Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6916 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berupa ringkasan yang dibuat oleh Mandrasastra, namun keterangan naskah asli tidak ditemukan. Naskah ringkasan ini berisi teks Jaransari-Jaranpurnama, atau juga dikenal dengan judul Jaka Grenteng, yaitu nama lain yang dipakai oleh Ki Jaransari. Teks ini menceritakan pengalaman dua orang bersaudara Jaranpurnama dan Jaransari. Mereka dikisahkan hidup dengan terlunta-lunta hingga pada akhirnya bertemu dengan seorang putri Mesir, Dewi Ratnawati, yang diculik oleh burung garuda raksasa. Mereka bertiga sepakat untuk melarikan diri menuju Pulau Jawa dengan bantuan ikan caroco. Putri kerajaan Majapahit Dyah Mundaya telah hilang diculik oleh Lembu Andini dan Andana yang tinggal pada suatu telaga. Jaranpurnama dan Jaransari diperintahkan mencari putri tersebut. Jaransari bertempur dengan Lembu Andini dan Andana, sementara Jaranpurnama menyelamatkan Dyah Mundaya. Jaranpurnama kemudian menipu adiknya. Ia memerintahkan pasukan Majapahit agar menunggu di tepi telaga dan membunuh Jaransari yang dikatakan sebagai penjelmaan Lembu Andini. Jaransari tidak meninggal namun hanya pingsan, kemudian ia ditolong oleh putri peri Dyah Andayasari dari Tunjungbang, lalu mereka menikah. Pada akhir cerita disebutkan bahwa Jaransari berganti nama menjadi Jaka Grenteng. Suatu saat Jaranpurnama yang telah menjadi raja Majapahit bersabung ayam dengan Jaka Grenteng. Ayam Jaka Grenteng berhasil mengalahkan ayam Jaranpurnama."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.24-L 21.25
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CH.23 ini berisi teks Jaranpurnama, sebuah kisah historis-legendaris yang menceritakan dua saudara kakak beradik bernama Jaranpurnama dan Jaransari, dengan mengambil latar belakang kerajaan Blambangan, Tuban dan Majapahit. Pada mulanya kedua bersaudara ini sangat rukun, tetapi kemudian mereka saling bermusuhan, sehingga Jaranpurnama membuat siasat untuk mencelakakan adiknya Jaransari. Namun pada akhir cerita, Jaransari dapat naik tahta menjadi raja di Majapahit. Menurut keterangan di luar teks, naskah asal Cirebon ini dibeli oleh Pigeaud di Yogyakarta pada bulan November 1934, dan dibuat uittreksel (ringkasannya) oleh Mandrasastra pada bulan Maret 1935. Keterangan bibliografis mengenai teks Jaranpurnama dapat dilihat pada MSB/L.155-L.160; Brandes I: 249-252; Juynboll 1911: 80-81; Pigeaud 1967: 230-231; Poerbatjaraka 1933: 306-307; Katalog Laporan Penelitian Naskah Cirebon (FSUI/1994): 164, 183, 177, 202, 138, 188. Untuk korpus sejenis lihat pada PNRI/KBG 222, 248, 381, lontar 24 L 369, 25 L 648, Br 26, 171, 172, 183, 185, 202, 227-228, 243, 245, 248, 454, CS 51. Di koleksi FSUI ada tiga naskah dengan judul sama, yaitu CH.24, CH.25 dan CH.23 ini, tetapi daftar pupuhnya sedikit berbeda. Daftar pupuh: (1) (dhandhanggula; (2) asmarandana; (3) durma; (4) sinom; (5) pangkur; (6) dhandhanggula; (7) mijil; (8) durma; (9) sinom; (10) asmarandana; (11) pucung; (12) pangkur; (13) dhandhanggula; (14) durma; (15) pangkur; (16) sinom; (17) jurudemung; (18) girisa; (19) kinanthi; (20) asmarandana; (21) mijil; (22) dhandhanggula; (23) megatruh; (24) durma; (25) kinanthi; (26) sinom; (27) asmarandana; (28) pucung; (29) pangkur; (30) durma; (31) dhandhanggula; (32) asmarandana; (33) durma; (34) pangkur; (35) durma; (36) pangkur; (37) dhandhanggula; (38) asmarandana; (39) sinom; (40) asmarandana; (41) megatruh; (42) dhandhanggula; (43) sinom; (44) pangkur; (45) kinanthi; (46) asmarandana; (47) sinom; (48) dhandhanggula; (49) pangkur; (50) nkinanthi; (51) dhandhanggula; (52) sinom; (53) pangkur; (54) asmarandana; (55) dhandhanggula; (56) kinanthi; (57) mijil; (58) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.23-NR 279
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah salinan ketikan dari naskah tulisan tangan yang ada di Yayasan Panti-Budaya & Yogyakarta dengan nomor koleksi MSB/L.159 ini dibuat rangkap dua, yaitu CH.25 ini (G 161a) dan tembusan karbonnya CH.25a (G 161b). Salinan (tembusan karbon) dari naskah ini terdapat pula di PNRI/G 161 dan MSB/L.160. Berdasarkan daftar pupuh di bawah, dijumpai beberapa pupuh dengan isi mirip dengan teks CH.23 dan CH.25. Perbandingan pupuh dapat dilihat pada uraian berikut, sedangkan keterangan bibliografis selengkapnya lihat FSUI/CH.23."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.25-G 161a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah yang berisi teks Serat Jaransari-Jaranpurnama ini adalah salinan tembusan karbon dari naskah FSUI/CH.25. Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.25a-G 161b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CH.26 ini berisi ringkasan teks Jaransari-Jaranpurnama yang dibuat oleh Mandrasastra pada bulan Juni 1940. Keterangan bibliografis selengkapnya dapat dilihat pada FSUI/CH.23."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.26-A 42.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan yang dikerjakan Mandrasastra sekitar tahun 1934-1940 ini merupakan ringkasan dari naskah tulisan tangan yang diterima Pigeaud dari J. van de Weg, Juntikulon, Indramayu atas bantuan Dr. Kraemer. Berhubung teks tidak berjudul maka dalam rangka pendeskripsian naskah, teks ringkasan yang terdiri atas berbagai macam serat ini kemudian diberi nama Jaransari-Jaranpurnama yang sesungguhnya hanya merupakan bagian dari Serat Ulam Caraca (h. 87-92). Berikut daftar teks yang tercantum dalam ringkasan ini. 1. Walangsungsang (Juni 1934): h.1-13; 2. Seh Maulanajati (Juni 1934): h.14; 3. Darmagandhul (Juni 1934): h. 15-20; 4. Babad Demak (Agustus 1934): h.21-27; 5. Babad Pajang (Juni 1934): h.28-35; 6. Babad Cerbon (Sutawijaya) (Juni 1934): h.35-41; 7. Asi-bidaya (Babad Putra Pajajaran) (Juni 1934): h.41-43; 8. Babad Mataram (Sultan Ngalaga) (Agustus 1934): h.44-50; 9. Babad R. Patah Ngejawi (Brawijaya pungkasan) (Juni 1934): h.51-52; 10. Selarasa I-II (Juni 1934): h.52-58; 11. Madujaya (Agustus 1934): h.58-59; 12. Suluk Barul Kalbi (Agustus 1934): h.60-61; 13. Tarek dan Darmagandhul (Agustus 1934): h.61-63; 14. Suluk Jebeng (Agustus 1934): h.64; 15. Suluk Seh Sarip dan Darmagandhul (Agustus 1934): h.65-68; 16. Suluk Bayanullah (R. Sasrawijaya) (Agustus 1934): h.68-69; 17. Suluk Kancil (Suluk Seh Lanang) (Agustus 1934): h.70-72; 18. Suluk Bayanullah (Suluk Samud) (Agustus 1934): h.72-73; 19. Suluk Seh Jabar I (Agustus 1934): h.73-74; 20. Suluk Seh Jabar II (Agustus 1934): h.75-86; 21. Suluk Ulam Caraca (Jaka Garenteng) (Juni 1934): h.87-92. Untuk keterangan bibliografis selengkapnya lihat deskripsi naskah CH.23."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.28-L 21.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CH.24 ini mirip dengan CH.23 dan CH.25, tetapi bagian awal dan bagian alchirnya hilang, sehingga data tentang penulisan dan penyalinannya tidak diketahui. Untuk keterangan selanjutnya dan perbandingan pupuh-pupuhnya denagan kedua naskah tersebut, lihat deskripsi naskah CH.23. Teks ini selain berisi serat Jaransari Jaranpurnama (h.1-83) juga berisi Kisah Seh Ngarip atau Dewi Murtasiyah (h.85-169). Menurut keterangan di luar teks, naskah asal Cirebon ini dibeli oleh Pigeaud dari Ir. Moens di Yogyakarta pada bulan Juni 1932 dan dibuat uittreksel (ringkasannya) oleh Mandrasastra pada bulan April 1933. Daftar pupuh: (1) sinom; (2) pangkur; (3) dhandhanggula; (4) mijil; (5) durma; (6) sinom; (7) asmarandana; (8) pucung; (9) pangkur; (10) dhandhanggula; (11) durma; (12) pangkur; (13) sinom; (14) lad; (15) kinanthi; (16) asmarandana; (17) mijil; (18) dhandhanggula; (19) megatruh; (20) durma; (21) kinanthi; (22) sinom; (23) asmarandana; (24) pucung; (25) pangkur; (26) durma; (27) asmarandana; (28) dhandhanggula; (29) sinom; (30) pangkur; (31) dhandhanggula; (32) sinom; (33) asmarandana; (34) kinanthi; (35) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.24-NR 203
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah CI.11b merupakan jilid terakhir dalam satu set yang terdiri dari tiga naskah kecil, CI.11a-c. Naskah ketiga ini berisi daftar pupuh teks Asmarakhandi dan Jaka Semangun yang termuat pada naskah KBG 703. Keterangan selanjutnya lihat pada deskripsi naskah CI.11a. Lihat juga dokumen P-025 untuk salinan naskah ini."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.11c-L 8.44c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks Serat Jaka Ma'il (atau Jaka Ismangil), tersusun dalam 35 pupuh tembang macapat. Menurut kolofon, naskah disalin oleh R.M. Puspasudirja, sedangkan pemiliknya adalah Mas Behi Mangunseduta. Tempat penyalinan tidak disebutkan. Informasi mengenai pengarang teks tidak ada. Teksnya menceritakan tentang Jim Sakar yang dihukum oleh Nabi Sulaiman dimasukkan ke dalam cupu timah lalu dibuang ke laut. Anak-anaknya, Sakarjan dan Sakarji, ingin menolong namun tidak dapat, mereka kembali ke rumah. Setibanya di rumah mereka bertengkar memperebutkan warisan orangtuanya. Adalah seorang penjala ikan bernama Satruna yang mendapat cupu timah. Setelah dibuka keluarlah jim Sakar. Jim Sakar berniat membunuh penjala ikan namun dengan tipu muslihat jim dapat dimasukkan kembali ke dalam cupu lalu dibuang ke laut. Ma'il, anak penjala ikan Satruna, semenjak kematian orangtuanya segera pergi mengembara berguru pada Kyai Dul Basir di bukit Wora-Wari. Oleh gurunya Jaka Ma'il akan dijodohkan dengan putrinya Sawiyah, namun murid-murid Kyai Dul Basir, Kasan Umar dan Dul Jalil, berniat menipu Jaka Ma'il agar Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Mereka menggunakan gendam. Walaupun telah menikah Sawiyah tidak tertarik pada Jaka Ma'il. Jaka Ma'il pamitan pada mertuanya untuk pergi. Di tengah hutan ia bermimpi bertemu ayahnya yang memerintahkan untuk pergi ke Timur. Jaka Ma'il bertemu dengan Ki Luka lalu diajarkan tentang hubungan suami istri. Ki Luka ingin menjodohkan anaknya Rara Sri Wulan dengan Jaka Ma'il. Setelah pernikahan Sri Wulan masih berhubungan dengan Gendruwo sehingga Jaka Ma'il menjadi kecewa. Paginya Jaka Ma'il pamitan pergi. Di tengah hutan Jaka Ma'il mendengar pertengkaran Jim Sakarjan dan Sakarji perihal warisan, oleh Jaka Ma'il persoalan itu dapat diselesaikannya. Jaka Ma'il mendapat bagian pedang Sabab Malang, yang sangat sakti. Dengan pedang itu Jaka Ma'il terbang mengembara. Di suatu hutan Jaka Ma'il menolong orang yang melahirkan, anaknya segera diambil dan diberi nama Maknawiyah. Setelah besar Maknawiyah diambil istri oleh Jaka Ma'il. Seorang putra Raja Rum, Sayid Abas, terpisah dari rekan-rekannya yang pergi berburu di hutan. Sayid Abas tiba di rumah Jaka Ma'il. Iatertarik dengan Maknawiyah, lalu mereka berhubungan badan. Jaka Ma'il yang tiba dari udara tidak menemukan Sayid Abas, namun ia curiga karena ada terompah yang tertinggal. Maknawiyah ditanya tentang siapa yang datang, tidak memberi tahu. Sayid Abas mencoba merayu Maknawiyah agar Jaka Ma'il mau menyerahkan pedangnya, namun Jaka ma'il selalu menolak. Jaka Ma'il telah menemukan persembunyian Sayid Abas, malah ia senang karena Sayid Abas sangat tampan. Jaka Ma'il kembali mengembara dan diam di pohon besar. Sayid Abdurrahman mencuri putri Syam bernama Dewi Mayang Mekar. Dalam perjalanan ia istirahat dan tidur di bawah pohon tempat Jaka Ma'il tinggal. Ketika Sayid Abdurrahman tertidur, Mayang Mekar mengeluarkan kekasihnya yang disembunyikan yaitu Sayid Umar Saharsan, mereka berkasih-kasihan berdua. Sayid Abdurrahman yang terbangun segera mencari Mayang Mekar. Mayang Mekar cepat-cepat menyembunyikan kekasihnya. Sayid Abdurrahman melanjutkan perjalanan, tetapi Jaka Ma'il memanggil dan mempersilakan agar mampir ke rumahnya. Maknawiyah diperintahkan menyediakan makanan untuk 6 orang, lalu Jaka Ma'il mulai membuka semua rahasia dari para wanita itu. Kekasih Maknawiyah Sayid Abas dikeluarkan dari tempat persembunyiannya demikian juga dengan kekasih Mayang Mekar, Umar Saharsan. Setelah memberi nasehat Jaka Ma'il pergi dengan Abdurrahman mengembara ke negara Kayu Areng. Negara Kayu Areng tak memiliki raja, sehingga ada sayembara siapa yang didatangi oleh gajah putih kendaraan raja terdahulu, maka ia akan menjadi raja. Gajah mendatangi Ma'il dan Ma'il menjadi raja di negara Kayu Areng dengan gelar Prabu Jaka Ma'il, sedangkan Abdurrahman diangkat sebagai patih. 1) asmaradana; 2) sinom; 3) megatruh; 4) dhandanggula; 5) pangkur; 6) gambuh; 7) durma; 8) pucung; 9) sinom; 10) mijil; 11) maskumambang; 12) kinanthi; 13) dhandanggula; 14) blabak; 15) dhandanggula; 16) sinom; 17) dhandanggula; 18) wirangrong; 19) dhandanggula; 20) asmaradana; 21) mijl; 22) sinom; 23) megatruh; 24) gambuh; 25) dhandanggula; 26) mijil; 27) kinanthi; 28) sinom; 29) pucung; 30) blabak; 31) wirangrong; 32) girisa; 33) dhandanggula; 34) swadana; 35) basonta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CI.25-NR 286
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita Djaka Sengkana ini adalah petikan dari Serat Ambiya, sebuah naskah tulisan tangan yang tersimpan di K.B.G van Kunsten en Wetenschappen (sekarang tersimpan di Perpustakaan Nasional RI) dengan kode Hs No.10. Cerita dalam buku ini terbagi atas 6 bagian, yaitu: 1. Orang yang sudah tua menitipkan lembu kepada Allah di hutan; 2. Djaka Sengkana (putra orang tua yang menitipkan sapi kepada Allah) mencari lembu peninggalan ayahnya; 3. Djaka Sengkana menjual lembu; 4. Djaka Sahid dibunuh oleh Djaka Kedah dan Rubil; 5. Atas perintah Nabi Musa, Ki Ngamil membeli sapi Djaka Sengkana; 6. Djaka Sengkana diangkat anak oleh Ki Ngamil. Berkat sapi Djaka Sengkana, dapat diketahui bahwa pembunuh Djaka Sahid adalah Kedah dan Rubil."
Batavia Centrum: Bale Pustaka, 1932
BKL.0477-CI 31
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>