Ditemukan 4897 dokumen yang sesuai dengan query
"Naskah ini berisi ringkasan teks Serat Walangsungsang, kemungkinan berasal dari naskah induk Babad Cerbon, Putra Galuh, diterima Pigeaud dengan perantaraan Dr. Kraemer (h.i)."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.57-L 21.04
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini mulai disalin pada tanggal 5 Februari 1910, memuat teks Serat Walang Sungsang-Rara Santang. Pada h.i disebutkan bahwa naskah tersebut dibeli dengan perantaraan Ir. Moens pada tanggal 18 Maret 1932 di Yogyakarta. Ringkasan oleh Mandrasastra dilakukan pada Mei 1932. Pigeaud dalam bukunya Literature of Java menggolongkan cerita Walang Sungsang - Rara Santang ke dalam 'Cerbon mythical tale' (Pigeaud 1967:144-145). Karya ini menceritakan tentang penyebaran agama Islam terutama di daerah Cirebon. Adapun tokoh-tokoh yang diceritakan dalam teks tersebut adalah Raden Walang Sungsang, putra raja Pajajaran yang memeluk agama Islam, berkelana mencari ilmu tentang agama Islam ke Mekah, dan kemudian kembali lagi ke pulau Jawa. Rara Santang, adik R. Walang Sungsang yang ikut berkelana bersama kakaknya, kemudian kawin dengan raja Mesir. Kelak salah satu dari putranya bernama R. Sarip Hidayat menjadi wali di Gunungjati. Diceritakan pula tentang R. Sahid saat menjadi perampok yang akhirnya takluk pada Ki Dares, kemudian R. Sahid disuruh berguru pada Sunan Jati. Belum sempat R. Sahid berguru, Sunan Jati (Seh Sarip) harus pergi dengan tujuan akan membujuk kakeknya, raja Pajajaran untuk memeluk agama Islam. Akan tetapi raja Pajajaran lebih suka gaib bersama kerajaannya. Seh Sarip kembali ke Gunungjati setelah 9 bulan pergi. Di Gunungjati R. Sahid masih menunggu kedatangan Seh Sarip untuk berguru sarengat agama Nabi Muhammad. R. Sahid disuruh ke pinggir kali sambil membawa kemiri, namun kemiri yang dibawanya masuk ke dalam sungai, R. Sahid berusaha mencari kemiri di dalam sungai hingga ke samudra, akhirnya sampai di pulau Ening, di sana bertemu dengan Nabi Kilir. R. Sahid diberi nama Sunan Kalijaga kemudian ia bertapa di pegunungan Dieng. Daftar pupuh: (1) dhandhanggula; (2) kinanthi; (3) asmarandana; (4) megatruh; (5) balabak; (6) mijil; (7) sinom; (8) maskumambang; (9) dhandhanggula; (10) asmarandana; (11) sinom; (12) dhandhanggula; (13) kinanthi; (14) sinom; (15) kinanthi ; (16) sinom; (17) asmarandana; (18) dhandhanggula; (19) asmarandana; (20) pangkur; (21) dhandhanggula; (22) kinanthi; (23) balabak."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.58-NR 169
Naskah Universitas Indonesia Library
"Tembusan karbon dari naskah FSUI/PW.79. Lihat deskripsi naskah tersebut untuk keterangan selanjutnya. Naskah tidak dimikrofilmkan."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.80a-A 17.07a
Naskah Universitas Indonesia Library
"Sama dengan PW.80a di atas, namun hanya sampai dengan h.24 (pupuh durma). Naskah tidak dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
PW.80b-A 17.07b
Naskah Universitas Indonesia Library
"Buku ini menguraikan mengenai sesuatu yang menjadi rahasia para dewata ataupun para pandita pada zaman dahulu yang kemudian dihubungkan atau yang ada hubungannya dengan agama Islam."
Yogyakarta: N.V. Mardi Mulya, 1924
BKL.0332-CI 11
Buku Klasik Universitas Indonesia Library
"Catatan tentang teks Serat Dewaruci yang termuat pada naskah PNRI/KBG 126. Catatan terdiri atas cuplikan awal dan akhir teks, daftar pupuh, catatan umum, serta ringkasan alur cerita pupuh per pupuh. Catatan dibuat oleh R.Ng. Poerbatjaraka (atau stafnya) di Batavia. Naskah diterima oleh Pigeaud pada bulan Maret 1931."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.88-L 5.04
Naskah Universitas Indonesia Library
"Teks ini berisi episode jatuhnya Giri. Tiga orang putra Sunan Giri Jayengresmi, Jayengsari sari dan Ken Rancanghapti pergi. Dalam pada itu yang senang mencari bertobat ke gunung Meru. Di situ dia bertemu dengan Seh Amongraga (Jayeng resmi) yang sedang berguru pada sang pandita yang adalah ayah dari Mas Cabolang. Menceritakan pengembaraan Seh Amongraga dalam mencari hakekat hidup yang sejati, berbagai ilmu keagamaan dicarinya. Asal koleksi R. M. Sajid."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.3-KS 79
Naskah Universitas Indonesia Library
"Pada (halaman) pelindung dalam terdapat keterangan mengenai judul teks, yaitu: 1. Cabolek dari halaman 1?138; 2. Nitik Sulatan Agungan dari halaman 138?231. Pada naskah ini terdapat sisipan kertas putih yang memuat teks ketikan latin berupa alih aksara teks cabolek dari halaman 1?2 (6 bait). Isi teks cabolek, mengisahkan perjalan hidup H. Mutamakin yang dikenal pula sebagai Ki Cabolek yang merusak syarak, karena itu ia dihujat dan dihukum oleh para ulama Tanah Jawa. Setelah berjumpa dan berdiskusi dengan Ketib Anom Kudus dan pejabat Keraton Surakarta, Ki Cabolek bertobat dan diampuni oleh PB II. Isi teks Nitik Sultan Agungan, mengungkapkan cerita tentang legenda Sultan Agung. Didalamnya dikisahkan pula cerita tentang Ratu Roro Kidul dan lain sebagainya."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.4-KT 2
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini merupakan naskah salinan ditulis tahun 1940. Teksnya berisi kisah lelana yang menceritakan pengembaraan Ki Amongraga dan Ki Cabolang dalam mencari berbagai ilmu keagamaan. Mereka sering berjumpa dengan ulama, resi, dan pandhita, dan terjadi diskusi keagamaan. Asal koleksi naskah ini milik R. Tanojo. Daftar tembang sebagai berikut: 1. Sinom; 2. Pangkur; 3. Gambuh; 4. Pucung; 5. Girisa; 6. Maskumambang; 7. Durma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CS.5-KT 43
Naskah Universitas Indonesia Library
"Naskah ini berisi saduran prosa Serat Jayabaya. Awal cerita mengisahkan tentang perdebatan ilmu keagamaan antara Sri Aji Jayabaya dengan ulama dari negara Rum bernama Sang Maulana Ali Samsujen, akhirnya Sri Aji Jayabaya bersedia mempelajari agama Islam yang dibawa oleh Sang Maulana. Sang Maulana juga meramalkan akan hadirnya seorang raja adil bernama Sri Maha Punggung II yang berkuasa di kaki gunung Mahendra. Dalam naskah ini diceritakan pula keturunan selanjutnya dari Sri Aji Jayabaya setelah beliau moksa hingga kisah Prabu Anglingdarma."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CH.29-NR 343
Naskah Universitas Indonesia Library