Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4054 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks Agama Hindu yang memuat judul Putru Kalepasan, menguraikan nasehat pendeta utama yang telah lanjut usia, perincian isi sesajen serta lambang-lambang yang terkandung di dalamnya untuk upacara ngarorasin (bayi berumur 12 hari). Disinggung pula jenis-jenis meru (stana para dewa). Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofonnya (h.11a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1897 di Singaraja, Bali."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.28-LT 211
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Putru kalepasan, menguraikan ajaran suci yang disampaikan Bagawan Nanggastya kepada putranya yang telah menjadi seorang pendeta, tentang asal mula tri bhuwana, yakni bhur, bhwah, swah, serta asal mula adanya brahmanda. Pada h.1a dan 5b, huruf belum dihitamkan, hanya diberi bentuk sehingga agak sulit dibaca. Khusus di h.1a terdapat catatan tambahan (tulisan Latin dan Bali) yang menyebutkan 'I.G. Jlantik (t.t.)1899, kancarad kreta, ring Singaraja' Informasi penulisan teks asli tidak ditemukan. Menurut kolofon (h.5b), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1899 di Singaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.29-LT 213
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Pawilangan indik pujawali ring kahyangan Pura Besakih ini menguraikan tentang pera-turan ritual, pembagian amongan bagi delapan kabupaten di Bali, bentuk-bentuk sesajen dan sarana yang digunakan dalam rangka upacara pujawali di pura-pura lainnya di lingkungan Pura Besakih, stana-stana Dewa Nawasanga, jenis-jenis pecaruan, pujawali pancawali krama di Pura Besakih. Beberapa halaman di margin kiri naskah ini memuat cuplikan-cuplikan singkat yang menyebutkan tentang pembangunan kahyangan, upacara pamelaspas, penjor galungan, dan nama Empu Kuturan. Lempir no.20, 23, dan 28 tidak ditulisi secara penuh, karena adanya bintik-bintik putih pada daun ini sehingga tidak mungkin untuk ditulisi. Bintik-bintik putih ini muncul mungkin akibat daun lontarnya terlalu muda serta pengolahannya kurang baik sehingga serangga dapat merusaknya. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.26-LT 153
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks purwana tatwa, menguraikan tentang tata cara seorang pendeta, tingkah laku bagi wangsa Brahmana, yakni menyebarkan ajaran dharma atau kebenaran seperti yang termuat dalam sastra suci. Sebagai pengayom suatu kerajaan jika ditimpa marabahaya dengan mengadakan upacara pujawali. Disinggung pula tentang tata cara wangsa kesatria, wesya, dan sudra untuk menjalankan ajaran dharma serta bakti terhadap Ida Sanghyang Widi. Lempir nomor 1 terdiri dari 3 lempir dikancing dengan besi yang telah lepas karena berkarat sehingga lempir tersebut menjadi rusak dan lapuk, dan merambat ke lempir nomor 2. Begitu juga bagian akhir naskah ini yang terdiri dari 3 lempir kosong yang mengalami musibah sama dengan lempir nomor 1 dan telah merusak lempir ke-36. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.27-LT 137
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar bali ini memuat tiga judul, yaitu tingkahing kahyangan mwang sanggar pawumahan (1-18); dharma satyeng laki (1-4); tingkah sarining galungan (1-3). Tingkahing kahyangan mwah sanggar pawumahan menguraikan pembangunan sanggar di tiap perumahan seperti bangunan padmasana, gedong alit, dan sanggar kamulan serta penanaman jenis pedagingan yang terdiri dari slaka, tembaga, nirah sebagai langkah awal pembangunan suci itu. Dilanjutkan dengan ajaran betari Durga kapada raja Bali (Sri Jaya Sunu) untuk melakukan upacara eka dasa rudra dan panca Bali krama di Pura Besakih. Dharma satyeng laki mengungkapkan tentang kesetiaan seorang istri sebagai pendamping suami yang diwujudkan dalam rasa cinta kasih yang mendalam dan kekal untuk kerukunan hidup mereka sebagai sepasang suami istri. Sedangkan tingkah sarining galungan, berisi tentang sesajen Galungn, mantra-mantra dan tata cara pelaksanaannya. Diakhiri dengan uraian sesayut Rsi Gana dan mantranya. Pada bagian akhir naskah ini terdapat 2 lempir kosong. Sedangkan pada sisi margi kanan nomor h.3b terdapat semacam rerajahan yang bernama surating tamas. Semua baris dari seluruh lempir tampak garis-garis horisontal dari tinta hitam sebagai pedoman atau panduan menulis di atas daun lontar. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Menurut kolofon (h.18b, 4a), naskah disalin (atau diprakarsai ?) oleh I Gusti Putu Jlantik pada tahun 1904 di Singaraja Bali. Hal ini ditunjang juga dengan adanya catatan tambahan (tulisan tangan) pada sisi kiri nomor h.1a dan 3b menyebutkan 'djl (t.t) 1904'."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.46-LT 227
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks ekadasa rudra, menguraikan tentang segala upakara (alat) yang dipakai dalam tawur (pecaruan) ekadasa Rudra menurut stana (tempatnya) masing-masing yang disesuaikan dengan semua arah penjuru mata angin atau pangider-ider buwana. Beberapa lempir naskah ini tidak ditulisi secara penuh, tetapi tidak mempengaruhi isi teks. Lempir terakhir terdapat semacam skema arah penjuru mata angin, dilengkapi nama-nama binatang yang dipakai dalam upacara tersebut. Informasi penulisan teks maupun penyalinan naskah ini tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.13-LT 152
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Suparta
"Disertasi ini mengkaji teks Putru Kalpasan PK MM yang merupakan salah satu genre sastra-tutur, khususnya tutur-eskatologis. PK MM merupakan teks sakral yang digunakan sebagai tuntunan praktis dalam tata upacara penyucian dan pemujaan roh leluhur yang disebut ritual ddha pada masa Jawa Kuno. Di antara keenam teks Jawa Kuno yang digunakan, empat naskah berupa lontar Borassus flabellifer , yang ditulis dengan aksara Buda, dan dua naskah kertas beraksara Jawa Baru. Kajian kritik teks textual criticism dengan metode stemma dari Karl Lachmann 1850 . Metode edisi teks yang ditempuh adalah edisi diplomatik secara paralel paralel diplomatic edition and edisi kritik.Kajian eskatologi, khususnya dari sudut personal eschatology eskatologi-kal pasan mengasilkan temuan cukup signifikan. Pertama, teks PK MM ini merupakan teks pertama dalam khazanah naskah Jawa yang menerangkan tata upacra sesaji ddha dari masa Jawa Kuno. Kedua, konsep kal pasan absorption yang dipahami sebagai ldquo;pembebasan rdquo; roh dari noda daamala pada ritual hambukur menjadi conditio sine quanon dalam pembayatan pitara menjadi Dewa Pitara ldquo;jiwa menjadi dewa rdquo; . Ketiga, penggubah teks PK Merapi-Merbabu menampilkan pemikiran eskalotogis dengan berpusat pada kosmologi Jawa, yakni mendudukkan Bhara Guru sebagai dewa tertinggi di Winduppt, kahyangan tertinggi dari 29 swarga. Hal ini menggambarkan adanya kesinambungan pemikiran keagamaan dari masa Jawa Kuno abad ke-9 mdash;15 M yang diwariskan sebagai teks kosmo-eskatologis dalam tradisi Sastra-Ajar di gunung Merapi-Merbabu pada abad ke-16 Masehi. Kata Kunci: Putru Kal pasan, eskatologi Jawa Kuno, sajirddha, Dewa Pitara, Sastra-Ajar, skriptorium Merapi-Merbabu.

ABSTRACT
This dissertation examined the text Putru Kal pasan PK which is one of tutur literary genres, especially an eschatological-tutur. PK Merapi-Merbabu is a sacred text that is used as a practical guidance for rites of purification and worship ancestral spirits called Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha. Among the six of Old Javanese texts used, there are four palm-leaf manuscripts Borassus flabellifer written in the so-called Buda, and two paper manuscripts in the Javanese alphabets. The study of textual criticism with stemma method of Karl Lachmann 1850 . Text edition method applied are a parallel diplomatic edition and critical edition. To understand the meaning of the lsquo;content rsquo;, this edtion is completed by translation into Indonesian. Eschatological studies, particularly from the point of personal eschatology kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan results in several significant findings. First, the text PK Merapi-Merbabu is the first text found in the treasures of the Java script in detail explaining the rites of offerings from the Old Javanese for Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha ritual purposes. Second, the concept kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan absorption understood as liberation of the soul of da ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?amala stains in the hambukur has become conditio sine quanon in purification pitara to become Dewa Pitara ancestral spirits who become a god . Third, the author of text PK featuring eskalotogical thought with a focus on Javanese cosmology puts Bh ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ara Guru as the supreme god in Windup ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?p ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?t, the highest celestial of 29 heavens. It is illustrates the continuity of religious thought from the Old Javanese era in the 9th mdash;15th century that inherited as a cosmo-eschatological text into the Sastra-Ajar tradition in the Merapi-Merbabu volcano in the 16th century. Keywords: Putru Kal ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?pasan, Old Javanese eschatology, Bh ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ara Guru, Shr ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ddha offerings, Dewa Pitara, Sastra-Ajar, scriptorium of Merapi-Merbabu volcano."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D2471
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks panawuran sot, menguraikan tentang upacara panawuran sot, yang didalamnya menyangkut sarana-sarana yang dipakai, berbentuk sesajen lengkap yang siap dihaturkan ke hadapan para dewa. Dimulai dengan cara-cara melakukan upacara tersebut, disertai dengan mantra-mantra pengastawa. Besar kecilnya upacara ini tergantung dari apa yang pernah dilakukan seseorang. Disinggung pula tentang upacara pajenukan dilengkapi dengan sarana-sarana yang dipakai. Bandingkan naskah LOr 9790 dan Kirtya 1442 untuk teks yang mirip. Pada h.4 terdapat sehelai benang merah putih yang dimasukkan pada lubang sisi kanan dan diikat. Informasi penulisan teks tidak ditemukan secara jelas. Data tentang penyalinan naskah, terdapat pada catatan di h.12a yang menyebutkan bahwa naskah ini disalin oleh I Pacung, atas perintah Ida Pedanda Made Dawuh di Griya Buruan Sanur. Di h.23a disebutkan bahwa naskah ini milik I Gusti Putu Griya dari Buleleng. Berdasarkan informasi ini, mungkin naskah disalin oleh I Pacung di Griya BUruan Sanur, tetapi kemudian menjadi milik I Gusti Putu Griya di Buleleng. Sedangkan di h.1a terdapat catatan tambahan yang (tulisan Latin dan Bali) menyebutkan 'I.G. Jlantik (t.t.) 1893, Magang Kontrollir Buleleng'."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.25-LT 183
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks wetoning Sanghyang Saraswati sarauhing upacaranipun ini menguraikan tentang piodalan Sanghyang Aji Saraswati beserta sarana-sarana yang dipakai dalam pelaksanaan upacara. Disebuitkan bahwa piodalan Sanghyang Aji Saraswati jatuh pada setiap Sabtu Umanis Watugunung. Upacara ini harus dilaksanakan pada pagi hari, tidak boleh membaca (membaca mantra), tidak boleh dilakukan pada sore hari. Pada sore harinya boleh melakukan kegiatan membaca dan tidak boleh menghaturkan sesajen ke hadapannya. Jika melanggar aturan ini pahalanya tidak pandai, diganggu roh jahat dan buta kala dengen. Sebelum upacara dilaksanakan harus mohon tirta suci ke hadapan Dewa Surya. Dilanjutkan dengan uraian makna dari mantra-mantra sehubungan dengan upacar di atas serta uraian tentang tata cara persembahyangan. Diuraikan juga tentang kegiatan menulis dengan aksara Bali beserta mantranya. Dalam proses ini tidak boleh mencoret huruf sembarangan karena akan berakibat umur pendek. Disebutkan bahwa jika mencoret ulu akan berakibat buta dan sakit kepala; mencoret suku berakibat sakit lumpuh; mencoret taleng dan wisah akan berakibat pancek (tuli) dan sakit pinggang. sampul depan dan belakang masing-masing terdiri dua lempir lontar,yang semula mungklin dikancing dengan besi yang lama-kelamaan berkarat, kancingnya lepas, sehingga kini tinggal bekas-bekas memerah bahkan merambat ke lempir nomor 1 dan nomor 9. Sudut kiri atas lempir nomor 1 tampak mulai patah dan hampir lepas. Keterangan penulisan teks maupun penyalinan naskah ini belum ditemukan secara jelas."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
AH.54-LT 147
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Geertz, Hildred
Chicago: University of Chicago, 1975
301.421 GEE k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>