida Sanghyang Widi. Lempir nomor 1 terdiri dari 3 lempir dikancing dengan besi yang telah lepas karena berkarat sehingga lempir tersebut menjadi rusak dan lapuk, dan merambat ke lempir nomor 2. Begitu juga bagian akhir naskah ini yang terdiri dari 3 lempir kosong yang mengalami musibah sama dengan lempir nomor 1 dan telah merusak lempir ke-36. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.27-LT 137
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks Agama Hindu yang memuat judul Putru Kalepasan, menguraikan nasehat pendeta utama yang telah lanjut usia, perincian isi sesajen serta lambang-lambang yang terkandung di dalamnya untuk upacara ngarorasin (bayi berumur 12 hari). Disinggung pula jenis-jenis meru (stana para dewa). Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.11a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1897 di Singaraja, Bali."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.28-LT 211
Naskah Universitas Indonesia Library
"Pawilangan indik pujawali ring kahyangan Pura Besakih ini menguraikan tentang pera-turan ritual, pembagian amongan bagi delapan kabupaten di Bali, bentuk-bentuk sesajen dan sarana yang digunakan dalam rangka upacara pujawali di pura-pura lainnya di lingkungan Pura Besakih, stana-stana Dewa Nawasanga, jenis-jenis pecaruan, pujawali pancawali krama di Pura Besakih. Beberapa halaman di margin kiri naskah ini memuat cuplikan-cuplikan singkat yang menyebutkan tentang pembangunan kahyangan, upacara pamelaspas, penjor galungan, dan nama Empu Kuturan. Lempir no.20, 23, dan 28 tidak ditulisi secara penuh, karena adanya bintik-bintik putih pada daun ini sehingga tidak mungkin untuk ditulisi. Bintik-bintik putih ini muncul mungkin akibat daun lontarnya terlalu muda serta pengolahannya kurang baik sehingga serangga dapat merusaknya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.26-LT 153
Naskah Universitas Indonesia Library
"Putru kalepasan, menguraikan ajaran suci yang disampaikan Bagawan Nanggastya kepada putranya yang telah menjadi seorang pendeta, tentang asal mula tri bhuwana, yakni bhur, bhwah, swah, serta asal mula adanya brahmanda. Pada h.1a dan 5b, huruf belum dihitamkan, hanya diberi bentuk sehingga agak sulit dibaca. Khusus di h.1a terdapat catatan tambahan (tulisan Latin dan Bali) yang menyebutkan 'I.G. Jlantik (t.t.)1899, kancarad kreta, ring Singaraja' Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan. Menurut kolofon (h.5b), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1899 di Singaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.29-LT 213
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks tatwa jnana, mengungkapkan tentang ajaran Sanghyang tatwa Jnana yang harus diketahui oleh masyarakat agar terhindar dari kesengsaraan hidup atau tahu tentang suka duka kehidupan di dunia. Disebutkan bahwa Sanghyang Tatwa Jnana terdiri dari cetana dan acetana yang berpengaruh terhadap baik buruknya kehidupan manusia. Cetana berarti selalu ingat dengan tutur (ajaran) sejati, sedangkan acetana berarti tidak ingat sama sekali atau lupa dengan tutur sejati. Cetana dengan acetana disebut juga Siwa Tatwa dan Maya Tatwa. Dilanjutkan dengan ajaran tri guna, panca tan matra, panca maha buta, dan konsep-konsep rwa bineda (dua hal yang berlawanan) yakni sifat baik dan buruk. Berakhir dengan sifat-sifat dari tri guna (satwam, rajah, tamah) serta peranan tapa, brata, yoga dan semadi terhadap tri guna. Pada awal naskah terdapat dua lempir kosong. Semua sisi lempir diberi cat merah sehingga naskah tampak bagus dan rapi, sedangkan penakep kayunya tetap seperti warna kayu aslinya. Iformasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Adapun tentang penyalinan, menurut kolofon (h.44a) naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh Ida Agung Gde Rai pada hari Kamis Wage Sungsang di desa Tingas Mabal, kecamatan Abian Semal, kabupaten Badung Bali tahun 1894 Saka (1972). Untuk naskah lain yang disalin oleh orang yang sama, lihat FSUI/AH.30."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.44-LT 260
Naskah Universitas Indonesia Library
"Lontar bali ini memuat tiga judul, yaitu tingkahing kahyangan mwang sanggar pawumahan (1-18); dharma satyeng laki (1-4); tingkah sarining galungan (1-3). Tingkahing kahyangan mwah sanggar pawumahan menguraikan pembangunan sanggar di tiap perumahan seperti bangunan padmasana, gedong alit, dan sanggar kamulan serta penanaman jenis pedagingan yang terdiri dari slaka, tembaga, nirah sebagai langkah awal pembangunan suci itu. Dilanjutkan dengan ajaran betari Durga kapada raja Bali (Sri Jaya Sunu) untuk melakukan upacara eka dasa rudra dan panca Bali krama di Pura Besakih. Dharma satyeng laki mengungkapkan tentang kesetiaan seorang istri sebagai pendamping suami yang diwujudkan dalam rasa cinta kasih yang mendalam dan kekal untuk kerukunan hidup mereka sebagai sepasang suami istri. Sedangkan tingkah sarining galungan, berisi tentang sesajen Galungn, mantra-mantra dan tata cara pelaksanaannya. Diakhiri dengan uraian sesayut Rsi Gana dan mantranya. Pada bagian akhir naskah ini terdapat 2 lempir kosong. Sedangkan pada sisi margi kanan nomor h.3b terdapat semacam rerajahan yang bernama surating tamas. Semua baris dari seluruh lempir tampak garis-garis horisontal dari tinta hitam sebagai pedoman atau panduan menulis di atas daun lontar. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofon (h.18b, 4a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1904 di Singaraja Bali. Hal ini ditunjang juga dengan adanya catatan tambahan (tulisan tangan) pada sisi kiri nomor h.1a dan 3b menyebutkan 'djl (t.t) 1904'."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.46-LT 227
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks ekadasa rudra, menguraikan tentang segala upakara (alat) yang dipakai dalam tawur (pecaruan) ekadasa Rudra menurut stana (tempatnya) masing-masing yang disesuaikan dengan semua arah penjuru mata angin atau pangider-ider buwana. Beberapa lempir naskah ini tidak ditulisi secara penuh, tetapi tidak mempengaruhi isi teks. Lempir terakhir terdapat semacam skema arah penjuru mata angin, dilengkapi nama-nama binatang yang dipakai dalam upacara tersebut. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.13-LT 152
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks panawuran sot, menguraikan tentang upacara panawuran sot, yang didalamnya menyangkut sarana-sarana yang dipakai, berbentuk sesajen lengkap yang siap dihaturkan ke hadapan para dewa. Dimulai dengan cara-cara melakukan upacara tersebut, disertai dengan mantra-mantra pengastawa. Besar kecilnya upacara ini tergantung dari apa yang pernah dilakukan seseorang. Disinggung pula tentang upacara pajenukan dilengkapi dengan sarana-sarana yang dipakai. Bandingkan naskah LOr 9790 dan Kirtya 1442 untuk teks yang mirip. Pada h.4 terdapat sehelai benang merah putih yang dimasukkan pada lubang sisi kanan dan diikat. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Data tentang penyalinan naskah, terdapat pada catatan di h.12a yang menyebutkan bahwa naskah ini disalin oleh I Pacung, atas perintah Ida Pedanda Made Dawuh di Griya Buruan Sanur. Di h.23a disebutkan bahwa naskah ini milik I Gusti Putu Griya dari Buleleng. Berdasarkan informasi ini, mungkin naskah disalin oleh I Pacung di Griya BUruan Sanur, tetapi kemudian menjadi milik I Gusti Putu Griya di Buleleng. Sedangkan di h.1a terdapat catatan tambahan yang (tulisan Latin dan Bali) menyebutkan 'I.G. Jlantik (t.t.) 1893, Magang Kontrollir Buleleng'."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.25-LT 183
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks wetoning Sanghyang Saraswati sarauhing upacaranipun ini menguraikan tentang piodalan Sanghyang Aji Saraswati beserta sarana-sarana yang dipakai dalam pelaksanaan upacara. Disebuitkan bahwa piodalan Sanghyang Aji Saraswati jatuh pada setiap Sabtu Umanis Watugunung. Upacara ini harus dilaksanakan pada pagi hari, tidak boleh membaca (membaca mantra), tidak boleh dilakukan pada sore hari. Pada sore harinya boleh melakukan kegiatan membaca dan tidak boleh menghaturkan sesajen ke hadapannya. Jika melanggar aturan ini pahalanya tidak pandai, diganggu roh jahat dan buta kala dengen. Sebelum upacara dilaksanakan harus mohon tirta suci ke hadapan Dewa Surya. Dilanjutkan dengan uraian makna dari mantra-mantra sehubungan dengan upacar di atas serta uraian tentang tata cara persembahyangan. Diuraikan juga tentang kegiatan menulis dengan aksara Bali beserta mantranya. Dalam proses ini tidak boleh mencoret huruf sembarangan karena akan berakibat umur pendek. Disebutkan bahwa jika mencoret ulu akan berakibat buta dan sakit kepala; mencoret suku berakibat sakit lumpuh; mencoret taleng dan wisah akan berakibat pancek (tuli) dan sakit pinggang. sampul depan dan belakang masing-masing terdiri dua lempir lontar,yang semula mungklin dikancing dengan besi yang lama-kelamaan berkarat, kancingnya lepas, sehingga kini tinggal bekas-bekas memerah bahkan merambat ke lempir nomor 1 dan nomor 9. Sudut kiri atas lempir nomor 1 tampak mulai patah dan hampir lepas. Keterangan penulisan teks maupun penyalinan naskah ini belum ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.54-LT 147
Naskah Universitas Indonesia Library
Geertz, Hildred
Chicago: University of Chicago, 1975
301.421 GEE k
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library