Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah ini berisi teks yang bercerita tentang seseorang yang melahirkan bayi di dalam kubur. Bayi ini kemudian dirawat dan dipelihara oleh seorang demang Gebayan. Setelah besar bayi perempuan ini dijadikan selir oleh PB V dan menurunkan anak pangeran Arya Panular. Cerita di atas berlatar desa Karang Turi kawedanan Tegalreja, Magelang. Berdasarkan data teks sangat sukar untuk menentukan siapa penulis, tetapi teks ini jelas berbeda dengan karangan F.L. Winter dengan judul yang mirip, ialah Cariyos Aneh Tuwin Elok, ingkang anggumujengaken (Surakarta: Rusche, 1879; lihat Pratelan I: 437-438). Keterangan tentang penyalinan naskah juga tidak ditemukan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.20-B 1.05
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Ngabehi Mangunwijaya
"Buku ini menceritakan seorang pangeran dari negeri Atas Angin yang baru saja menikah dengan anak seorang pandita. Pangeran tersebut bernama Abuniyas, istrinya bernama Siti Rokanah. Abuniyas sangat mencintai istrinya yang demikian cantik tidak ada tandingnya. Sementara Siti Rokanah istri yang tidak setia kepada suami. Dia berselingkuh dengan bawahan suaminya, yang bernama Ali Hasan. Disebabkan karena sangat cintanya, Pangeran tidak mengindahkan kejadian tersebut. Di akhir cerita, Pangeran Abuniyas dinobatkan menjadi raja menggantikan ayahnya."
Keraton Yogyakarta: Tan Khoen Swie, 1921
BKL.0812-CL 48
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi teks cerita Tionghoa (penyunting belum bisa memastikan judulnya), diceritakan peperangan antara Senapati Lo Dong melawan Dewi Tas Yan Tong. Lo Dong kalah, karena dapat dijerat dengan jimat yang berupa rajut, lalu dibawa ke pesanggrahan Dewi Tas Yan Tong. Senapati Tik San membela senapati Lo Dong, tetapi akhirnya kalah, dapat ditangkap dan dijadikan satu dengan Lo Dong. Pada saat itu Dewi Tas Yan Tong jatuh cinta pada Tik San, tetapi Tik San tidak menanggapinya, malah masih tetap menganggapnya sebagai musuh. Karena cintanya ditolak, Dewi Tas Yan Tong memerintahkan kepada bala tentaranya untuk membunuh Lo Dong dan Tik San. Tersebutlah, ketika Tik San akan dibunuh, sebagian bala tentaranya berhasil meloloskan diri dan memberitahukan kepada adik Tik San yang bernama Dewi Kan Kiem, bahwa Tik San akan dibunuh. Dewi Kan Kiem sangat marah, dan ingin membela kakaknya, tetapi dilarang oleh ibunya, bernama Dewi Lim. Sebaliknya Dewi Kan Kiem disuruh membujuk kakaknya agar menuruti kemauan Dewi Tas Yan Tong. Teks diakhiri dengan peperangan antara prajurit Tong Tya melawan Wa Lyong hingga kisah wafatnya Raja Tong Tya, yang kemudian digantikan oleh putra mahkota. Keterangan penyalinan tidak diterhukan dalam naskah ini, namun melihat jenis kertas dan gaya penulisan, diperkirakan naskah dibuat pada sekitar awal abad ke-20. Keterangan selanjutnya lihat MSB/L.409, L.410 dan FSUI/CT.10-13. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) mijil; (3) pangkur; (4) asmarandana; (5) durma; (6) megatruh; (7) asmarandana; (8) dhandhanggula; (9) pucung; (10) pangkur; (11) dhandhanggula; (12) maskumambang; (13) pangkur; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) asmarandana; (17) sinom; (18) mijil; (19) dhandhanggula; (20) kinanthi; (21) sinom; (22) pucung; (23) dhandhanggula; (24) asmarandana; (25) kinanthi; (26) pangkur; (27) maskumambang; (28) durma; (29) megatruh; (30) pangkur; (31) dhandhanggula; (32) asmarandana; (33) kinanthi; (34) durma; (35) sinom; (36) pangkur; (37) asmarandana; (38) maskumambang; (39) dhandhanggula; (40) asmarandana; (41) sinom; (42) mijil; (43) kinanthi; (44) asmarandana; (45) megatruh; (46) pangkur; (47) durma; (48) asmarandana; (49) maskumambang; (50) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.2-NR 530
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini memuat teks cerita yang berasal dari Tiongkok, mengisahkan pertikaian antara dua orang yang berseteru, yakni Rajaputra La Ling Ong dan seorang wanita raja dari Ciu Tia bernama Dyah Bu Cik Dyan. Seluruh teks menampilkan peperangan antara keduanya dengan perantaraan senapati dan panglima perangnya. Pertempuran tersebut berakhir setelah Dyah Bu Cik Dyan menderita kekalahan. Menjelang kekalahannya ia bersama-sama dengan salah seorang tumenggungnya bernama Bu Sam Su, berhasil meloloskan diri dari serbuan prajurit Rajaputra La Ling Ong. Di lain pihak kemenangan bagi Rajaputra La Ling Ong membawanya ke tampuk kekuasaan di Tong Tia. Ia kemudian dinobatkan menjadi raja bergelar Maharaja Tiong Cong. Salah seorang senapatinya yang perkasa bernama Sik Kong, putera Dewi Wan Le Wah, bidadari dari kahyangan, diperintahkan membunuh habis seluruh keluarga bermarga Bu, kecuali Dyah Bu Cik Dyan dan Bu Sam Su. Kedua orang tersebut oleh Maharaja Tiong Cong kemudian diberi hak hidup, dijamin keselamatannya, bahkan selanjutnya diaku sebagai kerabat kerajaan. Dyah Bu Cik Dyan diangkat sebagai selir raja yang kedua, sedangkan Bu Sam Su mendapat kehormatan sebagai patih. Namun karena dendam yang besar mengingat kehancuran keluarga Bu, akhirnya mereka dengan dibantu oleh permaisuri yang berkhianat berhasil membunuh sekaligus menggulingkan kekuasaan Raja Tiong Cong. Usaha kudeta tersebut tidak berlangsung lama karena segera dipatahkan oleh Sik Kong. Mereka yang terlibat dalam gerakan kudeta tersebut akhirnya dihukum mati. Sebagai pengganti Maharaja La Ling Ong ditunjuk Prabu Li Tan yang kemudian bergelar Prabu Jiu We Cong. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) durma; (3) megatruh; (4) pangkur; (5) pucung; (6) durma; (7) dhandhanggula; (8) kinanthi; (9) sinom; (10) pucung; (11) pangkur; (12) durma; (13) megatruh; (14) dhandhanggula; (15) durma; (16) pangkur; (17) asmarandana; (18) pucung; (19) dhandhanggula; (20) durma; (21) maskumambang; (22) pangkur; (23) megatruh; (24) asmarandana; (25) dhandhanggula; (26) pangkur; (27) asmarandana; (28) dhandhanggula; (29) kinanthi; (30) sinom. Cerita-cerita Tionghoa seperti ini banyak ditemui dalam khasanah kesusastraan Jawa dengan materi isi yang beragam. Cerita ini digubah oleh orang-orang keturunan Cina yang telah lama menetap di Jawa. Mereka menuangkan isi cerita-cerita yang berasal dari tanah leluhurnya tersebut, tatkala mereka telah dapat beradaptasi dengan baik terhadap kebudayaan Jawa, khususnya dalam hal ini yang berkenaan dengan kaidah-kaidah bahasa dan sastra. Maka lahirlah cerita-cerita seperti Sam Kok, Tig Jing, dan Sam Pek Eng Tay yang sedemikan terkenal, atau cerita Sik Kong ini. Teks naskah ini telah dibuatkan 'uittrekseV oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1932, dan ringkasan di atas disusun berdasarkan catatan Mandrasastra tersebut. Tidak terdapat keterangan tentang tarikh penyalinan naskah ini, tetapi diperki-rakan sekitar awal abad ke-20. Dari catatan Pigeaud pada h.i dapat diketahui, bahwa naskah ini didapat dari seseorang yang bernama Sujana dan transaksi serah-terimanya berlangsung pada tanggal 6 Desember 1930 di Surakarta."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.4-NR 144
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan jilid pertama dari empat jilid kumpulan cerita Tiong Hwa. Jilid pertama ini berisi teks cerita yang dimulai dari kisah raja Li Si Bin memerintahkan Tumenggung saudara Jin untuk membuat patung dari perunggu dan berkahir dengan cerita pernikahan Tis Tyang Tong dengan Ting San. Keterangan pada halaman depan menyebutkan tarikh penulisan yaitu pada hari Selasa Wage tanggal 15 Ruwah tahun Jimawal. Keterangan bibliografi lihat pada Serat Babad Li Si Bin dan Serat Tong Tya pada MSB/L.409,410. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) pangkur; (4) maskumambang; (5) kinanthi; (6) megatruh; (7) sinom; (8) pucung; (9) pangkur; (10) mijil; (11) dhandhanggula; (12) asmarandana; (13) kinanthi; (14) pangkur; (15) durma; (16) dhandhanggula; (17) pangkur; (18) megatruh; (19) durma; (20) dhandhanggula; (21) asmarandana; (22) maskumambang; (23) kinanthi; (24) dhandhanggula; (25) pangkur; (26) asmarandana; (27) megatruh; (28) sinom; (29) dhandhanggula; (30) mijil; (31) pangkur; (32) asmarandana; (33) durma; (34) megatruh."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.10-NR 358a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid kedua dari seri 4 jitid Serat Tong Tya ini berisi peperangan antara kerajaan Tong Tya melawan So Hyong. Diawali dengan kisah gugurnya senapati Lo Dong, kemudian Dyak Akim dan senapati Sik Ting San dapat merebut benteng kembali. So Hyong menyuruh senapati wanita bernama Kim Tya Sing Bo dengan dibekali senjata Klinthing untuk melawan Tong Tya, namun belum juga mampu mengalahkannya. Keterangan lebih lanjut lihat FSUI/CT.10. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) dhandhanggula; (3) pucung; (4) pangkur; (5) dhandhanggula; (6) maskumambang; (7) pangkur; (8) dhandhanggula; (9) durma; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) mijil; (13) dhandhanggula; (14) kinanthi; (15) sinom; (16) pucung; (17) dhandhanggula; (18) asmarandana; (19) kinanthi; (20) pangkur; (21) maskumambang; (22) durma; (23) megatruh; (24) pangkur; (25) dhandhanggula; (26) asmarandana; (27) kinanthi; (28) durma; (29) sinom; (30) durma; (31) asmarandana; (32) pucung; (33) dhandhanggula; (34) asmarandana; (35) sinom; (36) mijil."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.11-NR 358b
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid ketiga dari seri 4 jilid Serat Tong Tya ini berisi kisah pencurian pusaka Klinthing oleh Cin An yang merupakan suruhan Dyak Akim. Teks dilanjutkan dengan pengangkatan Hyan Le Hya menjadi kepala prajurit wanita di Tong Tya. Keterangan lebih lanjut lihat FSUI/CT.10. Daftar pupuh: (1) kinanthi; (2) asmarandana; (3) megatruh; (4) pangkur; (5) durma; (6) asmarandana; (7) maskumambang; (8) dhandhanggula; (9) durma; (10) sinom; (11) megatruh; (12) maskumambang; (13) asmarandana; (14) pangkur; (15) mijil; (16) durma; (17) dhandhanggula; (18) gambuh; (19) dhandhanggula; (20) pucung; (21) kinanthi; (22) asmarandana; (23) pangkur; (24) dhandhanggula; (25) durma; (26) megatruh; (27) asmarandana; (28) pangkur."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.12-NR 358c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Jilid keempat dari seri 4 jilid Serat Tong Tya ini masih mengisahkan peperangan antara Tong Tya dengan Le Lyang. Di medan perang ini pula senapati Hyan Le Hya melahirkan seorang anak laki-laki. Akhirnya Le Lyang berhasil ditaklukkan. Keter-angan lebih lanjut tentang Serat Tong Tya ini lihat FSUI/CT.10. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) asmarandana; (3) sinom; (4) pangkur; (5) durma; (6) pangkur; (7) dhandhanggula; (8) sinom; (9) gambuh; (10) pangkur; (11) asmarandana; (12) kinanthi; (13) dhandhanggula; (14) pangkur; (15) sinom; (16) durma; (17) asmarandana; (18) kinanthi; (19) pangkur; (20) durma; (21) gambuh; (22) megatruh; (23) pangkur; (24) dhandhanggula; (25) asmarandana; (26) pucung; (27) sinom; (28) durma; (29) pangkur; (30) mijil; (31) gambuh; (32) asmarandana; (33) dhandhanggula."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CT.13-NR 358d
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Cerita lakon wayang dengan judul Kumalasekti ditulis dalam beberapa buku. Dalam buku ini cariyos Kumalasekti berisi kisah Angkawijaya difitnah para kurawa di Astina."
Surakarta: Albert Rusche, 1912
BKL.1082-WY 56
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini cukup sulit dibaca. Pada halaman-halaman depan sebagian besar teks tak terbaca karena halaman-halamannya sobek dan/atau berlubang. Naskah berisi teks yang diberi judul Cariyosipun Raden Nitikusuma ini antara lain menceritakan seorang raja yang minta tolong pada dua ekor kijang, induk dan anaknya, untuk membacakan huruf-huruf yang terdapat pada kendhil (periuk) tua dan berakhir pada penjelasan Patih Guwasari kepada rajanya, bahwa wilayah Guwasari merupakan hak waris Raja Jaka dari Jong Biraji. Bagian berikutnya dimulai dengan saran patih agar mengembalikan Guwasari kepada si pemilik dan berakhir pada perang antara Raden Nitikusuma dan Garusela. Cerita bagian kedua terputus dengan tiba-tiba, seakan-akan masih ada sambungannya. Menurut keterangan yang berada pada h.1, sambungan tersebut berada pada FSUI/CL.27. Daftar pupuh: 1) dhandhanggula; 2) sinom; 3) kinanthi; 4) pangkur; 5) maskumambang; 6) pangkur; 7) kinanthi; 8) dhandhanggula; 9) durma; 10) mijil; 11) sinom; 12) asmaradana; 13) dhandhanggula; 14) pangkur; 15) kinanthi; 16) dhandhanggula; 17) durma; 18) sinom; 19) asmaradana; 20) dhandhanggula; 21) sinom; 22) kinanthi; 23) dhandhanggula; 24) mijil; 25) asmaradana;; 26) dhandhanggula; 27) sinom; 28) sinom; 29) dhandhanggula; 30) asmaradana; 31) durma; 32) sinom; 33) dhandhanggula; 34) kinanthi; 35) pangkur; 36) durma; 37) dhandhanggula; 38) kinanthi; 39) durma; 40) asmaradana; 41) pangkur; 42) dhandhanggula; 43) mijil; 44) asmaradana; 45) dhandhanggula. Tidak ada keterangan apa pun mengenai penulisan dan penyalinan naskah ini. Namun berdasarkan gejala kodikologis, diduga bahwa naskah ini cukup kuna---mungkin disalin sebelum awal abad 19. Sedang ditilik dari penamaan metrum dan dialek bahasanya, teks ini diduga dari tradisi naskah Madura, atau setidak-tidaknya dari tradisi pesisir utara Jawa Timur. Menurut keterangan yang terdapat pada h.1, naskah ini diperoleh Pigeaud dari Kiliaan-Charpentier pada bulan Juli 1927 dan sudah dibuat ringkasannya oleh Suwandi pada bulan Agustus 1929."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.26-NR 19
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>