Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28498 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berisi berbagai keterangan yang berkaitan dengan hukum-hukum dalam masyarakat, katuranggan kuda, cerita wayang, cerita menak, perhitungan hari dan sejarah para nabi. Pada h.85r terdapat keterangan tentang tahun penyalinan teks dengan sengkala ?tri panca pandhita ratu?, yaitu Wawu 1753 (1825-1826). Melihat bentuk tulisan diduga naskah ini ditulis oleh lebih dari satu orang. Sebagian besar teks-teks yang ditulis dalam naskah ini disusun dalam tembang macapat. Daftar pupuh sebagai berikut: 1) asmarandana; 2) dhandhanggula; 3) mijil; 4) sinom; 5) durma; 6) pangkur; 7) dhandhanggula; 8) kinanthi; 9) dhandhanggula; 10) mijil; 11) sinom; 12) dhandhanggula; 13) asmarandana; 14) mijil; 15) dhandhanggula; 16) mijil; 17) dhandhanggula; 18) asmarandana; 19) gambuh; 20) dhandhanggula; 21) pangkur; 22) durma; 23) megatruh; 24) sinom; 25) asmarandana; 26) dhandhanggula; 27) asmarandana; 28) pangkur; 29) durma; 30) kinanthi; 31) dhandhanggula; 32) asmarandana; 33) sinom; 34) pangkur; 35) mijil; 36) durma; 37) asmarandana; 38) pangkur; 39) durma; 40) kinanthi; 41) asmarandana; 42) asmarandana; 43) dhandhanggula; 44) pangkur; 45) sinom; 46) durma; 47) dhandhanggula; 48) dhandhanggula; 49) asmarandana; 50) durma; 51) sinom; 52) kinanthi; 53) dhandhanggula; 54) durma; 55) pangkur; 56) dhandhanggula; 57) dhandhanggula; 58) sinom."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.116-NR 90
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah kertas gendhong ini, memuat berbagai macam teks, antara lain: kutipan berbagai babad, seperti Babad Surakarta; pakem ringgit gedhog; hubungan suami istri; catatan tanah milik kraton Surakarta; Caritos Nata Imaretna; Cariyos Ratu ing Puser Maruta; pakem ringgit purwa; kakawin Bratayuda; pethikan saking pinten-pinten serat [kawi miring tuwin macapat] (wonten saking serat Rama, saking Bratayuda lan sanes-sanesipun). Naskah yang berisi berbagai teks ini disalin oleh beberapa penyalin. Hal ini jelas terlihat dari berbagai gaya tulisan yang terdapat di dalamnya. Gaya tulisan tersebut cukup membingungkan untuk menentukan apakah naskah merupakan naskah Surakarta Yogyakarta, karena naskah itu sendiri tidak memberikan informasi mengenai hal tersebut. Namun gaya tulisannya amat menarik untuk penelitian paleografi. Baik elemen gaya Surakarta maupun elemen gaya Yogyakarta terdapat di dalamnya. Pada beberapa halaman, terutama di bagian judul pupuh (lihat, misalnya, h.87v), terdapat aksara sandhi yang bentuknya mirip dengan aksara sandhi yang ditemukan pada naskah MSB/L.164, berangka tahun 1767. Berdasarkan kemiripan tersebut, penyunting menduga bahwa naskah ini berasal dari sekitar akhir abad ke-18. Tanggal yang dimuat pada beberapa catatan (pengetan) menyebutkan peristiwa dan tahun dari masa yang sama. Melihat bahwa pengetan tersebut juga menyinggung tokoh dan tempat di daerah Surakarta, dapat disimpulkan pula bahwa penyalinan naskah ini, kemungkinan besar di Surakarta. Pada sejumlah halaman terdapat gambar-gambar yang dibuat dengan pensil, tinta dan warna-warna yang cukup menarik. Sebagiannya menggambarkan tokoh wayang dan binatang. Beberapa gambar kelihatan seperti hanya sekedar coretan. Di beberapa halaman juga terdapat coretan-coretan yang cukup semrawut dan berkesan dibuat sembarangan serta tanpa makna. Beberapa di antara coretan tersebut terdapat huruf Arab. Pada h.i terdapat informasi yang menjelaskan bahwa naskah berasal dari Sastradikrama, Boyolali, dan diperoleh di Yogyakarta pada bulan April 1939."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.70-NR 363
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi kumpulan teks tentang bahasa, primbon dan sejarah, sebagian di antara teks sejarah dilengkapi dengan ilustrasi yang menggambarkan adegan tertentu. Rincian isi naskah sebagai berikut: 1) Teks dasanama, memuat daftar sinonim kata-kata berbahasa Jawa, disusun berdasarkan urutan aksara Jawa sampai dengan (h.1-43); 2) japa mantra dan teks keagamaan, antara lain berisi tentang sifat 20 (43), masalah mani, sarengat, tarekat, hakekat dan makrifat (44), roh, sifat langgeng, mantra untuk melakukan suatu pekerjaan dan mantra untuk menhindarkan diri dari bidikan senapan (45), mantra penawar terhadap tindak kejahatan, mantra untuk mandi, mantra untuk tetap awet muda, mantra aji jaya kawijayan milik Panembahan Daka dan Panembahan Cendana, pangedepan milik Panembahan Salam, aji sambang-liwak, aji pancasuda salaki-sarabi, dan mantra selamat untuk hunian rumah baru (48), mantra pengasihan yakni aji jaran goyang, aji Arjuna Celor, dan aji dhesti pulunggana. Teks ini disalin dalam bentuk gancaran (48); 3) Babad Sengkalan berbentuk prosa, menguraikan sengkala Ajisaka, yang berupa keterangan angka tahun berhubungan dengan peistiwa penobatan dan wafatnya seorang raja Jawa, mulai jaman Ajisaka, Jenggala, Majapahit sampai jaman Kerajaan Mataram Surakarta dan Yogyakarta (49-56); 4) Babad nitik Sultan Agungan, mengisahkan kehidupan Sultan Agung Hanyakrakusuma semenjak masih bernama Pangeran Adipati hingga bertahta sebagai raja besar Mataram. Dalam cerita ini ditampilkan cerita kisah asmara Sultan Agung dengan Ratu Putri Suryabiseka, ratu penguasa laut Selatan yang kasat mata. Nitik Sultan Agungan ini diriwayatkan oleh seorang abdidalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yakni R.T. Mertanegara, komandan berpangkat setingkat Letnan Kolonel pada kesatuan prajurit dalem Ngayogyakarta, masa pemerintahan Hamengkubuwana V dan VI. Teks ini disusun dalam bentuk tembang macapat yang terdiri dari 10 pupuh (57-81); 5) Babad Mekah, menceritakan kisah Abdul Muntalib, penguasa Mekah, tatkala melakukan penyerangan ke Turki melalui Konstantinopel. Cerita yang menampilkan kegigihan Abdul Muntalib untuk membebaskan daerah Mekah dari pengaruh kekuasaan Kesultanan Turki ini, dikisahkan oleh Basah Abdul Kamil, nama lain dari R.T. Mertanegara. Teks ini disalin dalam bentuk tembang macapat yang terdiri dari 21 pupuh (83-147). Naskah ini diterima Th. Pigeaud, di Yogyakarta, pada bulan Februari 1935. Tidak ada informasi tertulis yang dapat membantu mengetahui pemilik naskah ini sebelumnya. Dari corak tulisan serta jenis kertas yang dipergunakan, maka penyalinan naskah diperkirakan sekitar tahun 1880, di Yogyakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.87-NR 282
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berisi teks yang menerangkan tentang berbagai hal, termasuk: katuranggan perkutut; pengetan lampah-lampah jumenengan dalem Nata Sinuhun PB VII ing Surakarta, pada tahun 1757 Jawa (1830 Masehi); jampi kapal; carakabasa; serat dasanama; candranipun tiyang nginum; candraning tahun miturut angka sirah; candraning taun miturut angka sirah karangkepan kaliyan dhawahing pasaran; ngalamat ratu jumeneng manut satunggal-tunggaling sirah angka taun; aksara repa; rapal warni-warni; petangan dintenkangge ngedegi damel; sengakalan taun pinten-pinten minangka titimangsa; wiwit adegipun Candi Sewu Prambanan dumugi Kraton Surakarta; petangan warni-warni; suluk Seh Tekawardi mumulang dhateng anak putu ing bab angawula; pepali Ki Ageng Sela; tedhakan Asthabrata (Rama mulang ing Wibisana); serat candrasengkala; sambetipun Rama mulang dhateng Wibisana; piwulang angawula anjawekaken saking kitab Sipatul Nitra; angger-angger Nagari Surakarta, dadamelanipun K.R.M.P. Sasradiningrat mupakat kaliyan K.T. Residen pan Prin; Pasatuwan tumrap kangge nagsa adeg-adegan miwah jumenengan; orek-orekan miwah cathetan nama-nama wulan Jawi miwah Welandi; petangan falak; mantra-mantra pangasihan; pasatuwan. Naskah ini memiliki urutan yang sangat kacau, terutama dalam penyusunannya: beberapa teks ditulis dengan aksara Jawa, ada lagi yang ditulis dengan aksara Arab; sebagian teks disusun dalam posisi yang terbalik-balik sehingga mempersulit pembacaan. Naskah disalin oleh banyak orang pada waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan gaya tulisan serta jenis kertas yang dipergunakan, penyalinan bagian-bagian pokok diperkirakan di Surakarta pada pertengahan abad ke-19."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.61-NR 295
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini terdiri dari beberapa teks yang ditulis oleh beberapa pujangga dengan tempat dan waktu yang berbeda-beda. Terdapat pula daftar judul karya-karya para wali (h.1), antara lain: Sunan Gunungjati (menggubah cerita Negeri Pajajaran), Sunan Bonang (Damarwulan), Sunan Darajat (Jaka Prataka), Sunan Giri II (Serat Walisanga), Sunan Padusan (Jaka Karebet). Pada h.2 terdapat uraian tentang sifat-sifat para raja Jawa. Teks memuat pula tentang kaum sukerta, yaitu orang-orang yang harus diruwat; tatacara menggunakan keris; tombak dan pedang; masalah puasa; permintaan keselamatan jika sedang musim penyakit; ngelmi maklumat jati dan ngelmi pangrucat; memuat juga tentang para ahli kasampurnan dan lain-lain. Naskah ketikan ini disalin dari naskahh asli yang berasal dari Tuan J.W. van Dapperen. Pengetikannya dilakukan sekitar tahun 1935, tetapi ciri-cirinya lain dengan alih aksara yang dilakukan oleh staf Pigeaud atau Panti Boedaja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.47-A 41.07
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi bermacam-macam teks, yaitu sebagai berikut: 1) Japa mantra, beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia untuk mengetahui/melihat makhluk halus (h.1); 2) Japa mantra beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia supaya dapat berganti/berubah rupa (masih h.1); 3) Rajah tutulak beraksara pegon: dipergunakan oleh manusia untuk mengobati sakit karena cacing dan berikut diberikan mantranya (2); 4) Gambar rajah berupa manusia dan beberapa keris; dilanjutkan rangkaian donga yang tidak jelas maksud dan kegunaannya (3); 5) Teks aksara Jawa, tembang sinom satu bait, memuat cerita ketika Sultan Rum memerintah kepada patihnya tentang rencananya akan mengisi manusia di Tanah Jawa (4); 6) Babad sengkala bercerita tentang keadaan di Tanah Jawa, dimulai dari pembukaan tanah dengan pembabadan hutan di Gunung Kendeng pada tahun 0001 Saka, sampai terbukanya Wirasaba pada tahun 1568 (5-11); 7) Suatu catatan atau coretan berisi mengenai nasehat kehati-hatian dalam hidup dan pengakuan dari Ki Citra, barangkali pemilik naskah, bahwa ia telah menerima surat memo Kyai Lurah R.Ng. Citradipura (11); 8) Keterangan yang menyatakan hari dan pawukon yang jatuh tanggal 1 di setiap bulan terhitung dalam waktu 4 windu (12-31); 9) Tembang dhandanggula yang berisi mengenai pawukon, dilanjutkan dengan hal mangsa wuku (31-34); 10) Keterangan pawukon lagi, namun pada bagian akhir hanya sampai wuku kulawu tidak sampai pada wuku watugunung (35-60); 11) Tembang mijil, berisi semacam piwulang di mana Ki Ageng Butuh tengah mengajar kepada Raden Jaka Tingkir (61); 12) Gambar manusia bersenjata, sebagian dengan anggota tubuh yang lepas, yang rupanya ada kaitan dengan petangan, dikaitkan dengan tanggal-tanggal tertentu (62-68). Data penyalinan naskah ini tidak ditemukan, namun dari jenis kertas yang dipergunakan serta gaya tulisannya, maka dapat diduga naskah berasal dari Surakarta (?), mungkin pada pertangahan abad ke-19. Pigeaud memperoleh pada bulan Desember 1929 di Surakarta, ringkasan dibuat oleh Mandrasastra pada bulan November 1930."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.104-NR 58
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks primbon ini berisi tentang petangan, yaitu penentuan hari baik dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan, dan donga serta japa mantra. Berdasarkan informasi yang dapat diketahui dari purwaka di h.1, naskah mulai disalin pada hari Senin Pon, 29 Ramelan, 1827 (2 Juni 1897). Naskah ini dibeli oleh Pigeaud dari seseorang yang bernama Darsasastra, pada tanggal 6 September 1930 di Surakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.52-NR 108
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi aneka ragam keterangan, uraian, paparan dan pengetahuan yang berkaitan dengan filsafat keagamaan maupun kehidupan sehari-hari. Naskah ini diperoleh Pigeaud dari Cirebon pada tahun 1932 melalui perantaraan Ir. Moens. Kondisi naskah cukup tua, baik dari jenis kertas yang dipergunakan, maupun paleografi, tata halaman dan gejala-gejala kodikologis yang lain. Yang jelas, naskah disalin oleh beberapa orang, mungkin selama periode yang amat lama. Pada h.36r terdapat catatan kecil yang menyebutkan nama Wirakartah, angka tahun 1838, serta tagal Jawa 16; tagal Walanda 7, Salasa, kemudian disusul dengan beberapa catatan mengenai anaknya (?) yang hampir tak terbaca karena kertas terbakar. Angka 1828 ini diduga angka tahun Jawa, yang bertepatan dengan 1908 Masehi. Tahun tersebut menunjukkan pada saat pencatatan pengetan-pengetan di halaman itu. Tulisan pada naskah bagian ini mat berbeda dan jauh lebih modern dibandingkan tulisan pada bagian pokok (h.iii-20r). Tanpa kolofon, agak sulit menandai tarikh penyalinan bagian pokok itu. Penyunting menduga, bagian teks itu disalin pada pertengahan abad ke-19, mungkin di Pasisir bagian Barat."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.54-NR 204
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah dihimpun (atau diketik?) oleh R. Tanaya, di Surakarta, pada tahun 1937. Rincian teks-teks primbon ini, yang semuanya berkaitan dengan masalah pertanian, adalah sebagai berikut: 1) Kawruh uluk salam marang para jin setan kabeh (h.2); 2) Kawruh japane yen nyinggahaken dhanyang (2); 3) Wiwit babad alas (2); 4) Wiwit tandur (3); 5) Japane yen ngurit sarta uluk salam marang bumi (3); 6) Japane yen methik pari panganten (3); 7) mantrane yen ngijabake sajen methik pari panganten (4); 8) Kawite tandur sabarang, miturut dina lan pasaran (4); 9) Manggone paprincen pilihan nenandur sadengah (5-6); 10) Japane ngelih dhengen utawa dhanyang, yen mbedah alas (7); 11) Aji dongane mbedhah alas angker (7-8); 12) Pakem wayang purwa, lakon Mngukuhan, kanggo yen bresih desa (9-13); 13) Carita bab kadadehaning ama (14-16); 14) Dina nuju tumurun lan sumengkaning asu ajag, sapi gumarang, celeng tembalung, kuthila pas, tuwin sri (16-21); 15) Dina nuju tali wangke (21-22); 16) caritaning bangsa ama, lan isarat panulake, apa dene mantra-mantrane, amrih tulusing tanem tuwuh (23-30). Terdapat tiga salinan naskah ketikan ini pada koleksi FSUI, yaitu ketikan asli (A 40.08a) dan dua tembusan karbon (A 40.08-c). Hanya ketikan asli yang dimokrofilmkan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.81-A 40.08a-c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Lontar Bali berjudul Pancapada primbon ini, memuat tiga buah teks dengan uraiannya masing-masing, yaitu 1) Wang pinancapada lan amancapada (h.1a-8b), menguraikan asal mula catur janma sampai proses pengembalian ke asalnya (panca maha buta). Disebutkan bahwa ada lima janma yang muncul dari tempat yang berbeda, yaitu: Brahman muncul dari muka (wajah), ksatria dari tangan kanan, Wesya dari tangan kiri, Sudra dari Kunda Rasya, dan jagana dari Adnyana. Dilanjutkan dengan uraian saat terciptanya bumi denga segala isinya; sebutan Dewa Nawa Sanga dengan stananya masing-masing dan dewa lainnya sehubungan denga proses penciptaan bumi, seperti Dewa isawara di arah Timur, Mahesora di arah Tenggara, Brahma di arah Selatan, Rudra di arah Barat Daya, Mahadewa di arah Barat, Sangkara di arah Barat Laut, Wisnu di arah utara, Sambu di arah Timur Laut, dan Siwa di Tengah; sebutan kitab-kitab suci, seperti Sastra Gama, Adi Gama, Swayambu, Sarodreta, dan lain-lain; sebutan jenis-jenis sesayut, serta jenis-jenis pecaruan. Diuraikan pula tentang kewajiban penyarikan (sekretaris) di Batu Kawu (Tabanan-Bali); Upacara kematian bagi anak kecil maupun orang dewasa serta penjelmaannya ke dunia; dan sebutan jenis-jenis hama yang mengganggu tumbuh-tumbuhan; 2) Sang Amawa Rat (10a-14b), berisi kewajiban-kewajiban seorang raja atau ratu dalam mengayomi rakyatnya, seperti Satya Ujar (setia akan kata-kata), tidak pilih kasih terhadap bawahan, disegani oleh rakyatnya, sehingga semakin tegak kewibawaan sang raja; 3) Sang mahyun susila yukti amukti bala saha wadwa (15a-25b), berisii ajaran atau saran -saran dari Begawan Ratna Bumi dengan para siswanya; percakapan Raden Suparka dengan kakaknya (Begawan Raweyaka); mantra-mantra serta rerajahannya sehubungan dengan penolak bahaya, pengobatan (pemupug) segala sakit tuju (sakit pada persendian), pemunah desti dan leyak serta pemunah ilmu hitam yang dimiliki orang lain. Pada h.8, sisi kiri, teks tinggal sebagian, sedangkan pada sisi kanannnya telah lepas dan hilang akibat lubang gigitan serangga. Pada h.1a dan 25b terdapat catatan tambahan (aksara Latin) menyebutkan Jlantik (t.t) 1896). Berdasarkan data ini kiranya naskah disalin ( dikoleksikan?) oleh Jlantik pada tahun 1896 di Singaraja."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PR.35-LT 212b
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>