Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berisi autobiografi Raden Sastrakusuma, seorang mantri guru di Madiun. Teks disusun oleh Raden Sastrakusuma atas usul anak sulungnya yang bernama Raden Sastraganda, seorang guru bahasa Melayu di sekolah putra priyayi di Magelang. Teks terdiri dari empat bagian, masing-masing didahului dengan doa-doa yang panjang. Setiap bagian ditulis dalam waktu yang berlainan, yaitu: raga prasaja I, disalin pada tanggal 22 Juni 1901; raga prasaja II, disalin pada tanggal 7 Mei 1902; III, disalin pada tanggal 9 Maret 1903; serta raga prasaja IV, disalin pada bulan Agustus 1903. Pigeaud menerima naskah ini (salinan atau autograph?) pada bulan Desember 1931 dari Dr. Kraemer di Surakarta. Keterangan referensi, lihat Pigeaud 1970: 356."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
PW.77-A 25.04
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Erlindita
"Dinamika masyarakat yang kompleks sangat memungkinkan terjadinya konflik sosial antar individu atau kelompok masyarakat. Konflik sosial tidak terjadi apabila kondisi masyarakatnya harmonis atau memiliki keselarasan sosial (social harmony). Masyarakat Jawa memiliki kaidah sikap-sikap untuk menghindari konflik dan menciptakan keselarasan sosial, salah satunya adalah sikap prasaja. Melalui film pendek berjudul Prasaja karya Paniradya Kaistimewan dapat diketahui realitas kelompok masyarakat di Yogyakarta yang didalamnya terdapat implementasi sikap prasaja. Tujuan penelitian adalah mengungkap adanya implementasi sikap prasaja dalam film pendek Prasaja yang dapat menciptakan keselarasan sosial. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan objektif. Menggunakan kerangka teori filsafat nilai moral atau etika untuk membedah sikap prasaja dalam pandangan Jawa, teori keselarasan atau harmoni sosial Hartoyo serta konsepsi keselarasan sosial Franz Magnis Suseno berupa prinsip rukun dan hormat. Hasilnya, sikap prasaja yang diimplementasikan oleh seorang individu dapat memberikan konstruksi positif untuk menciptakan rasa sungkan, hormat, dan rukun yang menciptakan keselarasan sosial, sebaliknya sikap tidak prasaja akan menimbulkan konflik. Maka sikap prasaja ini dapat digunakan sebagai strategi dalam menciptakan keselarasan sosial atau menghindari adanya konflik sosial dalam kehidupan masyarakat.

The complex dynamics of society make it possible for social conflict to occur between individuals or community groups. Social conflict does not occur if the condition of society is harmonious or has social harmony. Javanese society has rules of attitude to avoid conflict and create social harmony, one of which is the prasaja attitude. Through the short film entitled Prasaja by Paniradya Kaistimewan, the reality of community groups in Yogyakarta can be seen in which the prasaja attitude is implemented. The aim of the research is to reveal the implementation of the prasaja attitude in the short film Prasaja which can create social harmony. This research uses a qualitative descriptive method with an objective approach. Using a philosophical theoretical framework of moral or ethical values ​​to dissect prasaja attitudes in the Javanese view, Hartoyo's theory of social harmony or harmony as well as Franz Magnis Suseno's conception of social harmony in the form of the principles of harmony and respect. As a result, a modest attitude implemented by an individual can provide a positive construction to create a sense of respect, respect and harmony which creates social harmony, whereas an inappropriate attitude will lead to conflict. So this prasaja attitude can be used as a strategy in creating social harmony or avoiding social conflict in people's lives."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Huizinga, David
"Buku kawarasaning raga menjelaskan mengenai kesehatan badan seseorang. Kesehatan dapat diperoleh dengan memperhatikan lingkungan, udara yang bersih dapat mebuat seseorang menjadi sehat/bugar. Untuk itu perlu diperhatikan segala sesuatu (zat) yang menyebabkan racun di dalam rumah, terutama berkenaan dengan udara (sirkulasi udara)."
Surakarta: Budi Utama, 1914
BKL.0191-PW 72
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Haidar Musyafa
"Autobiography of Ki Hadjar Dewantara, an Indonesian hero."
Tangerang Selatan: Imania, 2017
809.933 HAI k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Tasmaya
Jakarta: Pradnya Paramita , 1984
796.42 YAH o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kathleen H. Liwijaya-Kuntaraf
Bandung: Percetakan Advent Indonesia, 1992
613.7 KAT o (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kathleen H. Liwijaya-Kuntaraf
Bandung: Indonesia Publishing House, 2009
613.7 KAT o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku ini menguraikan tentang kedutan yang terasa pada beberapa panca indera yang ada di tubuh manusia yang diuraikan oleh para ahli. Hal ini bisa menandakan suatu pertanda baik atau buruk perjalanan hidup bagi orang yang mengalami ?kedutan? tadi. Sebagai contoh: kedutan bagian telinga kiri atau kanan. Kiri akan bertemu dengan saudara jauh dan kanan akan bertemu dengan pembesar. Kedutan hidung kiri atau kanan, kedutan mata kiri atau kanan dan lain-lainnya. Juga ada uraian tentang menebak keberuntungan dan celaka."
Solo: Boekhandel M. Tanojo, 1927
BKL.0056-PR 2
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah dengan judul Serat Kasantikaning Raga ini terdiri dari empat jilid (WY.42-44), dua jilid terakhir dibendel menjadi satu dalam naskah WY.44. Teks berisi lakon carangan tentang perjalanan hidup Raden Gatutkaca, dari lahir hingga mati. Jilid pertama memuat 25 cerita, jilid kedua 30 cerita, dan jilid ketiga 13 cerita. Teks sama sekali tidak menyebutkan nama pengarang atau penyalinnya, tanggal dan tempat penulisan maupun penyalinannya. Namun diperkirakan naskah ini masih baru, dibuat sekitar abad ke 20, hal ini dapat dilihat dari jenis kertas yang diperguna-kan. Pigeaud sendiri sama sekali tidak membuat catatan mengenai teks naskah ini, sehingga keterangan lebih jauh mengenai naskah ini tidak didapat. Penelusuran terhadap naskah sekorpus pun sama sekali tidak mendapatkan hasil, karena cerita sejenis ini mungkin tidak ada, atau belum ditemukan yang lainnya. Judul-judul yang termuat dalam naskah jilid I ini, adalah: /. Gathutkaca Lair (h.i-46); 2. Gathutkaca Siyung (47-92); 3. Gathutkaca Angsal Topeng Gangsa (93-138); 4. Gathutkaca Wanda Topeng (139-183); 5. Gathutkaca Braja (184-229); 6. Gathutkaca Tosan (232-275); 7. Gathutkaca Klamben (276-321); 8. Gathutkaca Caping (322-367); 9. Gathutkaca Mothol (368-413); 10. Gathutkaca Gelap (414-459); 11. Gathutkaca Wanda Thathit (460-505); 12. Gathutkaca Kilat (506-551); 13. Gathutkaca Belis (552-598); 14. Gathutkaca Lindhu (599-644); 15. Gathutkaca Bendhot (645-692); 16. Gathutkaca Kancil (693-738); 17. Gathutkaca Lawung (739-784); 18. Gathutkaca Dhukun (785-831); 19. Gathutkaca Guru (832-877); 20. Gathutkaca Ratu (878-925); 21. Gathutkaca Narataka (926-968); 22. Gathutkaca Bajing Kering (969-1014); 23. Gathutkaca Angsal Aji Brajawikalpa (1015-1060); 24. Gathutkaca Angsal Pringgadani (1061 -1106); 25. Gathutkaca Keling (1107-1152)."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.42-NR 534a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kedua dari seri empat jilid Serat Kasantikaning Raga ini, memuat beberapa cerita, yaitu: 26. Gathotkaca Keris (h.1-46); 27. Gathotkaca Rajah (47-92); 28. Gathotkaca Selanjana (93-137); 29. Gathotkaca Suci (138-183); 30. Gathotkaca Upas (184-229); 31. Gathotkaca Racun (230-275); 32. Gathotkaca Rawis (276-321); 33. Gathotkaca Tani (322-366); 34. Gathotkaca Bandung (367-412); 35. Gathotkaca Resi (413-458); 36. Gathotkaca Humbel (459-504); 37. Gathotkaca Blangsang (505-550); 38. Gathotkaca angsal Dewi Suryawati (551-596); 39. Gathotkaca Ringin (597-642); 40 Gathotkaca Sindung (643-687); 41. Gathotkaca Pengilon (688-733); 42. Gathotkaca Papa (734-787); 43. Gathotkaca Suranggakara (788-839); 44. Gathotkaca Sukmalawan (840-893); 45 Gathotkaca Cundhuk (894-947); 46. Gathotkaca Ngrejap (948-1011); 47. Gathotkaca Edan (1012-1067); 48. Gathotkaca Kecalan Aji Narantaka (1068-1121); 49. Gathotkaca Gembleng (1122-1167); 50 Gathotkaca Yuta (1168-1213); 51. Gathotkaca Pedhang Wesi (1214-1259); 52. Gathotkaca Lumpuh (1260-1304); 53. Gathotkaca angsal Aji Miji Jatan (1305-1356); 54. Gathotkaca Kibir (1357-1396); 55. Gathotkaca Babat Wana Tunggarana (1396-1443)."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
WY.43-NR 534b
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>