Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Naskah berisi salinan teks historis legendaris berjudul Cariyosipun Jaka Thule. Naskah dikoleksikan (atau disalin?) oleh Kiliaan-Charpentier, kemudian dibeli oleh Pigeaud pada tahun 1927. Versi teks inityang tersusun dalam 17 pupuh, persis sama dengan LOr 4944. Bandingkan Juynboll 1911:119 dan Pigeaud 1968:250 tentang naskah tersebut. Lihat juga keterangan Pigeaud tentang teks ini pada umumnya 1967::136). Daftar pupuh: (1) durma; (2) kinanthi; (3) mijil; (4) asmarandana; (5) pangkur; (6) durma; (7) kinanthi; (8) pangkur; (9) sinom; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) mijil; (13) dhandhanggula; (14) durma; (15) pangkur; (16) maskumambang; (17) sinom. Alur cerita sebagai berikut: Cerita dimulai dari kelahirannya si Jaka Thule dan Widi, lalu pengembaraan mereka berdua dalam mencari orang tuanya yang bernama Pandung Siluman. Dalam pengembaraannya Jaka Thule diasuh oleh Empu Keleng di desa Pamlingan, sedangkan Widi diasuh oleh Empu Wigena di desa Pakandangan. Tersebutlah kerajaan Majapahit; yang bertahta adalah Prabu Brawijaya; putri prabu tersebut, bernama Dewi Retna Kumambang, sedang salfit cacar. Untuk kesembuhannya harus didatan^kan putri keturunan Cina yang bernama Bondan Kejawan. Untuk menyambutnya Prabu Brawijaya mengadakan sayembara membuat pintu kerajaan 40 buah. Maka kedua empu bersama Jaka Thule dan Widi berdatangan dan siap menyelesaikan daun pintu tersebut. Setelah pekerjaan selesai, tidak seorang pun yang mampu memasangnya. Maka Sang Prabu Brawijaya menga-dakan sayembara, barang siapa mampu memasang daun pintu akan diberikan tanah separoh kerajaan Majapahit dan dikawinkan dengan Retna Kumambang. Di antara seluruh warga Majapahit tidak ada yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut, maka Jaka Thule lah yang mampu mengerjakannya. Mendengar adanya putri yang sangat cantik di Majapahit, banyak kerajaan di tanah sabrang yang ingin melamarnya, seperti dari Nusa Sabrang yang sangat terkenal kesaktian senjatanya yang bernama Kala Mujeng, dan dari Cempa yang juga terkenal kesaktiannya yang bernama Maesasura. Namun para pelamar tersebut dapat dikalahkan oleh Jaka Thule. Akhirnya Jaka Thule mempersunting Dewi Retna Endah dan menjadi raja di negeri Sumekar, dan Widi lah yang menjadi patih dengan gelar Arya Banyak. Sedangkan Dewi Retna Kumambang menjadi ratu di negeri Japan dengan patihnya Raden Kanduruan. Pada bulan Desember 1929, atas prakarsa Pigeaud, naskah ini dibuatkan ringka-sannya oleh R.M. Suwandi (FSUI/CH.22). Pada bulan Desember 1932 di Yogyakarta atas prakarsa beliau juga naskah ini disalin ulang (ketikan) (FSUI/CH.22a). Naskah ini juga telah dibuatkan daftar kata oleh Mandrasastra pada bulan Agustus 1939."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.21-B 3.01
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini merupakan ringkasan daftar pupuh dan isi ceritera dari naskah induk FSUI/CH.21. Ringkasan dikerjakan oleh R.M. Suwandi pada bulan Desember 1929 untuk Dr. Pigeaud. Lihat deskripsi naskah CH.21 untuk keterangan selanjutnya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.22-L 12.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisikan salinan ketikan dari FSUI/CH.21. Naskah disalin di Surakarta atas prakarsa Pigeaud pada bulan Desember 1929. Lihat deskripsi naskah CH.21 untuk keterangan selanjutnya. Terdapat dua eksemplar naskah ini pada koleksi FSUI, ialah ketikan asli (A , g o7a) dan tembusan karbon (b). Hanya ketikan asli yang dimikrofilm."
[place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.22a-A 18.07a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Muzayyin
"Naskah Cariyosipun Jaka Thule CJT merupakan naskah yang menceritakan tentang tokoh Jaka Thule, sebuah tokoh legenda di daerah Sumenep, Madura, Jawa Timur. Naskah CJT merupakan naskah yang dikoleksi dan disalin oleh Kiliaan-Charpentier, kemudian dibeli Pigeud pada tahun 1927. Naskah CJT adalah karya sastra yang tergolong dalam bentuk puisi beragam epik yakni puisi yang berkisah tentang kepahlawanan seseorang, dalam hal ini adalah tokoh Jaka Thule. Berbicara mengenai tokoh pahlawan tentu hal yang menonjol adalah mengenai penciptaan citra tokoh oleh seorang pengarang. Maka tujuan penilitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana citra tokoh Jaka Thule dalam naskah CJT melalui aspek-aspek pencitraan yang dibangun oleh pengarang. Untuk menganalisis citra tokoh Jaka Thule, penilitan ini menggunakan teori citra Panuti Sudjiman dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aspek-aspek pencitraan tokoh Jaka Thule dapat dijadikan sebagai legitimasi Jaka Thule menjadi Raja Sumekar.

Cariyosipun Jaka Thule CJT is a script that tells about Jaka Thule, a legendary figure in Sumenep, Madura, East Java. CJT is a manuscript collected and copied by Kiliaan Charpentier, then purchased by Pigeud in 1927. The text of CJT is a literary work that belongs to a variety of epic poems, poetry about a man s heroism, in this case, the character of Jaka Thule. Speaking of heroes is certainly the thing that stands out is about the creation of the image of a character by an author. So, the purpose of this research is to know how the image of Jaka Thule figure in CJT script through imaging aspects built by the author. To analyze the image of Jaka Thule, this research uses Panuti Sudjiman image theory by using descriptive analytic method. The results of this study indicate that the aspects of Jaka Thule character image can be used as the legitimacy of Jaka Thule become The King Sumekar. Keywords image, cariyosipun Jaka Thule, legitimacy."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi uraian tentang asal-usul burung perkutut bernama Kyai Jaka Mangu, dan petunjuk tentang cara memilih burung perkutut yang baik agar dapat mendatangkan keberuntungan. Cara tersebut berdasarkan ciri-ciri (candra) dan suaranya. Menurut legenda, Kyai Jaka Mangu adalah keturunan burung perkutut Martengsari (jelmaan Prabu Ciyungwanara, Raja Pajajaran) dengan putri Majapahit (anak Raja Brawijaya), bernama Dewi Sekar Kemuning. Adapun burung perkutut yang baik dan dapat mendatangkan keberuntungan adalah yang mempunyai ciri: paruh panjang, lubang hidung dari luar terlihat kecil tetapi besar di dalam, kepala berbentuk teropong, mata besar dan jernih, leher panjang, dada bulat, punggung bungkuk, warna kaki seperti bawang merah, kuku putih, jalan penuh gaya, bulu halus dan lebat serta berwarna hitam kehijauan dan mengkilap, ekor panjang dan lebat, bulu bawah dari tengkuk sampai ke pantat berwarna putik kekuningan. Keterangan mengenai besar kecil dan laras suara tidak dijelaskan, hanya disebutkan sebagai masalah untung-untungan saja. Naskah merupakan salinan ketik dari naskah karya Jayengwiharja, tidak diketahui secara pasti tarikh penulisan teks asli, maupun keberadaannnya kini. Pigeaud memperoleh naskah asli tersebut pada tahun 1931. penyalinan sebanyak empat eksemplar, dikerjakan oleh staf Pigeaud pada Februari 1933, di Yogyakarta. Kini FSUI menyimpan tiga di antaranya, yaitu A 31.01a (ketikan asli), dan A 31.01b-c (tembusan karbon). Hanya ketikan asli yang dimikrofilmkan. Penjelasan lengkap mengenai suara burung perkutut yang baik, dapat dibaca pada naskah catatan tradisi Banyuwangi, R. Sudira (lihat FSUI/BA.283)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.30-A 31.01a-c
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Brassinga, Anneke
Amsterdam: De Bezige Bij, 1991
BLD 839.36 BRA th
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah berasal dari koleksi Kiliaan-Charpentier, dan diterima Pigeaud pada bulan Desember 1927. Keterangan tentang penyalinan tidak ada. Berisikan sebuah versi teks Cariyos Murtasiya, ceritanya sebagai berikut: ada seorang wanita bernama Dara Murtasiya yang sangat berbakti kepada suaminya bernama Seh Karip. Diceriterakan bahwa Dara Murtasiya sudah hamil. Suaminya berpesan nanti kalau anaknya lahir laki-laki namailah Ki Rakmat, kalau lahir wanita namailah Candradewi. Ternyata lahir wanita. Seh Karip begitu sayang pada istri dan anaknya. Namun Dara Murtasiya selalu berkata ingin mati saja, karena rambutnya dibuat sumbu. Suaminya berkata memang itu merupakan suatu cela, dan itu yang dinamakan dosa. Murtasiya pergi sambil menangis dengan maksud akan minta kerelaan ayahnya, Seh Ambar, dan ibunya Rabiat Adawiha, juga Seh Akbar, Seh Darajatwulla. Seh Akbar ingin salat namun tak ada air. Atas petunjuk Hyang Suksma, air dapat dijumpai. Sang Hyang Suksma berkata pada Candra agar segera pergi ke Jibrail. Seh Karip bertemu dengan Seh Akbar yang sedang membaca Qur'an di surambi. Daftar pupuh: (1) asmarandana; (2) pangkur; (3) sinom; (4) dhandhanggula; (5) sinom; (6) kinanthi; (7) sinom. Versi Murtasiyah yang dimuat pada naskah ini rupanya sangat berbeda dengan versi-versi lain yang ada. Bandingkan dengan uraian dan informasi yang diberikan tentang naskah-naskah Murtasiyah pada Poerbatjaraka dkk. 1950: 126-127, Pigeaud 1967: 221-222, Behrend 1987: 332-336, Behrend 1990: 494, dan Florida 1993: 71, 251."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CL.65-B 2.07
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Richardson, Henry Handel
Ringwood: Penguin Books, 1971
828.99 RIC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Richardson, Henry Handel
Ringwood: Penguin Books, 1971
828.99 RIC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Richardson, Henry Handel
Ringwood: Penguin Books, 1971
828.99 RIC f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>