Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah CI.11b merupakan jilid kedua dalam satu set yang terdiri dari tiga naskah kecil, CI.11a-c. Bagian kedua ini berisi ringkasan teks Jaka Semangun yang termuat pada naskah KBG 703, h.209-337. Keterangan selanjutnya lihat pada deskripsi naskah CI.11a. Lihat dokumen R-098 untuk salinan naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.11b-L 8.44b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CI.11b merupakan jilid terakhir dalam satu set yang terdiri dari tiga naskah kecil, CI.11a-c. Naskah ketiga ini berisi daftar pupuh teks Asmarakhandi dan Jaka Semangun yang termuat pada naskah KBG 703. Keterangan selanjutnya lihat pada deskripsi naskah CI.11a. Lihat juga dokumen P-025 untuk salinan naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.11c-L 8.44c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Jaka Semangun, yaitu cerita tentang kepahlawanan seorang tokoh benama Jaka Semangun yang hidup pada jaman Nabi Muhammad. Kehidupan tokoh ini sangat dekat dengan Nabi Muhammad sehingga segala peristiwa ataupun kejadian-kejadian yang menyangkut kehidupan Nabi Muhammad dan keluarganya termasuk juga usaha pengembangan Islam pada masa itu terliput di dalamnya. Pada naskah yang sangat menarik ini, hampir semua episode cerita ditampilkan melalui gambar yang cukup bagus dan berwarna, sehingga memudahkan pembaca mengikuti alur ceritanya. (Lihat gbr. 4-8, 11, 16, 36, 37 & 50 dalam jilid ini.) 1) dhandanggula; 2) mijil; 3) sinom; 4) asmaradana; 5) durma; 6) pangkur; 7) dhandanggula; 8) kinanthi; 9) megatruh; 10) mijil; 11) durma; 12) gambuh; 13) pucung; 14) sinom; 15) kinanthi; 16) pangkur; 17) dhandanggula; 18) sinom; 19) durma; 20) kinanthi; 21) sinom; 22) gambuh; 23) pangkur; 24) dhandanggula; 25) sinom; 26) maskumambang; 27) durma; 28) pangkur; 29) megatruh; 30) wirangrong; 31) sinom; 32) pangkur; 33) durma; 34) pangkur; 35) maskumambang; 36) sinom; 37) pucung; 38) kinanthi; 39) dhandanggula; 40) pangkur; 41) asmaradana; 42) sinom; 43) pucung; 44) kinanthi; 45) megatruh; 46) gambuh; 47) maskumambang; 48) wirangrong; 50) mijil; 51) dhandanggula; 52) girisa; 53) ?; 54) gambuh; 55) asmaradana; 56) mijil; 57) pangkur; 58) asmaradana; 59) sinom; 60) kinanthi; 61) pucung; 62) dhandanggula; 63) durma; 64) dhandanggula. Kolofon menyebutkan hari Sabtu, 26 Sawal, Je 1800 (8 Januari 1872). Akan tetapi data kronometris yang diberikan keliru (misalnya 1800 adalah tahun Be, bukan Je, windu yang dicantumkan juga salah). Namun demikian, sebagai patokan dapat dikatakan bahwa teks ini dibuat sekitar tahun 1870an. Hal ini juga terlihat dari ciri-ciri kertas yang dipergunakan dalam naskah ini. Menurut catatan Pigeaud pada h.i, naskah ini dibeli di Yogyakarta pada bulan Maret 1943 yang sebelumnya adalah milik Saudara Sugiman di Danurejan, Yogyakarta. Dan pada bulan Mei 1934 teks naskah ini pun telah dibuat ringkasannya oleh Mandrasastra."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.38-NR 261
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi salinan teks historis legendaris berjudul Cariyosipun Jaka Thule. Naskah dikoleksikan (atau disalin?) oleh Kiliaan-Charpentier, kemudian dibeli oleh Pigeaud pada tahun 1927. Versi teks inityang tersusun dalam 17 pupuh, persis sama dengan LOr 4944. Bandingkan Juynboll 1911:119 dan Pigeaud 1968:250 tentang naskah tersebut. Lihat juga keterangan Pigeaud tentang teks ini pada umumnya 1967::136). Daftar pupuh: (1) durma; (2) kinanthi; (3) mijil; (4) asmarandana; (5) pangkur; (6) durma; (7) kinanthi; (8) pangkur; (9) sinom; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) mijil; (13) dhandhanggula; (14) durma; (15) pangkur; (16) maskumambang; (17) sinom. Alur cerita sebagai berikut: Cerita dimulai dari kelahirannya si Jaka Thule dan Widi, lalu pengembaraan mereka berdua dalam mencari orang tuanya yang bernama Pandung Siluman. Dalam pengembaraannya Jaka Thule diasuh oleh Empu Keleng di desa Pamlingan, sedangkan Widi diasuh oleh Empu Wigena di desa Pakandangan. Tersebutlah kerajaan Majapahit; yang bertahta adalah Prabu Brawijaya; putri prabu tersebut, bernama Dewi Retna Kumambang, sedang salfit cacar. Untuk kesembuhannya harus didatan^kan putri keturunan Cina yang bernama Bondan Kejawan. Untuk menyambutnya Prabu Brawijaya mengadakan sayembara membuat pintu kerajaan 40 buah. Maka kedua empu bersama Jaka Thule dan Widi berdatangan dan siap menyelesaikan daun pintu tersebut. Setelah pekerjaan selesai, tidak seorang pun yang mampu memasangnya. Maka Sang Prabu Brawijaya menga-dakan sayembara, barang siapa mampu memasang daun pintu akan diberikan tanah separoh kerajaan Majapahit dan dikawinkan dengan Retna Kumambang. Di antara seluruh warga Majapahit tidak ada yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut, maka Jaka Thule lah yang mampu mengerjakannya. Mendengar adanya putri yang sangat cantik di Majapahit, banyak kerajaan di tanah sabrang yang ingin melamarnya, seperti dari Nusa Sabrang yang sangat terkenal kesaktian senjatanya yang bernama Kala Mujeng, dan dari Cempa yang juga terkenal kesaktiannya yang bernama Maesasura. Namun para pelamar tersebut dapat dikalahkan oleh Jaka Thule. Akhirnya Jaka Thule mempersunting Dewi Retna Endah dan menjadi raja di negeri Sumekar, dan Widi lah yang menjadi patih dengan gelar Arya Banyak. Sedangkan Dewi Retna Kumambang menjadi ratu di negeri Japan dengan patihnya Raden Kanduruan. Pada bulan Desember 1929, atas prakarsa Pigeaud, naskah ini dibuatkan ringka-sannya oleh R.M. Suwandi (FSUI/CH.22). Pada bulan Desember 1932 di Yogyakarta atas prakarsa beliau juga naskah ini disalin ulang (ketikan) (FSUI/CH.22a). Naskah ini juga telah dibuatkan daftar kata oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1939."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.21-B 3.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan ringkasan daftar pupuh dan isi ceritera dari naskah induk FSUI/CH.21. Ringkasan dikerjakan oleh R.M. Suwandi pada bulan Desember 1929 untuk Dr. Pigeaud. Lihat deskripsi naskah CH.21 untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.22-L 12.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisikan salinan ketikan dari FSUI/CH.21. Naskah disalin di Surakarta atas prakarsa Pigeaud pada bulan Desember 1929. Lihat deskripsi naskah CH.21 untuk keterangan selanjutnya. Terdapat dua eksemplar naskah ini pada koleksi FSUI, ialah ketikan asli (A , g o7a) dan tembusan karbon (b). Hanya ketikan asli yang dimikrofilm."
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.22a-A 18.07a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan tentang teks Jaka Singkarah yang termuat dalam naskah KBG 111. Catatan meliputi cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh (sebanyak 8 pupuh), catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh yang dibuat oleh R.Ng.Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Desember 1931. Daftar pupuh, sebagaimana tercatat pada naskah ketikan ini, sebagai berikut: 1) asmaradana; 2) maskumambang; 3) kinanthi; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) mijil; 7) asmaradana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.39-L 6.13
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Prima Diamara Noviar
"Penelitian ini membahas ilustrasi pada naskah Serat Jaka Semangun (SJS). Naskah ini terdapat di Perpustakaan FIB UI dengan nomor naskah NR 261. Teks SJS bercerita tentang saudagar kafir yang bernama KI Kalid yang sudah lama ingin mempunyai keturunan. Suatu hari ia mendatangi suatu tempat keramat untuk berdoa meminta seorang anak. Pada akhirnya Tuhan Yang Maha Esa mendengar doanya. Ia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Semangun. Begitu lahir, Semangun langsung dapat berdiri, bersujud dan membaca syahadat. Semangun memiliki kemampuan yang luar biasa untuk menolong orang. Ada pula dari bangsa Kures yang kaya raya dari kaum kafir bernama Abu Jalal. Ia merasa terusik dengan lahirnya Semangun karena sudah berani melawan kekuasaanya. Abu Jalal beserta pengikutnya menyusun berbagai rencana untuk membunuh Semangun.
Dikisahkan pula bahwa Abu Jahal memiliki seorang anak perempuan bernama Dewi Ngasiyah. Ia mendengar semua cerita tentang keberanian Semangun dari para embannya. Dewi Ngasiyah pun merasa jatuh cinta dan ingin memberi tahu Semangun dengan menulis sebuah surat. Semangun pun menyambut gembira kabar tersebut dan meminta restu kepada kedua orang tuanya. Selanjutnya Dewi Ngasiyah dan Semangun menikah, tak lama kemudian Dewi Ngasiyah memeluk agama Islam mengikuti suaminya.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui keterkaitan teks dan ilustrasi. Adapun langkah kerja filologi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu inventarisasi naskah, mengalihaksarakan ( mentransliterasi) dan guna memahami makna teks menggunakan teori penerjemahan yang dikemukakan oleh Hoed ( 2006 ) dengan pendekatan hermeneutik, selajutnya untuk membicarakan ilustrasi di dasari pada pendekatan kodikologi oleh Mulyadi ( 1994 ) dan ilustrasi dikaji menggunakan teori dari Bland ( 1969 )"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11712
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CI.11a merupakan jilid petama dalam satu set yang terdiri dari tiga naskah kecil, CI.11a-c. Naskah pertama ini berisi ringkasan teks Asmarakhandi (juga disebutkan Serat Jatikusuma) yang termuat pada naskah KBG 703, h.1-208. Naskah kedua berisi ringkasan h.209-337 (berisikan teks Jaka Semangun). Lihat deskripsi naskah CI.11b, sedangkan daftar pupuh untuk kedua teks ini terdapat pada CI.11c. Ringkasan maupun cuplikan pupuh dibuat oleh Mandrasastra, staf Pigeaud di Surakarta pada tahun 1930. Lihat dokumen R-077 untuk salinan naskah ini. Teks Asmarakhandi berisi cerita tentang negara Asmarakhandi dengan rajanya Tubatul Iman. Sang raja memiliki putra bernama Jatikusuma. Sang putra ingin menikah dengan putri raja kapir Jong Biraji bernama Sasmitarasa. Cerita berlanjut dengan petualangan Jatikusuma untuk mendapatkan Putri Sasmitarasa. Dalam usahanya ini ia dihalangi oleh Raja Nusakambangan. Jatikusuma selalu diiringi oleh kedua punakawannya yaitu Jumput dan Cleput, hingga akhirnya Jatikusuma berhasil memperistri Sasmitarasa, setelah terlebih dahulu berhasil menerka teka-teki yang penuh dengan makna filosofis dari Putri Sasmitarasa. Teks Asmarakandhi telah dibahas oleh Pigeaud 1967: 222 dan Poerbatjaraka dkk. 1950: 80-81. Versi KBG 703 ini pada awalnya mirip dengan KBG 449, namun menginjak pupuh ke-16 hingga pupuh akhir terdapat perbedaan. Keterangan bibliografis lainnya lihat Behrend 1990: 321-322 tentang naskah MSB/L. 171. Teks Jaka Semangun berisi cerita sebagai berikut: di negara Mekah terdapat seorang bangsawan Kures bernama Syeh Kalid. Ia memiliki seorang anak laki-laki bernama Jaka Semangun. Syeh Kalid adalah seorang penyembah berhala, namun semenjak lahirnya Jaka Semangun, ia berganti agama menjadi Islam seperti agama Jaka Semangun. Setelah dewasa Jaka Semangun menjadi unggulan tentara Islam dan pelindung Nabi Muhammad untuk menghadapi balatentara kapir. Cerita berakhir dengan ditaklukannya negara Sengara dan Jaka Semangun menjadi raja di sana. Teks Jaka Semangun telah banyak dibahas oleh para sarjana sastra Jawa, diantaranya adalah Van der Tuuk 1866, Van Ronkel 1901, Juynboll 1911: 45-46, Brandes II: 53-54, Poerbatjaraka dkk. 1950: 79-80 dan M. Syakir Ali 1986/1987: 10-14. Versi teks pada KBG 703 ini berbeda dengan Br 41. Bandingkan pula dengan Behrend 1990: 304-307 tentang naskah MSB/L.151-152. 1) Asmaradana; 2) dhandanggula; 3) maskumambang; 4) sinom; 5) durma; 6) pangkur; 7) asmaradana; 8) dhandanggula; 9) pangkur; 10) sinom; 11) durma; 12) asmaradana; 13) megatruh; 14) mijil; 15) dhandanggula; 16) pangkur; 17) kinanthi; 18) asmaradana; 19) durma; 20) pucung; 21) pangkur; 22) durma; 23) maskumambang; 24) dhandanggula; 25) sinom; 26) asmaradana; 27) wirangrong; 28) pangkur; 29) duduk; 30) dhandanggula; 31) maskumambang; 32) sinom; 33) gambuh; 34) asmaradana; 35) mijil; 36) sinom; 37) durma; 38) kinanthi; 39) asmaradana; 40) sinom; 41) pangkur; 42) durma; 43) girisa; 44) pangkur; 45) dhandanggula; 46) mijil; 47) sinom; 48) asmaradana; 49) dhandanggula. 1) dhandanggula; 2) asmaradana; 3) megatruh; 4) durma; 5) sinom; 6) kinanthi; 7) pangkur; 8) mijil; 9) durma; 10) kinanthi; 11) sinom; 12) wirangrong; 13) durma; 14) dhandanggula; 15) sinom; 16) durma; 17) asmaradana; 18) pangkur; 19) durma; 20) mijil; 21) durma; 22) kinanthi; 23) dhandanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.11a-L 8.44a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berupa daftar pupuh yang dikerjakan oleh Pigeaud dari naskah lontar bertulisan Jawa Kuno milik pribadi Bupati Sumenep di Madura. Pigeaud hanya menyalin pada pertama dan terakhir masing-masing pupuh, dengan disertai catatan mengenai halaman, jumlah pada dan judul tembang. Dalam keterangan di h.1 disebutkan, bahwa usaha pembuatan daftar pupuh tersebut adalah dalam rangka penelitian naskah-naskah Jawa yang dilakukannya. Bupati Sumenep dalam hal ini sebagai pemilik naskah, dan ia memberi izin kepada Pigeaud untuk meneliti naskah lontarnya. Penelitian tersebut berlangsung pada bulan November 1926. Naskah ini tanpa keterangan identifikasi naskah lebih jauh. Naskah asli berisi teks Serat Menak, versi Madura atau Pasisir Wetan, yang tidak dimuat atau disinggung dalam uraian Poerbatjaraka 1940a. Teks terdiri dari 35 pupuh, sebagai berikut: 1) asmaradana; 2) dhandanggula; 3) sinom; 4) asmaradana; 5) kinanthi; 6) durma; 7) pangkur; 8) kc-ijo; 9) durma; 10) asmaradana; 11) sinom; 12) pangkur; 13) kc-ijo; 14) pangkur; 15) durma; 16) asmaradana; 17) pangkur; 18) maskumambang; 19) asmaradana; 20) pangkur; 21) durma; 22) sinom; 23) dhandanggula; 24) kinanthi; 25) asmaradana; 26) mijil; 27) durma; 28) mijil; 29) sinom; 30) pangkur; 31) asmaradana; 32) dhandanggula; 33) pangkur; 34) durma; 35) asmaradana."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.68-L 10.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>