Search Result  ::  Save as CSV :: Back

Search Result

Found 1368 Document(s) match with the query
cover
"Kumpulan catatan berbahasa Belanda tentang Banyuwangi, dibuat oleh T. Ottolander, termasuk daftar inventarisasi foto, salinan lontar, tulisan-tulisan tentang seni, artikel-artikel sastra di beberapa majalah, dan buku-buku tentang Banyuwangi dan Blambangan yang terdapat di Museum KBG (sekarang Museum Nasional dan Perpustakaan Nasional). Dalam kumpulan catatan tersebut terdapat pula tulisan tentang Gandrung Bali yang ditulis dalam Bahasa Jawa oleh R. Surawijaya. Menurut keterangan yang terdapat dalam h.i, naskah ini diterima Pigeaud pada bulan Agustus 1927."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
SJ.190-W 69.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Teks berisi berbagai macam hal, antara lain: nama-nama penganan, kagunan (keahlian), nama-nama peralatan pertanian, bab pernikahan mulai dari tata cara memilih calon sampai peresmian, ngelmu watek, serta pangandikan yang berisi bacaan al-Fatihah. Naskah diterima Pigeaud dari R Sutapa pada bulan Februari 1929. Pada h.iii terdapat tulisan angka tahun 1909 setelah judul campur bawur, kemungkinan angka ini menunjukkan tahun penulisan/penyalinan naskah."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
KR.10-B 6.02
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Rooy, Charles Joan Marie Adriaan van
"Contents: Voorwoord ; Afkortingen ; Inleiding ; Decentralisatie ten tijde van de Oost indische compagnie ; Voorbereidingen tot wederinvoering der decentralisatie ; Huidige bepalingen omtrent den burgemeester ; De Burgemeester als voorzitter van den raad en van het college van B. en W. ; Verdere taak van den burgemeester ; Conclusies."
Rotterdam: [Publisher not identified], 1938
K 320.4 ROO e
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Kotak ini berisi beberapa catatan lepas yang masing-masing berisi: 1. Surat untuk tuan Van Dapperen; 2. Catatan tentang Predikan oleh C.J. Hasselman; 3. Beberapa catatan mengenai beberapa hal untuk Th. Pigeaud; 4. Deskripsi kropak dari Purwakerta (Banyumas); 5. Catatan musik dari Banyuwangi; 6. Surat keputusan tentang desa-desa di Jawa Tengah; 7. Daftar kata bahasa Jawa dan bahasa Belanda; 8. Catatan lepas tentang bahasa Jawa dan bahasa Belanda; 9. Silsilah beberapa keluarga; 10. Silsilah keluarga Danurejan; 11. Catatan lepas tentang penerbit dan daftar harga buku; 12. Kertas kosong. Keterangan penulisan maupun penyalinan teks-teks tersebut tidak diketahui secara pasti."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LL.105-B 47.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi catatan leksikografis bahasa Jawa dialek Banyumas. Isinya terdiri atas istilah atau kata Jawa Banyumasan dengan definisi dalam bahasa Belanda. Penyunting menduga bahwa kata-kata ini dipetik dari dua makalah J.W. van Dapperen, terutama yang berjudul Plaatsen van vereering op de Zuidhelling van den slamet tusschen de rivieren Peloes en Logawa (Banjoemas), met afbeeldingen (overlevering, adat, kunst, tekst), yang dimuat di Djawa 15(1925):24-32. Informasi ini dirunut dari singkatan ?v.Dapp.Z. Slam? yang terdapat di h.1-14. Singkatan untuk makalah lain, yang hanya berbunyi ?v.Dapp.Teg?, belum bisa diidentifikasikan, karena Van Dapperen menulis beberapa makalah tentang adat istiadat Tegal. Makalah tadi tentang daerah gunung slamet diterbitkan tahun 1925, tetapi Pigeaud telah menerima konsepnya pada tahun 1924 dan langsung menyuruh stafnya mengambil kata-kata yang penting atau baru untuk ditempelkan pada kartu-kartu rujukan untuk kamus yang hendak disusunnya. Halaman yang diacu dalam petikan kata ini diambil dari konsep (h. 1-75), bukan dari versi cetak. Rupanya konsep yang dipakai pigeaud agak lebih panjang daripada artikel yang akhirnya dimuat di majalah Djawa. Untuk naskah lain di koleksi FSUI yang juga memetik dari tulisan van Dapperen lihat BA.146."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
BA.147-W 24
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Tuuk, Herman Neubronner van der, 1824-1894
Amsterdam: Frederik Muller, 1862
BA 499.286 T 420
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ketikan ini berisi catatan tentang dialek Jawa daerah Banyuwangi yang disusun oleh seorang guru di Banyuwangi sekitar tahun 1920an. Pigeaud memperolehnya p-ada bulan April 1933 dari Mohammad Ali, seorang guru di Yogyakarta. Naskah berisi teks tentang sejarah, paramasastra, kata-kata khas, dan lain sebagainya. FSUI memiliki tiga eksemplar naskah ini, yaitu ketikan asli (A 31.03a) dan dua tembusan karbon (b,c). Hanya ketikan asli yang dimikrofilm."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
BA.126-A 31.03a
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Vreede, Mischa de
Amsterdam: De Bezige Bij, 1981
BLD 839.36 VRE o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Naskah ini berisi kumpulan beberapa teks karangan R. Pujaharja yang berjumlah 22 buah, dimasukkan ke dalam satu kotak dari karton hitam. Kedua puluh dua teks tersebut telah disalin ke dalam aksara latin (lihat FSUI/LL.103). Keterangan isi cerita selengkapnya, lihat deskripsi naskah salinan tersebut."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LL.104-W 27.03
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
"Catatan-catatan lepas R. Pujaharja ini, dikerjakan mulai tanggal 1 April 1928 sampai dengan tanggal 13 Oktober 1929. Atas prakarsa Th. Pigeaud, catatan tersebut disalin ketik menjadi satu naskah, pada Agustus 1932, di Yogyakarta. Salinan dibuat sebanyak empat eksemplar, kini tiga diantaranya dapat dijumpai di koleksi FSUI (W 27.01 a-c). Hanya ketikan asli (a) yang dimikrofilm. Catatan asli Pujaharja (beraksara Jawa dan Latin), dapat dilihat dalam LL.104. Catatan-catatan tersebut berisi sejumlah petikan cerita, dan berbagai tata cara yang diambil dari beberapa naskah. Petikan-petikan tersebut adalah: 1. Cerita Ni Dhok, Ni Dhiwut, Ni Oncit, Ni Antik, Ni Thowok, Ni Korek (h.1), berisi permainan anak perempuan dengan barang-barang bekas perabotan rumah tangga, misalnya: siwur, sapu, dan sebagainya, yang kemudian dibuat semacam boneka dan dipermainkan pada waktu malam di saat terang bulan, di tengah lapangan atau tanah yang luas. Permainan ini didukung oleh mantra-mantra sehingga mampu menggerakkan boneka tersebut; 2. Lampahing Kapal (h.6), berisi tata cara mengendarai kuda; 3. Jaran Guyang (h.7), memuat ajian mantra jaran guyang, yaitu mantra pemikat wanita; 4. Okol (h.12), Okol adalah semacam olah raga gulat tradisional. Pada masyarakat Surabaya, pertandingan okol ini diselenggarakan pada saat hajatan misalnya pernikahan, sunatan, dan sebagainya. Permainan okol ini dilakukan dalam satu lingkaran dengan satu juri dan peraturan yang sangat sederhana; 5. Palagara (h.13), teks berisi ketentuan mas kawin (mahar) yang harus dibayarkan mempelai pria. Mas kawin tersebut selain digunakan untuk membayar pernikahan, juga digunakan untuk membeli alat-alat pertanian; 6. Santri's (h. 14), berisi beberapa catatan tentang Santri; 7. Kaartspelen: kartu lima, totohan, berisi penjelasan/keterangan tentang permainan kartu kecil (kartu lima). 8. Talaga Ngebel, berisi cerita tentang asal mula terjadinya Telaga Ngebel; 9. Pak Pocung (h.26), berisi dolanan anak pada waktu terang bulan. Yang dimainkan oleh anak laki-laki; 10. Nini Kalisen (h.27), permainan anak ini diikuti oleh anak laki-laki maupun anak perempuan, cara permainannya sama dengan permainan bapak pocung; 11. Woorden (h.28), berisi uraian tentang obat-obatan, daftar kata dialek daerah berikut keterangannya; 12. Topeng (h.29), berisi keterangan tentang bahan-bahan yang dipakai untuk membuat topeng, cara mcmbuatnya, serta pakaian-pakaian yang digunakan dalam pertujukan topeng tersebut. Pertujukan topeng ini mengambil cerita dari lakon wayang, seperti Prabu Baladewa, atau cerita panji, misalnya lakon Gunungsari, dan cerita humor seperti lakon Bancak-Doyok atau Pentul; 13. Thithit Thuwit (h.32), berisi keterangan tentang kesenian rakyat pedesaan. Pementasan dilakukan oleh satu orang, yang berdandan sedemikian rupa sehingga menyerupai burung raksasa, pemain tersebut memegang terompet dan kendang. Kesenian ini lama-kelamaan dilarang karena disalahgunakan sebagai sarana perdagangan narkotika; 14. Kathoprak, lakon Jaka Panggih (h.35), penulis teks ini pertama kali melihat pementasan ketoprak pada tahun 1915. Keterangan yang didapat menyebutkan bahwa, pertujukan ketoprak itu pada mulanya sangat sederhana, yang kemudian berkembang seperti sekarang ini, misalnya lakon Jaka Penggih tersebut; 15. Andhe-Andhe Lumut (h.51), cerita ini sudah terkenal sejak jaman dahulu. Menurut catatan pengarang, cerita Andhe-Andhe Lumut ini sangat populer pada tahun 1877. Orang yang mempopulerkan cerita ini adalah wanita Kediri yang berasai dari Salatiga (Semarang), bernama Mbok Karya Semita. Menurut catatan pengarang, pementasan pertama dilakukan di Yogyakarta. Pada awalnya pementasan cerita ini sangat sederhana, hanya dimainkan oleh 7 orang, 4 orang menari dan 3 orang mengiringi. Sarana iringan yang dipergunakan adalah: angklung, gong dari bambu, dan kendang; 16. Bersih Desa, merti desa, lakon Bondhan Rambutan (h.67). Tradisi ini dilaksanakan di desa Luk Sanga, Kediri. Diawali ketika desa tersebut mengalami musibah, yaitu dengan kedatangan seekor macan putih yang selalu minta korban berupa tubuh kepala desa. Lurah Sogol yang baru diangkat menjadi kepala desa pada tahun 1872, dianjurkan oleh seorang paranormal bernama Ki Reksajaya untuk mengadakan pertunjukan wayang sehari semalam pada waktu bersih desa, setiap tanggal 15 Ruwah. Pemilihan lakon pada siang hari dapat dilakukan dengan bebas, sedangkan pada malam hari harus mengambil lakon Bondan Rambutan. Dalang yang diperkenankan mempergelarkan wayang tersebut harus dalang yang sungguh-sungguh keturunan dalang sejati, misalnya dalang Candatirta, dalang Clongop, dalang Paliman dan dalang Pinta; 17. Woorden (h.87), berisi daftar peralatan pertukangan beserta keterangannya, dan daftar gendhing untuk mengiringi pertunjukan kethek ogleng; 18. Slametan kol (h.88), tradisi ini dilakukan setiap tahun, yang diadakan pada tanggal, hari, dan bulan meninggalnya orang tua. Tujuan selamatan tersebut adalah untuk mengirim doa kepada arwah orang yang sudah meninggal dunia; 19. Kinderspel Pidak Jempol atau Gobag Telek (h.88), berisi keterangan tentang dolanan anak Pidak Jempol. Permainan ini dapat dilakukan 3, 4 atau 5 orang. Anak yang jaga berada di tengah lingkaran, yang lain di luar. Siapa yang terinjak jempolnya di luar lingkaran menggantikan yang berada di dalam lingkaran; 20. Punggahan, Pudhunan, Prepegan, dan Sawalan (h.88). Upacara Punggahan selalu jatuh pada tanggal 29 Ruwah menjelang bulan puasa. Tujuannya, ialah mengirim doa kepada leluhur yang telah meninggal dunia, serta memohon agar yang ditinggalkan mendapatkan kebahagiaan. Upacara Pudhunan jatuh pada tanggal 30 Ramadhan, dengan tujuan yang sama dengan upacara Punggahan. Sedangkan upacara Sawalan jatuh pada tanggal 8 Sawal; tujuan upacara ini adalah untuk anak kecil yang meninggal dunia, agar arwahnya selalu gembira di dalam surga, serta untuk mengirim doa kepada sanak saudara yang sudah meninggal; 21. Woorden (h.90), berisi daftar kata berikut keterangannya yang menerangkan antara lain: brengos serob, kalurung, rema bontit tumibeng gigir, ngecombar, klapa sumesek, iwak lumingsir, wanci tumiling, dan sebagainya; 22. Surabasa (h.97), berisi tata bahasa Jawa dengan contoh kalimat/ungkapan Jawa, serta contoh latihan melengkapi kalimat."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], [Date of publication not identified]
LL.103-W 27.01a
Naskah  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>